Nama : Citra Ayu Kharisma NIM : H0822034
Kelas : Agribisnis-A Mata Kuliah : Ekonomi Makro
UJIAN AKHIR SEMESTER EKONOMI MAKRO
1. Bagaimana kecenderungan Marginal Propensity to Consume (MPC) bagi bangsa Indonesia dan apa akibatnya dalam dorongan untuk pertumbuhan ekonomi?
Kecenderungan Marginal Propensity to Consume (MPC) atau kecenderungan konsumsi marjinal di Indonesia cenderung tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pendapatan yang relatif rendah, keterbatasan akses keuangan, serta budaya dan gaya hidup yang menekankan konsumsi. Masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah cenderung menghabiskan sebagian besar tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainnya. Selain itu, masih banyak masyarakat yang memiliki akses terbatas ke layanan keuangan seperti tabungan, investasi, dan asuransi, sehingga mereka cenderung menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk konsumsi saat ini. Budaya dan gaya hidup yang menekankan konsumsi untuk acara sosial dan status sosial juga turut mendorong tingginya MPC di Indonesia.
Kecenderungan MPC yang tinggi memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. MPC yang tinggi dapat mendorong permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek karena kenaikan pendapatan akan menghasilkan kenaikan konsumsi yang signifikan.
Namun, MPC tinggi juga berarti bahwa sebagian kecil dari kenaikan pendapatan akan ditabung atau diinvestasikan, sehingga dapat membatasi investasi produktif dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Selain itu, ekonomi Indonesia menjadi lebih bergantung pada konsumsi daripada investasi dan ekspor sebagai mesin pertumbuhan, yang dapat membuat perekonomian rentan terhadap guncangan pendapatan dan konsumsi.
2. Faktor apa saja yang menentukan investasi menurut Keynesian?
Jelaskan.
Teori Keynesian mengenai investasi menekankan bahwa investasi adalah salah satu komponen penting dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi dan pendapatan nasional. Teori Keynes ini berpendapat jika jumlah investasi tidak bergantung pada pengembalian saja, namun juga dipengaruhi oleh tingkat bunga. Dalam pandangan Keynes, investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat suku bunga
Tingkat bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam (perusahaan atau individu) untuk menggunakan dana yang dipinjam.
Dengan kata lain, tingkat bunga adalah harga dari dana yang digunakan untuk investasi. Jika perusahaan ingin meminjam uang untuk membiayai proyek investasi, mereka harus mempertimbangkan biaya bunga yang
akan mereka bayar. Menurut Keynes, terdapat hubungan negatif antara tingkat bunga dan tingkat investasi. Hal tersebut ketika tingkat bunga tinggi, biaya pinjaman juga tinggi, sehingga perusahaan kurang terdorong untuk meminjam uang dan melakukan investasi. Sebaliknya, jika tingkat bunga rendah, biaya pinjaman lebih murah, dan perusahaan lebih cenderung untuk meminjam dan berinvestasi. Tingkat bunga sebagai ”harga dari dana untuk investasi” yaitu :
1) Investasi bisa dibiayai dari bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan yang ada ( dengan meminjam dana dari bank)
2) Investasi bisa dibiayai dari penjualan saham di pasar surat berharga ( bursa efek atau pasar modal)
3) Investasi bisa dibiayai dari dana pengusaha atau tabungan keluarga pengusaha
b. Marginal Efficiency of Capital (MEC)
Marginal Efficiency of Capital (MEC) merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan dari unit tambahan modal yang diinvestasikan, yang dihitung sebagai perbandingan antara biaya investasi dan keuntungan masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut. Tingkat keuntungan yang diharapkan adalah keuntungan yang bernilai lebih besar dari Tingkat bunga berlaku. MEC mencerminkan seberapa menguntungkan investasi tambahan dianggap oleh perusahaan.
3. Dalam hal kaidah lingkaran investai, mengapa kemiskinan di pedesaan Indonesia tidak kunjung teratasi? Apa sumber utamanya? jelaskan
Kemiskinan di pedesaan Indonesia tidak kunjung teratasi karena terjebak dalam lingkaran setan (vicious circle) kemiskinan investasi. Sumber utamanya adalah rendahnya produktivitas dan pendapatan masyarakat pedesaan yang bekerja di sektor pertanian dengan akses terbatas terhadap modal, kredit, infrastruktur, dan pendidikan yang memadai. Rendahnya pendapatan membatasi kemampuan untuk menabung dan berinvestasi dalam modal seperti alat, teknologi, atau pendidikan yang dapat meningkatkan produktivitas.
Masyarakat pedesaan juga menghadapi keterbatasan akses terhadap layanan keuangan seperti kredit karena kurangnya jaminan dan persepsi risiko yang tinggi dari lembaga keuangan formal.
Selain itu, kurangnya investasi pemerintah dalam infrastruktur dasar seperti jalan, irigasi, listrik, dan telekomunikasi di daerah pedesaan menghambat produktivitas dan akses pemasaran. Tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat pedesaan yang umumnya rendah akibat keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan juga membatasi peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Masalah kelembagaan dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, seperti masalah kepemilikan lahan, subsidi yang tidak tepat sasaran, serta lemahnya penegakan hukum dan tata kelola, turut menghambat investasi dan produktivitas di pedesaan.
4. Dalam fiskal, instrument apa saja untuk dapat melakukan pengaturan dalam perekonomian makro? Jelaskan.
Kebijakan fiskal tercermin dalam struktur APBN terhadap perekonomian atau GDP sebagai suatu pola tertentu dan dari penerimaan dan pengeluaran APBN. APBN mempunyai 2 sisi yaitu penerimaan dan belanja/pengeluaran.
Penerimaan atau pendapatan negara bersumber dari pajak dan pinjaman (bank sentral, masyarakat dalam negeri maupun luar negeri). Pengeluaran
negara terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan pembayaran transfer. Instrumen dalam teori fiskal yang dapat melakukan pengaturan dalam perekonomian makro yaitu
a. Pengeluaran pemerintah (Goverment Spending / G)
Pengeluaran pemerintah mencakup semua belanja yang dilakukan oleh pemerintah untuk barang dan jasa, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan transfer pembayaran seperti subsidi dan bantuan sosial. Pengeluaran pemerintah dapat digunakan sebagai stimulasi ekonomi yaitu dengan meningkatkany pengeluaran pemerintah dapat merangsang perekonomian dengan meningkatkan permintaan agregat. Hal ini sering digunakan apabila terjadi resesi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pemerintah untuk investasi dalam infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan dapat meningkatkan produktivitas jangka panjang dan potensi pertumbuhan ekonomi negara.
b. Pajak (Taxation / T)
Pajak merupakan pungutan yang dikenakan oleh pemerintah terhadap individu dan perusahaan. Jenis pajak terdiri dari pajak penghasilan, pajak pertumbuhan nilai (PPN), pajak barang mewah, dan pajak properti. Pajak dapat melakukan pengaturan dalam perekonomian makro karena pajak merupakan sumber pendapatan utama pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran publik. Pajak progresif dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan dengan mengenakan tarif pajak yang lebih tinggi pada individu dengan pendapatan tinggi. Pajak dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku ekonomi, misalnya dengan memberikan insentif pajak untuk investasi atau menurunkan pajak untuk merangsang konsumsi.
Pengeluaran pemerintah (G) dan pajak (T) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian (Y).
a. Pengeluaran pemerintah (G) merupakan komponen dari permintaan agregat (AD) yang dinyatakan sebagai AD = C+I+G+(X-M). Dampak apabila terjadi kenaikan pada pengeluaran pemerintah (G) terhadap permintaan agregat (AD) dan perekonomian (Y) yaitu :
• Ketika pengeluaran pemerintah meningkat (G naik), AD juga akan meningkat. Hal ini karena AD adalah jumlah total permintaan barang dan jasa dalam perekonomian.
• Meningkatnya AD maka keseimbangan pasar barang (Y = AD) akan berubah. Peningkatan AD akan mendorong peningkatan output (Y) untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi.
b. Penurunan pajak (T) meningkatkan pendapatan disposabel (Yd), yang mendorong konsumsi (C) dan, pada akhirnya, juga meningkatkan AD dan output (Y). Sebaliknya, kenaikan pajak (T) akan menurunkan pendapatan disposabel, konsumsi, dan AD, sehingga output (Y) menurun.
5. Dalam perekonomian makro, peran politik akan memengaruhi keseimbangan perekonomian. Jelaskan.
Peran politik akan mempengaruhi perekonomian dengan berbagai cara : a. Kebijakan fiskal
Pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal seperti mengatur pengeluaran pemerintah dan pajak untuk mempengaruhi permintaan agregat. Misalnya, meningkatkan belanja pemerintah atau menurunkan pajak dapat mendorong permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, mengurangi belanja atau menaikkan pajak dapat meredam permintaan berlebih dan inflasi.
b. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter dijalankan oleh bank sentral, yang sering kali beroperasi dengan otonomi tertentu namun tetap dipengaruhi oleh konteks politik. Bank sentral yang independen dapat menggunakan kebijakan moneter seperti mengatur suku bunga dan pasokan uang untuk mempengaruhi inflasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
c. Regulasi pemerintah
Regulasi Pemerintah dapat memberlakukan berbagai regulasi seperti peraturan tenaga kerja, lingkungan, dan persaingan usaha yang dapat mempengaruhi biaya produksi, insentif investasi, dan daya saing perusahaan.
d. Kebijakan perdagangan
Kebijakan pemerintah terkait perdagangan internasional seperti tarif, kuota, dan perjanjian perdagangan dapat mempengaruhi aliran ekspor, impor, dan investasi asing yang merupakan komponen penting dalam perekonomian terbuka.
e. Stabilisasi politik
Situasi politik yang stabil dan kepastian hukum yang baik dapat mendorong kepercayaan investor dan aktivitas ekonomi. Sebaliknya, ketidakpastian politik dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
6. Bagaimana harga umum merespon dinamika inflasi yang diharapkan dalam mekanisme efek Fisher? Jelaskan.
Mekanisme efek Fisher menjelaskan bagaimana harga umum merespon dinamika inflasi yang diharapkan. Efek Fisher menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah dengan tingkat inflasi yang diharapkan. Persamaan Fisher dapat ditulis sebagai:
i = r + πe yang dimana
i = suku bunga nominal r = suku bunga riil
πe = inflasi yang diharapkan
Ketika inflasi yang diharapkan (πe) naik, kreditor akan menuntut suku bunga nominal (i) yang lebih tinggi untuk mengompensasi penurunan daya beli uang di masa depan akibat inflasi. Debitur bersedia membayar suku bunga nominal yang lebih tinggi karena mereka mengharapkan harga output yang mereka jual akan meningkat seiring dengan inflasi yang diharapkan. Kenaikan suku bunga nominal akan menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih tinggi, yang pada gilirannya mendorong perusahaan untuk menaikkan harga outputnya agar dapat menutup biaya yang lebih tinggi. Kenaikan harga output oleh perusahaan akan menyebabkan kenaikan harga umum (inflasi aktual) di seluruh perekonomian. Jika inflasi aktual ternyata lebih tinggi dari inflasi yang diharapkan sebelumnya, maka kreditor akan menuntut suku bunga nominal yang lebih tinggi lagi untuk mengompensasi inflasi yang lebih tinggi, yang akan memicu kenaikan harga lebih lanjut. Dengan demikian, terjadi hubungan timbal balik antara inflasi yang diharapkan, suku bunga nominal, dan harga umum dalam mekanisme efek Fisher.
7. Bagaimana agregat Deman bisa dibentuk dari IS-LM?
Kurva IS-LM merupakan dasarr menyusun kurva agregat demand.
Agregat permintaan dapat dibentuk dari model IS-LM dengan menganalisis pergeseran kurva IS dan LM yang mewakili pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap keseimbangan output dan tingkat harga. Kurva IS menunjukkan kombinasi tingkat suku bunga dan tingkat output yang menyeimbangkan pasar barang/jasa, sementara kurva LM menunjukkan kombinasi yang menyeimbangkan pasar uang/aset. Pergeseran ke kanan pada kurva IS (akibat ekspansi fiskal) atau kurva LM (akibat kebijakan moneter ekspansif) akan meningkatkan output keseimbangan untuk setiap tingkat suku bunga. Namun, jika output keseimbangan melebihi output potensial, akan terjadi tekanan inflasi. Dengan mengasumsikan tingkat harga yang lebih tinggi dan menemukan titik keseimbangan baru pada kurva IS-LM, maka dapat membentuk kurva agregat permintaan yang menurun yang menunjukkan hubungan negatif antara tingkat harga dan output yang diminta.
8. Bagaimana agregat supply bisa dibentuk dari IS-LM?
Kurva penawaran agregat (AS) tidak dibentuk langsung dari model IS-LM, karena IS-LM terutama digunakan untuk menganalisis permintaan agregat melalui keseimbangan di pasar barang dan uang. Namun, untuk menggambarkan bagaimana penawaran agregat (AS) bisa dipahami dalam konteks IS-LM, kita bisa mempertimbangkan hubungan antara output (Y) dan tingkat harga (P). Agregat supply dapat dibentuk dari model IS-LM dengan mengombinasikannya dengan kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan jangka panjang (LRAS). Dalam jangka pendek, output dipengaruhi oleh harga melalui faktor-faktor seperti upah nominal yang kaku dan harga input lainnya. Jika harga naik sementara upah tetap, perusahaan akan meningkatkan produksi karena laba meningkat, sehingga output (Y) naik. Ini menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) yang miring ke atas. Sementara dalam jangka panjang, output cenderung menuju ke tingkat alamiah (full-employment output), di mana semua faktor produksi digunakan secara optimal, dan harga tidak mempengaruhi output. Ini menghasilkan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) yang vertikal pada tingkat output potensial.
9. Bagaimana peran ekspor netto dalam keseimbangan perekonomian terbuka?
Ekspor netto merupakan selisih antara ekspor dan impor yang peran penting dalam menentukan keseimbangan ekonomi. Ekspor netto adalah komponen dari permintaan agregat (AD), dinyatakan sebagai AD = C + I + G + (X - M), di mana X adalah ekspor dan M adalah impor. Ketika ekspor netto positif (ekspor lebih besar dari impor), permintaan agregat meningkat, yang dapat mendorong peningkatan output dan pendapatan nasional. Sebaliknya, jika ekspor netto negatif (impor lebih besar dari ekspor), permintaan agregat berkurang, yang dapat menurunkan output dan pendapatan nasional. Perubahan dalam nilai tukar, kebijakan perdagangan, dan kondisi ekonomi global mempengaruhi ekspor netto, sehingga mempengaruhi keseimbangan ekonomi dalam perekonomian terbuka.
10. Bagaimana hubungan antara neraca perdagangan dan neraca pembayaran (BOP) dalam perekonomian?
Neraca perdagangan dan neraca pembayaran (BOP) memiliki hubungan yang erat dalam perekonomian suatu negara. Neraca perdagangan mencatat nilai
ekspor dan impor barang, sedangkan neraca pembayaran mencakup tidak hanya perdagangan barang tetapi juga jasa, pendapatan investasi, transfer pembayaran, serta pergerakan modal dan keuangan. Surplus atau defisit neraca perdagangan akan tercermin dalam komponen perdagangan barang di neraca pembayaran. Meskipun demikian, defisit atau surplus neraca perdagangan dapat diimbangi oleh surplus atau defisit pada komponen lain dalam neraca pembayaran, seperti neraca jasa, pendapatan investasi, atau aliran modal. Secara keseluruhan, neraca pembayaran harus seimbang, dan jika terjadi ketidakseimbangan, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah kebijakan untuk mencapai keseimbangan. Kondisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran menjadi indikator penting bagi kinerja ekonomi suatu negara, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar mata uang. Oleh karena itu, neraca perdagangan dan neraca pembayaran saling terkait dan mempengaruhi kondisi ekonomi secara menyeluruh.