NAMA : NI PUTU YUNI DAMAYANTI NO. ABSEN : 07
NIM : 2212101014
RESUME KANDA PAT SARI
Ajaran Kanda Pat Sari
Kanda Pat di dalam ajaran Jawa dikenal dengan istilah “Sedulur papat kelima pancer”.
Pancer adalah diri kita. Setiap diri manusia mempunyai empat saudara. Ketika manusia masih berupa janin didalam perut ibunya, keempat saudara itu nyata. Kasat mata. Untuk lebih jelasnya marilah kita simak kutipan Kidungan Jaya Wedha berikut ini:
Ana kidung akadang premati among tuwuh ing kuwasanira nganaken saciptane kakang kawah puniku kang rumeksa ing awak mami anekaken sedya pan kuwasanipun adhi ari-ari ika kang mayungi ing laku kuwasaneki anekaken pangarah. Ponang getih ing rahina wengiangrowangi kang kuwasa andadekaken karsane puser kuwasanipun nguyu-uyu Sumbawa mami nuruti ing panedha kuwasanireku jangkep kadang ingsun papat kalimane pancer wus dadi sawiji nunggal sawujudingwang
Ada sabda tentang saudara kita yang merawat dengan sungguh-sungguh. Yang memelihara berdasarkan kekuasaannya. Apa yang dicipta terwujud. Ketuban itu, yang menjaga badan saya.
Yang menyampaikan kehendak, dengan kuasanya. Dinda ari-ari itu, yang memayungi semua tindakan berdasarkan kekuasaannya, yang menyampaikan tujuan. Sedangkan darah siang dan malam membantu Yang Kuasa. Mewujudkan kehendak-Nya. Puser kekuasaannya, memerhatikan sungguh-sungguh diriku, memenuhi permintaanku. Kekuasaannya itu. Maka, lengkaplah empat saudara saya, kelimanya sebagai pusat. Sudah menjadi satu. Manunggal dengan wujudnya.
Dari kedua bait kidung diatas, jelas sudah apa yang dinamakan saudara empat. Semuanya merupakan saudara kandung ketika manusia masih berupa janin. Mereka semua menjaga pertumbuhan manusia di dalam kandungan ini.
Anak yang pertama tentu saja kakak dari sang janin, yaitu ketuban atau kawah. Ketika seorang ibu melahirkan, yang pertama kali keluar adalah ketuban. Karena itu disebut saudara tua.
Kakang kawah. Dia berfungsi sebagai penjaga badan sang janin di dalam rahim. Setelah itu, saudara sekandung yang lebih muda adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkus janin di dalam rahim. Dinyatakan bahwa ari-ari memayungi tindakan sang janin didalam perut ibu.
Yang menyampaikan tujuan. Begitu bayi lahir, maka ari-ari itu ikut ke luar. Ia mengantarkan sampai tujuan, yaitu lahir dengan selamat disertai pengorbanan dirinya. Berikutnya adalah darah. Inipun saudara janin. Tanpa adanya darah, janin bukan saja tidak bisa tumbuh tetapi juga akan mengalami keguguran. Darah disebut membantu Tuhan siang dan malam, untuk mewujudkan kehendak Tuhan, jangan salah pengertian! Tuhan sendiri hakekatnya tidak memerlukan bantuan siapapun. Ini dari segi hakekatnya. Tapi dari segi syarat, segi mekanisme alamnya, kehendak Tuhan untuk menumbuhkembangkan janin hingga menjadi bayi itu lewat perantaraan darah. Seolah-olah darah itu nyawa bagi janin. Saudara yang keempat adalah pusar (Jawa: puser atau wudel). Dalam bahasa Jawa Kuno, istilah untuk pusar adalah nabi. Yang dimaksudkan dengan pusar, tentu saja tali pusar. Sedangkan pusar sendiri sebenarnya hanyalah bekas menempelnya tali pusar pada perut. Tali pusarlah yang menghubungkan antara perut bayi dalam rahim dan ari-ari. Ia sebagai alat untuk menyalurkan makanan dari Ibu ke bayi dalam kandungan. Dengan tali pusar itu bayi mendapatkan pasokan makanan dari ibunya. Pusar berfungsi untuk memenuhi permintaan si jabang bayi.
Dalam pandangan budaya Jawa, pandangan yang telah diterima orang Jawa yang beragama apapun "orang Jawa yang mengerti pandangan Jawa" meski beragama apapun tetap mempercayai bahwa dalam hdiup di Dunia ini, saudara empat itu tetap menjaga baik semasih di kandungan maupun di Dunia nyata. Yang kembali ke anasir-anasir Bumi, air, udara dan api hanyalah keempat jasadnya. Begitu bayi lahir, jasad saudara empat itu kembali ke asalnya. Air ketuban dan darah dibersihkan, begitu bayi dilahirkan. Ari-ari dan potongan tali pusar dipendam atau dihanyutkan di sungai. Jasad yang terlahir hidup adalah bayinya. Sedangkan secara metafisik saudara empat itu kita tetap menjada kita hingga mati. Selanjutnya perhatikan kutipian ini : Dialah yang berkuasa atas semua hamba-Nya. Dan dia mengutus kepada kalian penjaga-penjaga untuk melindungimu.
Dari kutipan tersebut di atas, jelas sekali dalam kehidupan di alam ini, Tuhan memberikan penjaga-penjaga kepada setiap orang. Meskipun telah disebutkan bahwa Tuhan itu mahakuasa atas segala hamba-Nya, tapi ada mekanisme alam yang telah ditetapkan-Nya. Tuhan tidak bertindak secara langsung. Ada beberapa penjaga yang dikirimkan kepada setiap orang.
penjaga tersebut tidak terlihat oleh mata jasmani. Karena mereka berupa roh.
Menurut konsep Jawa, penjaga-penjaga itu adalah saudara gaib kita sendiri! Bukan orang lain.
Yang dalam pandangan agama Hindu di Jawa disebut dengan Dewa atau Bhatara. Tetapi bagi konsep budaya Timur Tengah, penjaga manusia itu disebut Malaikat. Dari sudut pandang hakekat, apapun sebutan yang diberikan kepada penjaga-penjaga itu sama saja.
Kanda Pat Sari Panugrahan Dalem adalah ajaran utama, panugrahan Ida Bhatara Dalem. Yang disebut "sarining kanda pat tanpa sastra". Banyak sekali gunanya. Bila ditempatkan di dalam rumah, berguna untuk menjaga rumah dan orang-orang sekeluarga.
Segala perbuatan orang jahat dapat ditolaknya. Segala mara bahaya disingkirkan olehnya.
Apabila kita dapat memahami isi ajaran ini, bisa menjadi sari patinya mantra, juga mencapai nirwana. Serta dapat melepaskan derita para leluhur semuanya. Bila untuk menyucikan diri sendiri, tercapailah adanya bila kita bhakit dan hormat kepada Beliau, dapat memberikan kesaktian, yang tak dapat terkalahkan oleh segala mantra. Mantra yang berasal dari seratus lontar, dikalahkan oleh ucapan secakep. Tutur seratus cakep lontar, ditundukkan oleh satu bentuk saji. Banten seratus jenis, dikalahkan oleh satu jenis dulang. Demikianlah utamanya sifat dari orang yang memahami ajaran ini. Tetapi jangan dilecehkan dan disebarluaskan kepada orang yang tidak sepatutnya. Bila dilecehkan musnahlah segala kegunaannya, dan menjadi bumerang bagi penganutnya. Dan kemudian menyakiti diri sendiri, seperti; gila, marah-marah, boros, sakit secara mendadak, sakit lepra, buta serta pendek umurnya.
Demikianlah janji Bhatara Dalem, terhadap mereka yang mengikuti ajaran ini. Bila disiplih mengikuti ajaran ini, dapatlah dicapai segala yang dicita-citakan dan disayang oleh para Dewata.
Inilah janji Bhatara Dalem Bila bercita-cita menjadi orang bijaksana, dan dicintai oleh sesame makhluk hidup di Dunia, jangan menyimpang dari tata krama kehidupan ini. Kelak, apabila telah pandai, hendaknya tetap rendah hati. Jangan lupa belajar hidup prihatin, mencari nafkah dengan halal, agar selagi hidup beroleh manfaat. Sekali pun pandai, tetapi bila kurang rajin, akibatnya kurang baik. Lagipula hendaknya selalu berlatih kecerdasan hati, paham akan sasmita, isyarat, lambang, perubahan air muka, dan lain-lain, ini diibaratkan mengadu kekuatan diri. Dalam menuntut ilmu jangan kepalang tanggung, harus berani mengatasi berbagai rintangan, jangan berhenti di tengah jalan. Seseorang yang telah menguasai diri sendiri dan memahami segala macam ilmu, lahir dan batin, disebut jadma luwih atau sujana.
Seterusnya agar harus dipahami kekotoran tubuh. Jangan besar mulut, jika berbicara jangan sembarangan, perkataan terhadap sesama jangan curang-bogbog-membohongi orang. Jangan pula jail, angkuh, sombong, congkak, dan takabur. Hindarilah semua itu. Supaya tidak mendapat celaka, jangan sembrono. Barang siapa culas, akan sengsara, sedang kesulitan. Lagi pula jangan cemas, bimbang dan ragu sebab barang siapa cemas, bimbang dan ragu, akan dibelenggu iblis, dan setan gentayangan. Sedang barang siapa angkuh, sombong, iri dengki, akan dihukum Hyang Widhi, pasti akan rusak batinnya. Seterusnya jangan gemar tidur dan senggama, apalagi selingkuh, itu pantang bagi mereka yang menuntut ilmu. Jikalau makan sekedar sebagai obat pengganjal perut, tidur sebagai obat rasa kantuk saja, sedang apabila melakukan kewajiban sebagai suami-istri, agar dugapayoga, artinya jangan terlalu sering.
Demi kebaikan semuanya. Jika hanya mengutamakan makan dan tidur saja, hati akan tersendat, dan sulit mencapai cita-cita. Di samping itu hendaknya diketahui adanya 4 macam bhuta, yakni Anggapati, Mrajapati, Banaspati, Banaspati Raja Adalah merupakan simbol nafsu. Siang dan malam nafsu-nafsu tersebut berperang memperebutkan keutamaan. Nafsu putih diserang 3 nafsu lainnya. Jika nafsu putih mau sadar, mengajak mengurangi makan, tidur dan senggama, agar bisa menekuni ilmu, tetapi nafsu hitam dibantu merah dan kuning melawan nafsu putih, dan tidak mau diajak berbuat baik, itulah yang disebut perang siang malam. Waspadalah dan ketahuilah sifat masing-masing nafsu, mana diantara sifat itu yang layak diturut. Jauhilah nafsu hitam, merah dan kuning, kendalikan dengan kuat, dengan sraddha dan bhakti. Itu laku terpuji.
Kembangkanlah nafsu putih agar bersatu dengan empat sukma yang berada di alam gaib.Disitulah tempatnya hati suci, sebagai sukma luhur, sukma purba, sukma langgeng, dan sukma wisesa. Mereka mengendalikan keempat macam nafsu. Nafsu merah memuja sukma langgeng, nafsu hitam memuja sukma purba, sedang nafsu kuning dikuasai sukma wisesa.
Ketiga nafsu tersebut diperintahkan agar menyamun-menggoda hidup manusia-hingga hidup selalu menjadi celaka. Nafsu putih suksma luhurlah pujaannya. Jika nafsu putih sudah dekat dengan Tuhan, terbukalah jalan menuju kebahagiaan dan kemujuran. Apabila tekun mempelajari ilmu, cita-cita pasti akan tercapai, mendapat kekuasaan, kebahagiaan dan kemuliaan. Demikianlah tingkah laku manusia terpuji. Jadikanlah Bhuta Anggapati, Mrajapati, Banaspati, dan Banaspati Raja sebagai prajurit untuk menghadapi musuh. Kuasailah, sebab apabila tidak disadari, akan mengajak rusuh, mengganggu, mengacau, pasti tubuh akan menjadi rusak. Semua bhuta itu akan datang mengganggu pada saat melakukan yoga Samadhi atau meditasi. Kelak apabila melihat bayangan berwarna hitam, berarti Bhuta Banaspati Raja yang datang menggoda. Jika tampak bayangan warna kuning Bhuta Banaspati yang datang menggoda. Mereka semua mengajak ke kesesatan. Barang siapa mendapat Panugrahan Dalem
akan melihat warna putih selebar rambut, itu sukma luhur, cahaya sejati atau Wisnu, nyata- nyata utusan Tuhan. Maka waspadalah selalu, agar selamat sejahtera. Bila sudah mendapat Panugrahan Dalem, hendaklah berbudi mulia, berbuatlah kebajikan, sebatas kemampuan.
Ajaran Kanda Pat Sari ;
Kanda = tutur; petuah; cerita; tetingkah; kesaktian; kasidian; kawisesan.
Pat = empat.
Sari = utma.
Jadi Kanda Pat Sari berarti empat macam ajaran yang utama tentang kesaktian, kesidian dan kawisesan.
Pada waktu kita lahir ke Dunia ini, pada saat yang sama lahir pula Sang Hyang Panca Maha Bhuta, yang lahir bersama-sama dengan Sang Hyang Tiga Sakti. Beliaulah Sang Hyang Tiga Sakti, amor ring Buwana Agung, kemudian dipuja oleh semua makhluk di Dunia. Beliau berstana di Pura Dewa, Pura Puseh dan Pura Dalem. Sedangkan Sang Hyang Panca Mahabhuta, menjadi pepatih disegala penjuru. Sebagai pemelihara Dunia. Dan semuanya maha sakti, tiada terhingga. Bila dipuja, diyakini, dan diresapi, maka beliau dapat merangsuk ke dalam badan.
Dapat member jalan menuju kebijaksanaan, juga kewibawaan, kesaktian, kesidian, kawisesan, dan kemulyaan. Inilah adanya beliau :
yang paling tua berwujud yeh nyom (air ketuban) disebut Sang Bhuta Anggapati, menjadi patih di Pura Ulun Suwi, bergelar I Ratu Ngurah Tangkeb Langit. Ida dadi dewan Bedugul, dadi dewan sawah, dadi dewan angempu Bumi, dan dewan semua binatang. Dan di pekarangan rumah beliau berstana di tugu, segara tanpa tepi, dengan bentuk aksaranya “Sang”, berwujud amertha sanjiwani, rembesannya keluar dalam bentuk keringat. Berguna untuk menghilangkan segala penderitaan pada badan, termasuk penyakit berat maupun ringan. Penjelmaan beliau adalah berbentuk langit yang cemerlang, menjadi damuh. Demikianlah saktinya I Ratu Tangkeb Langit.
Bantennya : ketipat dampulan, dengan ikan telur bokasem, canang pesucian, segehan kepelan putih, ikannya bawang jahe.
Yang paling wayahan, berwujud getih (darah), bernama Sang Buta Mrajapati, menjadi patih di Pura Sada, bergelar I Ratu Wayan Tebeng. Beliau sebagai dewan alas, dewan Gunung, dewan
jalan, dewan Lebuh. Bila di dalam badan beliau berstana di dalam darah. Sebagai amerta kamandalu, rebesannya menjadi Bayu. Aksaranya “Bang” disebut tampaking kuntul ngalayang. Berguna untuk menolak segala perbuatan jahat, baik sekala maupun niskala.
Penjelmaannya menjadi api unggun, menjadi gunung, hutan, jalan dan pohon besar.
Bantennya : ketipat galeng, dengan ikan telur itik, segehan kepelan barak, ikannya bawang dan jahe, canang pesucian.
Yang paling madenan, berwujud ari-ari (plasenta), bernama Sang Bhuta Banaspati, menjadi patih di Pura Puseh, bergelar I Ratu Made Jelawung. Sebagai dewan tegalan, dewan perkebunan, dewan panginih-inih. Dan segala yang mau berbuat jahat/baik di luar atau pun di dalam pekarangan musnah olehnya. Bila di dalam badan beliau berstana pada daging, dan pada semua lubang di badan. Aksaranya adalah “Tang”, disebut sebagai galihing kangkung.
Rembesannya berbentuk rambut. Penjelmaan menjadi angin kencang, menjadi gumatat- gumitit, menjadi tegalan, perkebunan, dan rumah besar yang bertembok tinggi.
Bantennya : ketipat gangsa, dengan ikan sate gede, canang pesucian, segehan kepelan kuning, ikannya bawang dan jahe.
Yang paling nyomanan, berwujud lamad (pungsed/puser/pusar). Bernama Sang Buta Banaspati Raja, menjadi patih di Pura Dalem, bergelar I Ratu Nyoman Sakti Pangadangan. Beliau sakti tanpa tandingan. Beliau sebagai pemelihara Dunia. Sebagai dewan kuburan, sebagai dewan sungai, dewan jurang atau pangkung, dewan dete, tonyo, dewan samar, dewan pantai, dewan semua jenis burung, dewan kekuatan dukun, balyan, pengiwa dan penengen. Beliaulah yang menjadi kekuatan segala mantra. Bila di dalam badan, beliau bersemayam di dalam urat.
Sebagai perwujudan amerta maha tirta, rembesannya menjadi maolah. Aksaranya adalah
“Ang” disebut isining buluh bumbang, dapat menolak segala bahaya. Perwujudannya menjadi lautan, pantai, sungai, jurang pangkung, kuburan, burung, berwujud manusia seperti kita, bisa berwujud orang tua dengan kampuh poleng.
Bantennya : katipat gong, ikannya telur diguling, pesucian, segean kepelan selem. Ikannya bawang dan jahe, ditambah rokok, dengan sesari pis bolong 11.
Yang lahir ketutan, berwujud iraga (diri kita), disebut Sang Bhuta Dengen. Menjadi patih di Pura Desa, bergelar I Ratu Ketut Petung. Beliau sebagai Dewatanya Balang Tamak Bale Agung, sebagai dewan pelangkiran, dewan pasar, dewan tukang, sangging, undagi, pande. Juga sebagai Dewatanya segala jenis ikan. Bila di badan beliau berstana di tulang dan sum-sum.
Sebagai perwujudan amerta pawitra, rembesannya menjadi rasa, aksaranya “Ing”, disebut Lontar tanpa tulis. Beliau sebagai pemelihara kandungan, dan sebagai pemelihara diri sendiri.
Beliau dibenarkan membunuh musuh yang berniat jahat kepada kita. Penjelmaannya berwujud kilat, berwujud pasar, bale agung, berwujud ikan, berwujud lelaki ganteng atau wanita cantik Bantennya : Ketipat lepet, ikannya telur bebek, canang pesucian, segehan kepelan brumbun, ikannya bawang dan jahe.
Demikianlah sakti beliau Sang Hyang Panca Maha Bhuta. Bila ingin memiliki kesaktian tersebut, wujudkanlah kekuatannya, masukkanlah di dalam badan. Supaya cepat menyatu dengan kia. Tidak dibenarkan merokok. Ini adalah mantra pemujaan beliau :
Ong Ang Ang Ang Ong,
Ong Ing Ong Ung Ang Ah Ah Tang, Ong Kyah Kyah Ong Shah,
Ung Rung Reng Rong Wasat, Ong Ong Mang Wyang Syah.
Dan ini adalah mantra permohonannya :
I Ratu Ngurah Tangkeb Langit, I Ratu Wayan Tebeng, I Ratu Made Jelawung, I Ratu Nyoman Sakti Pangadangan, I Ratu Ketut Petung, aja sira lali asanak ring ulun, apan tulun tan lali astiti bhakti ring sira, wehan ta ulun panugrahan…… (sakti sidhi ngucap)……. Ong winursita rasyamuka angamet sarining amerta kusuma ya nama swaha.
Jangan dilecehkan, karena mantra ini adalah ciptaan beliau Bhatara Dalem. Dapat dipergunakan sekehendak hati Tinggal menambahkan kalimat pada tanda titik-titik tersebut.
Mau sakti dalam segala perwujudan. Tidak dapat ditundukkan dalam segala kewibawaan. Yang jauh dapat dinyatakan dekat, dan yang dekat dapat dibuat jauh, segala yang ganas menjadi jinak. Begitulah kesaktian beliau Sang Hyang Panca Maha Bhuta.
Tata cara dan upakara Kanda Pat Sari
Apabila ingin memiliki kesaktian Sang Hyang Panca Maha Bhuta. Agar segera menyatu kepada diri kita, pada hari sabtu kliwon wuku landep, atau hari tumpek landep, buatlah banten seperti berikut :
Bantennya :
Rayunan satu pajeg, dengan ikan diolah sampai matang (ikan babi boleh, ikan ayam boleh, dan ikan itik pun boleh) suci satu soroh, daksina gede satu dengan sesari 41 uang kepeng, segehan agung satu, penyambleh ayam samululung, metatabuhan arak berem.
Sedangkan untuk Sang Hyang Panca Mahabhuta, dibuatkan banten sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di muka. Ditambah dengan satu banten prayascita, dan satu banten byakaon.
Bebanjahan banten ini hanyalah sebuah contoh dan tidak harus seperti itu. Tergantung menghadap kemana banten itu akan dihaturkan. Menghadap ke utara sesuai dengan contoh, atau menghadap ke timur. Jadi tinggal menyesuaikan saja, khususnya letak-letak banten bagi Sang Hyang Panca Mahabhuta.
Banten ini dihaturkan dihadapan Sanggah Kemulan. Tapi bila tidak memungkinkan, karena situasi atau kondisi. Umpamanya tidak enak sama tetangga, atau saudara yang lain, maka banten ini bisa dihaturkan di bale Bali. Bila tidak bisa juga, maka dapat dihaturkan di pakarangan rumah.
Setelah banten diatas lengkap, maka duduklah dengan tenang, kemudian ucapkanlah mantra permohonan seperti yang telah disebutkan dimuka, ditambah dengan ucapan-ucapan sendiri sesuai dengan keinginan, dengan menggunakan bahasa Bali, sesuai dengan permohonannya.
Mantra :
I Ratu Ngurah Tangkeb Langit, metu kita saking jagat wetan, ajakan waduanira, roang sira kabeh, apupul ring pesamuan, manusanta angaturaken; Katipat dampulan maulam taluh bekasem, canang pesucian, segehan nasi kepelan putih, be ne bawang jahe.
I Ratu Wayan Tebeng, metu kita saking jagat kidul, ajaken waduanira, roang sira kabeh, apupul ring pesamuan, manusanta angaturaken; Katipat galeng maulam taluh bebek, canang pesucian, segehan kepelan barak, be ne bawang jahe.
I Ratu Made Jelawung, metu kita saking jagat kulon, ajakan waduanira, roang sira kabeh, apupul ring pasemuan, manusanta angaturaken; Katipat gangsa maulam sate gede, canang pesucian, segehan nasi kepelan kuning, be ne bawang jahe.
I Ratu Nyoman Sakti Pangadangan, metu kita saking jagat lor, ajaken waduanira, roang sira kabeh, apupulring pasemuan, manusanta angaturaken; Katipat gong maulam taluh bebek
maguling, canang pesucian, segehan nasi kepelan selem, be ne bawang jahe, medaging lanjaran, mesari 11 kepeng.
I Ratu Ketut Patung, metu kita saking jagat madya, ajakanawaduanira, roang sira kabeh, apupul ring pesamuan, manusanta angaturaken; Katipat lepet akelan mauling taluh angsa, canang pesucian, segehan k