• Tidak ada hasil yang ditemukan

TR 1 ELEMEN STRUKTUR BAJA

N/A
N/A
vini

Academic year: 2025

Membagikan "TR 1 ELEMEN STRUKTUR BAJA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ELEMEN STRUKTUR BAJA METODE ASD (ALLOWABLE STRESS DESIGN)

DISUSUN OLEH :

NAMA : VINI LUCKY LUBIS NIM : 5213250039

KELAS : C- S1 TEKNIK SIPIL

DOSEN PENGAMPU :

Ir. BAMBANG HADIBROTO MSi, MT, IPM.

LIANA ATIKA, SPd, MPd.

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN SEM. GENAP T.A 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas anugrah dan berkat-Nya kami mampu menyelesaikan makalah mengenai metode ASD ini dengan sebaik- baiknya dan dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Elemen Struktur Baja.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesain penyusunan makalah ini. Semoga kiranya bermanfaat bagi banyak orang khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.

Terima Kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Elemen Struktur Baja Bapak Ir.

Bambang Hadibroto MSi, MT, IPM. Dan Ibu Liana Atika, SPd, MPd.atas bimbingannya, sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 12 Maret 2023

Vini Lucky Lubis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG...1

B. RUMUSAN MASALAH... 1

C. TUJUAN... 1

D. MANFAAT...1

BAB II LANDASAN TEORI... 3

BAB IV PENUTUP...12

A. KESIMPULAN...12

B. SARAN... 12

DAFTAR PUSTAKA...13

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pada era belakangan ini, banyak bangunan yang berdiri megah, kokoh, dan indah. Seiring berkembangnya, bahan bangunan yang digunakan pada bangunan modernpun semakin berkembang. Di Indonesia, perkembangan ini sudah sangat terlihat jelas. Seperti rangka atap yang digunakan pada rumah-rumah modern sudah menggunakan baja dan baja ringan. Maka, tidak asing bila sekarang di Indonesia mudah sekali ditemukan Toko yang menjual baja maupun baja ringan.

Baja ini mempunyai keunggulan yang semuannya dimiliki,antara lain dalam bagian kekuatan, Kelenturan, kekerasan, ketahanan terhadap korosi dan lain-lain.

Pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja itu sendiri, tergantung besarnya daya kekuatan baja yang di butuhkan di setiap proyek stuktur. Maka dengan itu baja sangat di perhitungkan baik dalam pemilihan jenis baja, profil baja, hingga pada mutu baja sesuai penggunaannya yang di butuhkan pada suatu proyek struktur.

Dalam melakukan pekerjaan struktur baja tentang menyambungkan profil baja dengan baja yang lain tentu memerlukan sambungan yang berfungsi untuk menyatukan ujung baja terhadap baja yang lain dengan kekuatan sambungan yang diinginkan. Tentu tidak sembarang menyambungkan baja harus memperhitungkan sedemikian rupa guna tidak terjadi kegagalan konstruksi.

Di dalam perencanaan struktur bangunan baja, terdapat tiga metode perencanaan yang berkembang secara bertahap di dalam sejarahnya (bowles,1979), yaitu Metode Elastis ASD (Allowable Stress Design) dan Metode LRFD (Load and Resistance Faktor Design).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan metode ASD?

2. Bagaimana perhitungan pembebanan pada metode ASD?

3. Apa saja jenis sambungan pada pembebanan metode ASD?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode ASD

2. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan pmbebanan metode ASD

3. Untuk mengetahui jenis sambungan yang digunakan dalam pembebanan metode ASD

D. MANFAAT

1. Menambah wawasan mengenai metode ASD

2. Membantu dalam memahamu perhitungan pembebanan dengan metode ASD

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Metode ASD (Allowable Stress Design)

Allowable Stess Design (desain tegangan yang diijinkan) yang disebut pula working stress design (desain tegangan kerja), didalam metode ini, eleman struktur pada bangunan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan yang timbul akibat beban kerja atau/layan tidak melampaui tegangan ijin yang telah ditetapkan yaitu σmaks ≤ σijin .

Tegangan ijin ini ditentukan oleh peraturan bangunan atau spesifikasi (seperti American Institute of Steel Construction (AISC) Spesification 1978) untuk mendapatkan faktor keamanan terhadap tercapainya tegangan batas, seperti tegangan leleh minimum atau tegangan tekuk (buckling). Tegangan yang dihitung akibat beban kerja/layan harus berada dalam batas elastis.

Gambar 2.1. Diagram regangan tegangan

Pada metode tegangan kerja (ASD) ini, tegangan ijin disesuaikan ke atas bila kekuatan plastis merupakan keadaan batas yang sesungguhnya. Jika keadaan batas yang sesungguhnya adalah ketidak-stabilan tekuk (buckling) atau kelakuan lain yang mencegah pencapaian regangan leleh awal, maka tegangan ijin harus diturunkan. Syarat-syarat daya layan lainnya seperti lendutan biasanya diperiksa pada kondisi beban kerja.

(6)

Jenis Baja

Tegangan Leleh Tegangan Ijin σ1

σ

kg/cm² Mpa kg/cm² Mpa

Bj 34 2100 210 1400 140

Bj 37 2400 240 1600 160

Bj 41 2500 250 1666 166,6

Bj 44 2800 280 1867 186,7

Bj 50 2900 290 1933 193,3

Bj 52 3600 360 2400 240

Tabel 2.1. Harga tegangan dasar MPa : Mega Pascal – satuan sistem Internasional 1 MPa : 10 kg/cm²

Secara umum, persamaan untuk persyaratan keamanan dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

Φ = Faktor resistensi; factor reduksi Rn = Kekuatan nominal

Γ = Faktor- faktor kelebihan beban

∑Qi = Beban

Semua beban diasumsikan sebagai memiliki variabilitas rata-rata yang sama. Keseluruhan variabilitas beban-beban dan kekuatan-kekuatan ditempatkan pada ruas kekuatan persamaan tersebut. Untuk menyelidiki persamaan tersebut menurut Allowable Stess Design untuk balok, ruas kiri hendaknya mewakili kekuatan balok nominal Mnyang dibagi oleh suatu faktor

(7)

keamanan FS (sama dengan ϕ/γ), sedangkan ruas kanan mewakili momen lentur beban layanan M yang bekerja sebagai hasil dari semua tipe beban.

Mn ≥ M

FS Dimana :

Mn = Kekuatan momen nominal FS = Faktor keamanan (ϕ/γ) = 1,67 M = Momen lentur; momen beban layan

Istilah Allowable Stess Design menyiratkan suatu tegangan elastis. Momen inersia I dibagi dengan jarak c dari sumbu netral ke serat terluar) untuk mendapatkan satuan- satuan tegangan. Dengan demikian, bila diasumsikan bahwa kekuatan nominal Mn tercapai pada saat tegangan serat terjauh merupakan tegangan leleh fy (yakni Mn = fy / c).

Atau :

Dimana:

fy = Tegangan leleh

FS = Faktor keamanan (ϕ/γ) = 1,67 c = Jarak dari sumbu netral

M = Momen lentur; momen beban layan I = Momen inersia

Dalam ASD, fy/FS akan menjadi tegangan yang diijinkan σb, dan ƒb akan menjadi tegangan elastis hitungan dalam beban layanan penuh. Bila kekuatan nominal final Mn telah didasarkan atas pencapaian suatu tegangan Fcr yang lebih sedikit dari pada fy

karena, misalnya saja kekuatan, tegangan yang diijinkan σb akan sama dengan Fcr/FS. Dengan

(8)

demikian kriteria keamanan dalam ASD dapat ditulis sebagai:

Dimana :

fb = Tegangan lentur beban layan σb = Tegangan lentur yang diijinkan fy = Tegangan leleh

FS = Faktor keamanan (ϕ/γ) = 1,67 Fcr = Tegangan kritis pada kondisi tekan

Tegangan-tegangan ijin dari spesifikasi ASD diturunkan dari kekuatan yang mungkin dicapai oleh struktur bila struktur tersebut mengalami kelebihan beban. Bila profilnya cukup kenyal (duktile) dan tidak terjadi tekukan, regangan yang lebih besar daripada “lelehan yang pertama“ regangan εy = fy/Es dapat terjadi pada profil tersebut (Es merupakan modulus elastisitas). Perilaku tak elastis kenyal semacam itu memungkinkan lebih banyak beban dapat ditanggung daripada yang mungkin terjadi bila struktur tersebut masih sepenuhnya elastis. Dalam keadaan seperti itu tegangan ijin dapat dinaikan. Bila kekuatan dibatasi oleh tekukan atau suatu perilaku sehingga teganganya tidak mencapai tegangan lelehnya, maka tegangan ijinya dapat diturunkan.

Kombinasi Pembebanan Metode ASD

Spesifikasi ASD menggunakan kombinasi pembebanan tanpa beban terfaktor yang diberikan dalam persamaan berikut :

D + L D + W

(D + L + W) x 80%

Balok dengan Metode Allowable Stress Design (ASD)

Balok menurut filosofi Allowable Stress Design memberikan keamanan struktural sebagai berikut :

Dimana :

(9)

Mn = Kekuatan momen nominal

γ/ϕ = Faktor kelebihan beban dibagi dengan faktor kurangnya kekuatan FS = Faktor keamanan nominal pada desain balok = 1,67

M = Momen lentur beban layan

Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak adalah :

Dimana :

Mp : Kekuatan momen plastis Z : Modulus plastis

Fy : kuat leleh

S : Modulus penampang elastis

ξ : fraktor bentuk = 1,10

1. Untuk penampang frofil I, lentur terhadap sumbu x-x adalah :

Dimana:

σb : Tegangan ijin

FS : Faktor keamanan = 1,67 fy : Kuat leleh

(10)

Sx : Modulus penampang elastis sumbu

(11)

2. Untuk penampang profil I, lentur terhadap sumbu y-y adalah :

Fb = 0,75 fy

(12)

Dimana :

σb : Tegangan ijin fy : Kuat leleh

Batang Tarik Allowable Stress Design (ASD)

Batang tarik untuk metode ASD memberikan persyaratan keamanan sebagai berikut : (Charles G. Salmon John E. Johnson 1)

Dimana:

ϕ : Faktor resistensi (faktor reduksi kekuatan) Rn : Resistensi nominal (kekuatan)

Qi : Beban

Yang menyatakan bahwa kekuatan desain ϕ Rn yang dibagi dengan suatu faktor γ untuk kelebihan beban yang harus melebihi beban-beban layanan. Dalam metode desain tegangan ijin, besarnya provisi keamanan adalah γ/ ϕ.

Untuk batang tarik, dengan mengambil faktor keamanan FS = γ/ ϕ, kekuatan Rnseperti halnya Tn, dan ƩQi sama dengan beban layan T dalam tarik, persamaan tersebut menjadi :

Dimana:

Tn : Kekuatan nominal batang tarik

FS : Faktor keamana = 1,67 (AISC,ASD, Manual of Steel Construction 2th)

S : Gaya tarik beban layan Batang Tekan dengan Allowable Stress Design (ASD)

Batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitasnya (tidak ada bahaya tekuk), hal ini harus diperlihatkan dengan persamaan :

(13)

u

Dimana :

N = Gaya tekan pada batang tersebut.

A = Luas penampang batang σ = Tegangan dasar pada table 1

ω = faktor tekuk yang tergantung dari kelangsingan (λ) dan macam bajanya.

Sambungan Baut Allowable Stress Design (ASD) a. Kekuatan geser desain baut

dimana :

Rn : Kekuatan nominal pada suatu penyambung

m : Banyaknya bidang geser yang terlibat (irisan tunggal atau irisan ganda)

Ab : Luas penampang lintang bruto yang melintang pada bagian tangkai baut yang tak berulir, cm2

b : Kekuatan tarik bahan baut

b. Kekuatan tumpu desain baut Rn = 2.4 Fud.t dimana :

Rn : Kekuatan nominal pada suatu penyambung

Fu : Kekuatan tarik baja yang membentuk bagian yang disambung d : Diameter nominal baut

t : Ketebalan pelat yang memikul baut

Sambungan Las Allowable Stress Design (ASD)

Karena filosofi Allowable Stress Design adalah menghitung “tegangan-tegangan” pada beban layan, dapat dibagi dengan luas efektif las per inch. Ruas-ruas persamaan tersebut bila dipertukarkan (mengubah pertidaksamaannya) akan memberikan : (Charles G. Salmon dan John E. Johnson, Struktur Baja I ).

F

(14)

Dimana :

R : Beban layan

te : Dimensi leher efektif las Rn : Kekuatan nominal FS : Faktor keamanan = 1,67

Atau beban layan R per inch las tidak boleh melampaui beban Rw yang diijinkan (allowable) per inch las. Ini dapat diwujudkan sebagai : (Charles G. Salmon dan John E. Johnson, Struktur Baja I hal 259)

R ≤ [ Rw = tegangan ijin x te ] Dimana :

R : Beban layan

Rw : Beban ijin per inch pada las te : Dimensi leher efektif las

Perhitungan Base Plate Metode Allowable Stress Design (ASD)

Untuk memenuhi syarat kesetimbangan statis, pada Allowable Stress Design reaksi tumpuan pada beton (Pp) harus segaris dengan beban aksial yang bekerja. ( Steel Design Guide Series 1

dimana :

ϕc : 0,70

fc' : mutu kuat tekan beton, (MPa)

A1 : luas penampang baja yang secara konsentris menumpu pada permukaan beton, (mm2)

(15)

A2 : luas maksimum penampang beton BAB III

PENUTUP A. KESIMPULAN

Konsep metode ASD (allowable Stress design) merupakan metode konvensional dalam perencanaan sistem struktur. Metode ini menggunakan beban yang harus dapat ditahan olehmaterial penampang elemen struktur. Agar struktur aman maka harus direncanakan bentuk dankekuatan yang mampu menahan beban tersebut.

Metode ASD (Allowable Stress Design). Istilah ASD pada umumnya mengacu pada Specification for Structural Steel Building Allowable Stress Design and Plastic Design (AISC 1989), yaitu suatu perencanaan yang menggunakan beban kerja. Itulah mengapa sering disebut juga sebagai Working Stress Design. Dalam metode ini, elemen struktur harus direncanakansedemikian rupa sehingga tegangan yang timbul akibat beban kerja atau beban layan tidak melampaui tegangan ijin yang telah ditetapkan (σ maks ≤ σ ijin).

B. SARAN

Dalam penulisan makalah mengenai motede ASD yang bertujuan untuk membantu memahami mengenai konsep metode ASD terutama kepada penulis ataupun pembaca. Saya menyadari masih banyak kekekurangan dalam makalah ini, untuk itu saya membutuhkan kritik dan saran.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Cahya, H. N. (2015). Studi Analisis Perbandingan Metode Allowable Stress Design (ASD) dan Load and Rsistance Factor Design (LRFD) Pada Struktur Gable Frame di Pembangunan Pasar Baru Kabupaten Lumajang (Doctoral dissertation, ITN Malang).

Setiawan, A. (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRF D.

Waruwu, W, L. 2018. Analisa Sambungan Baja Metode Metode Allowable Stress Desaign DanMetode Load Resistance And Factor Desaign. Universitas HKBP Nomensen.

Referensi

Dokumen terkait

Treatment) pada spesimen las terhadap struktur mikro, kekerasan, dan kekuatan tarik baja tahan karat austenitik. Bagaimana pengaruh kekuatan pada kapuh V

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diameter baut terhadap kekuatan sambungan kayu geser ganda berpelat baja pada empat jenis kayu tropis

Perbandingan secara analisis bahwa pengaruh media pendingin air laut terhadap sifat mekanik baja karbon medium yang disambung dengan las SMAW pada uji

Peningkatan elongasi dan kekuatan tarik serta yield yang cukup signifikan pada diameter baja tulangan polos diameter 8 mm dan temperature fasa ganda 750 o C karena

Sebenarnya, masih banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan atau ditambahkan pada tabel konstruksi baja, seperti modulus plastis, kuat tekan dan tarik nominal, momen nominal,

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu dengan pelat baja dari pengaruh diameter dan jumlah

Berdasarkan data tersebut, maka penulis merencanakan alternatif lain yaitu merencanakan kembali menggunakan struktur rangka baja yang memiliki kekuatan tarik dan tekan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi diameter elektroda E7018 terhadap kekuatan tarik, nilai kekerasan, dan struktur mikro pada paduan Baja SS400 sebelum