• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transisi Fasa Polimer - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Transisi Fasa Polimer - Spada UNS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Transisi Fasa Polimer

Edi Pramono

Prodi Kimia FMIPA UNS

(2)

Padatan Polimer

• Kristalin

Tersusun rapi secara 2D atau 3D

Memiliki jaran yg konstan dan berulang

• Amorf

Tersusun secara acak Jarak tidak beraturan

(3)

Sifat padatan

• Padat  pada T tertentu berfasa padat

• Jika pada T 25 oC polimer padat bisa jadi kristalin/amorf

• Semi-kristalin ada sebagian padatan yg kristalin dan sebagian lagi amorf

Lebih dari 50% kristali atau kirstalin>amorf

• Jika amorf lebih dominan, maka sering disebut amorf saja

(4)

Pemanasan pada Padatan

• Jika padatan dipanaskan maka akan terjadi perubahan pada padatan

• Padatan dapat mengalami deformasi dan berubah fasa hingga terdegradasi

• Secara umum perubahan padatan polimer PadatGlassy/rubber likecair

• Glassy memiliki struktur seperti amorf

sehingga polimer amorf sering disebut pula sebagai kondisi glassynya.

(5)
(6)

Kristalin

• Tersusun rapi dengan jarak antar atom/monomer relatif serempak

• Jika polimer kristalin dipanaskan :

Efek termal meningkatkan vibrasi

Lebih lanjut merombak/merusak kristal deformasi

Kristalinglassy state

Glassy susunan atom/monomer tidak rapi lagi

(7)

Glassy state

Pada kondisi ini mobilitas penyusun kristal terjadi

Gerak translasi masih terbatas, namun jika ada gangguan fisik yg lebih besar memungkinkan pergeseran yang lebih tinggi

Jika Energi termal makin tinggi Glassy state rubber like

Seperti karet pada umumnya, bisa bergerak jika ada gangguan fisik dan ada kemungkinan deformasi

mengakibatkan tidak kembalinya ke posisi awal

Pada kondisi Glassy/rubber like polimer masih berfasa padat

(8)

Glassy dan rubber

• Karet (sintetik/alam) biasanya pada suhu ruang sudah elastis

• Bisa diprediksi bahwa antar polimer tersusun tidak beraturan/amorf

• Jika diberikan gangguan mekanik, maka akan terjadi pergerakan molekul dan deformasi

• Saat kembali :

~100% kembali k posisi semula (reusable tinggi) Tidak dapat kembali/hanya sebagian yg kembali

(9)

Transisi Glass

Perubahan dari padatan kristalin ke glassy sering dikenal dengan transisi glass (Tg)

Tg biasanya berupa rentang suhu, namun dengan penarikan titik awal dan akhir proses kemudian diambil titik tengah (suhu) Tg dilaporkan sebagai nilai tunggal

Transisi glass tidak terjadi perubahan fasa (padat padat)

Untuk mendapatkan Tg polimer kita wajib ada fasa kristalinnya.

(10)

Glassy/rubber like  cair

• Pemanasan lebih lanjut mengakibatkan perubahan fasa dari padat ke cair

• Polimer yang dicairkan biasanya sangat kental atau dikenal juga viscous fluid.

• Pada kondisi tersebut rantai polimer bersifat seperti cairan pada umumnya

(11)

Pendinginan cairan polimer

Berlaku kebalikan dari proses pemanasan

Kecepatan pemanasan/pendinginan polimer mempengaruhi deformasi/reformasi dari

polimernya

Di dalam polimer dikenal adanya relaksasi yang berhubungan dengan pergerakan polimer

Pada saat dipanaskan polimer akan berusaha mempertahankan kondisi awalnya/struktur awalnya relaksasi

Jika kecepatan lambat, maka polimer akan sempat untuk mengalami relaksasi

(12)

Pendinginan cairan Polimer

Pada saat didinginkan, maka pergerakan bebas molekul polimer akan semakin lambat

Cair Padat

Dalam proses pemadatan:

Crystallizable  dapat dikristalkan  “Kristalisasi”

Non-crystallizable tidak dapat dikristalkan

Pemadatan

Lambat ada waktu untuk rantai polimer menyusun tatanan ruangnya (ada relaksasi) mungkin terbentuk kristal

Cepat  Polimer tidak cukup waktu cenderung amorf

(13)

Pendinginan cairan polimer

• Dalam proses pemadatan

Jika crystallizable, pendinginan lambat dapat menghasilkan kritalin

Jika crystallizable, pendinginan cepat dapat menghasilkan kritalin & amorf

Jika non-crystallizable, pendinginan lambat menghasilkan amorf

Jika non-crystallizable, pendinginan cepat menghasilkan amorf

(14)

Metode analisis

Kombinasi analisis termal dan kristalografi (XRD)

Analisis termal

TG-DTA-DSC Dilatometri

Analisis thermo-mechanic

Analisis mekanik dibarengi dengan termal dalam satu alat

XRD

Diperoleh informasil puncak kristalin/amorf

(15)

Analisis volume spesifik

Material padat secara fisik memiliki volume spesifik

Ingat “long range order” dan “short range order”

Adanya jarak antar polimer/monomer dalam padatan menghasilkan volume ruang untuk masing2 kondisi.

Pada proses pemanasan maka molekul akan bergerak dan volume akan berubah

Selisih perubahan volume spesifik terhadap suhu yang diberikan dapat diamati pada alat

dilatometri

(16)

Analisis kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp)

• Kapasitas kalor merupakan fungsi dari suhu;

akan berubah sesuai suhu yang diberikan

• Pada padatan polimer, ketahanan panas pada rentang suhu tertentu memberikan nilai Cp yg relatif konstan; namun saat terjadi perubahan struktur/fasa maka Cp juga berubah

• Perubahan Cp terhadap suhu dapat diamati dengan alat DSC

(17)

Analisis perubahan entalpi

Sesuai Hk. Termodinamia I bahwa entalpi berbanding lurus dengan Cp atau biasa diformulasikan sebagai dH

= Cp dT

Perlakuan panas pada polimer mengakibatkan

perubahan Cp yang kemudian ditransformasikan pada data perubahan entalpi

Perubahan struktur/fasa pomer dapat teramati dari pergerakan base-line dan sifat endotermik/eksotermik

Data entalpi bisa teramati dengan DSC

Baik pemanasan maupun pendinginan fenomena termal pada polimer dapat teramati dengan DSC.

(18)

Contoh tamplan data DSC

Base-line

Referensi

Dokumen terkait

Berarti pada suhu dan tekanan yang sama hidrogen dan udara sama- sama efektif dalam kapasitas penyimpanan panas dengan konfeksi dorong antara bagian-bagian pasan pada mesin dan

Nilai kapasitas panas berubah terhadap suhu untuk padat, cair, dan gas nyata, tetapi fungsi temperatur yang kontinyu tersebut hanya tejadi pada wilayah transisi fasa.. Untuk gas