TRANSFORMASI STRUTURAL PREKONOMIAN DI SUMATERA UTARA DARI PERSEPEKTIF REGIONAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : TASYA BR SURBAKTI NPM : 223410045
MATAKULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : ANTON A.P. SINAGA, S.E.,M.S.,Dr.,Prof
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2025
Statement of Authorship
“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya.”
BAB 1
PENDAHULUAN
Transformasi struktural merupakan proses penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah.
Transformasi ini ditandai dengan pergeseran kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dari sektor primer (pertanian, kehutanan, dan perikanan) ke sektor sekunder (industri pengolahan, konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan, jasa, pariwisata, dan lain- lain). Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi strategis di Pulau Sumatera mengalami dinamika transformasi struktural yang cukup signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Dengan keberagaman wilayah dan potensi sumber daya alam yang tinggi, Sumatera Utara memiliki konfigurasi ekonomi regional yang kompleks. Di satu sisi, kota-kota seperti Medan, Binjai, dan Deli Serdang berkembang pesat di sektor industri dan jasa. Namun, di sisi lain, kawasan seperti Nias, Tapanuli, dan Mandailing Natal masih sangat bergantung pada sektor primer.
Transformasi struktural memiliki implikasi besar terhadap perencanaan pembangunan daerah, kesejahteraan masyarakat, serta ketimpangan regional. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mendalam mengenai bagaimana transformasi ini berlangsung dan apa saja faktor-faktor yang mendorong atau menghambat proses tersebut di Sumatera Utara.
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana perkembangan transformasi struktural perekonomian Sumatera Utara dari waktu ke waktu?
2. Apa saja faktor regional yang memengaruhi arah dan kecepatan transformasi struktural tersebut?
Tujuan Penulisan:
1. Menganalisis perubahan struktur sektor ekonomi di Sumatera Utara berdasarkan data PDRB sektoral.
2. Mengkaji faktor-faktor pendorong dan penghambat dari transformasi struktural di tingkat regional.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Transformasi struktural dalam ekonomi pembangunan merujuk pada pergeseran ekonomi dari sektor tradisional (pertanian) ke sektor modern (industri dan jasa). Teori ini pertama kali dipopulerkan oleh W.
Arthur Lewis (1954), yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi akan terjadi jika tenaga kerja dipindahkan dari sektor produktivitas rendah ke sektor produktivitas tinggi.
Simon Kuznets (1973) mengembangkan teori ini dengan menyatakan bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi, terjadi transisi struktural yang berhubungan dengan perubahan teknologi, urbanisasi, dan peningkatan pendapatan per kapita. Dengan demikian, struktur ekonomi suatu wilayah tidak bersifat statis, melainkan berkembang sesuai dengan kapasitas institusional, permintaan pasar, dan akses terhadap modal serta teknologi.
Dari perspektif ekonomi regional, Paul Krugman (1991) melalui pendekatan core-periphery menyatakan bahwa pusat pertumbuhan cenderung memperkuat dirinya sendiri melalui aglomerasi ekonomi, sementara wilayah pinggiran akan tertinggal jika tidak memiliki konektivitas dan kebijakan afirmatif.
Indikator utama transformasi struktural antara lain:
Perubahan kontribusi sektoral terhadap PDRB.
Proporsi tenaga kerja antar sektor.
Pertumbuhan sektor tersier sebagai indikator modernisasi ekonomi.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode studi pustaka (library research) dan analisis data sekunder. Sumber data utama berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, khususnya data PDRB sektoral atas dasar harga konstan serta data ketenagakerjaan tahun 2010 hingga 2023.
Langkah analisis meliputi:
1. Mengumpulkan data kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier terhadap PDRB Sumatera Utara.
2. Membandingkan perubahan sektor antar tahun.
3. Menganalisis hubungan antara transformasi struktural dengan faktor regional seperti akses infrastruktur, distribusi industri, dan urbanisasi.
4. Visualisasi data dalam bentuk grafik dan tabel sederhana untuk mendukung interpretasi hasil.
Pendekatan ini digunakan untuk menggambarkan tren transformasi yang terjadi dan
menjelaskan disparitas antarwilayah secara lebih terukur.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Perubahan Struktur PDRB Sektoral
Pada tahun 2010, sektor primer di Sumatera Utara masih mendominasi dengan kontribusi sekitar 25,4%.
Namun pada tahun 2023, kontribusinya menurun menjadi sekitar 18,2%. Sebaliknya, sektor sekunder naik dari 28,7% menjadi 32,5%, dan sektor tersier mengalami pertumbuhan dari 45,9% menjadi 49,3%.
Ini menunjukkan bahwa Sumatera Utara tengah bergerak menuju struktur ekonomi yang lebih modern, berorientasi pada jasa dan industri.
2. Ketimpangan Antar Wilayah
Transformasi struktural tidak terjadi secara merata. Kawasan pantai timur seperti Medan dan sekitarnya mengalami industrialisasi cepat karena memiliki infrastruktur dan akses pasar yang baik. Sementara kawasan barat dan selatan, seperti Tapanuli dan Mandailing, masih tertinggal dalam proses ini karena keterbatasan infrastruktur, SDM, dan akses logistik.
3. Ketenagakerjaan dan Urbanisasi
Walaupun sektor tersier memberikan kontribusi PDRB terbesar, proporsi tenaga kerja masih banyak terserap di sektor primer. Hal ini menandakan adanya ketidaksesuaian antara struktur produksi dan ketenagakerjaan. Urbanisasi juga menimbulkan tantangan baru, yaitu meningkatnya pengangguran terselubung di kota-kota besar akibat tenaga kerja yang tidak terserap secara optimal.
4. Faktor Pendorong dan Penghambat Faktor Pendorong:
Pembangunan infrastruktur (jalan tol, pelabuhan, dan bandara).
Investasi pada kawasan industri seperti Sei Mangkei.
Pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Faktor Penghambat:
Ketimpangan alokasi anggaran pembangunan.
Ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah.
Lemahnya inovasi dan riset daerah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Transformasi struktural di Sumatera Utara berjalan menuju arah yang positif, dengan meningkatnya kontribusi sektor industri dan jasa dalam perekonomian daerah. Namun, transformasi ini belum merata karena adanya ketimpangan pembangunan antarwilayah dan ketidaksesuaian tenaga kerja terhadap kebutuhan sektor modern.
Saran
1. Pemerintah daerah perlu mendorong investasi yang merata hingga ke daerah pinggiran.
2. Pelatihan tenaga kerja harus ditingkatkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan sektor jasa dan industri.
3. Penguatan infrastruktur dan integrasi antarwilayah menjadi kunci percepatan transformasi ekonomi regional.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. (2023). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha 2010–2023.
Kuznets, S. (1973). Modern Economic Growth: Findings and Reflections. The American Economic Review, 63(3), 247–258.
Lewis, W. A. (1954). Economic Development with Unlimited Supplies of Labour. The Manchester School, 22(2), 139–191.
Krugman, P. (1991). Increasing Returns and Economic Geography. Journal of Political Economy, 99(3), 483–499.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2015). Economic Development (12th ed.). Pearson.