• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 2. Makalah Filsafat

N/A
N/A
Moh Adib Ulil Fahmi

Academic year: 2024

Membagikan "Tugas 2. Makalah Filsafat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONTRIBUSI FILSAFAT HUKUM TERHADAP HUKUM NASIONAL PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Disusun dalam memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Magister Ilmu Hukum

Oleh Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:

MOH ADIB ULIL FAHMI NIM 20302200076

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan berkat, kekuatan, kesempatan, dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum dengan Judul “Kontribusi Filsafat Hukum Terhadap Hukum Nasional Perspektif Hukum Islam”

Penulisan Makalah ini dibuat berdasarkan teori yang diperoleh penulis dari mata kuliah Filsafat Hukum selama mengikuti perkuliahan di Semester 1 tingkat Magister di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Berikut adalah ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam pembuatan Makalah, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., M.Hum selaku dosen mata kuliah Filsafat Hukum yang telah memberikan materi-materi mengenai pembuatan makalah ini.

2. Orang tua penulis yang telah memberikan segala macam dukungan baik secara spiritual maupun material.

3. Teman-teman yang ikut mendukung hadirnya makalah ini.

Tegur-sapa dan koreksi dari pembaca sangatlah diharapkan dan akan diterima dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Semarang, 10 Oktober 2022 Penulis,

Moh Adib Ulil Fahmi 20302200076

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II BAB I

PENDAHULUAN...

BAB II

PEMBAHASAN...

BAB III

PENUTUP...

DAFTAR PUSTAKA ...

(4)

ABSTRAK

Hukum pada dasarnya mempunyai relevansi yang erat dengan keadilan bahkan dengan kemaslahatan umat manusia hingga ada orang yang berpandangan bahwa hukum harus digabungkan dengan keadilan maupun kemaslahatan umat manusia supaya sungguh-sungguh berarti yang disebut sebagai hukum. Hal ini terkait dengan tanggapan bahwa hukum merupakan bagian usaha manusia menciptakan suatu ko-eksistensi etis di dunia. Hanya melalui suatu tata hukum yang adil orang dapat hidup dengan damai menuju kemaslahatan dan kebahagiaan, Karena hakikat hukum adalah membawa aturan yang adil dalam masyarakat. Hukum harus mengadakan peraturan yang adil tentang kehidupan masyarakat, sebagaimana dicita-citakan dalam hukum Islam dan hukum mengandung suatu tuntutan keadilan yang diharapkan seluruh ketentuan yang mengatur segala perilaku atau keadaan manusia dalam kehidupan mencerminkan rasa keadilan, rasa saling menghormati dan rasa memanusiakan manusia.

Kata Kunci: Kontribusi Filsafat Hukum, Hukum Nasional, Hukum Islam

Abstract

Law basically has a close relevance to justice and even to the benefit of mankind so that there are people who think that the law must be combined with justice and the benefit of mankind so that it really means what is called law. This is related to the response that law is part of human efforts to create an ethical co-existence in the world. Only through a just legal system can people live in peace towards benefit and happiness, because the essence of law is to bring about fair rules in society. The law must hold fair regulations regarding people's lives, as aspired to in Islamic law and the law contains a demand for justice which is expected that all provisions governing all human behavior or conditions in life reflect a sense of justice, mutual respect and a sense of humanizing humans.

Keywords: Contribution of Legal Philosophy, National Law, Islamic Law

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan tentang keadilan merupakan suatu kewajiban ketika berbicara tentang filsafat hukum, mengingat salah satu tujuan hukum adalah keadilan dan ini merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Memahami pengertian keadilan, kemaslahatan memang tidak begitu sulit karena terdapat beberapa perumusan sederhana yang dapat menjawab tentang pengertian keadilan.

Namun untuk memahami tentang arti dan maksud keadilan tidaklah semudah membaca teks pengertian tentang keadilan yang diberikan oleh para pakar, karena ketika berbicara tentang arti/ makna berarti sudah bergerak dalam tataran filosofis yang perlu perenungan secara mendalam sampai pada hakikat yang paling dalam. Pengadilan tidak hanya sebagai badan yang memeriksa dan mengadili perkara melainkan masuk dalam pengertian abstrak juga yaitu memberikan keadilan. Hal memberikan keadilan yang berkaitan dengan tugas badan pengadilan atau hakim dalam memberi keadilan, yaitu memberikan kepada yang bersangkutan kongkritnya kepada yang mohon keadilan apa yang menjadi haknya atau apa hukumnya.

Eksistensi pengadilan sebagai lembaga yang berfungsi menyelenggarakan proses peradilan dalam menerima, memeriksa, dan mengadili sengketa masyarakat, tugas-tugasnya diwakili oleh hakim. Oleh karena itu, kepercayaan masyarakat terhadap hukum serta institusi peradilan di negara ini ditentukan oleh kredibilitas dan dan profesionalitas hakim dalam menjalankan tugasnya, menyelesaikan sengketa serta menegakkan keadilan.

Perubahan sosial keadilan dalam kehidupan sehari-hari yang begitu cepat dan kompleks sering dijadikan sebagai salah satu alasan untuk mengupayakan adanya suatu pembaharuan terhadap hukum Islam. Pembaharuan ini sesungguhnya bukan dalam arti materi pokok dari hukum Islam itu sendiri, akan tetapi dalam arti “pemikirannya”. Upaya pembaharuan ini kemudian dalam beberapa hal sering menimbulkan reaksi pro dan kontra di

(6)

zaman itu sendiri. Secara tidak langsung beberapa upaya tersebut telah melibatkan ijtihad sebagai suatu metodenya. Inilah kemudian yang menjadi latar belakang mengapa ijtihad oleh sementara pihak dianggap sebagai suatu lembaga yang tidak akan pernah tertutup, hal ini mengingat begitu pentingnya eksistensi ijtihad dalam upaya mengantisipasi personalan- persoalan hukum yang berkembang.

Dalam arti yang sederhana ijtihad pada hakekatnya merupakan manifestasi pemikiran yang maksimal terhadap hukum Islam. Oleh karenanya ijtihad sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan istilah “pemikiran”. Hal ini karena proses ijtihad hampir sepenuhnya bertumpu pada kemampuan pemikiran dalam menginterpretasikan nsah-nash Al-qur`an dan Hadits terhadap persoalan dan peristiwa hukum yang berkembang di masyarakat. Dalam menghadapi masalah inilah penafsiran dan upaya penemuan hukum dan ahli hukum islam sangat dituntut. Pemahaman dan penafsiran terhadap sumber hukum Islam meniscayakan adanya penalaran yang sistematis dan logis. Pemahaman itu dapat berupa kosa kata dan kalimat yang tertulis dalam Al-Qur‟an atau Hadits, dapat pula berupa upaya kontekstualisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam kedua sumber hukum itu.

Pembahasan tentang berbagai bentuk pemahaman itu terdapat dalam sebuah ilmu yang disebut ilmu ushul al-Figh, yang oleh sebagian ahli hukum Islam dianggap sebagai ilmu filsafat Islam yang original datang dari kalangan umat Islam, setelah menelaah isi kandungan Al-Qur‟an dan Hadits. Selanjutnya pemahaman terhadap “nash Al-Qur‟an dan Hadits”, ahli hukum juga dimungkinkan untuk menggali dan menemukan hukum yang berakar pada masyarakat. Upaya ini dalam literatur hukum Islam lazim disebut Ijtihad.

Dalam prosenya, ijtihad meniscayakan adanya penalaran yang serius dan mendalam terhadap tujuan ditetapkannya aturan Allah. Jelas dalam hal ini peranan akal tidak dapat dihindari. Dapat dikatakan bahwa memahami tujuan ditetapkannya dalam Islam sama pentingnya dengan memahami nas al-Qur‟an dan al-Hadits. Tetu tujuan hukum ini juga dipahami dari nilai dan semangat yang terkandung dalam wahyu Allah. Sedangkan peranan akal dan wahyu dalam menetapkan hukum Islam merupakan kajian utama dalam filsafat hukum Islam. Oleh karena itu perlu ditelusuri kembali tentang posisi Filsafat Hukum Islam dalam kaitannya dengan perkembangan Ijtihad.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

(8)

BAB III PENUTUP

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M. Ramli, Membangun Hukum Nasional Yang Demokratis Serta Masyarakat Yang Berbudaya dan Cerdas Hukum, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2008.

Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Cet. Kedua, CV.

Mandar Maju, Bandung, 2000.

Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Cet. Ketujuh, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008

Koento Wibisono Siswomihardjo, Pancasila Suatu Telaah Ideologik Dalam Perspektif 25 Tahun Mendatang, Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1996.

Lili Rasjidi, Pembangunan Sistem Hukum Dalam Rangka Pembinaan Hukum Nasional, Dalam Sri Rahayu Oktoberina dan Niken Savitri (Penyunting), Butir-Butir Pemikiran Dalam Hukum (Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. Bernard Arief Sidharta, SH), Refika Aditama, Bandung, 2008.

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Pengembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional, Padjajaran, Jilid III, No. 1, 1970.

Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Cet. Kedua, Bayu Media Publishing, Malang, 2005. Soesanto Darmosoegondo, Falsafah Pancasila, Alumni, Bandung, 1975.

Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional: Dinamika Sosial-Politik Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, Cet. Kedua, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995.

Teguh Prasetyo, Hukum Dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Media Perkasa, Yogyakarta, 2013.

Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 3, Nomor 3 Nopember 2014 : 213-222 222

Referensi

Dokumen terkait

Ulama/kyai : Orang yang ahli dalam pengetahuan agama Islam; ulama di Jawa disebut kyai Ushul fiqh : Ilmu tentang kaidah-kaidah yang membawa pada usaha merumuskan

Kaidah Penafsiran Ayat-ayat Ahkam, Kaidah Pemahaman Hadits Ahkam, Sejarah Pemikiran dan Perkembangan Hukum Islam, Ushul Fiqh dan Qaidah Fiqhiyyah, Filsafat Hukum Islam,

Maka dari berbagai penjelasan ini dapat dipelajari dan dipahami sejarah perkembangan filsafat ilmu dan filsafat Islam dapat berkolaborasi menciptakan ilmu pengetahuan yang

Dengan pemahaman diatas, pengembangan hukum islam di lihat dari kaca mata filsafat, hukum Islam yang pertama dan sumber hukum Islam adalah pembuat hukum Islam itu sendiri.sumber

makalah tentang filsafat hukum yang menjelaskan arti dari

Dalam konteks filsafat pendidikan Islam, pemahaman dan perkembangan konsep-konsep ini memainkan peran penting dalam membentuk pandangan dunia, tujuan pendidikan, serta pemahaman tentang

Menurutnya hukum Islam menghimpun segala sudut dan segi yang berbeda-beda di dalam suatu kesatuan karenanya hukum Islam tidak menghendaki adanya pertentangan antara Ushul dengan Furu',

Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik 9..