TUGAS MATA KULIAH RESUME MAKALAH “ IJTIHAD”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh Dosen Pengampu : A. Sya'roni, M.Pd.I
DISUSUN OLEH : NAMA : KHOLIFI NIM : 2281131880 KELAS : A 38
PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH (PJJ) PAI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN 2023
Pengetahuan tentang ijtihad merupakan konsep penting dalam hukum Islam, terutama dalam konteks hukum syariah. Ijtihad adalah upaya penafsiran hukum Islam yang dilakukan oleh seorang mujtahid (seorang yang memiliki kualifikasi untuk melakukan ijtihad) untuk mencari solusi hukum dalam situasi yang tidak disebutkan secara eksplisit oleh Al-Qur'an, Hadis, atau sumber hukum Islam lainnya.
Pengertian Ijtihad
Ijtihad adalah usaha atau proses penafsiran hukum Islam oleh seorang mujtahid.
Ini termasuk analisis teks-teks hukum dan prinsip-prinsip syariah untuk menentukan solusi hukum dalam situasi tertentu.
Mujtahid
Seorang mujtahid adalah individu yang memiliki kualifikasi dan pengetahuan yang memadai untuk melakukan ijtihad. Mereka harus memiliki pemahaman mendalam tentang Al-Qur'an, Hadis, hukum syariah, dan metode ijtihad.
Sumber Hukum/Dasar Sumber-sumber hukum utama dalam ijtihad termasuk Al-Qur'an dan Hadis (sumber primer), serta Qiyas (analogi), Istihsan (penilaian kebijakan), dan Ijma (konsensus ulama) (sumber sekunder).
Metode Ijtihad
Ada berbagai metode yang digunakan dalam proses ijtihad, termasuk al-Maslahah al-Mursalah (kepentingan umum yang berlaku), istislah (kebijakan publik), istihsan (pemilihan hukum yang lebih baik), dan metode lainnya.
Batasan Ijtihad
Ijtihad tidak dapat digunakan untuk masalah-masalah yang telah ditetapkan dalam teks-teks hukum Islam secara eksplisit. Hanya situasi-situasi yang tidak memiliki rujukan langsung dalam sumber-sumber hukum yang dapat diatasi melalui ijtihad.
Peran Ijtihad
Ijtihad memiliki peran penting dalam menghadapi perubahan sosial, teknologi, dan lingkungan yang tidak ada pada masa Nabi Muhammad. Ini memungkinkan hukum Islam untuk tetap relevan dan dapat diaplikasikan dalam konteks kontemporer.
Pentingnya Kualifikasi
Penting untuk menekankan bahwa tidak semua orang dapat melakukan ijtihad, dan itu harus dilakukan oleh individu yang memiliki kualifikasi dan pengetahuan yang memadai dalam ilmu syariah.
Contoh Ijtihad Masa Kini
Pada masa pendemi Covid 19 beberapa waktu yang lalu, MUI dan beberapa Ormas Islam di Indonesia Mengeluarkan Fatwa bahwa selama pandemic Covid 19 ini berlangsung, maka kewajiban Shalat Jum’at menjadi gugur.
Fardhu Ain ini selama ada tidak ada udzhur atau segala halangan sesuai kaidah, berbeda dengan keadaan dimana karena ada kemungkinan penyebaran penyakit dan untuk menghentikan siklusnya dilakukan pembatasan perkumpulan, yakni dengan mengumpulkan orang banyak. Maka di sinilah ulama berijtihad atau bersepakat dengan kesimpulannya sepakat kebanyakan ulama, organisasi ulama seperti MUI dan Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) dan bukan cuma di Indonesia, bahwa kewajiban baik yang fardhu ain dan kifayah, sudah boleh gugur atau tidak wajib. Dalam artian, tidak berdosa selama penyakit ini belum hilang
atau berakhir, dan penentuan berakhirnya wabah in tentunya dari ahlinya, seperti Organisasi World Health Organization(WHO), maka dari dasar tadi lah ulama berjjtihad, tidak berdosa ketika tidak ke mesjid lima waktu tapi dikerjakan di rumah saja masing-masing.
Begitupun, shalat Jumat tidak berdosa, karena sudah ditetapkan tidak wajib, lalu apabila tidak melaksanakan apakah berdosa atau tidaknya, tidak wajib bukan berarti haram, seperti perempuan tidak wajib jum'at namun kalau ikut juga tetap sah.