Dilihat dari pemiliknya, rumah sakit dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Dilihat dari filosofi yang digunakan, rumah sakit dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non-profit Hospitals) dan rumah sakit yang mencari keuntungan (profit Hospitals). Dilihat dari kemampuan yang dimilikinya, rumah sakit di Indonesia terbagi menjadi lima jenis, yaitu: (Azwar, 2010).
Rumah Sakit Kelas A merupakan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan medis spesialis dan sub spesialis secara luas. Rumah Sakit Kelas B merupakan rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialisasi terbatas. Rencananya akan didirikan rumah sakit kelas B di setiap ibu kota provinsi (RS Provinsi) untuk menampung pelayanan rujukan dari RS kabupaten.
Direncanakan akan didirikan rumah sakit Kelas C di setiap ibu kota kabupaten (RS Kabupaten) untuk memfasilitasi pelayanan rujukan PUSKEMAS. Rumah Sakit Kelas D merupakan rumah sakit peralihan karena suatu saat akan ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Kelas C. Saat ini, Rumah Sakit Kelas D hanya dapat memberikan pelayanan kesehatan umum dan gigi.
Rumah sakit kelas E merupakan rumah sakit khusus yang hanya menyediakan satu jenis pelayanan medis.
Perbedaan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dengan metode manajemen lainnya
Inti dari TQM adalah pengendalian proses statistik (SPC/Statistical Process Control), yang didasarkan pada pengambilan sampel dan analisis varians. Meskipun sebagian besar ide dan teknik manajemen berasal dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan manajemen terkemuka, inovasi TQM sebagian besar diciptakan oleh para pionir, yang umumnya adalah insinyur industri dan fisikawan yang bekerja di sektor industri dan pemerintahan. dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategis, dan desain organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Di sisi lain, TQM awalnya berasal dari Amerika Serikat, kemudian dikembangkan lebih lanjut di Jepang, dan kemudian diperluas ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknis dan analitis dari Amerika, keterampilan implementasi dan organisasi Jepang, serta tradisi keunggulan dan integritas dari Eropa dan Asia (Tjiptono, 2003).
Prinsip dan unsur pokok Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Dengan menggunakan data, manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan upaya mereka pada situasi penting tertentu. Data statistik dapat memberikan gambaran tentang variabilitas yang merupakan bagian alami dari sistem organisasi mana pun.
Unsur utama Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting untuk mewujudkan perubahan budaya agar penerapan TQM berhasil. Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, persaingan sering kali tercipta antar departemen dalam organisasi untuk meningkatkan daya saingnya. Namun persaingan internal cenderung hanya menggunakan dan membuang energi yang seharusnya difokuskan pada upaya peningkatan kualitas, yang pada akhirnya meningkatkan daya saing perusahaan di lingkungan eksternal.
Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja tim, kemitraan, dan hubungan terjalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, instansi pemerintah, dan masyarakat sekitar. Setiap produk dan/atau jasa diciptakan dengan menggunakan proses tertentu dalam suatu sistem/lingkungan. Kondisi seperti ini membuat perusahaan yang bersangkutan tidak dapat berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lain, terutama di era persaingan global.
Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar adalah suatu proses yang tidak ada habisnya dan tidak ada batasan umur. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan elemen yang sangat penting. Namun kebebasan yang muncul dari keterlibatan dan pemberdayaan merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan dilaksanakan.
Dalam hal ini, karyawanlah yang melakukan standarisasi proses, dan mereka jugalah yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar tersebut. Namun kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada kesepakatan antara manajemen dan karyawan, misalnya mengenai gaji dan kondisi kerja. Pertama, hal ini akan memperbesar kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik atau perbaikan yang lebih efektif, karena di dalamnya juga mencakup pandangan dan pemikiran pihak-pihak yang terkait langsung dengan situasi kerja.
Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkat karena adanya 'rasa memiliki' dan tanggung jawab terhadap keputusan yang melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan menyusun struktur kerja yang memungkinkan karyawan mengambil keputusan mengenai peningkatan proses kerja mereka dalam parameter yang jelas.
Faktor yang dapat menyebabkan kegagalan Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Mutu Pelayanan Kesehatan
Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Dimensi Mutu
Yakni perhatian individu yang diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan berhubungan dengan perusahaan, kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan pelanggan dan upaya perusahaan dalam memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Komunikasi, merupakan kemampuan berkomunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.
Mutu Pelayanan Keperawatan
- Pengertian Mutu Peleyanan Keperawatan
- Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
- Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
- Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
Masyarakat awam akan memberikan pemberitaan positif jika mendapat pelayanan yang baik selama dirawat atau memberikan pemberitaan negatif tentang mutu pelayanan keperawatan berdasarkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Kebutuhan pribadi, kebutuhan individu pasien berbeda-beda, sehingga mutu pelayanan keperawatan juga harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan pribadi pasien. Pengalaman masa lalu, seorang pasien akan cenderung menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan yang bermutu, komunikasi eksternal (komunikasi eksternal perusahaan) juga dapat melakukan promosi agar pasien memperoleh kepercayaan penuh terhadap mutu pelayanan keperawatan pada instansi tersebut. Kualitas pelayanan sendiri akan terwujud jika masing-masing instansi mempunyai peran dan tugas sesuai dengan profesinya. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu alat ukur mutu pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu faktor penentu citra pelayanan kesehatan di masyarakat.
Sebab profesi perawat merupakan salah satu profesi dengan jumlah terbanyak dan paling dekat dengan pasien. Kualitas pelayanan keperawatan sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan, puas atau tidak puas (Nursalam, 2011). Perawat akan selalu memberikan asuhan keperawatan dengan tanggap dan mudah dihubungi ketika pasien membutuhkan perawatan.
Dimana perawat menunjukkan sikap yang tidak cuek, namun memberikan sikap yang baik kepada pasien. Perawat tidak akan cenderung membela satu pihak, namun perawat akan bersikap netral terhadap siapapun pasiennya. Perawat juga akan menghormati pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim medis lainnya mengenai kesejahteraan dan kemajuan pasien.
Kejujuran juga menjadi salah satu kunci keberhasilan seorang perawat dalam merawat pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap kesehatan dan permasalahan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara termudah bagi perawat dalam memberikan pelayanan. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu, perawat profesional harus memiliki keterampilan intelektual, teknis dan interpersonal yang memadai, melakukan perawatan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan etika hukum (Syahrudin dkk, 2014).
Kepuasan
- Pengertian Kepuasan
- Manfaat Kepuasan
- Tujuan utama Kepuasan
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
- Metode Mengukur Kepuasan
Pelayanan yang dievaluasi dapat berupa sebagian kecil dari pelayanan, misalnya satu jenis pelayanan dari berbagai pelayanan rawat jalan atau rawat inap, seluruh jenis pelayanan yang diberikan untuk menyembuhkan seorang pasien hingga keseluruhan sistem pelayanan di rumah sakit. Penelitian kepuasan pasien hendaknya dipahami memiliki banyak dimensi atau variabel yang mempengaruhinya (Fais, 2014). Kepuasan pasien merupakan suatu hal yang sangat subyektif, sulit diukur, dapat berubah-ubah, dan banyak sekali faktor yang mempengaruhi banyak dimensi dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, instrumen penelitian yang cukup valid disertai metode penelitian yang baik digunakan untuk mempelajari kepuasan pasien (Fais, 2014). Banyak peneliti sepakat bahwa konsumen yang puas cenderung loyal kepada perusahaan (Anderson, et al., 1994; Fornell, et al., 1996). Konsumen yang puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan cenderung membeli lagi.
Kepuasan merupakan faktor yang akan mendorong komunikasi word-of-mouth yang positif (Solomon, 1996). Komunikasi yang disampaikan oleh orang-orang yang puas dapat berupa rekomendasi kepada calon pelanggan lainnya, mendorong rekan kerja untuk berbisnis, dan berbicara baik tentang perusahaan (Zeithaml et al., 1996). Di sini, aspek komunikasi antara penjual dan pengguna memegang peranan yang sangat penting, karena pelayanan kesehatan sangat membutuhkan banyak tenaga.
Faktor ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap derajat kepatuhan pasien, yang pada akhirnya memberikan pengaruh positif terhadap kesembuhannya. Mahalnya biaya pelayanan kesehatan dapat dianggap sebagai sumber moral hazard bagi pasien dan keluarganya. Moral hazard juga akan sangat merugikan institusi pelayanan kesehatan tertentu, apalagi jika institusi tersebut memberikan imbalan berupa uang (semacam komisi) kepada mereka yang mengantarkan pasien.
Keterbatasan informasi yang dimiliki pasien dan keluarganya mengenai jenis pelayanan atau pengobatan yang diterima (ketidakseimbangan informasi) dapat berkembang menjadi sumber keluhan pasien jika tidak ditangani secara transparan dan obyektif. Kepuasan pasien hanya mengacu pada penerapan standar profesi dan kode etik, hubungan dokter-pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan memilih, pengetahuan teknis dan kompetensi, efisiensi pelayanan dan keselamatan tindakan. Kepuasan mengacu pada terlaksananya seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan, ketersediaan, kewajaran, kontinuitas, akseptabilitas, ketersediaan, keterjangkauan, efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan.
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Hipotesis Penelitian