• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan : Studi Putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/Pn.Trk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan : Studi Putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/Pn.Trk."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK

PIDANA KEKERASAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN

PADA ANAK DI DALAM KANDUNGAN

(Studi Putusan Nomor: 141/Pid.Sus/2015/PN.Trk)

SKRIPSI

Oleh Anisah NIM C03213010

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syariah Dan Hukum

Jurusan Hukum Publik Islam

Prodi Hukum Pidana Islam

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang bejudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Yang Menyebabkan Kematian Pada Anak Di Dalam Kandungan (Studi Putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/Pn.Trk)”. adalah hasil penelitian pustaka untuk menjawab pertanyaan tentang, 1) Bagaimana dasar putusan hakim pada putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/Pn.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan. 2) Bagaimana tinjauan hukum Pidana Islam terhadap dasar putusan hakim Nomor 141/Pid.Sus/2015/Pn.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan. .

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan literatur. Setelah semua data terkumpul, data diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif analisis dan dengan pola pikir deduktif untuk memperoleh kesimpulan yang khusus dan dianalisis menurut hukum pidana Islam.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pertimbangan Hakim terhadap putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/Pn.Trk) tentang tindak pidana kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia berdasarkan dakwaan pertama yang diajukan oleh jaksa yakni terdakwa melanggar pasal 80 ayat (3) dan (4) Jo. Pasal 76 C Undang-Undang RI No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Dalam memberikan putusan hakim cenderung menjatuhkan hukuman yang ringan terhadap terdakwa, berbeda jauh dengan ancaman hukuman yang termuat dalam Undang-Undang.Sedangkan dalam hukum pidana islam perbuatan terdakwa masuk dalam kategori tindak pidana atas jiwa dan bukan jiwa. Ancaman hukumannya adalah ghurrah (budak laki-laki/perempuan) atau setara dengan 5 ekor unta.

Menyarankan kepada pihak aparat penegak hukum, terutama para hakim supaya memberikan hukuman yang seadil-adilnya. Karena apabila hukuman tersebut dirasa kurang adil, maka bukan tidak mungkin pelaku akan melakukan kejahatan yang sama dikemudian hari.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah... 14

D. Kajian Pustaka ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 17

F. Kegunaan Penelitian ... 18

G. Definisi Operasional ... 19

H. Metode Penelitian... 20

(8)

BAB II KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DALAM KANDUNGAN YANG BERAKIBAT KEMATIAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Kajian Tentang Anak... 25

1. Pengertian Anak ... 25

2. Teori Tentang Anak ... 27

3. Upaya Perlindungan Anak Menurut Undang-Undang ... 33

B. Pengertian Aborsi ... 36

1. Pengertian Aborsi Secara Umum ... 36

2. Pengertian Aborsi Menurut Hukum Pidana Islam ... 38

C. Pembunuhan Dalam Hukum Pidana Islam ... 41

1. Pengertian Pembunuhan ... 41

2. Macam-Macam Pembunuhan ... 45

3. Sanksi Tindak Pidana Atas Janin ... 55

a. Gugurnya kandungan dalam keadaan meninggal... 55

b. Gugurnya janin dalam keadaan hidup tetapi kemudian meninggal akibat perbuatan pelaku... 57

c. Gugurnya janin dalam keadaan hidup atau meninggal karena sebab lain ... 57

d. Janin tidak gugur atau gugur setelah meninggalnya ibu ... 58

e. Tindak pidana mengakibatkan luka pada ibu menyakitinya atau menyebabkan kematian ... 58

(9)

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 141/PID.SUS/2015/PN.TRK TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG MENYEBABKAN KEMATIAN

A. Deskripsi Kasus dan Landasan Hukum... 62 B. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Putusan Nomor 141/Pid.Sus/

2015/Pn.Trk tentang Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian ... 66 C. Keadaaann yang memberatkan dan meringankan ... 68 D. Amar Putusan ... 70

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP DASAR PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN PADA ANAK DI DALAM KANDUNGAN

A. Analisa Dasar Putusan Hakim dalam Putusan Nomor 141/Pid. Sus/2015/PN.Trk tentang Kekerasan Yang Menyebabkan Kematian Pada Anak Di Dalam Kandungan ... 72 B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Tentang

Kekerasan Yang Menyebabkan Kematian Pada Anak Di Dalam

Kandungan ... 77

BAB V PENUTUP

(10)

B. Saran ... 84

(11)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasaldari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. اط t}

2. ب B ظ z}

3. ت T ع

4. ث Th غ Gh

5. ج J ف F

6. ح h} ق Q

7. خ Kh ك K

8. د D ل L

9. ذ Dh م M

10. ر R ن N

11. ز Z و W

12. س S ه H

13. ش Sh ء

(12)

15. ض d{

Sumber: Kate L. Turabian.A. Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of ChicagoPress, 1987).

B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong) TandadanHuruf

Arab Nama Indonesia

_____

fath{ah a

_____ kasrah I

_____ dhammah U

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf berh{arakat sukun.Contoh: iqtid}a>’ (ءﻗﺗضاا )

2. Vocal Rangkap (diftong) TandadanHuruf

Nama Indonesia Ket.

Arab

ْ ىى fath}ah danya’ Ay a dan y

ْ وى fath}ah danwawu Aw a dan w

(13)

3. Vocal Panjang (mad) Tandadan

Nama Indonesia Keterangan

Huruf Arab

اى fath}ah danalif a> a dangaris di atas ﻲـــــــِـــ kasrahdanya’ i> idangaris di bawah

وى d{ammahdanwawu u> u dangaris di atas

Contoh :

al-

jama’ah

( ةعْامجلْا) : takhyi>r ( ﺗﺨ ﺮ ) : yadu>ru (رْودي)

C. Ta’ Marbu>t}ah

Transliterasiuntukta>’ marbu>t}ahadadua :

1. Jika hidup (menjadimud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh : shari>‘at al-Isla>m (ْمْاسْاْاﺷﺮ ﻌﺔ) : shari>‘ahisla>miyah (ْةيمْاساﺷﺮ ﻌﺔ)

D. PenulisanHurufKapital

(14)

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN PADA ANAK

DI DALAM KANDUNGAN

(Studi Analisis Putusan Nomor 141/Pid.Sus/PN.Trk)

A. Latar Belakang

Anak adalah anugerah dari Allah Swt. yang harus senantiasa dijamin kelangsungan hidupnya. Menurut Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dijelaskan bahwasannya anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan .1 Ini berarti janin yang masih di dalam kandungan dapat disebut sebagai anak.

(15)

2

Janin di dalam kandungan juga dapat disebut sebagai anak apabila janin tersebut sudah memiliki kemampuan untuk hidup di luar kandungan

(Viabiliti). Umur janin bisa hidup di luar kandungan ini ada yang memberi

batasan 20 minggu, tetapi ada pula yang memberi batasan 24 minggu .2 Kalau pengeluaran janin berumur 7 bulan disebut immature, sedangkan berumur 7-9 bulan disebut premature, berumur 9 bulan atau lebih disebut mature. Jadi, pengeluaran janin yang berakibat kematian sampai dengan

umur 20-24 minggu disebut pengguguran atau aborsi, akan tetapi kalau pengeluarannya dilakukan sesudah umur itu dan mengakibatkan kematian janin disebut pembunuhan bayi (infanticide).3 Di atas usia 24 minggu janin sudah dapat dikatakan sebagai anak karena pada usia ini janin sudah dapat hidup di luar kandungan. Usia janin tersebut termasuk pada kehamilan trimester kedua. Trimester kedua ditandai oleh timbulnya berbagai fungsi baru dan pertumbuhan janin yang cepat, khususnya dalam ukuran panjang.4

Menurut Siti Fauziah, S.Pd., APP., M.Kes dan Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J. dalam bukunya yang berjudul Keperawatan Maternitas Kehamilan Vol. 1 dijelaskan bahwa pada trimester kedua kehamilan terjadi banyak perkembangan pada janin yang sangat cepat hal ini ditandai dengan terbentuknya beberapa sistem penting pada janin diantaranya : sistem

2CB. Kusmaryanto,Kontroversi Aborsi, (Jakarta: Grasindo, 2002), 11. 3Ibid.,12.

(16)

3

muskuloskeletal, sistem sirkulasi, sistem gastrointestinal, sistem pernapasan,

sistem renalis, sistem saraf, organ-organ pengindraan, serta sistem genitalis.5 Dengan terbentuknya berbagai sistem penting ini maka pada usia 26 minggu yakni batas dari trimester kedua janin sudah dapat hidup diluar kandungan (viabiliti).

Di dalam islam janin dapat dikatakan sebagai anak apabila sudah ditiupkan ruh yang menjadi pertanda dimulainya kehidupan seorang anak. sehingga apabila ruh tersebut telah ada apa seorang janin ia harus mendapatkan perlindungan atas dirinya. Jumhur ulama mengatakan bahwa janin mulai ditiupkan ruh kepadanya adalah 120 hari atau sama dengan 4 bulan.6 Pada masa ini, berdasarkan urutan proses pembentukannya janin sudah dipandang memiliki dimensi spiritual dan emosional yang menandakan potensinya sebagai manusia utuh.7 Di dalam hukum kewarisan islam juga mengakui tentang eksistensi dari janin. Oleh karena bayi dalam kandungan itu dinyatakan sebagai orang yang pantas menerima hak, maka ia ditetapkan sebagai ahli waris yang berhak menerima harta warisan dari pewaris bila telah terdapat sebab dan syarat kewarisan pada dirinya.8 Hal ini menjadi

5Ibid., 64-65

6 https://wahyuwulandari05.wordpress.com/2010/03/26/menurut-islam-usia-berapa-bulankah-ditiupkan -roh-dalam-janin/, diakses pada 03 April 2017.

(17)

4

bukti bahwasannya keberadaan janin sudah diakui keberadaannya dan sudah dapat dianggap sebagai anak atau manusia seutuhnya.

Ukuran seorang janin dapat dikatakan sebagai persona (individu yang mandiri) masih banyak yang memperdebatkan.Pasalanya, janin yang berada di dalam kandungan belum sepenuhnya menjadi manusia utuh yang dapat dilindungi secara hukum. Fakta bahwa embrio adalah persona ditegaskan kembali oleh para ahli genetika dan embriologi manusia yang mengadakan pekan studi di Universitas La Sapienza Roma yang berakhir pada 2 Februari 2002.Pekan studi itu dilakukan oleh para ahli dari Universitas di Roma, baik negeri maupun swasta, yang bertema Embrio sebagai pasien . Dalam deklarasi akhirnya, pada poin kedua, antara lain menyatakan, Janin yang baru saja dibuahi menampilkan diri sebagai suatu realitas biologis definitif : dia adalah individu manusia secara utuh yang sedang berkembang, yang secara otonom (berdikari) sedikit demi sedikit, tanpa keterputusan (discontinuity), mengaktualkan bentuknya sendiri dengan mewujudkan program yang secara intrinsik telah ada dalam genome-nya sendiri .9 Hal ini senada dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak yang menyebutkan bahwa janin yang masih di dalam kandungan sudah termasuk anak yang berhak mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan dekriminasi.

(18)

5

Beberapa tahun belakangan ini tindak kriminal cenderung mengalami peningkatan, tidak terkecuali kejahatan terhadap anak.Oleh karena itu, Negara kita yang merupakan Negara hukum telah berupaya untuk melindungi hak-hak anak tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Di dalam Undang-Undang tersebut telah dijelaskan secara eksplisit tentang perlindungan anak.Perlindungan anak sendiri diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan semua haknya.

Namun tidak semua masyarakat memiliki pengetahuan tentang hukum. Sehingga pada kenyataannya masih sering kita mendengar berita di media massa tentang aborsi, pembuangan bayi, pelecehan seksual terhadap anak dan berbagai jenis kekerasan yang lainnya.10 Hal ini terjadi karena pada dasarnya anak adalah makhluk yang lemah dan belum bisa melindungi dirinya sendiri.Sehingga anak menjadi objek bagi pelaku kekerasan. Kekerasan sendiri diartikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan juga diartikan sebagai paksaan.11 Karena itu, kekerasan terhadap anak berarti peristiwa pelukaan fisik, psikis, atau seksual yang pada umumnya dilakukan

(19)

6

oleh orang yang mempunyai tanggungan kesejahteraan terhadap seseorang yang masih berusia di bawah usia pubertas.

Kekerasan terhadap anak yang masih dalam kandungan adalah salah satu dari sekian banyak kejahatan yang marak pada saat ini. Anak yang harusnya mendapat kasih sayang dan perlindungan, justru mendapat yang sebaliknya, yaitu perlakuan yang buruk berupa penganiayaan bahkan pembunuhan yang berujung pada lahirnya janin sebelum waktunya. Mengambil dari kasus yang baru saja terjadi, yaitu kasus kekerasan terhadap anak yang masih dalam kandungan di desa Pakel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek mengakibatkan seorang bayi yang masih dalam kandungan berumur 26 minggu meninggal dunia.

Bayi malang itu adalah salah satu korban kekerasan yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri. Kejadiannya bermula pada saat Windi Yunita Sari binti Kaspinmahasiswi Universitas Gajahyana Malang melakukan persetubuhan dengan kekasihnya Imam Ghozali Mahasiswa Universitas Wearnes Malang. Karena merasa takut kalau kehamilan di luar nikah tersebut akan diketahui oleh orang tuanya, ia berusaha untuk menggugurkan kandungannya.

(20)

7

tertera pada website dan ia mendapat informasi kalau website tersebut menjual pil atau obat yang dapat menggugurkan kandungan dengan harga Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah). Setelah mendapat nomor rekening BRI dari nomor yang tertera di website, pada hari jum at tanggal 03 juli 2015 Windi Yunita Sari mengirim uang muka (DP) untuk pembelian pil atau obat penggugur kandungan sebesar Rp. 800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) melalui ATM BRI Dinoyo-Malang. Pada tanggal 08 Juli 2015 Windi Yunita Sari menerima kiriman berupa paket obat atau pil sebanyak 20 butir, terdiri dari 10 (sepuluh) butir pil warna putih dan 10 (sepuluh) butir pil warna hitam yang diantar oleh saksi Samsul Hadi pegawai Kantor Pos Watulimo yang diterima oleh neneknya yakni saksi Sukini. Kemudian jum at tanggal 10 Juli 2015 terdakwa mengirimkan kekurangan uang pembelian pil atau obat sebesar Rp. 2.200.000,- (dua juta dua ratus ribu rupiah) melalui ATM BRI Unit Kampak.

(21)

8

akandiketahui, kemudian ia membungkus mayat bayi tersebut dengan 2 buah kresek yang diambil dari dapur. Kemudian Windi Yunita Sari membungkus mayat bayi perempuaan tersebut dan membuangnya di belakang rumah milik saksi Mutiyah.

Bahwa terhadap mayat bayi yang dibuang oleh Windi Yunita Sari dan ditemukan di belakang rumah saksi Mutiyah telah dilakukan pemeriksaan dan sesuai hasil Visum Et Repertum Nomor : 331.02/1326/406.044/2015 tanggal 25 Juli 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh dokter Muhammad Kartikanuddin, dokter Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedomo Kabupaten Trenggalek. Dalam hasil pemeriksaannya disebutkan bahwa mayat bayi berjenis kelamin perempuan, tidak cukup umur dengan perkiraan umur bayi dalam kandungan adalah lebih kurang 26 minggu, lahir tidak bernafas atau sudah meninggal dengan luka lecet pada lutut tungkai kiri akibat bersentuhan dengan benda keras tumpul berkekuatan ringan dan tidak ada tanda-tanda perawatan titik.

(22)

9

berdasarkan hasil pemeriksaan DNA oleh badan Reserse Kriminal POLRI Pusat Laboratorium Forensik Cabang Surabaya Nomor Lab: 5469/KBF/2015 tanggal 24 Agustus 2015 yang diperiksa dan ditandatangani oleh Ir. R. Agus Budiharta terhadap darah milik Windi Tunita Sari dengan tulang kaki, tulang iga dan tulang paha milik bayi x yang ditemukan di belakang rumah saksi Mutiyah diperoleh kesimpulan bahwa bayi x adalah anak biologis dari Windi Yunita Sari.

Dalam kasus ini perbuatan Windi Yunita Sari didakwa dengan dakwaan alternatif oleh jaksa yaitu melanggar pertama : pasal 80 ayat (3), (4) Jo pasal 76 C Undang-Undang RI No. 35 tahun 2014 tantang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak atau kedua : pasal 77 A Jo. Pasal 45 A UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan Atas UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dakwaan alternatif adalah dakwaan yang ditujukan kepada seseorang (secara faktual) lebih dari satu tindak pidana, akan tetapi pada hakikatnya ia hanya didakwa atau dipersalahkan untuk satu tindak pidana saja. Dakwaan semacam ini dibuat bilamana hasil pemeriksaan menurut pendapat jaksa masih meragukan tentang jenis tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa.12

(23)

10

Maka dari itu majelis hakim memutuskan Windi Yunita Sari telah melanggar pasal 80 ayat (3), (4) Jo pasal 76 C Undang-Undang RI No. 35 tahun 2014 tantang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang berbunyi : pasal 80 ayat (3) : dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 Tahun dan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,- (tiga milliar rupiah). Pasal 80 ayat 4 : pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya. Pasal 76c: setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, malakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. 13

Pada Undang-Undang perlindungan Anak kekerasan di definisikan sebagai setiap perbuatan terhadap anak (0-18 Tahun) yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.14 Di dalam KUHP tidak dikenal kekerasan pada anak (janin) yang diatur adalah mengenai pasal aborsi atau pengguran janin yang dilakukan oleh ibu kandung yaitu pada pasal 346 KUHP yang bunyinya sebagai berikut : perempuan

(24)

11

dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.15

Dalam islam, kejahatan dengan istilah jinayah atau jarimah. Jinayah merupakanverbal noun (masdar)dari kataja>na. Secara etimologija>naberarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah.16 Pengertian jinayah mengacu kepada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara dan diancam dengan hukuman had atau takzir.17 kekerasan pada anak (janin) yang menyebabkan kematian pada anak menurut Hukum Pidana Islam termasuk dalam tindak pidana atas janin yang dikenai hukuman diat janin, dan diat janin tersebut adalah ghurrah yakni seperduapuluh diat sempurna yakni 5 ekor unta. Ghurrah secara bahasa berarti pilihan. Budak laki-laki atau perempuan disebut ghurrah kerena keduanya dianggap harta paling berharga. Para fukaha mensyaratkan budak laki-laki dan perempuan dengan beberapa syarat khusus yang tidak perlu disebutkan kerena perbudakan telah dihapuskan dan setelah fukaha sepakat menentukan harga budak dengan lima unta.18

Dalam hukum positif perbuatan Windi Yunita Sari diancam dengan pidana penjara 15 tahun sesuai pasal 80 ayat (3) (4) UU RI No. 35 Tahun 15Marpaung Laden,Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantasan dan Prevensinya), (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000), 47

(25)

12

2014 tentang Perlindungan Anak, namun atas dasar pertimbangan hukum hakim diputus dengan hukuman 10 bulan penjara dan denda Rp. 3.000.000,-(tiga juta rupiah). Hukuman di atas didasarkan pada hukum positif tentunya berbeda apabila dilihat dari perspektif Hukum Pidana Islam.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat kasus di atas dalam sebuah penelitian untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dan sanksi dari putusan Pengadilan Negeri Trenggalek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga ditunjau dari segi Hukum Pidana Islam. Oleh karena itu penulis akan menganalisis permasalahan tersebut untuk melakukan penelitian lebih jauh lagi, dan menuangkan dalam skripsi yang berjudul : Tinjaun Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Kekerasan yang Menyebabkan Kematian pada Anak Di Dalam Kandungan.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas muncul beberapa variabel terkait kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak, agar tidak keluar dari rumusan masalah, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Batasan kekerasan pada janin yang dapat disebut sebagai kekerasan yang

(26)

13

2. Dasar putusan hakim tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan dalam putusan Nomor 141/Pid.Sus/ 2015/PN.Trk.

3. Unsur-Unsur kekerasan pada janin yang memenuhi unsur-unsur kekerasan pada anak dalam hukum positif.

4. Tindakan aborsi yang dapat dimasukkan dalam kategori kekerasan pada anak.

5. Tinjauan Hukum Pidana Islam tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan dalam putusan Nomor 141/ Pid.Sus/2015/PN.Trk

6. Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap dasar putusan hakim Nomor 141/Pid.Sus/2015/PN.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan.

Sedangkan untuk membatasi masalah, maka ditetapkan batasan masalah yang akan dibahas, antara lain sebagai berikut :

1. Dasar putusan hakim Nomor 141/Pid.Sus/2015/PN.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan

(27)

14

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat ditarik sebuah rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana dasar putusan hakim pada putusan Nomor 141/Pid.Sus/ 2015/PN.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap dasar putusan hakim Nomor 141/Pid.Sus/2015/PN.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi ada kajian atau penelitian yang sudah ada. Berdasarkan deskripsi tersebut posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan.19

Penelitian yang pernah dilakukan, diantaranya :

1. Analisis Hukum Pidana Islam Tentang Kekerasan Terhadap Anak Yang Mengakibatkan Meninggal Dunia (Studi Putusan Nomor 163/Pid.Sus/

(28)

15

2015/PN.Lbh). yang ditulis oleh Diana Zahroh mahasiswi Prodi Hukum Pidana Islam Jurusan Hukum Publik Islam Fakultas Syariah dan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, tahun 2016. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang kekerasan yang dilakukan pada anak yang mengakibatkan kematian pada anak tersebut. Peneliti memfokuskan penelitian pada pertimbangan hukum hakim dan sanksi yang diberikan kepada terdakwa dalam Putusan Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh

2. Kekerasan Terhadap Anak (Studi Terhadap Penerapan Pasal 80 Ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Dalam Putusan Nomor 21/Pid.Sus/PN.Pwt). yang ditulis oleh Ayu Nahdiatuzzahra mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Hukum Purwokerto, tahun 2013. Dalam penelitian tersebut membahas tentang analisis terhadap penerapan pasal 80 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam putusan Nomor 21/Pid.Sus/PN.Pwt.

(29)

16

Kalijaga Yogyakarta, tahun 2010. Dalam penelitian peneliti lebih menekankan pada jenis tindak kekerasan yang terjadi di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi DIY yang pada akhirnya penulis berkesimpulan bahwa bentuk kekerasan yang terjadi adalah bersifat fisik, psikis, seksual, dan kekerasan secara sosial.

4. Kekerasan Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perspektif Hukum Pidana Islam. Yang ditulis oleh Maisaroh mahasiswi Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2013. Yang pada kesimpulannya menyatakan bahwa dasarnya Islam tidak memperbolehkan melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, namun Islam memperbolehkan tindakan kekerasan dalam rangka pendisiplinan terhadap anak.

(30)

17

ketika anak itu sudah berada di luar kandungan bukan sebaliknya yang masih berada dalam kandungan. Penelitian ini akan maninjau Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan hukum hakim dan sanksi dalam perkara tentang tindak kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak yang dilakukan oleh ibu kandung dalam putusan Pengadilan Negeri Trenggalek Nomor 141/Pid.Sus/2015/PN.Trkpelaku dipidana penjara 10 bulan dan denda sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah), dalam hukum pidana islam kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak tergolong dalam tindak pidana atas janin atau pengguguran kandungan. Hukuman atau sanksi tindak pidana atas janin adalah ghurrah atau diat dari seperduapuluh diat manusia sempurna yakni 5 ekor unta.Di dalam Hukum Pidana Islam tidak dikenal istilah kekerasan pada janin namun yang lebih ditekankan adalah tindak pidana atas janin atau pengguguran janin.

E. Tujuan Penelitian

Dari hasil perumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian, antara lain :

1. Untuk mengetahui analisis dari dasar putusan hakim Pengadilan

(31)

18

2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap dasar

putusan hakimPengadilan Negeri Trenggalek Nomor 141/Pid.Sus /2015/PN.Trk tentang kekerasan pada anak yang menyebabkan kematian di dalam kandungan.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :

1. Dari segi teoritis, dapat dijadikan sebagai sumbangsih pemikiran atau

pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan berikutnya bila ada kesamaan serta dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang Hukum Pidana Islam, terutama tentang tindak pidana kekerasan terhadap anak yang menyebabkan kematian yang dilakukan oleh ibu kandung dan penerapan sanksinya dalam tinjauan Hukum Pidana Islam.

2. Dari segi praktis, dapat dijadikan acuan oleh masyarakat, pemerintah

(32)

19

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman maksud dari masalah yang dibahas, maka perlu dijelaskan sebagai berikut :

1. Hukum Pidana Islam adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiaban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Alquran dan hadis.20 Dalam penelitian ini Hukum Pidana Islam yang digunakan adalah terkait dengan teori pembunuhan dan sanksipengguguran janin yang dikenakan hukuman diat.

2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam penelitian ini yang dimaksud anak adalah anak yang masih dalam kandungan (janin).

(33)

20

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan beberapa metode yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif diperlukan informasi yang akurat dan data-data yang mendukung. Sehubungan dengan hal itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data terkait dasar putusan hakim Pengadilan Negeri Trenggalek

dalam putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/ PN.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak.

b. Data mengenai Hukum Pidana Islam yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

2. Sumber data

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari dokumen-dokumen yaitu putusan Pengadilan Negeri Trenggalek Nomor 141/Pid.Sus/2015/PN.Trk tentang kekerasan yang menyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan.

(34)

21

Menurut Dr. Dyah Ochtorina Susanti, S.H., M.Hum. dan A an Efendi, S.H., M.H. dalam bukunya Penelitian Hukum (Legal

Research) menjelaskan bahwa data sekunder didapatkan dari sumber

berupa buku-buku teks hukum, kamus hukum, Ensiklopedia hukum, jurnal-jurnal hukum.21 Adapun buku-buku literatur yang dipakai adalah :

1) W.J.S Poerwadarminto,Kamus Bahasa Indonesia,1990. 2) Makhrus Munajat,Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, 2004. 3) A. Jazuli,FiqhJinayah, 1997.

4) Laden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh

(Pemberantasan dan Prevensinya),2000.

5) Djoko Prakoso,Pemecahan Perkara Pidana (Splitsing), 1988. 6) CB. Kusmaryanto,Kontroversi Aborsi, 2002.

7) Siti Fauziah dan Ns.Sutejo, Keperawatan Maternitas Kehamilan Vol 1, 2012.

8) Prof. Dr. Amir Syarifuddin,Hukum Kewarisan Islam, 2004. 9) UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. 10) Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Edisi IV.

(35)

22

3. Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 2 metode, antara lain :

a. Teknik Dokumentasi yakni telaah terhadap dasar putusan hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Trenggalek Nomor 141/ Pid. Sus/2015/PN.Trk.

b. Teknik literatur yakni penelusuran terhadap sumber data sekunder yang berkaitan dengan Hukum Pidana Islam.

4. Teknik analisis data

(36)

23

jarimah pengguran janin, kemudian diaplikasikan dalam variable yang bersifat khusus dalam hal ini adalah dasar pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Trenggalek Nomor 141/Pid.Sus/ 2015/ PN.Trk.

I. Sistematika Pembahasan

Bab pertama adalah pendahuluan.Bab ini merupakan gambaran tentang skripsi, yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori tentang tindak pidana kekerasan yang menyebabkan kematian anak di dalam kandungan dalam hukum pidana islam. Adapun landasan teori yang terdiri dari pengertian anak, teori anak, upaya perlindungan anak, pengertian aborsi dan macam-macamnya, serta pengertian tentang pembunuhan.

(37)

24

dunia dalam putusan pengadilan Negeri Trenggalek Nomor 141/Pid.Sus/ 2015/PN.Trk.

Bab keempat adalah memuat tentang analisis Hukum Pidana Islam terhadap dasar putusan hakim pada putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/PN.Trk tentang kekerasan yang mennyebabkan kematian pada anak di dalam kandungan.

(38)

BAB II

KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DALAM KANDUNGAN YANG BERAKIBAT KEMATIAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Kajian Tentang Anak

1. Pengertian Anak

Anak adalah karunia Allah SWT yang harus dijaga dan dilindungi, sesorang yang harus mendapatkan perlindungan karena ia masih sangat

lemah dan belum mempunyai kemampuan untuk melindungi dirinya. Berbicara tentang pengertian anak berkaitan erat dengan batasan usia seseorang disebut sebagai anak. Terdapat perbedaan dalam memberikan batasan usia seorang anak dari berbagai sumber. Sebagian besar memberikan batasan usia seorang anak adalah 18 (delapan belas) tahun. menurut The Minimun Age Convention nomor 138, pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah .22

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dijelaskan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak di dalam kandungan .23 Jika melihat pengertian dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 dijelaskan bahwa anak (janin) di dalam kandungan sudah

(39)

26

dapat dikategorikan sebagain anak yang wajib mendapatkan perlindungan dari berbagai macam tindak kriminal. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun .24 Jika dicermati dari berbagai pengertian tentang anak bahwasannya anak adalah mereka yang berada pada rentan usia antara 0 sampai dengan 18 tahun, hal ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 18 tahun.

Di dalam hukum islam seorang anak dimaknai sebagai seorang yang belum balig. Balig pada seorang anak laki-laki dapat diketahui melului mimpi basah dan keluarnya air mani, sedangkan balig pada anak perempuan dapat diketahui melalui menstruasi, mimpi basah, dan hamil. Jika tanda-tanda balig datang lebih cepat atau terlambat, balig ditentukan dengan usia. Mayoritas fukaha membatasi usia lima belas tahun untuk laki-laki dan perempuan. Mereka beralasan karena yang mempengaruhi kedewasaan seseorang sebenarnya adalah akal .25Baik di dalam Undang-Undang maupun hukum islam sama-sama melihat aspek kematangan

24Abu Huraerah,Kekerasan Terhadap Anak : Fenomena Masalah dan kritis di Indonesia,(Bandung: Nuansa, 2006), 20

(40)

27

berfikir sebagai salah satu barometer seseorang dikatakan telah dewasa (balig) atau masih anak-anak.

2. Teori Tentang Anak

Telah dijelaskan di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undamg No. 35 Tahun 2014 bahwasannya pengertian anak adalah seseorang belum berusia 18 tahun, termasuk anak di dalam kandungan .26 Telah jelas sekali batasan tentang usia seorang anak. Namun teori anak yang dimaksud disini adalah teori tentang anak yang masih di dalam kandungan dalam kaitannya apakah sudah dapat disebut sebagai anak. Dalam teori anak disini akan fokus pada janin di dalam kandungan yang termasuk anak sesuai dengan Undang-Undang tersebut.

(41)

28

dirinya untuk menuju pada fase berikutnya. Karena kegiatan ini janin ingin memberitahu bahwa ia telah hidup dan berusaha untuk survive, sehingga tidak dapat dipandang sebelah mata. Perkembangan pada fase pembuahan masih sangat sedikit, organ-organ yang terbentuk pun belum sempura sehingga sangat rentan untuk dibunuh. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk membunuh janin, karena ia telah ada sebagai manusia sejak fase pembuahan yang merupakan awal terbentuknya kehidupan.27 Dengan kata lain janin yang mengalami pembuahan sudah dapat disebut sebagai anak. Hal ini senada dengan UU No. 23 Tahun 2003 Jo. UU No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, yang menyebutkan bahwa yang termasuk dalam kategori anak adalah anak yang berada di dalam kandungan.

Fase pembuahan adalah proses dimana bertemunya sel sperma dengan sel ovum. Setelah sel sperma dan sel ovum bertemu, maka keduanya akan menyatu satu sama lain. Proses ini terjadi sesaat setelah seorang pria dan wanita melakukan hubungan. Pembuahan baru akan terjadi apabila wanita sedang dalam masa subur yakni masa dimana ovum telah siap untuk dibuahi.28 Pembuahan ini terjadi di dalam tuba fallopi. Setelah mengalami proses pembuahan zigot akan mengalami pembelahan sel

27CB Kusmaryanto,Kontroversi Aborsi,(Jakarta: PT Grafindo, 2002), 126

(42)

29

yang berkelanjutan. Setelah masa pembelahaan maka janin akan mengami pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat tiga masa dalam pertumbuhan janin, yaitu sebagai berikut:29

a. Masa pre-embrionik

Berlangsung selama 2 minggu setelah terjadinya fertilisasi. Terjadi proses pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner-cellmass akan membentuk 3 lapisan utama yakni lapisan ektoderm, endoderm, dan mesoderm.

b. Masa embrionik

Masa ini berlangsung sejak 2-8 minggu. Sistem utama di dalam tubuh telah ada dalam bentuk rudimeter (mengecil, menciut, dan akhirnya menghilang). Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Sering kali disebut masa organogenesis atau masa pembentukan organ. Sebagai akibat pembentukan organ, maka ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.

c. Masa fetal

Masa ini berlangsung setelah minggu kedelapan sampai dengan bayi lahir. Berikut perkembangan yang terjadi setiap bulannya. Minggu kedelapan hingga minggu kesebelas perkembangan janin sudah pada tahap pembentukan organ-organ baru seperti sistem

(43)

30

pernafasan, organ ginjal, sistem saraf, dan pembentukan jaringan kulit. Pada minggu keduabelas. Pada minggu keduabelas hingga minggu keenambelas terjadi pembentukan pada tulang janin, seperti tulang rawan dan tulang tengkorak.Pada minggu ketujuhbelas hingga minggu keduapuluhtujuh terjadi perkembangan yang sangat pesat pada fisik janin baik dalam hal ukuran volume maupun panjang tubuh. Bahkan pada minggu keduapuluhtujuh berat janin dapat mencapai 1000 gram dengan panjang badan mencapai 24-25 cm. Pada minggu keduapuluhdelapan hingga ketigapuluhenam proses pembentukan janin sudah lengkap. Semua sistem organ sudah berfungsi secara sempurna, berat janin mencapai 1,5 kg dan panjangnya sudah semakin bertambah dan perkembangan ini akan terus terjadi hingga janin siap untuk dilahirkan, pada usia ini janin sudah dapat hidup di luar kandungan (viable) karena semua organ sudah terbentuk dan menjalankan fungsinya. Minggu ketigapuluhtujuh hingga empatpuluh janin sudah siap untuk dilahirkan.30

kata anakdalam Ensiklopedi hukum Islam didefinisikan sebagai orang yang lahir dalam rahim ibu, baik laki-laki maupun perempuan atau khunsa yang merupakan hasil persetubuhan dua lawan jenis .31 Di dalam

30Yongki dkk,Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita,(Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), 32-38

(44)

31

Alquran tidak dijelaskan secara eksplisit tentang penciptaan janin dan penyebutannya sebagai manusia. Namun demikian Alquran menjelaskan tentang proses perkembangan janin. Dalam Surat Al-Mu minun ayat 12-14 yang berbunyi:32

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

(45)

32

insan ad-d}aruriyah).Hal inilah yang membuat ia berhak menerima wasiat

dan waqaf, berhak menerima warisan dari ahli waris, jika ia tetap hidup ketika dilahirkan, serta memiliki nasab dengan kedua orangtuanya.33

Para fukaha sepakat bahwa janin yang telah ditiupkan ruh kepadanya dilarang untuk dibunuh atau digugurkan. Para ulama berpendapat bahwa janin yang telah ditiupkan ruh telah diberikan nyawa atau kehidupan oleh Allah SWT yang tidak boleh ada seorang pun yang boleh merampas hak hidup tersebut. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat di kalangan fukaha. Parafukaha juga sependapat mengenai kapan ruh itu ditiupkan pada diri janin, yakni pada 120 (seratus dua puluh) hari atau 4 bulan usia kehamilan

Abbas Syauman dalam bukunya hukum aborsi dalam islam menjelaskan bahwa ketika ruh ditiupkan pada janin maka telah ditentukan bahwa mulai saat itu adalah sebagai awal kehidupannya. Sehingga pada saat itu janin sudah dianggap sebagai manusia yang telah mempunyai nyawa. Sehingga, terhadap suatu yang bernyawa diharamkan untuknya dibunuh atau digugurkan, ataupun segala upaya yang dapat mengancam keselamatan hidup janin. Perbuatan aborsi adalah salah satu berbuatan yang bertujuan untuk menghilangkan nyawa janin dengan upaya menganiaya janin di dalam kandungan. Oleh sebab itu, perbuatan

(46)

33

aborsi diharamkan terhadap janin yang telah ditiupkan ruh. Berkaitan dengan pemeliharaan jiwa manusia, syariat islam mempertimbangkan sarana paling rendah yang bisa mengakibatkan terjaganya jiwa manusia, meskipun sarana ini sifatnya samar dan tidak mencapai tingkatan yakin. Para ulama bersepakat bahwa peniupan ruh terjadi setelah fase Mudhghah, yaitu setelah 120 (seratus dua puluh hari).34

Dengan dimikian menurut ulama, seorang janin dapat dikatakan seorang anak apabila sudah ditiupkan ruh di dalam dirinya dan hal ini terjadi pada fase Mudhghah yaitu 4 bulan usia kehamilan. Pada usia tersebut janin yang telah memiliki ruh telah dianggap sebagai anak adam yang berhak hidup dan tidak berhak untuk dianiaya selama ia berada di dalam kandungan ibunya.

3. Upaya Perlindungan Anak Menurut Undang-Undang.

(47)

34

nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. Indonesia memiliki banyak peraturan yang secara tegas memberikan upaya perlindungan anak. Dalam konstitusi UUD 1945, disebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara .35 Kemudian juga perlindungan spesifik hak anak sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia, termasuk dalam pasal 28b ayat (2), bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi . Selanjutnya kita pun dapat melihat perlindungan hak anak di Indonesia dalam UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang bersamaan dengan penetapan tahun 1979 sebagai Tahun Anak Internasional .

Dalam pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, ditentukan bahwa: Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan perlindungan lingkungan hidup yang dapat membahayakan atas menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar. Kedua ayat tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa perlindungan anak bermaksud memberikan dasar pemikiran bahwa perlindungan anak

(48)

35

bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang benar dan adil, untuk mencapai kesejahteraan anak.36

Adapun menurut Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 dijelaskan bahwasannya perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi.37

Oleh karena itu, setiap perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang yang mengatur tentang perlindungan anak, harus mendapat sanksi yang berat supaya memberikan efek jera kepada pelaku tindak pidana terhadap anak. Hal ini dilakukan agar anak sebagai generasi penerus bangsa Indonesia dapat tumbuh dan berkembang sesuai hakikatnya, agar dapat meneruskan cita-cita kemerdekaan Negara Indonesia.

(49)

36

B. Pengertian Aborsi

1. Pengertian aborsi secara umum

Aborsi adalah suatu upaya untuk mengeluarkan janin yang tidak diiginkan untuk dilahirkan. Aborsi dianggap sebagai jalan keluar dalam mengatasi masalah kehamilan yang tidak diinginkan. Aborsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengguguran. Aborsi atauabortus dalam bahasa latin berarti wiladah sebelum waktunya atau keguguran .38 Aborsi dilakukan pada usia kehamilan yang masih muda rentan usia 1 (satu) sampai 6 (enam), karena pada masa tersebut kehamilan masih sangat rentan. Pada usia tersebut janin belum terbentuk secara sempurna, organ-organ tubuhnya masih belum berfungsi serta ukuranbayi cenderung masih sangat kecil sehingga besar kemungkinan untuk janin tersebut digugurkan.

Menurut Fadlun dan Ahmad Feryanto Aborsi atau yang disebut abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi atau berakhirnya kehamilan

sebelum janin dapat hidup diluar (viable), tanpa mempersoalkan penyebabnya dengan berat badan kurang dari 500 gram dan umur kehamilan kurang dari 20-24 minggu .39 Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa aborsi dilakukan pada kehamilan yang belum memasuki

38Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2 39

(50)

37

usia kehamilan 20 minggu. Pada usia tersebut kehamilan masih sangat lemah karena semua organ tubuh bayi belum terbentuk secara sempurna, sehingga sangat mudah untuk menggugurkannya. Selain itu, pada usia kehamilan sebelum 20-24 minggu, bayi belum mempunyai kemampuan untuk hidup di luar kandungan(viable).

Aborsi hanya berlaku pada janin yang masih berusia kurang dari 20-24 minggu. Apabila upaya pengeluaran janin dilakukan pada usia diatas 24 minggu maka sudah masuk dalam pembunuhan anak dengan menggunakan kekerasan. Pengertian kekerasan adalah setiap pelukaan baik secara fisik maupun secara psikis selain itu kekerasan juga dapat diartikan sebagai paksaan .40 Paksaan disini diartikan sebagai suatu bentuk kekerasan terhadap anak yang masih di dalam kandungan untuk dikeluarkan sebelum waktunya ia lahir, namun ia telah memiliki kemampuan untuk hidup di luar kandungan.

Pengeluaran janin berumur 7 bulan disebut immature, sedangkan

berumur 7-9 bulan disebut premature, berumur 9 bulan atau lebih disebut

mature. Jadi, pengeluaran janin yang berakibat kematian sampai dengan

umur 20-24 minggu disebut pengguguran atau aborsi, akan tetapi kalau

pengeluarannya dilakukan sesudah umur itu dan mengakibatkan kematian

(51)

38

janin disebut pembunuhan bayi (infanticide).41 Di atas usia 24 minggu

janin sudah dapat dikatakan sebagai anak karena pada usia ini janin sudah

dapat hidup di luar kandungan. Usia janin tersebut termasuk pada

kehamilan trimester kedua. Trimester kedua ditandai oleh timbulnya

berbagai fungsi baru dan pertumbuhan janin yang cepat, khususnya dalam

ukuran panjang.

Menurut Dewi Bekti Andari, dkk dalam bukunya aborsi dalam perspektif lintas agama, dijelaskan bahwa definisi aborsi adalah suatu carayang dipilih oleh seseorang untuk mencegah terjadinya kehamilan. jenis kehamilan yang ingin digugurkan ini adalah kehamilan yang tidak diinginkan oleh pelakunya, dengan berbagai sebab yang membuat terjadinya kehamilan. Menggugurkan kandungan dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, karena dengan menggugurkannya maka janin tidak akan lahir kedunia. Karena memang tujuan dari pengguguran itu sendiri adalah menghilangkan kehamilan.42

2. Pengertian Aborsi Menurut Hukum Pidana Islam

Dalam hukum pidana islampara ulama memberikan penjelasan yang hampir sama dalam hal aborsi. Namun, para ulama menggunakan bahasa 41

CB Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi,12.

(52)

39

yang berbeda. Hanya saja inti dan maksut yang dituju sama. Dalam memberikan penjelasan tentang aborsi ulama hanafiyah lebih memberikan perincian secara detail, sedangkan ulama malikiyah, syafiiyah, dan hanabilah, memberikan penjelasan yang sama.

Ulama hanifiyah mengistilahkan tindak pidana ini sebagai tindak pidana atas jiwa di sisi lain dan bukan jiwa di sisi lain (aborsi). Ini karena seorang bayi yang masih di dalam kandungan dianggap memiliki dua sisi. Yaitu dilain sisi ia dinggap sebagai manusia yang memilki jiwa karena ia telah diciptakan oleh Allah SWT di dalam rahim seorang ibu yang nantinya akan menjadi manusia sempurna apabila ia dilahirkan kelak. Namun, disisi lain ia dianggap tidak memiliki jiwa karena ia belum mampu untuk hidup sendiri tanpa bergantung di dalam rahim seorang ibu, atau dengan kata lain masih menyatu di dalam tubuh seorang ibu.43

(53)

40

setiap sesuatu yang mengakibatkan terpisahnya janin dari ibunya. Seharusnya janin harus mendapat perlindungan sejak ia di dalam kandungan ibunya.44

Di dalam hukum pidana islam perbuatan ini baru dikatakan sebagai tindak pidana apabila ada suatu penyebab yang membuat janin dan ibu terpisah satu sama lain. Penyebab dari terpisahnya janin dan ibu dapat berasal dari berbagai macam tindakan misalnya dengan cara melukai sang ibu sehingga membuat keguguran, atau dengan memberikan obat-obat kepada ibu sehingga membuat gugur kandungannya. Semua perbuatan fisik yang diterima oleh sang ibu dan berakibat pada gugurnya bayi termasuk dalam tindak pidana atas jiwa dan bukan jiwa (aborsi).

Selain perbuatan fisik yang langsung ditujukan pada sang ibu, sebab gugurnya kandungan juga dapat berasal dari perbuatan non-fisik. Adapun contoh dari perbuatan non-fisik misalnya: menakut-nakuti ibu yang sedang hamil, membuat terkejut ibu yang sedang hamil, memberi ancaman berupa pemukulan atau pembunuhan. Perbuatan tersebut tidak langsung mengarah pada fisik sang ibu, namun mempengaruhi psikisnya yang berakibat pada kehamilan. Seorang ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan untuk mengalami tekanan psikis karena hal itu dapat memicu terjadinya keguguran.

(54)

41

Kedua jenis perbuatan tersebut baik fisik maupun non-fisik adalah menyebab dari gugurnya kandungan. Seseorang yang melakukan perbuatan tersebut berarti telah melakukan tindak pidana atas jiwa dan bukan jiwa (aborsi). Dalam hukum pidana islam pelakunya harus dikenakan sanksi berupa ghurrah ataupun kafarat, tergantung pada keadaan keluar janin dalam keadaan hidup ataupun mati. Apabila seorang ibu melakukan tindakan tersebut dengan maksut ingin menggurkan kandungannya, maka ia juga harus dikenakan sanksi berupa ghurrah atau kafarat ataupun keduanya. Karena dalam tindak pidana ini tidak melihat siapa yang melakukan tindakan tersebut, tetapi lebih kepada perbuatan tersebut menjadi penyabab terpisahnya ibu dan janin.

C. Pembunuhan Dalam Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Pembunuhan

(55)

42

sebagai kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain .45 Pembunuhan termasuk dalam ketegori kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen bet leven) kejahatan terhadap nyawa adalah suatu upaya untuk

menghilangkan nyawa orang lain. Pembunuhan telah diatur dalam perundang-undangan, yaitu pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pasal yang mengaturnya yakni pasal 338-350 KUHP yaitu tentang pembunuhan sengaja dan pasal 359 KUHP tentang pembunuhan tidak sengaja.46

Dalam hukum pidana islam pembunuhan adalah tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain. Wahbah Zuhaili mendefinisikan pembunuhan sebagai berikut :47

Pembunuhan adalah perbuatan yang melenyapkan nyawa manusia. Abdul Qadir Audah merumuskan definisi pembunuhan sebagai berikut:48

. . .

45P.A.F Lamintang & Theo Lamintang,Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika ,2010), 1

46Adami Chazami,Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), 55 47Ahmad Wardi Muslich,Hukum Pidana MenurutAlquran,(Jakarta: Diadit Media, 2007), 188

(56)

43

Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menghilangkan hidup manusia lainnya; yakni bahwa pembunuhan adalah melenyapkan nyawa manusia dengan perbuatan manusia lainnya.

Dari definisi tersebut jelaslah bahwa sasaran dari tindak pidana pembunuhan adalahnyawa manusia. Apabila sasaran bukan nyawa, maka perbuatan tersebut bukan pembunuhan itulah sebabnyapara fukaha

mengartikannyadengan

atau tindak pidana atas

jiwa .49

Para ulama juga memberikan penjelasan mengenai defisini tentang pembunuhan. Para ulama mendifisinikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa .50 Sedangkan Wahbah Al-Zuhaili dalam bukunya yang berjudul fikih Islam Waadilatuhu dijelaskan bahwa pembunuhan adalah suatu tindakan yang

menghilangkan nyawa atau mematikan, atau suatu tindakan oleh manusia yang menyababkan hilangnya kehidupan, yakni tindakan yang merobohkan formasi bangunan yang disebut manusia.51

Dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan tentang pengertian pembunuhan, telah diketahui bahwasannya pembunuhan adalah suatu

49ibid

(57)

44

perbuatan yang berakibat pada hilangnya nyawa seseorang. Dalam hukum pidana islam dan hukum konvensional sama-sama memandang bahwa pembunuahan sebagai perbuatan yang melanggar hak hidup manusia lainnya. Sehingga sangat penting untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku tindak pidana pembunuhan.

Jenis pembunuhan dalam Hukum Islam ada dua macam yaitu :52

a. Pembunuhan yang diharamkan, yaitu setiap pembunuhan yang didasari niat melawan hukum.

b. Pembunuhan secara legal, yaitu setiap pembunuhan tanpa ada niat melawan hukum, seperti membunuh orang yang membunuh orang lain dan membunuh orang murtad.

Adapun larangan tentang pembunuhan terhadap nyawa yang haram untuk dibunuh telah dijelaskan di dalam Alquran Surah al-Isra ayat 33 :53

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

(58)

45

2. Macam-Macam Pembunuhan

Menurut para ulama terdapat macam-macam pembunan. Pembunuhan dibagi berdasarkan niat pelaku untuk membunuh. Perbedaan pendapat di antara para ulama adalah sebagai berikut:54

a. Menurut pendapat ulama Hanafiah membagi jarimah pembunuhan menjadi 5 ketegori yaitu :

1) Pembunuhan sengaja.

2) Pembunuhan Mirip Sengaja(Syibhul amdi). 3) Pembunuhan tersalah.

4) Pembunuhan yang diberlakukan seperti pembunuhan tersalah. 5) Pembunuhan dengan sebab (pembunuhan secara tidak langsung). b. Menurut pendapat mayoritas ulama membagi jarimah pembunuhan

menjadi 3 kategori yaitu :55 1) Pembunuhan sengaja. 2) Pembunuhan mirip sengaja. 3) Pembunuhan tersalah.

c. Menurut pendapat ulama Malikiyah membagi jarimah pembunuhan menjadi 2 ketegori yaitu :56

1) Pembunuhan sengaja.

(59)

46

2) Pembunuhan tersalah.

a. Pembunuhan Sengaja (Qatlu Amd)

Pembunuhan sengaja adalah suatu perbuatan dengan maksud menganiaya dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang dianiaya, baik penganiayaanitu dimaksudkan untuk membunuh atau tidak.57Selain itu, pembunuhan sengaja diartikan sebagai perbuatan yang bisa merenggut jiwa dengan disertai niat membunuh korban artinya, kesengajaan perbuatan yang bisa merenggut jiwa seseorang tidak cukup dijadikan patokan bahwa pelakunya dianggap membunuh secara sengaja, tetapi harus ada niat dari pelaku untuk membunuh.58 Ada 3 (tiga) macam pembunuhan sengaja, diantaranya:59

1) Memukul dengan alat yang biasanya dapat membunuh seseorang. Misalnya : pedang, pisau tajam, pistol, granat tangan, dan sesuatu yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh.

2) Membunuh seseorang dengan alat yang biasanya tidak dapat membunuh seseorang, akan tetapi ada indikasi lain yang umumnya bisa menyebabkan terbunuhnya seseorang, seperti tongkat yang di dalamnya ada besi yang berat, atau di kepalanya ada paku yang besar.

57A Djazuli,FiqhJinayah(Upaya Menaggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 121

58Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Edisi III, (Bogor: PT. Kharisma Ilmu, 2008 ), 180

(60)

47

3) Memperlakukan seseorang dengan suatu perbuatan yang biasanya perbuatan itu dapat membunuh seseorang seperti mencekik lehernya, menggantung lehernya dengan tali, atau melempar seseorag dari tempat yang tinggi, dilempar dari pesawat terbang.

Dalam Hukum Islam, pembunuhan disengaja termasuk dosa besar dan tindak pidana paling jahat. Alquran menetapkan hukum keharamannya, menganggap besar persoalannya, dan menetapkan hukumannya. Adapun dasar larangan dan sanksi hukum terhadap pembunuhan sengaja dijelaskan dalam Alquran Surat An-Nisa ayat 93 yang berbunyi :60



Artinya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

Adapun unsur-unsur pembunuhan sengaja ada tiga yaitu :61

1) Si terbunuh adalah manusia hidup. Maksudnya, ketika pembunuhan dilakukan, si korban dalam keadaan hidup kendati dalam kondisi kritis. Ini sesuai dengan definisi bahwa pembunuhan adalah upaya menghilangkan nyawa orang yang masih hidup.

(61)

48

2) Kematian korban merupakan hasil dari perbuatannya. Dalam hal ini tidak keharusan bahwa pembunuhan tersebut harus dilakukan dengan cara-cara tertentu. Namun demikian, para ulama mengaitkan pelakunya dengan alat yang dia pakai ketika melakukan pembunuhan tersebut.

3) Adanya niat keinginan atau kesengajaan si pelaku yang merupakan itikadjahat untuk menghilangkan nyawa si korban. Kematian tersebut adalah bagian dari skenario perbuatannya, artinya kematian tersebut memang dikehendaki, sebagai tujuan akhirnya.

Sanksi hukum tindak pidana pembunuhan sengaja adalah hukuman yang diterapkan atas tindak kejahatan terhadap jiwa. Pembunuhan sengaja memiliki sejumlah ancaman hukuman yang bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu hukuman pokok, hukuman cadangan pengganti hukuman pokok, dan hukuman konsekuensi.62 Hukuman pokok atas tindak pidana pembunuhan sengaja adalah kisas.63 Apabila hukuman kisas menjadi gugur karena wali korban memaafkan, atau karena si terpidana meninggal dunia, atau karena yang lainnya, maka ada dua hukuman lain sebagai penggantinya yaitu hukuman diat dan takzir.64 Sedangkan hukuman yang sifatnya konsekuensi tindak pidana

62Wahbah Az-Zuhaili,Fiqh Islam Waadilatuhu,(Jakarta: Darul Fikir, 2011), 589 63Ibid, 585

(62)

49

pembunuhan sengaja, yaitu tidak mendapatkan bagian warisan dan atau wasiat.65

b. Pembunuhan Mirip Sengaja (Qatlu Shibhi Amd)

Pengertian dari pembunuhan menyerupai sengaja ini memiliki beberapa perbedaan dari para ulama, yaitu :66

1) Ulama Hanifiyah mendefinisikan pembunuhan mirip sengaja sebagai pemukulan disengaja dengan menggunakan tongkat, cambuk, batu, tangan, atau lainnya yang mengakibatkan kematian. Perbuatan ini mempunyai makna. Pertama, makna sengaja dengan memerhatikan niat pelaku dalam memukul. Kedua, makna tidak sengaja dengan melihat tidak adanya niat pelaku untuk membunuh. Karena itu, bentuk perbuatan ini menyerupai sengaja, yaitu pelaku berniat dalam melakukan perbuatannya, tetapi dengan alat yang tidak lazim untuk membunuh.

2) Ulama Syafi iyah mendefinisikan pembunuhan menyerupai sengaja sebagai perbuatan yang disengaja, namun keliru dalam membunuh, setiap perbuatan yang tidak diniatkan untuk membunuh namun menyebabkan kematian.

(63)

50

3) Ulama Hanabilah mendefinisikan pembunuhan menyerupai sengaja sebagai tindakan pidana yang disengaja yang biasanya tidak mematikan tetapi menyebabkan kematian. Baik karena niat melawan hukum maupun memberi pendidikan, tapi perbuatan tersebut berlebihan.

Dari beberapa pandangan ulama dapat diartikan bahwa pembunuhan menyerupai sengaja adalah pembunuhan yang sengaja dilakukan, akan tetapi menggunakan alat yang umumnya tidak bisa membunuh seseorang. Kadang-kadang maksudnya hanya untuk menyiksa saja, atau untuk memberi pelajaran, akan tetapi melampaui batas (lupa diri). Seperti memukul dengan tongkat, cambuk, kerikil, tangan kosong, atau dengan sesuatu yang umumnya tidak mematikan, dan tidak ada indikasi lain yang pada umumnya juga bisa menyebabkan kematian. Jika seseorang terbunuh dengan cara seperti ini, maka pembunuhan ini termasuk pembunuhan yang menyerupai sengaja. Ia sengaja memukulnya akan tetapi tidak untuk membunuhnya. Disebut juga amad al-khatha atau khatha al-amad, karena ada unsur sengaja atau tidak sengaja.67

Adapun unsur unsur dari pembunuhan menyerupai sengaja ada tiga macam, yaitu :68

(64)

51

1) Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian. Artinya, perbuatan pelaku mengakibatkan kematian pada korban. 2) Ada maksud penganiayaan atau permusuhan. Dalam hal unsur kedua,

persyaratan kesengajaan pelaku melakukan perbuatan yang mengakibatkan dengan tidak ada niat membunuh korban adalah satu-satunya perbedaan antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Berhubungan dengan niat para ulama, seperti yang dikatakan Audah, berpendapat bahwa sesengguhnya pembunuhan mirip sengaja tidak terletak pada niat semata. Niat itu tidak ada yang mengetahui selain Allah, sedangkan hukum harus mengarah pada bukti yang kongkret, bukan pada niat yang abstrak. Dengan demikian, apabila seseorang memukul dengan sesuatu yang biasanya mematikan, ia harus dihukum sama dengan kesengajaan. Apabila ia mempunyai maksud memukul dan alat yang dipergunakan menurut kezalimannya tidak mematikan, dia dihukumkan sebagai bentuk tengah antara sengaja dan kesalahan, yaitu dinamakan dengan semi sengaja atau mirip sengaja. Anggapan yang sama dikemukakan oleh Sayyid Sabiq dan Fikihssunah.69

(65)

52

hubungan sebab akibat antara perbuatan penganiayaan, yaitu penganiayaan itu menyebabkan kematian korban secra langsung atau merupakan sebab yang membawa kematiannya. Jadi, tidak dibedakan antara kematian korban itu seketika atau dengan kematian korban yang tidak seketika.

Hukuman tindak pidana mirip sengaja ada tiga macam, yaitu hukuman pokok, hukuman cadangan pengganti hukuman pokok dan hukuman konsekuensi. Ada 2 macam bentuk hukuman pokok untuk pembunuhan mirip sengaja, yaitu diat dan kafarat.70Apabila diat gugur karena suatu sebab, hukuman penggantinya adalah hukuman takzir.71 Di

samping diat, pelaku pembunuhan mirip sengaja juga terkena dua bentuk sanksi hukuman lain, yaitu terhalang dari mendapatkan hak warisan dan wasiat, sama seperti yang telah dijelaskan dalam hukuman konsekuensi untuk pembunuhan sengaja.72

c. Pembunuhan tersalah

Jarimah ini adalah kebalikan dari pembunuhan disengaja. Menurut Sayyid Sabiq, pembunuhan tidak disengaja adalah ketidaksengajaan dalam kedua unsur, yaitu perbuatan dan akibat yang ditimbulkan. Apabila

70Wahbah Az-Zuhaili,Fiqh Islam Waadilatuhu VII,(Jakarta: Darul Fikir, 2011), 649 71Ibid, 660

(66)

53

dalam pembunuhan sengaja terdapat kesengajaan dalam berbuat dan kesengajaan dalam akibat yang ditimbulkannya. Dalam pembunuhan tidak sengaja, perbuatan tersebut tidak diniati dan akibat yag akan terjadi pun sama sekali tidak dikehendaki. Walaupun demikian, ada kesamaan antara keduanya, yaitu alat yang dipergunakan, yaitu sama-sama mematikan.73

Sama halnya dengan pembunuhan sengaja maupun pembunuhan mirip sengaja, pembunuhan tidak sengaja juga memiliki beberapa unsur. Adapun Unsur-Unsur pembunuhan tidak sengaja adalah :74

1) Perbuatan itu tidak disengaja atau tidak diniati. Artinya, si pelaku tidak mempunyai niat jahat dengan perbuatannya. Hal itu semta-mata karena kesalahan.

2) Akibat yang ditimbulkan tidak dikehendaki. Artinya, kematian sang korban tidak diharapkan dan ini perbedaan yang prinsip bila dibandingkan dengan pembunuha sengaja yang menjadikan kematian. Pembunahan yang terakhir si korban sebagai bagian dari sasaran pelaku.

3) Adanya keterkaitan kausalitas antara perbuatan dan kematian. Kalau sama sekali tidak ada kaitannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak dapat dikatakan pembunuhan tidak

(67)

54

sengaja. Umpamanya saja perbedaan tempat dan akibat atau orang (pelaku) tersebut tidak melakukan perbuatan yang dapat mengancam jiwa orang lain.

Hukuman pokok bagi pelaku pembunuhan tidak sengaja adalah kafarat, memerdekaan hamba sahaya yang mukmin, dan menyerahkan

sejumlah harta atau uang. Kalau hal tersebut dihapus oleh keluarga korban, hukuman penggantinya adalah hukuman takzirdan bagi pelaku yang mempunyai kaitan kewarisan dengan orang yang dibunuh mendapatkan hukuman tambahan, yaitu terputusnya hak waris yang bersangkutan.75

Adapun sumber larangan jarimah ini adalah ayat Al-Quran yang sekaligus menyatakan sanksi hukumannya, seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 92 :76

 barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia

75Ibid, 122

(68)

55

memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

3. Sanksi Tindak Pidana Atas Janin menurut Hukum Pidana Islam

Hukuman untuk tindak pidana atas janin berbeda-beda sesuai dengan perbedaan akibat dari perbuatan pelaku. Akibat tersebut ada lima macamdiantaranya sebagai berikut:77

a. Gugurnya Kandungan dalam Keadaan Meninggal

Apabila janin gugur dalam keadaan meninggal, maksutnya adalah pada saat digugurkan janin sudah dalam keadaan meninggal dunia. Hukumanbagi pelaku aborsi jenis pertama ini adalah diat janin, yaitu ghurrah (hamba sahaya) yang nilainya lima ekor unta. Ghurrah

menurut arti asalnya adalah khiar (pilihan), hamba sahaya disebut ghurrah karena ia merupakan pilihan. Dalam praktiknya, ghurrah

(hamba sahaya) dinilai dengan lima ekor unta atau yang sebanding

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan Pelatihan Pembekalan tentang prinsip-prinsip desain Interior ini adalah Siswa SMK Negeri 4 Padang jurusan DIPL

Mereka tidak dapat memahami bahawa keputusan mungkin boleh dibuat dan seringkali dapat dicapai dengan cara lain, dengan keputusan yang sama baik, atau bahkan lebih

Adaptasi Model Cropsyst pada Tanaman Kedelai dalam Menghadapi Perubahan Iklim / Aminah..... Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Pengutipan atau memperbanyak sebagian atau

lembaga otoritas terkait seperti bank central dan guidelines tentang kerangka penerapan sistem ekonomi Islam dalam lembaga keuangan syariah di Singapura. 1.Kebijakan

Pada kondisi setelah diberi perlakuan metode pembelajaran brainstorming, kelompok perlakuan memiliki pencapaian kreativitas sebesar 80%, sedangkan untuk kelompok kontrol

Potensi wisata adalah sumberdaya alam yang beraneka ragam, dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Banyu

Jika nilai piksel pada citra lebih besar dari nilai threshold yang ditentukan maka nilai piksel tersebut akan diubah menjadi warna putih dan diinisialkan dengan

Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan,