• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS KELOMPOK PKN HAK ASASI MANUSIA

N/A
N/A
Siti Qoriah Ambarwati

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS KELOMPOK PKN HAK ASASI MANUSIA "

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK PKN HAK ASASI MANUSIA

Dosen : Achmad Yasin, M.Pd.

Kelompok 2

1. Dewi Sartika 12210324 2. Anggi Dwi Prananca 12210329 3. Nina Amelina 12210458 4. Siti Qoriah Ambarwati 12210533 5. Hilalah Hindun 12210461 6. Chelsea Dinda Azzahra 12210304

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil kerja kelompok kami dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang membahas tentang Hak Asasi Manusia.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggali berbagai sumber daya, referensi, dan diskusi kelompok untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai tema yang diangkat. Mata kuliah PKn memberikan wawasan yang luas mengenai konsep dan nilai-nilai kewarganegaraan, hukum, serta kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Makalah ini terdiri dari beberapa subtema, yang masing-masing membahas isu-isu aktual yang terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca, serta dapat menjadi bahan referensi yang relevan dalam memahami dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di era kontemporer.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah PKn yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses pembuatan makalah ini.

Serta kepada teman-teman kelompok yang telah bekerja sama dengan penuh dedikasi untuk menyelesaikan tugas ini.

Semoga makalah ini dapat menjadi tambahan sumbangsih pemikiran dan wawasan dalam memahami dan menjalani peran sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Terima kasih

Karawang, 27 November 2023 Penyusun

Kelompok 2

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) ... 4

2.1.1 Hak Asasi Manusia (HAM) di Tingkat Global ... 4

2.1.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia ... 6

2.2 Aturan Perundang Undangan HAM di Indonesia ... 8

2.3 Pelanggaran HAM di Indonesia dan International ... 9

2.3.1 Kasus Pelanggaran HAM Di Indonesia : ... 10

2.3.2 Kasus Pelanggaran HAM Di Dunia Internasional : ... 11

2.4 Perkembangan Penegakan Hak Asasi Manusia ... 12

2.5 Penegakan dan Perlindungan HAM di Indonesia ... 14

2.6 Penegakan dan Perlindungan HAM Sebagai Perwujudan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ... 16

BAB III PENUTUPAN ... 19

3.1 Kesimpulan ... 19

3.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

(5)

2

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami penulis telah mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

Bagaimana sejarah dan pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) di Dunia serta di Indonesia?

Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global dan Indonesia?

Aturan Perundang – Undangan mengenai HAM yang ada di Indonesia?

Apa saja contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Dunia dan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) : Menganalisis Implementasi HAM :

➢ Menilai sejauh mana implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) di berbagai tingkat pemerintahan dan sektor kehidupan masyarakat.

➢ Menyelidiki keberhasilan dan kendala dalam menerapkan norma-norma HAM yang telah diakui secara internasional dalam konteks lokal atau nasional.

Menilai Perlindungan HAM di Berbagai Konteks :

➢ Mempelajari keberhasilan dan tantangan dalam perlindungan HAM di berbagai sektor seperti pendidikan, pekerjaan, sistem peradilan, dan sektor kesehatan.

➢ Meneliti dampak kebijakan dan praktik-praktik tertentu terhadap hak-hak individu dan kelompok.

Menyelidiki Pelanggaran HAM :

➢ Mendokumentasikan dan menganalisis pelanggaran HAM yang terjadi di tingkat nasional atau internasional.

➢ Mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari pelanggaran HAM serta mengusulkan solusi untuk pencegahan dan penyelesaian.

(6)

3

Mendukung Perkembangan Hukum dan Kebijakan :

➢ Meneliti perkembangan hukum dan kebijakan terkait HAM di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

➢ Memberikan rekomendasi konstruktif untuk perbaikan atau pembaharuan dalam kerangka hukum dan kebijakan yang ada.

Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan HAM :

➢ Menganalisis efektivitas program-program pendidikan dan kesadaran HAM yang ada.

➢ Mengembangkan strategi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak-hak asasi manusia dan pentingnya menghormatinya.

Mengembangkan Inovasi dalam Perlindungan HAM :

➢ Mengevaluasi inovasi teknologi dan metode dalam pemantauan dan perlindungan HAM.

➢ Mengusulkan dan mengembangkan pendekatan baru untuk mengatasi tantangan dalam melindungi dan memajukan HAM.

Memberikan Kontribusi pada Pengembangan Kebijakan :

➢ Menyumbangkan temuan dan rekomendasi penelitian untuk mendukung

pengembangan kebijakan yang berfokus pada perlindungan dan pemajuan HAM.

➢ Berpartisipasi dalam dialog dan advokasi untuk mempromosikan perubahan positif dalam kebijakan dan praktik-praktik HAM.

(7)

4 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam bahasa prancis droits de i’homme jadi, hak asasi manusia adalah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak melekat pada dirinya karna ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan dan saling bergantung.

Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut ‘’dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis.

Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex specialis.

Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.

2.1.1 Hak Asasi Manusia (HAM) di Tingkat Global

Hak asasi manusia adalah komponen yang integral dari kekuatan politik, ekonomi, dan budaya dalam globalisasi. Perlindungan hak asasi manusia tidak lagi dipandang sebagai isu nasional, tapi juga lingkup global.

(8)

5

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap ekspansi dan komitmen dalam agenda- agenda global hak asasi manusia yaitu :

a. Pembentukan institusi global yang peduli terhadap perlindungan hak asasi manusia.

b. Semakin diterimanya hak interdependen dan indivisibility, di mana pelanggaran hak asasi dalam suatu negara akan berimplikasi terhadap orang di negara lain.

c. Penekanan terhadap penegakan demokrasi yang dianggap penting untuk mewujudkan perdamaian internasional.

d. Pandangan bahwa kepedulian terhadap hak asasi manusia difasilitasi oleh perkembangan ekonomi yang berbasis pasar.

e. Efektivitas aktor nonnegara.

Konsep hak asasi manusia secara signifikan semakin dikuatkan dengan kemunculan NGO multilateral yang peduli terhadap penegakan hak asasi manusia.

Contohnya adalah Amnesty International, Human Rights Watch, dan institusi internasional yang berbasis pada hak asasi manusia seperti International Criminal Court dan United States Commission on Human Right. Peran institusi dan NGO dalam penegakan hak asasi manusia tidak dapat dipungkiri justru lebih signifikan dibandingkan peran negara, misalnya Human Rights Watch (HRW). HRW adalah organisasi hak asasi manusia nonpemerintahan yang nonprofit. HRW memiliki staf sebanyak lebih dari 275 di seluruh dunia yang mereka sebut sebagai defender yang memiliki keahlian di bidang masing-masing seperti pengacara, jurnalis, akademisi dari berbagai studi dan kebangsaan. HRW, yang didirikan pada tahun 1978, terkenal dengan penemuan fakta yang akurat, laporan yang nonparsial, penggunaan efektif terhadap media, dan memiliki target advokasi. Setiap tahunnya, HRW mempublikasikan lebih dari 100 laporan tentang kondisi hak asasi manusia di berbagai negara. HRW mengadakan pertemuan dengan pemerintah negara yang bersangkutan, PBB, kelompok regional seperti Uni Afrika atau Uni Eropa, institusi finansial, dan perusahaan untuk menekan agar terjadi perubahan kebijakan yang membantu penegakan hak asasi manusia dan keadilan di seluruh dunia.

(9)

6

2.1.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia A. Hak Asasi Manusia Era Orde Lama

Orde lama dalam hal ini di maksudkan sebagai sistem pemerintahan di bawah kepemimipinan Presiden Soekarno sejak tahun 1945-1967. Dalam periode itu telah terjadi kasus kasus pelanggaran yang bersifat hak asasi manusia dan adanya kebijakan-kebijakan yang dinilai banyak terjadi kepentingan- kepentingan Soekarno, yang sejak mudanya menganut pendirian bahwa kekuasaan rakyat Indonesia bertumpu pada kombinasi kekuatan Idiologi Nasionalisme, Islamisme dan Komunisme, yang kemudian mengkeristalkanya dalam doktrin Nasakom yang meresapi hampir seluruh kebijakan pemerintahan setelah Soekarno menjadi Presiden ditinjau dari konteks sejarah, obsesi presiden Soekarno mengenai paradigma Nasakom. Pendiriannya dalam hal ini yang sedemikian kuatnya, sehingga amat sukar bagi Soekarno untuk menerima kenyataan bahwa terdapat banyak indikasi yang menunjukan bahwa partai yang dipuji-pujinya itu di duga keras berada dibalik rangkaian kekerasan massa antara tahun 1959-1965 dan juga merancang pembunuhan beberapa pimpinan TNI angkatan darat pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Karna adanya peristiwa tersebut, MPR-S, yang berdasar Undang-undang Dasar 1945 merupakan pemegang kedaulatan tertinggi di dalam suatu negara. Tidak dapat dihindarkan bahwa suatu konflik konstitusional dan konflik politik akan terjadi, yang kemudian berakhir dengan dicabutnya kekuasaan pemerintah Negara dari Presiden Soekarno. Selain itu, MPR-S juga memerintahkan kepada Letjen. TNI Soeharto untuk melakukan proses hukum terhadap Ir Soekarno dengan berbagai Pertimbangan proses hukuman itu dilaksanakan antara lain mengingat posisi sejarah Soekarno sebagai seorang proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga sampai saat ini seberapa jauh keterlibatan Soeharto dalam pristiwa teragis 1965-1968 tersebut.

B. Hak Asasi Manusia Era Orde Baru

Konfigurasi kehidupan demokrasi pada masa Orde Baru sebenernya bersifat paradoxs dan ambigu. Dalam tataran konseptual tampaknya pemrintah presiden Soeharto menyelenggarakan tata pemerintahan yang demokratis. Akan

(10)

7

tetapi bila dilihat secara empiris, dalam praktiknya system pemerintahan Orde Baru bersifat totaliter yang bertentangan dengan nilai-nilai universal demokrasi.

Sistem politik yang kuat dan bersifat militerstik telah mampu menopang pembangunan ekonomi dan nation building selama lebih dari 30 tahun. Pada tahap awal pembangunan Orde Baru banyak yang menilai sebagai era baru kebebasan politik. Pada awal orde baru disebut-sebut sebagai bulan madu antara Negara dengan masyarakat. Namun perkembanggan ini tidak berlangsung lama.

Sistem politik Orde Baru secara perlahan mulai berubah, sejak Golkar, partai politik yang dimotori pemerintah, memenangkan pemilu secara mayoritas pada tahun 1971, perilaku politik pemerintah mulai menunjukan regulasi politik yang ketat. Ketidakpuasan di kalangan masyarakat mulai muncul, terutama melihat proses pembangunan ekonomi yang kapitalis dengan masuknya modal asing.

Sejak itu perkembangan politik mengalami reprensi, dan baru mulai menunjukan perkembangan yang membaik pada tahun 1980-an. Pada rezim ini kita dapat menganalisis pola implementasi Hak Asasi Manusia (HAM). dalam era Orde Baru banyak persepsi buruk terutama dalam hal kebebasan berpendapat, dari setiap individual baik para tokoh politik atau aktivis yang muncul pada era itu.

Pandangan yang muncul Perkembangan ini beragam mulai dari adanya diskriminatif terhadap ide dan gagasan yang muncul dan di anggap bertolak belakang dengan paham pemerintahan pada saat itu maka gerakan tersebut dianggap makar dan bertentangan. Pada rezim orde baru ini hukum dijadikan alat kontrol untuk mempertahankan kekuasaan, ekses dari kebijakan tersebut timbulnya sikap skeptis dari masyarakat . keadilan sangat sulit ditemukan.

kondisi menjadi bertolak benakang dengan cita-cita Negara hukum, yaitu cita keadilan, cita ketertiban, dan cita-cita kepastian.

C. Hak Asasi Manusia Era Reformasi

Arus reformasi yang bergulir di indonesia pada tahun 1998 yaitu ditandai dengan runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun, telah membuka koridor bagi penegak hukum dan hak asasi manusia.

Penegakan HAM menjadi salah satu agenda utama di era reformasi. Gerakan masyarakat sipil yang mengusung pentingnya penegakan HAM berdampingan dengan proses demokratisasi telah mampu diwujudkan dalam berbagai produk

(11)

8

hukum dan konsep kebijakan pemerintah melalui Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia. Cita-cita yang diinginkan adalah penyelesaian berbagai pelanggaran HAM masa lalu, mencegah terjadinya pengulangan pelanggaran HAM, serta memenuhi dan memajukan HAM sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi Sebagaimana telah disinggung diawal arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa pengaruh bagi terbentuknya koridor pembaharuan hukum dan penegakan HAM. Terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau masyarakat madani, penggunaan istilah masyarakat madani dalam ranah masyarakat yang demokratis lebih memiliki makna dalam, terlebih lagi dalam mengangkat harkat dan martabat manusia, selain itu, sivil society sangat penting.

Dalam menggambarkan dan mendeskripsikan penegakan HAM di Indonesia.

Orde reformasi yang dimulai tahun 1998 berusaha menegakan HAM dengan jalan membuat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan HAM sebagai rambu-rambu. Seperti UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Ratifikasi Terhadap instrumen Internasional tentang HAM, UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, yang memungkinkan dibukanya kembali kasus kasus pelanggaran HAM berat dimasa lalu, serta pemberantasan praktik KKN.

2.2 Aturan Perundang Undangan HAM di Indonesia

Peraturan Perundang-undangan dibuat untuk melindungi Hak Asasi Manusia Indonesia. Meskipun sampai saat ini masih banyak peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengancam perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena tidak didasarkan prinsip good governance. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang dibentuk hendaknya memuat solusi atas penyelesaian konflik dan menyelesaikan kesenjangan masyarakat. Peraturan perundang-undangan seperti itulah yang dapat menjamin perlindungan Hak Asasi Manusia. Jaminan kesesuaian atas undang-undang mengenai prinsip dan norma hak asasi manusia secara langsung membutuhkan mekanisme dan metodologi yang dapat memprediksi dampak dari suatu produk legislasi terhadap penikmatan hak asasi manusia dalam setiap individu masyarakat. Untuk itu, artikel ini akan menguraikan sedikit peluang atas gagasan untuk merumuskan kerangka analisis dampak hak asasi

(12)

9

manusia terhadap rancangan peraturan perundang-undangan. Meskipun sudah ada peraturan undang-undang mengenai Hak Asasi Manusia, masih banyak pelanggaran yang terjadi, seperti pelanggaran HAM berat. Pemerintah tentu memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia yang penyelesaiannya melalui proses rekonsiliasi, meskipun hingga sekarang masih belum terselesaikan. Penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi tersebut memerlukan adanya political will supaya tidak menjadi beban sejarah. Atas dasar pertimbangan sebagaimana tersebut, dan dalam rangka melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, perlu membentuk Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia.

Dasar hukum undang-undang ini adalah : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : hak untuk hidup dan hak untuk tidak kehilangan paksa dan/atau tidak dihilangkan nyawa, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak anak, dan hak atas kebebasan beragama. Selain mengatur hak asasi manusia, diatur pula mengenai kewajiban dasar, serta tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam penegakan hak asasi manusia. Diatur mengenai Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia. diatur pula tentang partisipasi masyarakat berupa pengaduan dan/atau gugatan atas pelanggaran hak asasi manusia, pengajuan usulan mengenai perumusan kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM, penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.

2.3 Pelanggaran HAM di Indonesia dan International

Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 1999, Pelanggaran HAM didefinisikan sebagai setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik

(13)

10

disengaja maupun tidak disengaja, atau kelalaian, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Walaupun perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan pernyataan terkait HAM dan telah menyusun serangkaian aturan untuk melindungi setiap individu di seluruh negara, nyatanya masih ada ditemukan sejumlah pelanggaran HAM di negara-negara tertentu di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pelanggaran HAM yang banyak terjadi tak selaras dengan isi UU Nomor 39 Tahun 1999 yang menyebut bahwa HAM adalah sesuatu yang seharusnya dilindungi, dijaga, serta dijunjung tinggi oleh setiap individu. Sebaliknya, seseorang pun harus bisa melindungi dan menghormati hak orang lain.

2.3.1 Kasus Pelanggaran HAM Di Indonesia : 1. Tragedi G30S/PKI

Kasus ini berhubungan dengan terbunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa 30 September 1965 (G30S/PKI), pemerintahan Orde Baru menuding PKI sebagai biang keroknya. Saat itu, pemerintah melakukan operasi pembersihan PKI dan simpatisannya untuk membubarkan organisasi komunis tersebut.

2. Penembakan Misterius (Petrus) tahun 1982-1985

Kasus penembakan misterius (Petrus) alias operasi clurit merupakan operasi rahasia yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Operasi ini diadakan dengan dalih untuk menekan tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu. Hingga saat ini, pelakunya tidak pernah tertangkap dan tidak pernah diadili.

3. Tragedi Talangsari (1989)

Tragedi Talangsari terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989. Pada masa tersebut Soeharto mengadakan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila(P-4). Program ini menyasar masyarakat Islam yang kritis terhadap pemerintahan Orde Baru. Akhirnya hal tersebut memancing reaksi kelompok Islam di Indonesia, termasuk kelompok Warsidi di Lampung yang dituduh radikal dan mendapat perlakuan represif dari militer serta polisi yang

(14)

11

menyebabkan tragedi pembantaian. Dalam tragedi tersebut, diketahui ada sekitar 130 orang tewas dan 229 dianiaya.

4. Pembunuhan Marsinah (1993)

Marsinah adalah seorang buruh pabrik dan ditemukan tewas karena penyiksaan. Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-rekannya melakukan demonstrasi karena pabrik tempatnya bekerja tidak menaikkan upah sesuai edaran gubernur Jawa Timur. 13 teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo atas tuduhan penghasutan kepada para buruh agar tidak masuk kerja.

Rekan-rekannya dipaksa untuk mengundurkan diri. Marsinah pun datang ke Kodim untuk menanyakan di mana keberadaan rekan-rekannya. Tapi malam harinya, Marsinah menghilang dan tidak ada yang tahu keberadaannya kemudian baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan meninggal.

Berdasarkan hasil autopsi ia mengalami penyiksaan berat.

5. Tragedi Universitas Trisakti 12 Mei 1998

Tragedi Trisakti merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang selalu dikenang. Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa penembakan terhadap mahasiswa demonstran di Trisakti yang menuntut Soeharto turun dari jabatan presiden. Empat orang mahasiswa yang tewas dalam tragedi tersebut, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Hery Hartanto. Tragedi ini dikenal juga dengan sebutan tragedi Mei 1998.

6. Pembunuhan Munir (2004)

Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis HAM yang membela keluarga korban Penculikan Aktivis 97/98. Pada tahun 2004, Munir ditemukan tewas dalam pesawat tujuan Amsterdam akibat diracun menggunakan senyawa arsenik. Kasus Pembunuhan Munir merupakan kasus pelanggaran HAM yang dianggap belum terselesaikan karena masih menjadi misteri hingga saat ini.

2.3.2 Kasus Pelanggaran HAM Di Dunia Internasional : 1. Kekejaman Hitler di Jerman

Rezim Adolf Hitler mengusir hingga melakukan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi. Pembantaian tersebut dikenal dengan sebutan

‘The Holocaust‘, yakni pembantaian massal terhadap warga Yahudi dalam kurun

(15)

12

waktu 1941-1945. Menurut catatan sejarah, setidaknya Nazi sudah membantai sekitar 6 juta orang Yahudi pada tahun-tahun pemerintahannya.

2. Rezim Benito Mussolini di Italia

Rezim otoriter pernah berkuasa di Italia sejak 1924. Tokoh utamanya adalah Benito Mussolini, pemimpin faham fasisme di Italia. Mussolini memerintah di Italia dalam periode 1924-1943. Selama 19 tahun masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin otoriter dan tidak segan membunuh orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Kekejaman Mussolini ini berlaku kepada siapa pun tanpa pandang bulu.

3. Kekerasan Etnis Rohingya Myanmar

Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyebut adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar. Tudingan itu bukannya tidak berdasar. Adanya bukti temuan sejumlah kuburan masal pada Februari 2018, tindak perkosaan terhadap perempuan etnis Rohingya, pembakaran rumah- rumah penduduk dan pencabutan hak-hak dasar etnis Rohingya menjadikan hal ini termasuk dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia golongan berat.

(DNR)

2.4 Perkembangan Penegakan Hak Asasi Manusia

Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan yang merupakan anugera-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, pemerintah, hukum, dansetiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia sejak mereka lahir dan harus dihormati oleh setiap orang tidak terkecuali yang berkuasa. Berdasarkan hukumlah hak asasi manusia dapat memberikan kekuatan moral untuk melindungi dan juga menjamin martabat manusia, bukan atas dasar keadaan, kecenderungan politik tertentu, ataupun kehendak.

(16)

13

Perkembangan hak asasi manusia terjadi diseluruh dunia, termasuk juga di Asia yang merupakan benua di mana negara Indonesia berdiri. Perkembangan hak asasi manusia di Asia belum mempunyai piagam tentang hak asasi manusia seperti negara-negara Eropa, Afrika, maupun Amerika. Kuatnya tradisi dan agama-agama besar di kebanyakan negara-negara Asia menjadi alasan mengapa tidak adanya piagam, selain itu pengaruh agama dan tradisi menjadi pengaruh bagi pola pikir/pola tindak dan juga sikap sebagian besar dari negara-negara yang ada di Asia. Langkah-langkah yuridis yang diambil untuk mempercepat penghormatan atas hak asasi manusia yaitu, pada tahun 1928 di New Delhi pernah diselenggarakan Seminar on Approaches to Human Rights in Asia yang diselengarakan olehUnited Nation University-Tokyo, Unesco-Paris dan Centre for Human Rights Education and Research New Delhi, dalam seminar ini diambil beberapa kesimpulan yaitu, hubungan hak asasi manusia dengan kemiskinan, antara lain ditegaskan tentang peranan negara danlembaga sosial dalam mengawasi pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hak asasi manusia dalam masyarakat tidak mampu dalam dimensi regional dan internasional, dan hubungan antara gerakan kemerdekaan dan hak menentukan nasibnya sendiri dalam menegakkanhak asasi manusia.10Simpulan yang selanjutnya adalah hubungan hak asasi manusia, kebudayaan, dan tradisi keagamaan yang mana hubungannya adalah bagaimana cita-cita atau ide agam, tradisi, budaya dalam konsep yang terkait dengan hak asasi manusia dan relevan kesatuan sistem hukum dalam mengembangkan kelompok budaya atau agama dalam rangka menghormati hak-haknya.Simpulan yang ketiga yaitu hak asasi manusia dalam rangka sistem keimanan Asia yang meliputi, bagaimana peranan IPTEK dalam menjawab HAM agar dapat terjaminnya dengan baik, mempelajarai proses militarisasi dan otokrasi di Asia, mengembangkan hubungan hukum hak asasi manusia dengan hukum humaniter daam rangka menggalakkan hak asasi manusia, disusun beberapa rekomendasi, baik ditunjukkan kepada UNESCO maupun UNO.

Upaya yang kedua yaitu Singapore White Paper on Shared Vaues tahun 1991. Hal ini lahir karena adanya anggapan bahwa generasi muda Singapura perlu ideologi sebagai pegangan yang dapat diterima oleh semua golongan

(17)

14

masyarakat karena tidak bertentangan dengan agam dan juga tradisi masing- masing golongan. Singapore White Paper on Shared Vaues ini diterima pada Januari 1991, terdapat lima nilai yang terkandung di dalamnya yaitu kepentingan negara di atas kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi, keluarga sebagai kesatuan dasar masyarakat, dukungan komunitas serta respek untuk individu, konsensus bukan konflik, dan harmoni rasial dan religius. Upaya selanjutnya yaitu, tanggal 26-28Januari 1993 diselenggarakan satu lokakarya tentang hak asasi manusia di Asia Pasifik, pada bulan April 1993 diselenggarakan konferensi HAM untuk kawasan Asia Pasifik di Bangkok dan berhasil menyusun satu deklarasi, yang diberi nama deklarasi Bangkok. Upaya yang terakhir adalah terbentuknya badan HAM ASEAN.

2.5 Penegakan dan Perlindungan HAM di Indonesia

Negara Indonesia adalah negara hukum yang selalu menjunjung tinggi keadilan dan juga kepastian hukum bagi seluruh masyarakatnya. Hukum diciptakan untuk mengendalikan dan mentertibkan masyarakat serta agar masing-masing subjek hukum dapat menjalankan kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya. Philipus M. Hadjon mempunyai pendapat bahwa perlindungan hukum dibagi menjadi dua yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum respresif. Perlindungan hukum preventifbertujuan agar mencegah adanyasengketa. Perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Penegakan hukum yaitu proses yang dilakukan agar tegak dan berfungsinya norma-norma hukum dalam kenyataan sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Hukum harus ditegakkan karena nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat.

Penegakan dan perlindungan tentang hak asasi manusia di Indonesia sangatlah penting bagi rakyatnya, karena hak asasi manusia berkaitan dengan harkat dan martabat manusia sebagai manusia seutuhnya. Hak asasi manusia di Indonesia sangat berhubungan berat dengan landasan negara Indonesia yaitu pancasila, yang mana tercantum dalam sila ke-dua. Hak asasi manusia di

(18)

15

negara Indonesia sangat dijunjung tinggi, karena merupakan salah satu ciri dari negara Indonesia sebagai negara hukum yang selalu menjaga harkat dan martabat dari rakyat Indonesia. Oleh karena itu, penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia sangat dijaga dan dijunjung tinggi. Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan pada tanggal 06 Nomber 2000, di mana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)mengesahkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diundangkan pada tanggal 23 November 2000. Undang-undang ini menjadi dasar adanya pengadilan hak asasi manusia yang berwenang mengadili para pelaku pelanggaran hak asasi manusia berat.

Selain kelengkapan dari peraturan perundang-undangan penegak hukum juga menjadi penentu dari penegakan hukum hak asasi manusia di Indonesia, salah satunya adalah Mahkamah Konstitusi (MK). Putusan Mahkamah Konstitusi dapat mempengaruhi pelaksanaan penegakanhak asasi manusia, diantaranya yaitu Putusan No 011-017/PUU-VIII/2003 tentang pengujian Undang-Undang No 12/2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Putusan No 6- 13-20/PUU-VIII/2010 tentang pengujian Undang-Undang No 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Putusan No 55/PUU-VIII/2010 tentang pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Putusan No 27/PUU-IX/2011 tentang pengujian Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia berat yang terjadi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh rezim pemerintahan diantara lain yaitu, pembunuhan masal yang dilakukan oleh G-30SPKI pada tahun 1965-1966, pelanggaran hak asasi di Aceh dan Papua, penculikan dan pembunuhan misterius yang dikenal dengan Petrus, kasus Tanjung Priok, kasus Warsidi di Lampung, kasus penculikan aktivis demokratis, dan pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur setelah adanya jajak Pendapat.

Upaya yang dilakukan oleh negara Indonesia dalam penegakan hak asasi manusia dapat ditempuh melalui penyempurnaan produk-produk hukum dan perundang-undangan tentang hak asasi manusia, melakukan inventarisasi,

(19)

16

mengevaluasi dan mengkaji semua produk hukum, KUHAP, KUHP yang tidak sesuai dengan hak asasi manusia, mengembangkan kapasitas kelembagaan pada instansi-instansi peradilan dan instansi lainnya yang berhubungan dengan peradilan dan penegakan hak asasi manusia, sosialisasi tentang pentingnya hak asasi manusia kepada masyarakat, dan kerjasama perlindungan hukum dengan segala aspek dan lapisan masyarakat.

2.6 Penegakan dan Perlindungan HAM Sebagai Perwujudan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Pancasila adalah landasan dari negara Indonesia yang menjadi dasar dari cita-cita bangsa Indonesia untuk meraih tujuan negara. Nilai-nilai dalam sila-sila pancasila lahir dan tumbuh dalam kepribadian bangsa Indonesia yang merupakan perwujudan dari adanya budaya dan tradisi masyarakat Indonesia.

Pancasila dalam setiap silanya mengandung nilai-nilai luhur yang patut dijunjung tinggi oleh bangsa dan masyarkat Indonesia. Sila yang pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esamengandung nilai arti keyakinan dan pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Nilai ini mempunyai arti memberikan kebebasan kepada pemeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-masing, tidak adanya unsur paksaan, dan antar penganut agama harus saling menghormati dan berkerjasama.16Melalui sila ini dimensi spiritualitas keberagaman lebih terasa promising and challengin dan tidak hanya terfokus pada dimensi formalitas lahiriyah kelembagaan agama saja. Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti tentang kesadaran dan sikap serta perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama berdasarkan atas tuntutan mutlak dari hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

Nilai persatuan Indonesia mengandung arti usaha untuk mempersatukan bangsa dalam berkedaulatan rakyat untuk membina Nasionalisme dalam negara.

Nilai ini merupakan suatu proses dimana untuk menuju terwujudnya Nasionalisme, dengan modal dasar nilai persatuan, semua warga negara Indonesia baik yang asli maupun keturunan asing dan dari macam-macam suku bangsa dapat menjalin adanya kerjasama yang erat dalam wujud gotongroyong

(20)

17

dan kebersamaan. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengandung arti suatu pemerintahan rakyat dengan melalui badan-badan tertentu dalam menetapkan sesuatu peraturan ditempuh dengan adanya jalan musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan putusan akal harus sesuai dengan rasa kemanusiaan yang memperhatikan serta mempertimbangkan kehendak rakyat untuk mencapai kesejahteraan. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, makna yang terkandung dalam sila ini adalah suatu tata masyarakat adil dan makmur sejahtera lahirlah batiniah sehingga setiap warga negara mendapat segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai dengan essensi adil dan beradab.

Hak asasi manusia merupakan perwujudan dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hak asasi sangat di hormati dan dijunjung tinggi oleh nilai- nilai pancasila khususnya nilai sila ke dua, yangmana rasa sikap toleransi dan saling menghormati merupakan kebiasaan bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia.hak asasi manusia sebagai perwujudan sila yang kedua menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukannya yang sama. Setiap manusia mempunyai kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapatkan jaminan dan perlindungan undang-undang.Hak asasi manusia sebagai perwujudan sila yang kedua menempatkan manusia pada mana ia harus mendapatkan kedudukan yang sama terutama di bidang hukum, karena negara Indonesia merupakan negara hukum. Seperti apa yang dijelaskan, sebagai negara hukumhak asasi manusia sangat dihargai dan erlu ditegakkan di dalam pelaksanaan kenegaraan. Penegakan hak asasi manusia apabila terealisasi akan mewujudkan nilai dari sila yang kedua. Apabila penegakan hak asasi manusia terealisasi maka kehidupan masyarakat Indonesia dapat dipastikan akan sejahtera dan tidak akan ada keresahan yang timbul karena adanya pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini selaras dengan apa yang telah di bahas dalam pasal 28 a-j, bahwa terdapat semua hak-hak dasar manusia sebagai manusia seutuhnya.

Penegakan hak asasi manusia merupakan perwujudan dari sila kemanusiaan yang beradap yang memberikan kesamaan perlakuan dan harkat martabat kepada semua masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, tanpa melihat apa jabatan, apa

(21)

18

warna kulit, apa agamanya, dan masih banyak lagi. Penegakan hak asasi manusia dapat ditegakkan dengan diperkuatnya karakter rakyat sebagai faktor penting penegakan hak asasi manusia di Indonesia dengan nilai-nilai sila Pancasila. Apabila ditelaah lebih secara lebih dalam hak asasi manusia dapat tercermin dalam setiap nilai-nilai dari sila-sila pancasila. Mulai dari kebebasan memluk agama, hak untuk mendapatkan kehormatan dari manusia lainnya, hak untuk ikut mepersatukan bangsa, hak untuk kebebasan mengemukakan pendapat dan juga hak untuk mendapatkan keadilan tanpa terkecuali. Apabila penegakan hukum hak asasi manusia di Indonesia tidak ditegakkan kekacauan akan terjadi dimana-mana, dan juga tidak akan adanya peri kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.

(22)

19 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki hak-hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. HAM bersifat universal, tidak dapat dicabut atau dibagi-bagi, dan diakui kapanpun, dimanapun, serta kepada siapapun. Konsep HAM dapat dilandaskan pada keyakinan akan pemberian hak secara alamiah oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Perkembangan HAM di tingkat global menunjukkan bahwa perlindungan HAM tidak lagi hanya menjadi isu nasional, melainkan juga menjadi bagian integral dari kekuatan politik, ekonomi, dan budaya dalam era globalisasi.

Di Indonesia, perkembangan HAM mengalami perjalanan yang panjang, mulai dari era Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi. Setiap periode memiliki tantangan dan peristiwa pelanggaran HAM yang memengaruhi perjalanan negara.

Meskipun terdapat upaya-upaya legislasi dan pembentukan lembaga seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), masih terdapat sejumlah kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan sepenuhnya, seperti kasus Tragedi 1965, Tragedi Talangsari, dan Pembunuhan Munir.

3.2 Saran

1. Penguatan Sistem Hukum : Perlu dilakukan penguatan sistem hukum di Indonesia untuk memastikan bahwa pelanggaran HAM mendapatkan penanganan yang tegas dan adil. Reformasi di bidang hukum menjadi krusial agar keadilan dapat ditegakkan dengan baik.

2. Peningkatan Kesadaran Masyarakat : Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai HAM perlu terus digencarkan. Edukasi dan sosialisasi tentang hak-hak asasi manusia seharusnya menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan nasional.

(23)

20

3. Keterlibatan Aktif Organisasi dan Lembaga HAM : Organisasi dan lembaga HAM, seperti Komnas HAM, perlu terus aktif dalam melakukan pemantauan, penyelidikan, dan advokasi terhadap pelanggaran HAM. Dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan.

4. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas : Pemerintah seharusnya lebih transparan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Keterbukaan dan akuntabilitas dalam proses penanganan kasus akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum.

5. Kerjasama Internasional : Peningkatan kerjasama dengan lembaga dan organisasi HAM internasional dapat menjadi langkah penting. Hal ini dapat memberikan tekanan positif dan bantuan dalam penanganan kasus pelanggaran HAM.

Dengan implementasi saran-saran ini, diharapkan Indonesia dapat mengatasi tantangan dalam penegakan dan perlindungan Hak Asasi Manusia, menciptakan masyarakat yang lebih adil, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

(24)

21

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (1999, September 23). Hak Asasi Manusia. Retrieved from dprri Website:

https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/440

Dermawan, N. R., & Boediningsih, W. (2023). Perkembangan HAM Di Indonesia Dan Problematikanya. JURNAL SOSIAL HUMANIORA DAN PENDIDIKAN, 77-87.

Lestari, L. E., & Aripin, R. (2019). Penegakan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Di Indonesia Dalam Konteks Implementasi Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 2407-4276.

Perpustakaan Komnas Perempuan. (2023). Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat Global. Jurnal Direktorat Jenderal Perlindungan HAM.

Septy Rahmadi, Peronita Situmeang, Srikarina br Ginting, Tati Krisnawati, &

Tiara Indah. (2019). Hak Asasi Manusia. Makalah Hak Asasi Manusia.

Setyowati, V. T., & Firdaus, S. U. (2022, June 30). Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Analisis Ham Atas Regulasi Dan Peran Pemerintah Dalam Menyelesaikan Kasus Ham Berat Melalui Proses Rekonsiliasi. Jurnal Demokrasi dan Ketahanan Nasional.

Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi Manusia26k.Diakses 02 Desember 2011

Referensi

Dokumen terkait

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat ada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati,

 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

Benar, bahwa menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 , HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugerah yang

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati,

Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

39 Tahun 1999 HAM PASAL 1  HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,