Nama : Leni Salindri NIM : 2302170003
PENGKAJIAN WACANA (18 April 2024) RANGKUMAN DISKUSI
1. Pengertian Standar Wacana
Standar wacana adalah seperangkat aturan atau norma yang mengatur cara bahasa ditata dan disusun dalam sebuah teks tertulis atau lisan. Standar ini mencakup penggunaan tata bahasa yang benar, struktur kalimat yang sesuai, kohesi, koherensi, serta pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan makna yang jelas dan efektif. Zamzani & Yayuk E.
Rahayu (2017) menjelaskan standar tekstualitas tersebut dipergunakan untuk menentukan apakah suatu rangkaian kalimat atau tuturan memenuhi kualifikasi sebagai sauatu teks.
Dengan pernyataan lain, kriteria tekstualitas dipergunakan untuk menjawab pertanyaan apakah yang menjadikan urutan kalimat atau tuturan sebagai suatu teks
2. Macam-Macam Standar Wacana
Renkema (1993) memandang bahwa wacana memiliki aspek formal dan fungsional.
Tekstualitas wacana merupakan aspek formal suatu wacana, dan disebutkan ada tujuh kriteria tekstualitas wacana. Ketujuh kriteria atau standar tekstualitas wacana tersebut, yaitu (1) kohesi atau cohesion, (2) koherensi atau coherence, (3) intensionalitas atau intentionality, (4) keberterimaan atau acceptability, (5) keinformatifan atau informativeness, (6) kesituasian atau situationality, dan (7) intertekstualitas atau intertextuality.
3. Pengertian dan Contoh Standar Wacana Eksternal Intensionalitas
Intensionalitas mengacu pada adanya kesadaran pada penulis atau pembicara akan adanya intensi dalam kegiatan berwacana. Intensi merupakan niat untuk mencapai tujuan tertentu dengan pesan yang disampaikan. Intensionalitas bersifat subjektif, dilihat dari persepektif penutur atau penulis yang mengungkapkan rangkaian proposisi guna mencapai intensi melalui pesan yang tersusun secara kohesif dan koheren. Bila kohesi dan koherensi
pusat perhatiannya pada teks, intensionalitas berpusat pada pemakai. Hal itu terkait dengan konsep intensionalitas yang mengacu pada adanya kesadaran pemakai bahasa (penulis, pembicara atau penutur) berkenaan dengan sikap pemakai sebagai penghasil teks terhadap teks yang dihasilkan..
Setiap konteks komunikasi memiliki standar eksternal intensionalitas yang berbeda-beda tergantung pada audiens, tujuan komunikasi, dan konteks spesifik di mana komunikasi terjadi. Memahami dan mematuhi standar tersebut penting untuk memastikan efektivitas dan keberhasilan komunikasi. Dengan demikian, konsep eksternal intensionalitas menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dalam memahami makna sebuah kalimat atau proposisi, serta pentingnya konteks dalam interpretasi bahasa.
Contoh :
"Saya berharap cuaca cerah besok."
Makna dari "berharap" dalam kalimat ini tidak sepenuhnya ditentukan oleh fakta cuaca, tetapi oleh keinginan atau harapan subjektif pembicara. makna dari "berharap" tidak hanya ditentukan oleh struktur kalimat itu sendiri, tetapi juga oleh keadaan psikologis pembicara yang mengungkapkan harapan tersebut dan konteks eksternal di mana harapan tersebut diucapkan. Makna "berharap" dalam konteks ini berbeda dari penggunaan kata yang mungkin dalam konteks lain.
4. pengertian dan contoh standar wacana eksternal keberterimaan
Prinsip dalam kegiatan berwacana terdapat target yang ingin dicapai dan target itu tidak lain adalah berterimanya pesan pada pembaca atau pendengar. Oleh karenanya, dari sisi pembaca atau pendengar teks haruslah memberikan fasilitas agar dapat berterima.
Keberterimaan merupakan salah satu syarat atau kualifikasi suatu teks. Keberterimaan terkait dengan urutan kalimat atau proposisi yang sengaja ditata sedemikian oleh penutur atau penulis agar dapat diterima pembaca atau pendengar. Keberterimaan berperspektif pembaca atau pendengar, terkait dengan sikap pembaca atau pendengar sehingga bersifat subjektif pula.
Contoh :
Interdeksal: Leo seorang mahasiswa asing di Yogyakarta, sekitar dua bulan belajar bahasa dan budaya Indonesia. Budi seorang mahasiswa yang menjadi pendamping atau tutor Leo.
Pada siang hari Leo datang ke tempat Budi untuk berpamit dan terjadilah dialog seperti berikut
Leo: Mas, selamat meninggal ya! Saya mesti kembali ke negara saya.
Budi: Ya, selamat berpulang! Jangan lupa sms di sana ketemu siapa saja.
Tuturan Leo dapat diterima (berterima) Budi karena Budi memahami bahwa Leo adalah mahasiswa asing yang sedang belajar bahasa Indonesia sehingga pemilihan kata yang digunakan masih terbatas (menggunakan kata meninggal untuk pamit). Jika Budi bukanlah pendamping atau tutor Leo, pasti tuturan Leo tidak berterima bagi Budi.