• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA TANPA HAK ATAU MELAWAN HUKUM MENJADI PERANTARA JUAL - BELI NARKOTIKA GOL I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA TANPA HAK ATAU MELAWAN HUKUM MENJADI PERANTARA JUAL - BELI NARKOTIKA GOL I"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

11 Sutrisno, Tinjauan Yuridis Perantara Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Jurnal Independen Vol 5 No. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan pembahasan lebih mendalam mengenai rumusan pasal tentang ketentuan sanksi pidana dalam penegakan hukum, khususnya kasus tindak pidana di bidang narkoba, yang dilakukan di bentuk peredaran oleh perantara jual beli narkoba golongan I dengan judul “Tinjauan Hukum Tindak Pidana Tanpa Hak atau Melawan Hukum, Sebagai Perantara Jual Beli Narkoba Gol I (Keputusan Studi Nomor 720/Pid. Sus/2022/PN Mdn) )." Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memvonis pelaku tindak pidana tanpa hak atau melanggar hukum sebagai agen penjual?

Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada pelaku tindak pidana tanpa hak atau melanggar hukum Menjadi perantara jual beli narkotika Gol I (Putusan Kajian Nomor 720/Pid.Sus/ 2022/ PN Mdn).

Jenis-Jenis Tindak Pidana

Sedangkan tindak pidana culpa merupakan tindak pidana yang mengandung unsur kelalaian sebagai salah satu unsurnya. Tindak pidana pengaduan mutlak adalah tindak pidana yang menurut sifatnya hanya dapat dilakukan oleh penuntut umum setelah adanya tuntutan.

Tindak Pidana Melawan Hukum

Pengertian Tindak Pidana Melawan Hukum

Sedangkan delik ganda adalah delik yang hanya menjadi delik jika dilakukan berkali-kali. Dari sudut pandang ini, jika perbuatan tersebut sesuai dengan rumusan tindak pidana yang dilakukan, maka perbuatan berikut ini merupakan perbuatan melawan hukum materil yang dilakukan pelaku.

Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Dikatakan material karena sifat perbuatan melawan hukum dalam perkara ini harus dilihat sebagai satu kesatuan akibat yang ditimbulkannya bagi korban. Untuk hubungan sebab akibat, terdapat 2 (dua) jenis teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori sebab akibat terdekat. Sebab-akibat sebenarnya hanyalah persoalan fakta atau apa yang sebenarnya terjadi.

Sedangkan teori sebab-akibat terdekat lebih menekankan pada apa yang menimbulkan kerugian bagi korban, apabila perbuatan pelaku atau perbuatan lain yang tidak ditimbulkannya bukanlah perbuatan melawan hukum. Namun apabila terjadi kerugian maka yang harus dibuktikan adalah hubungan antara perbuatan melawan hukum tersebut dengan kerugian yang ditimbulkan.

Konsekuensi Yuridis Timbulnya Perbuatan Melawan Hukum

Ganti rugi atas kerugian akibat perbuatan melawan hukum sebagaimana disebutkan di atas dapat berupa ganti kerugian materiil dan non materiil. Biasanya dalam prakteknya ganti kerugian dihitung dalam bentuk tunai atau setara kas, kecuali tuntutan penggantian barang atau barang yang dianggap rusak/sita akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan pelaku. Secara teoritis ganti rugi atas kerugian akibat suatu perbuatan melawan hukum digolongkan menjadi dua bagian, yaitu: kerugian saat ini dan kerugian yang akan datang.

Kerugian aktual dikatakan sebagai kerugian yang dapat dengan mudah dilihat secara nyata maupun fisik, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Kerugian ini didasarkan pada hal-hal tertentu yang timbul akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan pelaku. Sedangkan kerugian di masa depan adalah kerugian yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang akibat perbuatan salah yang dilakukan pelaku.

Kerugian tersebut antara lain dengan mengajukan gugatan pemulihan nama baik seseorang melalui pemberitahuan di media cetak dan/atau elektronik terhadap pihak yang melakukan kesalahan. Kompensasi kerugian di masa depan juga harus didasarkan pada kerugian yang benar-benar dapat dibayangkan di masa depan dan akan benar-benar terjadi.

Tinjauan Umum Tentang Narkotika 1. Pengertian Narkotika

Tinjauan Undang-Undang Narkotika

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Narkotika Tunggal Tahun 1961 dan Protokol Tahun 1972 yang melakukan perubahannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3085 ). Mengenai ruang lingkup Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, diatur dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 bahwa pengaturan mengenai narkotika dalam undang-undang ini mencakup segala macam kegiatan dan perbuatan yang berkaitan dengan narkotika dan prekursor obat, yang merupakan pendahuluan. hingga pembahasan ketentuan pidana dalam undang-undang yang diatur secara rinci. Dari tujuan diundangkannya Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, bagian (a) yaitu untuk menjamin ketersediaan narkotika bagi pelayanan kesehatan dan teknologi pada bagian itu, narkotika ibarat pedang bermata dua, satu sisinya adalah sangat dibutuhkan dalam dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan, di sisi lain penyalahgunaan sangatlah penting.

2009, pembatasan berarti mencegah peredaran narkotika yang ada, dalam undang-undang ini, sesuai dengan Pasal 1 angka 2 UU No. 35 Tahun 2009 yang dimaksud dengan prekursor bahan kimia atau bahan masukan yang dapat digunakan dalam produksi narkotika, dipisahkan dalam tabel sebagaimana terlampir pada undang-undang no. 35 Tahun 2009, jadi pada hakikatnya prekursor adalah suatu zat atau bahan masukan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku proses pembuatan untuk keperluan farmasi dan industri.

Oleh karena itu, terlihat bahwa Undang-Undang tersebut tidak secara khusus membahas pelarangan narkotika, padahal narkotika mempunyai kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya. 35 Tahun 2009 juga terdapat kalimat yang berbunyi “mencegah dan melindungi anak Indonesia dari penyalahgunaan narkoba” 35. Namun Undang-Undang Narkotika No 35 Tahun 2009 tidak secara khusus bertujuan untuk melarang peredaran obat-obatan yang dapat merugikan anak bangsa Indonesia. Jika ingin melindungi dan mencegah anak bangsa menggunakan narkoba, pembahasannya ada pada tujuan UU tersebut. harus khusus untuk tindak pidana narkotika.

Faktor Penyalahgunaan Narkotika

37 Soubar Usman, Penyalahgunaan Narkoba dan Upaya Pengendaliannya, Surabaya, Ngegel: BNN Provinsi Jawa Timur, 2016, hal. Seorang pengguna narkoba akan menjadi ancaman bagi keluarganya sendiri karena suka mencuri uang, menjual barang dan hasilnya kepada untuk membeli obat-obatan. Bagi pengguna narkoba yang mempunyai jabatan di sektor swasta atau publik, berani menggunakan uang resmi atau pemerintah untuk membeli narkoba (korupsi).

Maraknya penyalahgunaan Narkoba memberikan dampak terhadap kelangsungan hidup Bangsa dan Negara yaitu rusaknya moral, hilangnya rasa cinta tanah air di kalangan remaja dan generasi muda sebagai pewaris dan penerus perjuangan, penerus pembangunan, rendahnya kreativitas, produktivitas dan semangat bersaing yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi ketahanan nasional (Runtuhnya Negara Republik Indonesia).

Sanksi terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Menurut Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009

Dalam hukum positif di Indonesia, ancaman hukuman bagi pelaku tindak pidana tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP menentukan jenis tindak pidana atau hukuman yang tercakup dalam Pasal 10 KUHP, yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukuman pokok dan undang-undang tambahan.40. Berikut ini akan dijelaskan rumusan sanksi pidana dan jenis pidana penjara serta jenis denda bagi tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yaitu.

Ancaman sanksi pidana untuk keuntungan finansial yang diperoleh dari tindak pidana narkoba dan/atau prekursor narkoba, apabila merupakan dugaan tindak pidana pencucian uang, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 sampai dengan 15 tahun atau 3 sampai dengan 10 tahun dan denda antara Rp. . Dalam Pasal 2 UU No. 25 Tahun 2003 tentang tindak pidana pencucian uang, tindak pidana yang berkaitan dengan pencucian uang dibatasi, antara lain: tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotika, tindak pidana psikotropika, dan lain-lain. 10. Ancaman sanksi pidana bagi saksi yang memberikan keterangan palsu pada saat persidangan perkara pidana obat-obatan terlarang dan prekursor di hadapan pengadilan (Pasal 143), adalah ancaman pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) ) tahun dan denda paling banyak Rp.

11. Ancaman sanksi pidana bagi setiap orang yang mengulangi tindak pidana (Pasal 144), dimana dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun yang melakukan pengulangan bukan pidana, ancaman pidana maksimal setiap pasal ditambah 1/3 (sepertiga). 12. Ketentuan pidana bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di luar wilayah negara Republik Indonesia (pasal 145). 13. Pidana pidana denda yang tidak dapat dibayar oleh pelaku tindak pidana (Pasal 148) dalam ketentuan ini paling lama 2 (dua) tahun42.

Tinjauan Umum Tentang Dasar Pertimbangan Hakim 1. Pengertian Dasar Pertimbangan Hakim

Unsur-Unsur Pertimbangan Hakim

Apabila hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa, maka hakim tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila terdapat sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah sehingga hakim yakin bahwa suatu tindak pidana benar-benar telah terjadi dan terdakwa bersalah karenanya (Pasal 183 UU No. KUHAP). Selain identitas terdakwa, surat dakwaan juga memuat uraian tentang tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat terjadinya tindak pidana tersebut.Dakwaan yang dipertimbangkan oleh hakim adalah surat dakwaan yang dibacakan di muka pengadilan. Umumnya seluruh dakwaan jaksa penuntut umum dituangkan dalam putusan hakim. Dengan demikian, keterangan terdakwa yang dinyatakan dalam bentuk ingkar atau pengingkaran, seperti yang sering terjadi dalam praktek, juga dapat dinilai sebagai alat bukti. Dengan memperhatikan berbagai putusan pengadilan, nampaknya pernyataan terdakwa pada hakikatnya adalah tentang pertimbangan hakim dan patut untuk dimasukkan dalam pertimbangan karena itulah yang disyaratkan oleh undang-undang.

Salah satu komponen yang harus diperhatikan oleh hakim dalam mengambil keputusan adalah kesaksian.Kesaksian dapat dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang keterangan tersebut mengenai suatu peristiwa pidana yang pernah didengar, dilihat, dan dialami sendiri serta harus disampaikan di muka sidang oleh hakim. Pengambilan sumpah sepertinya menjadi pertimbangan utama dan selalu menjadi bahan pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan. Barang atau tagihan dari tersangka atau terdakwa, yang seluruhnya atau sebagian diduga atau diperoleh dari tindak pidana atau sebagian merupakan hasil tindak pidana. Alat bukti tersebut di atas bukan merupakan bagian dari alat bukti, karena menurut KUHP hanya diatur lima jenis alat bukti, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Jaksa menyebutkan bukti-bukti dalam dakwaannya, yang kemudian diserahkan kepada hakim internal.

Selain itu, tindak pidana korupsi yang saat ini terjadi di Indonesia menunjukkan tren peningkatan seiring dengan banyaknya kasus korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah. Begitu pula dalam tindak pidana korupsi, baik terdakwa dalam melakukan tindak pidana korupsi berperan sebagai pelaku utama maupun hanya pembantu saja. Peran atau kedudukan terdakwa dalam melakukan tindak pidana tersebut tentunya akan menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya, terutama dalam menentukan berat ringannya.

Jenis Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pidana pelaku tanpa hak atau melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli anestesi Objektif I dalam Kajian Putusan Nomor 720/Pid.Sus/2022/PN Mdn dan apa menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memberikan sanksi kepada terdakwa (Putusan Studi Nomor 720/Pid.Sus/2022/PNMdn).

Metode Pendekatan Masalah

Khususnya terhadap perkara-perkara yang telah diputus sebagaimana terlihat pada hukum perkara terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian yaitu perkara pidana.

Sumber Bahan Hukum

Metode Penelitian

Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana

“1) S etiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan

Menyangkut ketentuan tentang mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, membeli, menyerahkan, menerima menjadi perantara dalam jual beli atau menukar

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hakim dalam memutus tindak pidana anak tanpa hak atau melawan hukum menyimpan dan menguasai narkotika golongan I bukan

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud

Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud

TINDAK PIDANA PERCOBAAN ATAU PERMUFAKATAN JAHAT YANG TANPA HAK ATAU MELAWAN HUKUM MENGEDARKAN NARKOTIKA GOLONGAN SATU BERBASIS KEADILAN BERMARTABAT SKRIPSI Skripsi Diajukan