TUGAS AKHIR KARYA TULIS ILMIAH PENYAKIT PARASITER IKAN
“BENEDENIASIS”
Disusun Oleh:
DINI ISTIANI 142011133080 AKUAKULTUR B
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2022
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis memiliki kawasan seluas 7,7 km, terdiri atas 1,9 juta km teritori daratan, 2,7 juta km² teritori laut dan 2,7 km² teritori perairan laut terbatas. Sebanyak 47 ekosistem alami dapat teridentifikasi di Indonesia yang di dalamnya hidup lebih dari 280.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan dan lebih banyak lagi jasad renik. Kekayaan ini menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversity kedua setelah Brazil. Selain itu, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia (81.000 km) setelah Kanada dengan kekayaan alam laut yang besar. Dengan kekayaan laut tersebut, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berpotensi besar di bidang perikanan (Nurcahyo, 2018).
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempatinya. Salah satu organisme yang sering terserang parasit adalah ikan. Infeksi parasit dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Selain itu ada juga yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia apabila mengkonsumsi ikanikan yang mengandung parasit zoonotik. Informasi tentang parasit ikan dapat digunakan untuk pengembangan usaha budi daya ikan dan juga untuk kepentingan kesehatan masyarakat (Akbar, 2018).
Aspek penting dalam pengendalian penyakit parasit pada ikan adalah penerapan diagnostik. Berbagai masalah masih belum terpecahkan terkait dengan diagnosis beberapa parasit penting pada ikan misalnya golongan protozoa dan cacing. Metode standar yang ada saat ini masih didasarkan hanya pada pemeriksaan morfologi konvensional, belum cukup untuk membedakan taksonomi parasit pada ikan, apalagi untuk deteksi cepat. Untuk itu, metode – metode baru perlu dikembangkan untuk dapat memfasilitasi determinasi parasit secara cepat. Penggunaan metode molekuler, probe DNA, dan mikroskop elektron
dapat membantu dalam diagnosis dan deteksi parasit, tetapi keberadaannya untuk diagnosis rutin dirasa masih mahal bagi negara berkembang .
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana patogenesis dari Benedenia?
2. Bagaimana gejala klinis dari Benedenia?
3. Apa kerugian dari Benedenia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui patogenesis dari Benedenia 2. Mengetahui gejala klinis dari Benedenia 3. Mengetahui kerugian dari Benedenia 1.4 Manfaat
1. Dapat melakukan pencegahan Benedenia 2. Dapat melakukan pengendalian Benedenia 3. Dapat melakukan pengobatan Benedenia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parasit Secara Umum
Parasit adalah organisme yang hidup pada organisme lain dan memperoleh keuntungan dari hasil simbiosis, sementara inang dirugikan. Parasit memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap inangnya. Efek langsung antara lain aksi mekanis , pengambilan makanan inang, serta efek toksik dan lyric yang dihasilkan. Parasit adalah oganisme yang hidupnya menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempatinya (inang) dan menyebabkan penyakit. Parasit merugikan inangnya karena mengambil makanan pada tubuh inangnya. Parasit merupakan organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya (Solomon et al, 2015).
Parasitisme merupakan hubungan, salah satu menjadi parasit dengan memanfaatkan inangnya seperti menjadikan inang sebagai habitat dan sumber makanan. Parasit hidup pada inangnya. Tubuh inang menjadi lingkungan primer bagi parasit, sedangkan lingkungan hidup inang menjadi lingkungan sekunder bagi parasit. Hubungan parasitisme ini merupakan hubungan yang permanen.
Parasit tidak menyebabkan kematian secara langsung terhadap inang, karena dia tidak memakan inang sekaligus namun hanya memanfaatkan sebagian dari tubuh inang (baik sebagai sumber makanan maupun sebagai tempat tinggal) (Soler, 2014).
2.2 Penyakit Ikan
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan pada ikan , baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh organisme asing yang mengganggu metabolisme pada tubuh ikan, misalnya infeksi parasit cacing. Penyakit noninfeksi adalah terganggunya proses fisiologis / metabolisme ikan karena factor – factor nonbiotik, misalnya kualitas air dan pakan jelek kekurangan vitamin serta gas beracun. Penyakit juga diartikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi kimia maupun fisiologis pada organ tubuh ikan. Ikan
merupakan hewan air yang mudah terinfeksi agen patogen seperti parasit, bakteri , virus, dan jamur, terutama melalui air pada area budi daya (Hallgren et al, 2014).
Dalam hal ini, ikan tidak hanya bertindak sebagai hospes definitif (tetap), tetapi juga sebagai hospes intermediate perantara. Paradigma terjadinya penyakit pada ikan adalah akibat bergesernya kondisi fisiologis ikan dari normal menjadi tidak normal. Hal tersebut terjadi dari hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, kondisi inang, dan adanya agen patogen yang menimbulkan serangan penyakit. Penyakit ikan yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut juga sebagai penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada ikan disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur. Penyakit infeksi ini ditularkan ke ikan lainnya dengan berbagai cara, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh penyebab noninfeksi tidak ditularkan ke ikan yang lain (Rahaningsih, 2018).
Kondisi sakit pada ikan terjadi sebagai akibat adanya suatu keadaan yang mengakibatkan kondisi fisik, morfologi, dan fungsi tubuh dari seekor ikan mengalami perubahan, disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Contoh faktor internal adalah genetik , sekresi , imunodefisiensi , saraf , dan metabolik , juga akibat kelainan anatomis. Contoh faktor eksternal yang mengakibatkan kejadian sakit pada ikan misalnya adalah kekurangan atau kesalahan pakan, pengaruh benturan, fisik dan agen patogen yang disebabkan oleh infeksi parasit, virus, jamur dan bakteri. Penyakit tersebut secara sendiri – sendiri atau bersama – sama menginfeksi tubuh ikan hingga terjadinya infeksi sekunder karena bakteri ataupun infeksi campuran dari agen infeksi yang lain (Strzyzewska et al, 2016).
2.3 Klasifikasi dan Morfologi Benedenia sp.
Klasifikasi Benedenia menurut Grabda (1991) dalam Ode (2014) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Thrematoda monogenia Ordo : Dactylogyridae,
Famili : Capsylidae,
Genus : Benedenia Spesies : Benedenia sp.
Morfologi Benidenia sp yaitu berbentuk oval (lonjong) dan gepeng dengan sepasang sucker bulat (anterior sucker) pada tepi bagian depan dan sebuah haptor besar (opisthapthor) pada tepi bagian belakang. Bentuknya bulat, ukuran 2-5 mm, memiliki 2 adhesive disc di bagian anterior. Panjang telur 0.8-1.2 µm, telur bertahan selama 5-8 hari (Ode, 2014).
Remarks: (Ad) adhesive organs; (Ey) eye spots; (Px) pharynx; (P) penis; (RAD) RAD gland; (Ov) ovary; (T) testes; (Op) Opisthaptor; (V) vitellaria; (As) Acessory sclerite, (Ah) anterior hamuli; Posterior hamule (Wijaya & Subekti, 2019).
2.3 Pengertian Benedeniasis, Inang, dan Predileksi
Benedeniasis merupakan penyakit ektoparasit yang disebabkan oleh organisme Benedenia sp. organisme ini hidup menginfeksi bagian kulit, mata, rongga hidung, dan insang ikan. Akan tetapi organ utama yang sering di serang adalah insang dan permukaan tubuh. Infeksi parasit ini sering mengakibatkan kematian ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jenis ini sering ditemukan di dekat kepala dan mulut ikan air laur seperti Liza carinata, Crenimugil crenilabris, Mugil auratus, Mugil capito dan sebagainya (Ulkhaq et al, 2022).
BAB III ISI 3.1 PATOGENESIS
Patogenesis Benedenia adalah dengan menghasilkan telur yang dilengkapi dengan filamen panjang yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Dalam waktu sekitar lima hari telur akan matang dan menetas menghasilkan onkomirasidia yang mempunyai bulu getar yang berfungsi aktif sebagai alat renang untuk mencari inang. Kalau sudah menemukan inang maka silia tersebut akan hilang dan onkomirasidium akan berkembang jadi dewasa (Zafran dkk., 2017).
Faktor pendukung perkembangan jenis ini adalah pH yang tinggi dan kondisi perairan yang menurun kualitasnya, serta kurangnya cahaya matahari. Infeksi berat akan menunjukan adanya lesy di mulut, ikan menjadi kurus karena nafsu makan berkurang. Parasit ini memakan epithelium sel inang sehingga menyebabkan erosi dan hilangnya lapisan dermis, biasanya diikuti dengan infeksi bakteri yang berasosiasi dengan inflammation dan necrosis pada lapisan dan septicemia biasanya menyebabkan kematian. Ikan lemah berenang, menyendiri.
Ada korelasi positif antara intensitas dengan panjang inang, intensitas dengan peningkatan patologi (Nurcahyo, 2018)
3.2 GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi Benedenia sp. umumnya menyebabkan ikan menghasilkan lendir atau mucus yang berlebihan, luka pada kulit, memediasi infeksi sekunder oleh bakteri serta menghambat pertumbuhan ikan budidaya. Gejala klinis yang diakibatkan adalah menurunnya nafsu makan ikan, ikan berenang dengan lemah, pada tingkat parah dapat menimbulkan luka pada kulit dan membuka peluang terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri, terjadinya kerusakan pada epitel insang, dan menyebabkan kematian pada ikan jika berada dalam jumlah banyak (Ulkhaq et al., 2022).
3.3 KERUGIAN
Prevalensi dan intensitas juga ditentukan oleh fluktuasi kondisi lingkungan disekitar tempat pembudidayaan, dimana kondisi perairan menjadi pendukung kehidupan ikan yang dibudidayakan. Jika kondisi lingkungan budidaya buruk, maka ikan yang dibudidayakan akan mudah terinfeksi penyakit. Hal tersebut kerena perubahan lingkungan secara cepat akan membuat ikan menjadi stress sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan mudah diserang oleh parasit.
Serangan parasit yang berlebihan pada ikan dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya, kerena infeksi parasit dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya, karena dapat mempengaruhi ukuran dan daya tarik ikan. Selain mengakibatkan wabah yang mematikan infeksi penyakit juga akan menurunkan nilai jual ikan hidup (Hasnidar, 2021).
Infeksi Benedenia sp. juga dapat menyebabkan ikan tidak bernafsu makan sehingga membuatbobot tubuhnya berkurang dan dapat membuat kulit ikan menjadi kusam sehingga membuatnyakurang menarik bahkan membuat konsumen enggan untuk membelinya. Infeksi patogen parasit jarang mengakibatkan wabah penyakit yang bersifatsporadis, namun keadaan tersebut dapat terjadi jika intensitas infeksinya terlalu tinggi dan areanyaterbatas. Penyakit yang bersifat sporadis dapat menyebabkan infeksi patogen parasit yang secaraekonomis dapat menimbulkan kerugian seperti terjadinya kematian, menurunkan bobot tubuh,ketahanan tubuh dan kualitas sehingga ikan mudah terinfeksi oleh patogen lain (Hasnidar, 2021).
3.4 Cara Pengendalian
Salah satu cara pengendalian Benedenia adalah dengan memasukkan ikan pembersih Labroides dimidiatus pada lingkungan pemeliharaan. Pengobatan ikan yang terinfestasi parasit dilakukan dengan merendam ikan pada air tawar ataupun larutan senyawa antiparasit seperti formalin ataupun potassium permanganate (Prasetiawan dkk., 2022). Infeksi Benedenia dapat diatasi dengan cara merendam ikan sakit dalam air tawar selama 30-60 menit, tergantung spesies ikan. Ikan-ikan yang hidup di air laut murni biasanya kurang tahan terhadap perendaman dalam
air tawar dalam waktu yang lama. Sebaliknya ikan yang hidup di daerah muara dengan salinitas yang cenderung payau bisa direndam lebih lama dalam air tawar sehingga semua parasit bisa terlepas dari tubuh ikan tersebut (Jamaris dkk., 2019).
3.5
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN
Patogenesis Benedenia adalah dengan menghasilkan telur yang dilengkapi dengan filamen panjang yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Faktor pendukung perkembangan jenis ini adalah pH yang tinggi dan kondisi perairan yang menurun kualitasnya, serta kurangnya cahaya matahari. Pengobatan ikan yang terinfestasi parasit dilakukan dengan merendam ikan pada air tawar ataupun larutan senyawa antiparasit seperti formalin ataupun potassium permanganate.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi Benedenia sp. umumnya menyebabkan ikan menghasilkan lendir atau mucus yang berlebihan, luka pada kulit, memediasi infeksi sekunder oleh bakteri serta menghambat pertumbuhan ikan budidaya.
4.2 SARAN
Saran kepada para pembudidaya ikan untuk melakukan pengontrolan kualitas air dengan baik agar tidak timbulnya parasit ikan salah satunya Benedenia sp.
selain itu dapat lebih memahami gejala adanya parasite agar bisa dilakukan pengendalian dan pencegahan sebelum adanya kematian masal pada kolam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, J. 2018. Identifikasi parasit pada ikan betok (Anabas testudieus). Bioscientiae, 8(2).
Hallgren, P., Nicolle, A., Hansson, L. A., Brönmark, C., Nikoleris, L., Hyder, M., &
Persson, A. 2014. Synthetic estrogen directly affects fish biomass and may indirectly disrupt aquatic food webs. Environmental toxicology and chemistry, 33(4), 930-936.
Hasnidar, H. 2021. IDENTIFIKASI DAN PREVALANSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN KERAPU LUMPUR (Epinephelus tauvina) DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATU BARA. TOR: Jurnal Budidaya Perairan, 1(1).
Jamaris, Z., Roza, D., & Mahardika, K. 2019. Prevalensi ektoparasit pada ikan budidaya di karamba jaring apung di teluk kaping, buleleng, bali. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 3(1), 32-40.
Nurcahyo, W. 2018. Parasit pada ikan. UGM PRESS.
Nur, I. 2019. Penyakit ikan. Deepublish.
Ode, I. 2014. Ektoparasit pada ikan budidaya di Perairan Teluk Ambon. Agrikan:
Jurnal Agribisnis Perikanan, 7(1), 66-72.
Prasetiawan, N. R., Kurniasih, R. A., Mulyadi, U., Setiawan, A., Bramawanto, R., Widyanto, S. W., ... & Sudrajat, R. 2022. SISTEM PENYANGGA KEHIDUPAN DAN PEMELIHARAAN IKAN PADA KOLAM SENTUH AKUARIUM PUBLIK. Jurnal Aquatik, 5(2), 82-90.
Rahmaningsih, S. 2018. Hama & Penyakit Ikan. Deepublish.
Soler, M. 2014. Long term coevolution between avian brood parasites and their ‐ hosts. Biological Reviews, 89(3), 688-704.
Solomon, N. U., James, I. M., Alphonsus, N. O. O., & Nkiruka, R. U. 2015. A review of host-parasite relationships. Annual Research & Review in Biology, 372- 384.
Strzyzewska, E., Szarek, J., & Babinska, I. 2016. Morphologic evaluation of the gills as a tool in the diagnostics of pathological conditions in fish and pollution in the aquatic environment: a review. Veterinarni Medicina, 61(3).
Ulkhaq, M. F., Layinah, M. N., Budi, D. S., & Panjaitan, I. F. 2022. Examination of Parasites in Seawater Ornamental Fish at Fish Quarantine, Quality Control and Safety of Fishery Products Denpasar, Bali. Journal of Aquaculture Science, 7(2).
Wijaya, S. O., & Subekti, S. 2019. The prevalence of benedeniasis in humpback grouper (Cromileptes altivelis) in floating net cages in Situbondo Regency, East Java, Indonesia. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 236, No. 1, p. 012006). IOP Publishing.
Zafran, Z., Koesharyani, I., & Yuasa, K. 2017. Parasit pada ikan kerapu di panti benih dan upaya penanggulangannya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 3(4), 16-23.