• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI BUANG ANAK UNTUK MENGHINDARI PERKAWINAN LUSAN DI DESA NGRANDU KECAMATAN SUMOROTO KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI BUANG ANAK UNTUK MENGHINDARI PERKAWINAN LUSAN DI DESA NGRANDU KECAMATAN SUMOROTO KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Penelantaran Anak Untuk Menghindari Perkawinan Ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Dengan demikian peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap syarat-syarat tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman? 2) Bagaimana hukum Islam meninjau tujuan tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman? Penelitian ini menemukan bahwa (1) tinjauan hukum Islam mengenai syarat tradisi penelantaran anak di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo termasuk dalam 'urf yaitu shohih, karena dalam pelaksanaannya tidak ada perbuatan. itu akan melanggar hukum Syariah.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap kondisi tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Untuk mendeskripsikan analisis hukum Islam terhadap kondisi tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Untuk mendeskripsikan analisis hukum Islam tentang tujuan tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.

Dari segi sosial dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang tertarik untuk mengetahui bagaimana hukum Islam menganalisis tradisi penelantaran anak untuk menghindari pernikahan dini. Yang keempat adalah skripsi yang ditulis oleh Siti Faizatul Muharromah yang berjudul “Tradisi Menelantarkan Anak Untuk Menghindari Perkawinan Ganda Dalam Perspektif Fikhh Munakahat (Studi Kasus Di Desa Jabon Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung). 9 Siti Faizatul Muharromah, Tradisi Penelantaran Anak Menghindari Pernikahan Lusan Dalam Perspektif Fiqh Munakahat (Studi Kasus di Desa Jabon Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung), Skripsi (UIN SATU Tulungagung, 2019).

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo, karena tempat ini merupakan daerah yang memanfaatkan tradisi penelantaran anak untuk menghindari terjadinya perkawinan ganda dalam perkawinan adat.

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Telaah Pusataka

Metode Penelitian

Sistematika Pembahasan

  • Pengertian Perkawinan
  • Dasar Hukum Perkawinan
  • Rukun Dan Syarat Perkawinan
  • Larangan Perkawinan

Konsep ‘Urf

  • Macam-Macam ‘Urf
  • Keabsahan ‘Urf
  • Syarat-Syarat ‘Urf
  • Pertentangan Dalam ‘Urf

TRADISI BUANG ANAK DI DESA NGRANDU

Lokasi Penelitian

Sejarah Desa

Suatu saat Pangeran Prawiro Sentono mengetahui kedua senjatanya telah dicuri oleh Kyai Boto Riyan. Sang pangeran marah dan bersumpah kepada Kyai Boto Riyan bahwa ketujuh keturunannya tidak ada yang kuat dan mampu menjadi pemimpin desa ini, kecuali pemimpin yang bukan asli desa (Ngranduk), desa ini disebut desa Ngrandu karena Tujuh keturunan pemimpin tersebut bukanlah penduduk asli desa tersebut, yakni pendatang. Setelah kejadian tersebut, Kyai Boto Riyan melarikan diri dan bersembunyi di gubuk Mbah Anom Ndriyo, sekarang di desa Sendang, kecamatan Jambon, dan akhirnya Kya Ageng Boto Riyan meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaannya. Kini banyak orang yang menyebut nama Mbah Antol Joyo sesepuh yang menjadi penguasa desa Ngrandu hingga saat ini.

Letak Geografis

Kondisi Penduduk

Mata Pencaharian Penduduk

Kondisi Pendidikan

Namun jika tidak dapat dihindari maka dapat dihindari atau diatasi dengan cara membuang anak. Maksud dari membuang anak sendiri adalah agar tahi lalat yang dibuang tersebut tidak disebut lagi sebagai anak pertama, karena yang menemukannya adalah anak angkat dari yang menemukannya pada saat perkawinan yang pertama dilangsungkan. Hukum Islam sendiri tidak mengatur syarat-syarat penelantaran anak, meskipun merupakan adat Jawa yang dianut oleh masyarakat Ngrandu.

Dalam pandangan Islam, tradisi meninggalkan anak bukanlah tradisi yang harus diikuti oleh semua kalangan masyarakat ketika hendak menikah. Urf sendiri bertujuan untuk kemaslahatan umat Islam, sama halnya dengan tujuan dari tradisi menelantarkan anak agar terhindar dari mara bahaya dan mendatangkan kemaslahatan bagi orang yang akan melangsungkan pernikahan lusan. Begitu pula dengan tradisi menitipkan anak dalam perkawinan lusan dianggap baik dilakukan oleh pelaku lusan jika tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan memberi manfaat bagi umat.

Syarat tradisi menelantarkan anak agar terhindar dari perkawinan ganda di Desa Ngrandu, jika dilihat dari 'urfnya kita dapat melihat dari beberapa segi 'urfnya yaitu jika dilihat dari segi materil yang dapat dilangsungkan. dilakukan, maka hal itu termasuk dalam 'urf fi'li, yaitu adat yang berlaku dalam perbuatan. Sebab, tradisi penelantaran anak merupakan perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku perkawinan Lusan, sudah menjadi syarat dan adat istiadat masyarakat Ngrandu yang akan melangsungkan perkawinan Lusan sejak dahulu kala dan diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Kemudian dari segi sah atau tidaknya, syarat dan tradisi menelantarkan anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu dianggap shohih dan diperbolehkan sepanjang hanya sebagai bentuk ikhtiyar atau kehati-hatian terhadap sang anak. masyarakat untuk menolak perbuatan zalim tanpa memuja penjelmaan dari mitos itu sendiri, karena budidaya mitos dapat menyeret pelakunya ke dalam suatu bentuk kesyirikan yang bertentangan dengan syariat Islam dan dapat menjadikannya sebagai 'urf yang palsu atau korup.

Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Kabupaten, beberapa syarat dinyatakan dalam pernikahan Lusan, yaitu penelantaran anak agar pelaku perkawinan sebelumnya mendapat rasa aman dan terhindar dari akibat atau hal-hal yang diyakini dapat menimbulkan musibah yang dialami setelah perkawinan. Penelantaran anak merupakan salah satu cara untuk menghindari perkawinan pasca sarjana, artinya perkawinan pasca sarjana yang dilakukan oleh seseorang tidak lagi disebut perkawinan pasca sarjana karena anak tersebut diangkat oleh orang tersebut. Tujuan dari tradisi menelantarkan anak sebenarnya baik, yaitu untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan dan menafkahi setelah menikah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan berkaitan dengan revisi syariat Islam tentang tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan ganda di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Tinjauan hukum Islam mengenai syarat tradisi penelantaran anak di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo termasuk dalam 'urf yang shohih, karena dalam pelaksanaannya tidak ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum. syariah. Menurut tinjauan hukum Islam khususnya dari segi 'urf, tujuan dari tradisi menelantarkan anak adalah untuk menghindari perkawinan ganda, bisa dikatakan 'urf shohih, karena menurut penelitian tradisi ini sendiri masih menjadi kepercayaan umat islam di desa Ngrandu yang sebagian besar masih menganut adat ini.

Berdasarkan hasil penelitian skripsi Analisis Hukum Islam terhadap tradisi penelantaran anak untuk menghindari perkawinan Lusan di Desa Ngrandu Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo, peneliti memberikan saran. Jika tradisi penelantaran anak merupakan warisan budaya yang tidak menyimpang dari ajaran syariat Islam, maka harus diamalkan kembali sebagai bentuk mencari kemaslahatan dan menolak keburukan.

Kondisi Sosial Agama

Kondisi Sosial Kebudayaan

Arti menelantarkan anak di sini bukanlah arti sebenarnya, melainkan hanya istilah Jawa kuno. Dari penuturan Mbah Panio, yang dimaksud dengan melempar anak adalah mereka memerankan adegan calon mantan istri laki-laki ditinggalkan di jalan atau di suatu tempat kemudian ditemukan oleh mantan istri. Pernikahan Pak Tuji merupakan pernikahan mertuanya, sehingga ayahnya sudah menikah dengan kedua kakak laki-lakinya dan akan menikah untuk yang ketiga kalinya, sedangkan orang tua pihak perempuan.

Tujuan dilaksanakannya tradisi menelantarkan anak ini adalah harapan agar terhindar dari akibat atau hal-hal yang tidak diinginkan yang tidak menimpa para pelanggar atau pelanggar larangan adat terhadap kutu dan menghormati hukum adat yang ada, selain itu untuk menjamin keselamatan senantiasa mencari niat yang baik. untuk menikah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga dikemudian hari. Atau tidak menjadi anak ketiga pada saat perkawinan dan selanjutnya tidak disebut perkawinan tamat. Perkawinan Lusan adalah perkawinan yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang kedudukannya sebagai anak pertama dan ketiga, baik laki-laki atau perempuan, atau bila ada calon pengantin dimana kedua orang tuanya, salah satunya telah menikah untuk kedua kalinya dengan anaknya dan orang tua calon pengantin lainnya akan segera menikah, anak pertamanya.

Kemudian dalam melaksanakan penelantaran anak ada syarat yang harus dipenuhi yaitu seluruh acara ijab kabul sampai resepsi pernikahan diadakan di kediaman pihak perempuan dan tidak boleh diadakan di tempat laki-laki. Selain itu orang tua atau pihak laki-laki tidak diperbolehkan mengadakan acara, syukuran atau pernikahan dan orang tua tidak diperbolehkan datang pada acara pernikahan tersebut. Namun jika perbuatan seseorang tidak ditemukan atau diatur dalam sumber hukum Islam, maka para ulama melakukan istinbath hukum yaitu dalam bentuk 'urf. Dengan demikian, terlihat bahwa urf dapat diterima dan diakui sebagai dasar hukum Islam, sepanjang tidak bertentangan dengan Nash.

Sedangkan jika dilihat dari bidang pemanfaatannya, tradisi ini termasuk ke dalam khas urf yaitu suatu adat atau kebiasaan yang diketahui dan tersebar hanya pada suatu daerah dan masyarakat tertentu saja, seperti yang terjadi pada masyarakat desa Ngrandu. dan lakukan. itu tidak berlaku untuk semua lapisan masyarakat lainnya. Atas dasar itu peneliti menilai, syarat tradisi penelantaran anak yang dilakukan masyarakat Ngrandu tidak bisa dikenai hukuman yang sama, jika terlihat atau mutlak diperbolehkan atau sebaliknya mutlak dirusak atau dipalsukan, melainkan perpanjangan tangan. pandangan atau persepsi masyarakat terhadap mitos Jawa. Dengan demikian jika tradisi ini hanya merupakan bentuk tasawuf, maka menurut hukum Islam dikatakan bahwa perbuatan yang mengarah pada thiyarah adalah karena masyarakat meyakini akan merasakan kesialan karena suatu hal yaitu mitos tersebut, maka menurut 'urf - ini kebiasaannya. jatuh dalam 'urf fasid.

Dalam Islam, untuk suatu adat atau tradisi yang tidak disebutkan dalam teks Al-Qur'an, hadis, ijma' atau qiyas, para ulama sepakat untuk melakukan istinbath hukum yaitu dalam bentuk 'urf'. Urf adalah sesuatu yang dijadikan landasan hukum Islam, jika tidak bertentangan dengan nash, jika bertentangan maka 'urf tersebut tidak sah atau ditolak. Secara 'urf, tradisi ini termasuk dalam 'urf shohih karena menghormati adat-istiadat yang telah lama dijalankan, tidak mempercayai akibat dari perkawinan.

Dalam konteks perkawinan hendaknya wisudawan lebih bertawakal pada takdir Allah SWT, dimana segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah SWT.

Referensi

Dokumen terkait

Silfi Listiani “Tinjauan hukum Islam mengenai tradisi pemberian almari oleh suami kepada isteri dalam pernikahan (Studi Kasus di Desa Buko Kecamatan Wedung Kabupaten

Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan di Keluarga Para Mas di Sidosermo dan

9 Mardani, Hukum Perkawinan Islam, hlm.. pernikahan, yaitu tradisi dendan. Tradisi ini diselenggarakan apabila yang mempunyai hajat menikahkan anaknya atau yang mau

Jika dilihat dari teori ‘ urf maka tradisi perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat dusun Cikalan itu tidak bertentangan dengan syarat-syarat ‘ urf, karena tradisi ini

Skripsi yang berjudul: “ Pernikahan dalam Prespektif Al- Qur ’ an (Studi Tradisi Desa Janggalan Kecamatan Kota Kudus Dalam Menghindari Pernikahan Pada Bulan

Hasil penelitian ini adalah (1) Konsekuensi logis nikah beda agama adalah (a) Sulit mewujudkan tujuan nikah, karena membangun keluarga sakinah, mawaddah,

Abstrak Pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk suatu keluarga bahagia dan kekal, maka dari itu pernikahan dianggap

Pandangan hukum adat apabila tradisi bubuwarang tidak dilaksanakan maka berdampak pada penilaian keluarga calon mempelai wanita terhadap status sosial dari keluarga calon mempelai pria