PENDAHULUAN
Fokus Kajian
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka dalam penyusunan skripsi ini, penulis mempunyai beberapa fokus penelitian yang akan dibahas. Bagaimana pertanggungjawaban hukum atas tindak pidana kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua beracun berdasarkan hukum positif di Indonesia. Bagaimana ulasan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua yang toksik?
Tujuan Penelitian`
Manfaat Penelitian
Dan yang terakhir dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang terjadinya tindak pidana kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua beracun melalui analisis ketentuan hukum positif di Indonesia dan hukum Islam. Selain memenuhi syarat akademik untuk memperoleh gelar pascasarjana di bidang hukum dan menambah pengetahuan mengenai masalah kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua yang toksik melalui analisis ketentuan hukum positif di Indonesia dan hukum Islam. Berbagai hal yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi untuk mencegah atau menanggulangi tindak pidana kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua yang toksik serta dapat memberikan penjelasan yang mendalam dan mudah dipahami oleh masyarakat khususnya. mereka yang telah menjadi orang tua dalam membesarkan anak yang baik, sehingga tidak melanggar ketentuan hukum positif di Indonesia atau hukum Islam.
Penyelidikan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada aparat pemerintah, khususnya penegak hukum, yang erat kaitannya dengan penanganan kasus kekerasan terhadap anak. Hal ini menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan baru penanganan kasus kekerasan terhadap anak dan diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban dan tambahan pendidikan bagi pelaku tindak pidana kekerasan terhadap anak.
Definisi Istilah
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menggambarkan kekerasan terhadap anak sebagai suatu tindakan atau rangkaian perilaku yang dilakukan oleh wali atau kelalaian orang tua atau pengasuh lainnya yang menimbulkan potensi kerugian atau bahaya serta menimbulkan ancaman berbahaya bagi anak. Kekerasan terhadap anak adalah segala tindakan kekerasan yang dilakukan secara fisik, seksual, emosional dan penelantaran anak.11. Journal of Child Abuse and Neglect berpendapat bahwa kekerasan terhadap anak adalah penganiayaan yang dilakukan karena kelambanan orang tua atau pengasuh yang mengakibatkan kematian, cacat fisik atau emosional, pelecehan seksual, eksploitasi, atau berbagai hal berbahaya lainnya yang sangat serius.
Pola asuh orang tua yang berdampak negatif pada anak disebabkan oleh pola asuh orang tua yang tidak berjalan baik atau buruk. Toxic parent adalah orang tua yang menggunakan pola asuh yang buruk, yaitu orang tua yang mengajarkan anaknya tentang kehidupan dengan pola interaksi yang merusak kemampuannya. Dalam memberikan wawasan mengenai istilah hukum positif, akan selalu mengacu pada pengertian hukum yang berlaku pada saat itu (ius constitutum).15 Bagir Manan memberikan wawasan bahwa hukum positif (Indonesia) adalah kumpulan asas-asas hukum yang tertulis dan tidak tertulis serta peraturan adalah peraturan yang berlaku saat ini dan mengikat secara hukum, umum atau khusus dan dilaksanakan melalui pemerintah atau pengadilan di Indonesia.16.
Hukum pidana Islam sendiri merupakan hukum yang timbul dan merupakan bagian dari agama Islam. Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lain, serta hubungan manusia dengan alam semesta.17 Hukum Islam berlandaskan Al-Quran.
Sistematika Pembahasan
Kekerasan terhadap anak diperbolehkan oleh 'toxic parent' dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam. Selanjutnya penelitian ini menambahkan daftar pustaka dan beberapa lampiran pada bagian terakhir data, yang menunjang kelengkapan data dalam penelitian ini.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kajian Teori
Penelantaran anak dapat berupa sikap dan perlakuan orang tua yang tidak menyadari proses tumbuh kembang anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara mereka membesarkan anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung.50. Pola asuh juga dapat diartikan sebagai cara membesarkan anak sejak dini hingga anak tumbuh besar, agar terbentuk kepribadiannya, hal ini dilakukan oleh orang tua terhadap anak, agar ia dapat berperan serta, bersosialisasi, dan dapat berprestasi.
Dalam pola asuh seperti ini, orang tua mengenali berbagai kemampuan yang dimiliki seorang anak, sehingga anak mempunyai kebebasan dan tidak selalu dikekang oleh orang tuanya. Yatim dan Irwanto berpendapat bahwa orang tua memiliki tiga pola dalam membesarkan anak, ketiga pola pengasuhan tersebut sama. Dari berbagai pola asuh orang tua yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anak, yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif.
Dari berbagai pola pengasuhan anak yang telah disebutkan di atas, terdapat pula faktor yang berbeda-beda yang mempengaruhi pola pengasuhan tersebut. Faktor eksternal yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada umumnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial, lingkungan fisik dan lingkungan kerja orang tua. Faktor internal yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anaknya dipengaruhi oleh pola asuh yang diterima oleh orang tua sebelumnya.
Pola pengasuhan anak dalam Islam berlandaskan prinsip pola yang sesuai dan diatur dalam Al-Qur’an. Dalam undang-undang no. 1 tahun 1974, Bab X, Artikel 45 hingga 49 dengan jelas mengatur kewajipan ibu bapa dan anak-anak. Dalam undang-undang no. 35 Tahun 2014 tentang penjagaan anak, penjagaan anak adalah kewajipan dan tanggungjawab ibu bapa.
Dalam mengasuh anaknya, orang tua mempunyai pola pengasuhan, seperti jenis-jenis pola pengasuhan yang telah disebutkan di atas. Orang tua yang tidak melakukan pola asuh yang baik biasa disebut dengan orang tua yang toksik. Toxic parent atau orang tua beracun adalah orang tua yang mempunyai gaya hidup dan pergaulan yang kurang baik.
Perbuatan orang tua tersebut membuat anak merasa tertekan karena obsesi orang tua yang menginginkan impiannya terwujud melalui anaknya.59. Orang tua yang mengasuh anaknya dengan buruk (toxic parent) adalah orang tua yang mengganggu kemampuan anaknya dalam berinteraksi dengan baik dan sehat.
METODE PENELITIAN
Sumber Bahan Hukum Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, sumber data penelitian mempunyai ciri memahami fenomena atau gejala sosial. Sumber data dalam penelitian ini adalah penulis mengambil dan mengamati berbagai tindak pidana kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua beracun dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam melalui literatur, jurnal dan media elektronik. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diperoleh dan disajikan oleh pihak lain dalam publikasi atau jurnal.
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan yaitu buku-buku ilmiah, jurnal dan literatur yang sesuai dengan tema penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat sebanyak 14.517 kasus kekerasan terhadap anak terjadi sepanjang tahun 2021. Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua terjadi pada Agustus 2020 di Kulon Progo. Kekerasan terhadap anak dilakukan pasangan suami istri Hery Budiman dan Fitri Hartanti terhadap anak kandungnya yang masih berusia 10 tahun.
Kekerasan terhadap anak yang berujung kematian dilakukan ibu kandungnya di Desa Jamintoro, Kabupaten Jember pada awal Januari 2022. Kekerasan terhadap anak berupa pencabulan dialami oleh seorang anak berusia 15 bulan. Dari beberapa pemaparan kasus terkait kekerasan terhadap anak di atas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa kekerasan yang menimpa anak seringkali dilakukan oleh orang-orang terdekatnya dalam keluarga, khususnya orang tua.
Sesuai dengan kajian teoritis mengenai bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak yang peneliti temukan pada berita diatas adalah : 1. Salah satu bentuk kekerasan terhadap anak yang banyak peneliti temukan adalah kekerasan fisik, karena kekerasan terhadap anak dalam hal ini Bentuknya bisa dilihat tanpa mata telanjang. Dari pengamatan peneliti, kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua yang toksik dalam bentuk kekerasan psikis selalu dibarengi dengan kekerasan fisik.
Data yang dipaparkan PPPA mengenai kekerasan terhadap anak membuktikan bahwa salah satu bentuk kekerasan terhadap anak yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kekerasan seksual. Kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anak seringkali dilakukan oleh orang-orang terdekatnya, seperti ayah, kakek, atau guru korban. UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak adalah.
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak juga mengatur pertanggungjawaban hukum atau sanksi hukum yang tegas bagi setiap pelaku kekerasan terhadap anak. Siapapun yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 76C UU No.35 Tahun 2014. Selain penyiksaan atau penganiayaan terhadap anak sebagaimana diatur di atas, UU No.35 Tahun 2014 juga mengatur kekerasan terhadap anak berupa kekerasan seksual.
Lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 juga mengatur kekerasan terhadap anak berupa kekerasan sosial. Barangsiapa yang melanggar ketentuan Pasal 76B Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp seratus juta rupiah).
Teknik Analisis Bahan Hukum