PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana merancang laporan keuangan bank syariah Indonesia (BSI) dengan menggunakan pendekatan laporan nilai tambah (value add) dan laporan laba rugi (laba rugi). Bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan pendekatan laporan nilai tambah (value add) dan laporan laba rugi (laba rugi)? Bagaimana perbandingan laporan keuangan bank syariah indonesia (BSI) dengan pendekatan laporan nilai tambah (value add) dan laporan laba rugi (laba rugi).
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Laporan Keuangan Kinerja Bank Syariah Indonesia melalui pendekatan income statement dan value Added Statement. Bagi peneliti bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kinerja bank syariah Indonesia melalui pendekatan Income Statement dan Value Added Statement.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
- Laporan Keuangan
- Kinerja Keuangan
- Bank Syariah
- Laba Rugi
- Nilai Tambah
Laporan keuangan perusahaan merupakan hasil akhir kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan hasil operasi perusahaan. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang memuat informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar suatu perusahaan. Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan atau perusahaan baik pada waktu tertentu maupun jangka waktu tertentu.
15 Aldila Septiana, “Konsep Dasar Analisis Laporan Keuangan dan Deskripsi Laporan Keuangan”, (Jawa Timur: Duta Media Publishing, 2019). hal.108. Pada kenyataannya, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan masih mempunyai kelemahan, dan kelemahan tersebut berlaku pada keterbatasan informasi dalam laporan keuangan. Laporan keuangan bersifat umum, oleh karena itu laporan keuangan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu3.
Laporan keuangan lebih menekankan pada signifikansi ekonomi suatu transaksi dibandingkan bentuk hukumnya (formalitas). Tujuannya untuk mengkaji data akuntansi yang disusun sesuai dengan penerapan aturan-aturan yang berlaku dalam dunia akuntansi 2. Tokoh-tokoh kunci dalam analisis akuntansi adalah: “Suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur-unsur lain dalam suatu laporan keuangan.
Berdasarkan pengertian analisis rasio di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui analisis rasio terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Penyusutan merupakan biaya yang dicatat dalam laporan keuangan terkait dengan masa manfaat peralatan operasional usaha yang Anda miliki. Dalam laporan keuangan, ekuitas diperoleh setelah kekayaan perusahaan dikurangi dengan seluruh kewajibannya, sehingga disebut dengan kekayaan bersih atau kekayaan bersih.
Pernyataan nilai tambah ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama, neraca, laba rugi dan arus kas, karena semua informasi tersebut dapat dikatakan tidak memberikan informasi yang detail.
Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Metode Pengumpulan Data dan Pengelolaan Data
Instrumen Penelitian
Definisi Operasional Variabel
BRIS menggunakan return on assets melalui pendekatan laporan laba rugi (laba rugi) dan laporan nilai tambah (Value Added). BRI Syariah menggunakan pendekatan Income Statement pada tahun 2015, dengan pengukuran return on asset (ROA) sebesar. Pada tahun 2017, BRI Syariah menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Return On Asset (ROA) sebesar 0,47% dengan persentase 0% < ROA ≤ 0,5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mana tingkat Bank mengatur kesehatan Indonesia, berdasarkan hasil persentase tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2017 dikatakan kurang sehat.
BRI Syariah pada tahun 2018 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Return on Assets (ROA) sebesar 0,39% dengan persentase 0% < ROA ≤ 0,5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang besaran Bank Kesehatan Indonesia, berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2018 dikatakan kurang sehat. BRI Syariah pada tahun 2019 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Return on Assets (ROA) sebesar 0,27% dengan persentase 0% < ROA ≤ 0,5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang besaran Bank Kesehatan Indonesia, berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2019 dikatakan kurang sehat. BRIS menggunakan pendekatan Return on Equity melalui pendekatan Laporan Laba Rugi (Laba Rugi) dan Nilai Tambah.
BRI Syariah pada tahun 2015 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Return on Equity (ROE) sebesar 5,24% dengan persentase 5% < ROE ≤ 12% sesuai Surat Edaran BI nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat kesehatan perbankan Indonesia, berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2015 dikatakan cukup sehat. BRI Syariah pada tahun 2016 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Return on Equity (ROE) sebesar 3,88% dengan persentase 5% < ROE ≤ 12% sesuai Surat Edaran BI nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang besaran kesehatan perbankan Indonesia, tepat. BRI Syariah pada tahun 2017 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Return on Equity (ROE) sebesar 5,24% dengan persentase 4,0 < ROE ≤ 5% sesuai Surat Edaran BI nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat kesehatan Bank Indonesia, berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2017 dikatakan kurang sehat.
Pada tahun 2018 BRI Syariah menggunakan metode laporan laba rugi dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 2,12% dengan persentase 4,0 < ROE ≤ 5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat kesehatan Bank Indonesia Berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2018 dikatakan kurang sehat. Pada tahun 2019 BRI Syariah menggunakan metode laporan laba rugi dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 1,45% dengan persentase 4,0 < ROE ≤ 5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat kesehatan Bank Indonesia Berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2019 dikatakan kurang sehat. BRI Syariah pada tahun 2015 menggunakan pendekatan Value Added Statement dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 24% dengan persentase ROE > 15% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat solvabilitas Bank Indonesia. Berdasarkan Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2015 dikatakan sangat sehat.
BRI Syariah menggunakan pendekatan Value Added Statement pada tahun 2019, dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 15% dengan tingkat 12,5% < ROE ≤ 15% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tingkat kesehatan Bank Indonesia, sesuai dengan.
Tehnik Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan Hasil Penelitian
0,69% dengan persentase 0,5% < ROA ≤ 1,25% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tingkat solvabilitas Bank Indonesia. Berdasarkan hasil persentase tersebut, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2015 dikatakan cukup sehat. Pada tahun 2016, BRI Syariah menggunakan metode Value Adequate Statement dengan pengukuran Return On Asset (ROA) sebesar 2,61% dengan persentase ROA > 1,5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat solvabilitas Bank Indonesia. Berdasarkan hasil persentase tersebut, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2016 dikatakan sangat sehat. Pada tahun 2017, BRI Syariah menggunakan metode Value Adequate Statement dengan pengukuran Return On Asset (ROA) sebesar 2,33% dengan persentase ROA > 1,5% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat solvabilitas Bank Indonesia. Berdasarkan hasil persentase tersebut, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2017 dikatakan sangat sehat.
BRI Syariah menggunakan pendekatan Value Added Statement pada tahun 2016, dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 28,8% dengan persentase ROE > 15% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tingkat kesehatan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil persentase tersebut, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2016 berada pada kategori sangat sehat. BRI Syariah menggunakan pendekatan Value Added Statement pada tahun 2017, dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 28,2% dengan persentase ROE > 15% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tingkat kesehatan Bank Indonesia. Berdasarkan hasil persentase tersebut, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2017 berada pada kategori sangat sehat. BRI Syariah menggunakan pendekatan Value Added Statement pada tahun 2018, dengan pengukuran Return On Equity (ROE) sebesar 13% dengan rate 12,5% < ROE ≤ 15% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tingkat kesehatan Bank Indonesia, berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah tahun 2018 adalah sehat.
BRI Syariah pada tahun 2015 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Net Profit Margin (NPM) sebesar 4,78% dengan persentase NPM ≤ 10% sesuai Surat Edaran BI No. 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat keberlanjutan Bank Indonesia. Sesuai Berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2015 dikatakan tidak sehat. 6,16% dengan persentase NPM ≤ 10% sesuai Surat Edaran BI nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat kesehatan Bank Indonesia Berdasarkan hasil persentase tersebut, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2016 dikatakan kurang sehat. BRI Syariah pada tahun 2017 menggunakan pendekatan Income Statement, dengan pengukuran Net Profit Margin (NPM) sebesar 3,39% dengan persentase NPM ≤ 10% sesuai Surat Edaran BI No.13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat keberlanjutan Bank Indonesia. Sesuai Berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2017 dikatakan tidak sehat.
Pada tahun 2018, BRI Syariah menggunakan metode laporan laba rugi dengan pengukuran net profit margin (NPM) sebesar 3,22% dengan persentase NPM ≤ 10% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat solvabilitas Bank Indonesia. , sesuai Berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2018 dikatakan tidak sehat. Pada tahun 2019, BRI Syariah menggunakan metode laporan laba rugi dengan pengukuran net profit margin (NPM) sebesar 2,04% dengan persentase NPM ≤ 10% sesuai Surat Edaran BI Nomor 13/23/DPNP/2011 yang mengatur tentang tingkat solvabilitas Bank Indonesia. , sesuai Berdasarkan hasil persentase, tingkat kesehatan BRI Syariah pada tahun 2019 dikatakan tidak sehat.
PENUTUP
Saran
Nasabah harus berhati-hati dalam menentukan pilihan suatu bank, karena dengan memilih bank yang sehat maka dapat mengantisipasi risiko-risiko yang sering dihadapi bank. Investor hendaknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi untuk menghindari kerugian dalam memilih bank yang sehat atau sangat cocok. Fauzi Muchammad “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dengan Pendekatan Income Statement dan Value Added Approach, Kajian Pada Bank Syariah Indonesia” vol.7 no.2 (2012).
William Marianno, “Analisis rasio keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan” (penulis: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta). Bank BRI Syariah menggunakan rasio laba rugi dan nilai tambah" jurnal lembaga syariah dan keuangan: vol.3, No.1,2020. Septiana Aldila, "Analisis rasio keuangan, konsep dasar dan uraian rasio keuangan", cetakan I, Timur Jawa: Penerbitan Duta Media, 2019.
Siti Mudawamah dkk., “Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Riset pada Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, E-Journal Administrasi Bisnis (JAB) Vol 54 No. 1, 2018. Tara Putra Reza M Amrullah” Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Laporan Laba Rugi (Laba dan Rugi) dan Pernyataan Nilai Tambah (Value Added Statement)”, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2014). Wahyudi Muhammad, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Bank syariah menggunakan pendekatan untung rugi dan nilai tambah” (Universitas Negeri Semarang, 2005).