Mata Kuliah : Ketahanan Keluarga
Dosen Pengampu : Kurniati Zainuddin, S.Psi., M.A
Novita Maulidya Jalal, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Tugas 4
Oleh:
Nurpadilla (200701501128) Kelas B
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2023
Faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (fokus pada kompetensi anggota keluarga)
Frustasi
Kekerasan juga dapat terjadi akibat lelahnya psikis yang menimbulkan frustasi diri dan kurangnya kemampuan coping stress suami. Frustasi timbul akibat ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh suami. Hal ini biasa terjadi pada pasangan yang belum siap kawin, suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang mencukupi kebutuhan rumah tangga, dan masih serba terbatas dalam kebebasan. Dalam kasus ini biasanya suami mencari pelarian kepada mabuk-mabukan dan perbuatan negatif lain yang berujung pada pelampiasan berbentuk kekerasan terhadap istrinya, baik secara fisik, seksual, psikis, atau bahkan penelantaran keluarga.
Rasa cemburu
Rasa cemburu yang berlebihan dari pihak istri maupun suami sehingga hal ini dapat menimbulkan keributan dalam rumah tangga. Kekahawatiran istri atau suami akan terjadinya perselingkuhan diantara mereka menjadi penyebab pertengkaran diantara mereka, dengan demikian kekerasan sering terjadi dalam rumah tangga mereka.
Emosi
Emosi yang berlebihan atau sifat keras dari suami menyebabkan sering terjadinya pemukulan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya sehingga menimbulkan luka memar pada bagian tubuh si istri.
Faktor Ekonomi
Masyarakat yang hidupnya tidak berkecukupan, yaitu tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup mengakibatkan sering terjadinya kekerasan. Kebutuhan hidup dapat berupa sandangpangan atau kesulitan keuangan untuk pendidikan anak-anak, hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi perbuatan semena-mena dalam rumah tangga. Biasanya para istri terlalu banyak menuntut untuk pemenuhan kebutuhan hidup sedangkan para suami tidak dapatmencukupi kebutuhan tersebut karena penghasilan yang kurang.
Identifikasi kemampuan yang kurang pada suami Kepribadian agresif
Agresi didefinisikan sebagai permusuhan, kemarahan, dan lekas marah sehingga sering terlibat pada agresi verbal dan fisik. Sehingga subjek yang memilki kepribadian agresi menyebabkannya mudah marah hingga pada tindakan atau perlakuan kekerasan verbal dan fisik. Anderson &
Bushman (2002) mendefinisikan agresi sebagai tindakan terhadap individu lain yang merugikan dan dapat menyebabkan kerusakan. Kerusakan dapat terjadi dalam bentuk psikis maupun fisik.
Kurangnya kemampuan untuk mengelola emosinya dengan adaptif atau tepat
Penelitian yang dilakukan oleh Li, Commons, Duong, & Going (2019) menemukan bahwa individu yang impulsif dan juga kurang mampu membangun hubungan yang lekat dengan orang lain, cenderung melakukan kejahatan yang tergolong paling parah. Kecenderungan impulsif tidak terlepas dari pengelolaan emosi yang maladaptif dalam diri partisipan. Pengelolaan emosi yang maladaptif salah satunya ditunjukkan melalui emotional under-regulation. Emotional underregulation membuat individu tidak mampu menghambat perilaku impulsif
Rasa empati yang rendah serta pelanggaran terhadap norma sosial
Miller & Eisenberg (dalam Marshall & Marshall, 2011) menyatakan bahwa empati mendasari munculnya perilaku menolong orang lain dan tidak adanya empati menghasilkan perilaku agresif yang mengabaikan hak ataupun penderitaan orang lain.