• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PRAKTIK JUAL BELI DENGAN SISTEM BUNDLING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PRAKTIK JUAL BELI DENGAN SISTEM BUNDLING "

Copied!
82
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Penegasan Judul

Sebagai kerangka awal agar lebih mudah memahami maksud atau tujuan skripsi ini dan sebelum melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, akan kami jelaskan terlebih dahulu pengertian atau pengertian istilah-istilah yang terdapat pada judul skripsi ini yaitu: “Tinjauan Islam Hukum tentang Praktek Jual Beli Dalam Sistem Pengumpulan (Studi di Toko Kelontong Benjaya Desa Rejomulyo Kecamatan Palas Lampung Selatan). Berdasarkan uraian pada pernyataan judul di atas maka dapat disimpulkan bahwa makna dari judul tersebut adalah Dari skripsi ini secara keseluruhan adalah, pandangan hukum Islam mengenai praktek jual beli dengan sistem bundling di Toko Kelontong Benjaya Desa Rejomulyo Kecamatan Palas Lampung Selatan.

Latar Belakang Masalah

Sistem pemungutan dalam jual beli yang berlangsung di Toko Kelontong Benjaya, Desa Rejomulyo, Kecamatan Palas, Lampung Selatan dilakukan oleh pemilik toko. Adanya jual beli dengan sistem pengemasan seperti yang telah dijelaskan di atas terkadang menimbulkan permasalahan terutama pada pihak pembeli sebagai pembeli dan konsumen penjual yang tidak dapat membeli salah satu produk dalam kelompoknya.

Fokus dan Sub-Fokus Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

8 Fiki Andika Putra, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Strategi Promosi Harga Tunggal Dalam Jual Beli” (Disertasi, UIN Raden Intan Lampung, 2020), 3. Tinjauan Hukum Islam tentang Transaksi Jual Beli Online yang menggunakan kode angka sebagai tambahan transaksi dalam pembayaran (Studi Insani Shop Toko Online Lampung).

Metode Penelitian

  • Sistematika Pembahasan

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama 12 Data primer diperoleh dari pihak-pihak yang terlibat dalam praktek jual beli dengan menggunakan sistem bundling. Peneliti akan mewawancarai responden untuk mendapatkan informasi atau informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti, selain itu nantinya penyusun akan mewawancarai penjual dan pembeli yang membeli produk atau barang di toko tersebut untuk mengisi data-data yang diperlukan. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap seluruh data yang diperoleh, terutama kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, dan relevansinya dengan data lain.

Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar mudah dipahami dan temuannya dikomunikasikan kepada orang lain. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan metode berpikir induktif, yaitu metode yang mempelajari gejala umum suatu fenomena. Dalam analisis data, peneliti akan mengolah data yang diperoleh dari hasil studi literatur.

LANDASAN TEORI

Pengertian Jual Beli

Saling tukar harta, saling menerima, boleh diurus (tasharuf) dengan ijhab dan kabul, dengan cara yang selaras dengan syara'. Pertukaran barang untuk barang lain dengan persetujuan bersama atau pemindahan hak milik dengan mempunyai keturunan dengan cara yang dibenarkan. Kontrak yang adil berdasarkan pertukaran harta dengan harta kemudiannya menjadi pertukaran pemilikan kekal.

Dengan demikian, kata beli dan jual menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, penjual yang satu dan pembeli yang lain. Menurut Sayyid Sabiq, istilah jual beli adalah pertukaran suatu harta tertentu dengan harta yang lain berdasarkan kesenangan keduanya. 25 Syekh Abdurrahman as-Sa'di, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah (Jakarta: . Senayan Publishing.

Dasar Hukum Jual Beli

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada dosa bagi kita semua makhluk Tuhan jika mencari nafkah dengan berdagang atau jual beli. Salah satu ayat di atas juga menjadi landasan hukum dibolehkannya jual beli dalam hukum Islam dengan ketentuan tidak melanggar hukum syara. Artinya jual beli merupakan salah satu bentuk muamalah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang bisnis mana yang terbaik; Nabi bersabda: “Usaha seseorang dengan tangannya dan jual belinya mabrur”. Berdasarkan hal tersebut jual beli diperbolehkan karena dapat membantu sesama manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Sepanjang jual beli itu terjadi atas dasar kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat.

Rukun Dan Syarat Jual Beli

Yakni obyek jual beli, baik berupa barang maupun diperbolehkan dalam Islam (objek jual beli harus berubah hukum).37 d. Dalam hal ini jumlah uang yang disepakati dalam jual beli sama dengan harga tukar barang yang dijual. Disyaratkan kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian jual beli adalah orang-orang yang berhak menggantikan kedudukan pemilik asli barang tersebut.

Berdasarkan ayat di atas dapat dicapai kesepakatan bahwa penjual dan pembeli harus saling mengesampingkan dan tidak ada paksaan dalam pelaksanaan jual beli, sehingga terjalinlah perjanjian. Artinya barang-barang yang dapat dipergunakan tentu saja sangat relatif, karena pada dasarnya semua barang yang dijadikan obyek jual beli adalah barang-barang yang dapat dipergunakan misalnya untuk konsumsi (seperti beras, buah-buahan, sayur-sayuran, dll.). ), untuk menikmati keindahannya (sebagai hiasan). rumah, bunga, dan lain-lain), menikmati suara (seperti radio, televisi,. Dengan demikian, jual beli barang yang dilakukan oleh orang yang bukan pemiliknya atau berhak atas kuasa pemiliknya dianggap sebagai suatu kontrak. jual beli, yang nihil.

Macam-Macam Jual Beli

Bai' al-Mun'aqid adalah lawan dari bai' al-bahil, iaitu jual beli disyariatkan (dibolehkan oleh syar'). Bai' an-nafidz adalah lawan dari bai' al-mauquf iaitu jual beli yang sahih yang dilakukan oleh orang yang tahu caranya, seperti baliqh dan rasional. Bai' al-lazim adalah lawan dari bai' ghair al-lazim iaitu jual beli yang sahih yang sempurna dan tiada khiyar di dalamnya.

Jual beli musawamah (tawar-menawar), yaitu jual beli secara normal ketika penjual tidak mengungkapkan harga dasar dan keuntungan yang diperolehnya. Jual Beli dengan pembayaran tertunda (bai' muajjal), yaitu jual beli dengan pembayaran barang secara langsung, namun pembayarannya dilakukan belakangan dan dapat dicicil. Jual beli yang sahih, yaitu apabila barang itu tidak ada kaitannya dengan hak orang lain kecuali aqid, maka hukumnya adalah nafidz.

Jual Beli Yang Dilarang

Seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang mempunyai ahlijatul ada' kamilah (sempurna), tetapi barang yang dijual masih belum jelas. 47. Ulama fiqh bersepakat bahawa jual beli anak kecil (belum mumayiz) adalah haram kecuali dalam perkara yang ringan atau remeh. Setakat ulama Syafiyyah dan Hanebilah, jual beli itu batal kerana tidak ada kepuasan pada masa akad.

Menurut sebagian besar ulama, perdagangan seperti itu haram karena dianggap tidak normal sebagaimana pada umumnya. Artinya, jual beli yang bergantung pada kondisi tertentu atau ditunda ke waktu yang akan datang. Jual beli yang demikian dilarang oleh agama karena dapat menimbulkan persaingan tidak sehat antar penjual (pedagang).

Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Jual Beli

Jual beli seperti ini juga diharamkan oleh agama karena dapat menimbulkan persaingan tidak sehat dan dapat menimbulkan perselisihan antar pembeli. Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa jual beli menimbulkan hak dan kewajiban para pihak yang harus dipenuhi.Disarankan juga untuk menggunakan panitera dan saksi untuk memperkirakan jika ditemukan perselisihan di antara para pihak. , misalnya mis. mencair. Artinya dalam suatu hubungan hukum timbul suatu hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak, dimana pemenuhan hak dan kewajiban tersebut memerlukan adanya saksi, apabila dikemudian hari terjadi pelanggaran terhadap pemenuhannya. hak dan kewajiban.

Hak pihak yang menjual barang atau jasa adalah menerima sejumlah uang yang telah ditentukan sebagai harga barang tersebut. Sedangkan kewajiban penjual adalah menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli dan membawa atau menjaminkan barang yang dijual. Hak pembeli adalah menerima barang yang dijual kepadanya dan menunda pembayarannya, sedangkan kewajiban pembeli adalah membayar sejumlah uang yang disepakati sebagai harga barang yang dijual.

Hikmah Jual Beli

Untuk itu jual beli merupakan salah satu alat atau proses agar manusia mendapat rahmat dari Allah SWT. Tentu bagi mereka yang melakukan penipuan atau pelanggaran jual beli akan menimbulkan kerugian bagi dirinya sendiri. Untuk itu proses jual beli yang adil dan seimbang akan membawa keberkahan bagi masyarakat.

Selain hal-hal tersebut di atas, terlihat juga bahwa proses jual beli dapat meningkatkan persahabatan dan meningkatkan jejaring sosial di masyarakat. Beda kebutuhan orang, berbeda-beda karena setiap transaksi jual beli akan didapat orang yang berbeda-beda setiap harinya. Untuk itu umat Islam harus mampu berjual beli halal agar hikmah dan keberkahan jual beli dapat dirasakan dengan baik oleh kita.

Etika Jual Beli Dalam Islam

Revisi hukum Islam mengenai praktek jual beli dengan sistem bundel diperbolehkan (dibenarkan) karena dalam prakteknya memenuhi rukun dan syarat jual beli yang sesuai dengan hukum Islam. Habibi, “Revisi Hukum Islam Terhadap Jual Beli Bibit Ikan Lele Dengan Sistem Tembak” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2019). Lestari Purnama, “Revisi Hukum Islam Tentang Jual Beli Dengan Sistem Rating” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2019).

Nurjanah Linda Ayu, “Revisi Hukum Islam Terhadap Jual Beli Dengan Sistem Pembayaran Tempo Antara Pemasok Bahan Bangunan Dan Pemilik Toko Bangunan” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2021). Putra Fiki Andika, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Strategi Promosi Satu Harga Dalam Jual Beli” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2020). Sari Rini Novita, “Revisi Hukum Islam Terkait Transaksi Jual Beli Online Dengan Menggunakan Kode Angka Sebagai Tambahan Transaksi Pembayaran” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2020).

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Gambaran Umum Tentang Toko Grosir Benjaya Desa

Praktik Jual Beli Dengan Sistem Bundling di Toko Grosir Benjaya

ANALISIS PENELITIAN

Praktik Jual Beli Dengan Sistem Bundling di Toko Grosir Benjaya

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Praktik Jual Beli

PENUTUP

Simpulan

Praktek jual beli di Toko Kelontong Benjaya, Desa Rejomulyo, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, menggunakan sistem bundling, yaitu penjual menggabungkan dua produk menjadi satu harga. Dalam praktek jual beli dengan sistem bundel tidak ada paksaan dari penjual, transaksi dilakukan atas dasar suka sama suka, dan tidak ada unsur keserakahan dan riba. Penjual yang menggunakan sistem bundel tidak takut untuk membeli dan menjual dengan cara ini karena dilarang karena praktek ini diperbolehkan dalam hukum Islam.

Dalam pelaksanaan jual beli ini diharapkan dapat dilaksanakan secara konsekuen yang didasari oleh kesenangan, sebagai dan adapun para pihak, senantiasa bersikap jujur, menghindari penipuan dan menghindari jual beli yang dilarang dalam Islam. Djazuli, Kaidah Fiqih: Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah Praktis Jakarta: Kencana, 2006. Syekh Abdurrahman as-Sa'di, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah Jakarta: Senayan Publishing, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Jual Beli Menurut Islam Menurut Hasan Aedy bahwa jual beli adalah bagian dari kegiatan bisnis yang menyebabkan terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli mengenai