Transisi Fasa Polimer
Edi Pramono
Prodi Kimia FMIPA UNS
Padatan Polimer
• Kristalin
– Tersusun rapi secara 2D atau 3D
– Memiliki jaran yg konstan dan berulang
• Amorf
– Tersusun secara acak – Jarak tidak beraturan
Sifat padatan
• Padat pada T tertentu berfasa padat
• Jika pada T 25 oC polimer padat bisa jadi kristalin/amorf
• Semi-kristalin ada sebagian padatan yg kristalin dan sebagian lagi amorf
– Lebih dari 50% kristali atau kirstalin>amorf
• Jika amorf lebih dominan, maka sering disebut amorf saja
Pemanasan pada Padatan
• Jika padatan dipanaskan maka akan terjadi perubahan pada padatan
• Padatan dapat mengalami deformasi dan berubah fasa hingga terdegradasi
• Secara umum perubahan padatan polimer PadatGlassy/rubber likecair
• Glassy memiliki struktur seperti amorf
sehingga polimer amorf sering disebut pula sebagai kondisi glassynya.
Kristalin
• Tersusun rapi dengan jarak antar atom/monomer relatif serempak
• Jika polimer kristalin dipanaskan :
– Efek termal meningkatkan vibrasi
– Lebih lanjut merombak/merusak kristal deformasi
– Kristalinglassy state
– Glassy susunan atom/monomer tidak rapi lagi
Glassy state
• Pada kondisi ini mobilitas penyusun kristal terjadi
• Gerak translasi masih terbatas, namun jika ada gangguan fisik yg lebih besar memungkinkan pergeseran yang lebih tinggi
• Jika Energi termal makin tinggi Glassy state rubber like
• Seperti karet pada umumnya, bisa bergerak jika ada gangguan fisik dan ada kemungkinan deformasi
mengakibatkan tidak kembalinya ke posisi awal
• Pada kondisi Glassy/rubber like polimer masih berfasa padat
Glassy dan rubber
• Karet (sintetik/alam) biasanya pada suhu ruang sudah elastis
• Bisa diprediksi bahwa antar polimer tersusun tidak beraturan/amorf
• Jika diberikan gangguan mekanik, maka akan terjadi pergerakan molekul dan deformasi
• Saat kembali :
– ~100% kembali k posisi semula (reusable tinggi) – Tidak dapat kembali/hanya sebagian yg kembali
Transisi Glass
• Perubahan dari padatan kristalin ke glassy sering dikenal dengan transisi glass (Tg)
• Tg biasanya berupa rentang suhu, namun dengan penarikan titik awal dan akhir proses kemudian diambil titik tengah (suhu) Tg dilaporkan sebagai nilai tunggal
• Transisi glass tidak terjadi perubahan fasa (padat padat)
• Untuk mendapatkan Tg polimer kita wajib ada fasa kristalinnya.
Glassy/rubber like cair
• Pemanasan lebih lanjut mengakibatkan perubahan fasa dari padat ke cair
• Polimer yang dicairkan biasanya sangat kental atau dikenal juga viscous fluid.
• Pada kondisi tersebut rantai polimer bersifat seperti cairan pada umumnya
Pendinginan cairan polimer
• Berlaku kebalikan dari proses pemanasan
• Kecepatan pemanasan/pendinginan polimer mempengaruhi deformasi/reformasi dari
polimernya
• Di dalam polimer dikenal adanya relaksasi yang berhubungan dengan pergerakan polimer
• Pada saat dipanaskan polimer akan berusaha mempertahankan kondisi awalnya/struktur awalnya relaksasi
• Jika kecepatan lambat, maka polimer akan sempat untuk mengalami relaksasi
Pendinginan cairan Polimer
• Pada saat didinginkan, maka pergerakan bebas molekul polimer akan semakin lambat
• Cair Padat
• Dalam proses pemadatan:
– Crystallizable dapat dikristalkan “Kristalisasi”
– Non-crystallizable tidak dapat dikristalkan
• Pemadatan
– Lambat ada waktu untuk rantai polimer menyusun tatanan ruangnya (ada relaksasi) mungkin terbentuk kristal
– Cepat Polimer tidak cukup waktu cenderung amorf
Pendinginan cairan polimer
• Dalam proses pemadatan
– Jika crystallizable, pendinginan lambat dapat menghasilkan kritalin
– Jika crystallizable, pendinginan cepat dapat menghasilkan kritalin & amorf
– Jika non-crystallizable, pendinginan lambat menghasilkan amorf
– Jika non-crystallizable, pendinginan cepat menghasilkan amorf
Metode analisis
• Kombinasi analisis termal dan kristalografi (XRD)
• Analisis termal
– TG-DTA-DSC – Dilatometri
• Analisis thermo-mechanic
– Analisis mekanik dibarengi dengan termal dalam satu alat
• XRD
– Diperoleh informasil puncak kristalin/amorf
Analisis volume spesifik
• Material padat secara fisik memiliki volume spesifik
• Ingat “long range order” dan “short range order”
• Adanya jarak antar polimer/monomer dalam padatan menghasilkan volume ruang untuk masing2 kondisi.
• Pada proses pemanasan maka molekul akan bergerak dan volume akan berubah
• Selisih perubahan volume spesifik terhadap suhu yang diberikan dapat diamati pada alat
dilatometri
Analisis kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp)
• Kapasitas kalor merupakan fungsi dari suhu;
akan berubah sesuai suhu yang diberikan
• Pada padatan polimer, ketahanan panas pada rentang suhu tertentu memberikan nilai Cp yg relatif konstan; namun saat terjadi perubahan struktur/fasa maka Cp juga berubah
• Perubahan Cp terhadap suhu dapat diamati dengan alat DSC
Analisis perubahan entalpi
• Sesuai Hk. Termodinamia I bahwa entalpi berbanding lurus dengan Cp atau biasa diformulasikan sebagai dH
= Cp dT
• Perlakuan panas pada polimer mengakibatkan
perubahan Cp yang kemudian ditransformasikan pada data perubahan entalpi
• Perubahan struktur/fasa pomer dapat teramati dari pergerakan base-line dan sifat endotermik/eksotermik
• Data entalpi bisa teramati dengan DSC
• Baik pemanasan maupun pendinginan fenomena termal pada polimer dapat teramati dengan DSC.
Contoh tamplan data DSC
Base-line