• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS uas perumahan dan pemukiman

N/A
N/A
2006 Fanny lie

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS uas perumahan dan pemukiman"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR SEMESTER PERUMAHAN & PEMUKIMAN-345

“Pemukiman Kumuh di kelurahan polonia Kec. Medan Polonia ”

DOSEN PENGAMPU:

ENDI MARTHA MULIA,ST.,MSi

DI SUSUN OLEH : FANNY LIE (201840006)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI T.D.PARDEDE FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR MEDAN

2023

(2)

Abstrak

Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Perencanaan perumahan dan permukiman berupa hunian kota tidak hanya meninjau atau memikirkan keadaan atau kondisi pada saat ini, namun juga masa depan. Adanya konsep RUTRK, ataupun yang lainnyadalam suatu perencanaan harusnya menjadi fokus ataupun petunjuk dalam pembangunan perumahan dan permukiman bagi pihak pengembang atau develop. Di Kota Medan perkembangan akan pembangunan perumahan dan permukiman semakin meningkat dilihat dari meningkatnya perkembangan penduduk di Kota Medan,Beragam upaya dan program yang dilakukan, tapimasih saja banyak kita jumpai permukiman

masyarakat miskin hampir disetiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Melihat dari keterbatasan lingkungan dan pentingnya suatu wadahkebutuhan akan sarana dan fasilitas perumahan dan permukiman sehingga harus dilakukan pengembangan wilayah perkotaan yaitu kawasan perumahandan permukimandi wilayah pinggiranKota Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa perumahan yang tumbuh di Kota Medan. Dengan melakukan perbandingan yang ada, maka akan dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada di beberapa perumahan. Hal ini dengan melakukan penelitian secara kualitatif dan kuantitatif dengan

metodewawancara dan survey terhadap perumahan.

Kata Kunci : Perumahan, Permukiman, Kota, Medan

(3)

1. PENDAHULUAN

Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, terbesar di Pulau Sumatera dan tergolong kota metropolitan dengan serangkaian persoalan permasalahan yang kompleks yang sedang dihadapi. Salah satu permasalahan yang menjadi sorotan untuk wilayah Kota Medan adalah bagian utara atau kawasan Medan Utara yaitu wilayah Kecamatan Belawan dengan wilayah paling padat penduduk di Kota Medan. Wilayah yang cukup padat terkesan terbelakang dalam segala bidang infrastruktur terbilang jauh dari kata memadai. Pemukinan daerah tersebut terkesan kumuh.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan sesuai dengan Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3 (Permukiman, 2014) Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.

.Sedangkan dalam Pasal 4 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;

d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidangbidang lain

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni yang ditandai dengan ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. (Undang-Undang No 1 Tahun, 2011) tentang PKP.

Adanya pemukiman kumuh ini menyebabkan bebrapa permasalahan khususnya kualitas dan kuantitas di lingkungan permukiman yang terkait dengan kondisi sarana, prasarana, dan kondisi bangunan di kawasan tempat tinggal.

Dalam menentukan identifikasi kawasan permukiman kumuh, dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi sarana dan prasarana serta menentukan prioritas kriteriakriteria yang berpengaruh terhadap

kekumuhan menggunakan indikator pemukiman kumuh Studi kajian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui karakteristik lingkungan

(4)

permukiman kumuh di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara.

2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pemukuman Kumuh?

2. Apa Pengertian Pemukiman?

3. bagaimana itu Pemukiman Kumuh?

4. Apa Karakteristik Pemukiman?

5. Bagaimana penyebab dan Identifikasi permasalahan kekumuhan?

6. Apa saja Data Pemukiman Kumuh Di kecamatan Medan Polonia di tepian sungai?

7. Bagaimana Analisis Prasarana Pemukiman Kumuh Di kecamatan Medan Polonia di tepian sungai ?

8. Bagaimana Analisis sarana Pemukiman Kumuh Di kecamatan Medan Polonia di tepian sungai ?

9. Bagaima utilitas ?

10.Mengapa adanya Kendala Lingkungan?

11.Bagiamana Cara Mengatasi Pemukiman Kumuh?

3. METODE PEMBAHASAN

Dalam pembahasan perumahan dan permukiman ini digunakan metoda deskriptif dan komparatif dengan tahapan sebagai berikut:

a.Tahap Identifikasi Permasalahan Tahap ini merupakan tahap mengungkapkan masalah yang ada pada perumahan dan permukiman menengah kebawahdan fasilitas pendukung melalui studi banding dan literatur.

b.Tahap Pemecahan MasalahPada tahap ini pemecahan masalah pertama kali adalah penentuan lokasi perencanaan berdasarkan yang terkandung dalam Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan, setelah itu dilanjutkan dengan:

c.MenganalisatapakeksistingMenganalisa terhadap dampak lingkungan sekitar, pola pemukiman dan penentuan orientasi bangunandengan cara membandingkan perumahan dan permukiman yang berada di pinggiran kota Medan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.

d.Tahap Kesimpulan Tahap ini merupakan hasil analisa yang dilakukan

4. KAJIAN TEORI

Pemukuman Kumuh

Masalah permukiman kumuh merupakan masalah tanpa akhir (the endless problems) yang setiap tahunnya termasuk dalam program pemerintah sesuai dengan UU No.1 Tahun 2011 Tentang

(5)

Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan

kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia

seutuhnya, berjati diri mandiri dan produktif. Namun, masalah ini dari tahun ke tahun masih menjadi masalah yang tak terpecahkan (Hariyanto, 2017).

Masalah permukiman kumuh merupakan masalah tanpa akhir (the endless problems) yang setiap tahunnya termasuk dalam program pemerintah sesuai dengan UU No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan

kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia

seutuhnya, berjati diri mandiri dan produktif. Namun, masalah ini dari tahun ke tahun masih menjadi masalah yang tak terpecahkan (Hariyanto, 2017).

Tingkat kekumuhan dalam suatu lingkungan permukiman dapat diukur dengan melihat pada variabel-variabel yang signifikan terhadap terjadinya kondisi kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk

menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.

14 Tahun 2018 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Pengertian Pemukiman

Permukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja yang

terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsinya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Permukiman ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun permukiman perdesaan (Kamus Tata Ruang Tahun 1997). Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.

(6)

Pemukiman Kumuh

Kumuh adalah kesan atau gambaran standar yang berlaku, baik standar secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup persyaratan rumah sehat, kepadatan bangunan, kebutuhan sarana dan penghasilan kelas menengah.

Dengan air bersih, sanitasi maupun persyaratan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai kelengkapan prasarana jalan, ruang tanda atau cap yang diberikan golongan terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan, (Sri Kurniasih,2021). Pemukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian (UU No.1 tahun 2011).(Pigawati, 2015).

Karakteristik Pemukiman

Kumuh Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968: 21-35) (Pigawati, 2015) terdapat lima elemen dasar pemukiman: Nature (alam), adalah lahan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun tempat tinggal maupun fungsi lainnya; Man (manusia), baik pribadi maupun kelompok yang membangun atau bertempat tinggal; Society

(masyarakat), dimana didalamnya terdapat interaksi dan hubungan sosial antar manusia sehingga membentuk ikatan tertentu sebagai masyarakat; Shells (rumah), yakni bangunan tempat tinggal manusia dengan fungsi masing-masing; Networks (jaringan), dengan kata lain sarana prasarana yang mendukung fungsi lingkungan.

Karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh yaitu merupakan satuan intitas perumahan dan prmukiman, yang mengalami degradasi kualitas, dan kondisi banguan memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak memenuhi syarat serta kondisi saran prasara tidak memenuhi syarat ( Batasan sarana dan prasarana di tetapkan dalam lingkup keciptakaryaan) yaitu jalan lingkungan, drainase lingkungan, penyediaan air bersih/minum, pengelolaan persampahan, pengeloloaan air limbah, dan proteksi kebakaran. karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator dalam proses identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:

a. Bangunan gedung;

b. Jalan lingkungan;

(7)

c. Penyediaan air minum;

d. Drainase lingkungan;

e. Pengelolaan air limbah;

f. Pengelolaan persampahan; dan g. Proteksi kebakaran

5.PEMBAHASAN

Identifikasi permasalahan kekumuhan

Identifikasi permasalahan kekumuhan merupakan tahap

identifikasi untuk menentukan permasalahan kekumuhan pada objek kajian yang difokuskan pada aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi. Identifikasi permasalahan kekumuhan dilakukan berdasarkan pertimbangan pengertian perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan persyaratan teknis yang berlaku serta standar pelayanan minimal yang diprasyaratkan secara nasional. Upaya untuk menentukan tingkat kekumuhan pada suatu permukiman dengan menemukenali dari setiap lokasi disebut identifikasi kondisi kekumuhan yang meliputi berbagai aspek seperti kondisi bangunan gedung, kondisi jalan lingkungan, kondisi penyediaan air minum, kondisi drainase lingkungan, kondisi pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan persampahan dan proteksi kebakaran. Identifikasi kondisi

kekumuhan dilakukan berdasarkan beberapa aspek dan kriteria seperti yang telah dirumuskan pada Permen PUPR RI Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Penilaian lokasi pada identifikasi kondisi kekumuhan

berdasarkan parameter yang telah ditentukan oleh Permen PUPR RI Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh dimana:

▪ Tingkat permukiman kumuh berat merupakan tingkatan

dimana indikator permukiman kumuh terpenuhi pada rentan 76 – 100 %

▪ Tingkat permukiman kumuh sedang merupakan tingkatan dimana indikator permukiman kumuh terpenuhi pada rentan 51 – 75 %

▪ Tingkat permukiman kumuh ringan merupakan tingkatan dimana indikator permukiman kumuh terpenuhi pada rentan 25 – 50 %

Berdasarkan Permen PUPR RI Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan

Permukiman Kumuh maka telah ditentukan tingkat kekumuhan permukiman kumuh di suatu wilayah melalui 3 tingkat skor, yaitu 60 – 80 merupakan tingkat kumuh berat, 38 – 59 merupakan tingkat kumuh sedang dan 16 – 37 merupakan tingkat kumuh ringan.

(8)

Menurut (Jamaluddin, 2015) penyebab utama tumbuhnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut:

1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi, terutama bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.

2. Sulit mencari pekerjaan.

3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah.

4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan.

5. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah

Pesatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan ruang bermukim menyebabkan pembangunan yang tidak disertai dengan pengaturan dan

pengendalian yang baik menjadikan suatu lingkungan itu kumuh.

Selain itu penyebab lain yang menjadi faktor terjadinya permukiman kumuh (Sembiring, 2017) adalah:

1. Karakter bangunan, yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan, dan sanitasi tidak memenuhi syarat

2. Karakter lingkungan, yaitu tidak ada ruang terbuka hijau (open space) dan tidak tersedianya fasilitas rekreasi keluarga, kepadatan penduduk yang tinggi dan prasarana serta sarana yang tidak

terencana dengan baik.

(9)

6.

STUDI KASUS

Data Pemukiman Kumuh Di kecamatan Medan Polonia di tepian sungai

Kawasan Permukiman Kumuh Polonia terletak di KelurahanPolonia, Kecamatan Medan Polonia dengan luas mencapai 1,87 Ha, jumlah penduduk 392 dengankepadatan penduduk 196 jiwa.Profil kawasan permukiman kumuh Polonia dapat dilihat pada table berikut.

(10)

Letak Lokasi dan gambar pemukiman kumuh di kecamatan medan polonia kelurahan polonia di tepain sungai mangrove sebagai berikut .

(11)

KONDISI JALAN SEKTAR

Analisis Prasarana Pemukiman Kumuh Di kecamatan Medan

(12)

Polonia di tepian sungai 1. Kondisi Bangunan Gedung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan keteraturan bangunan, kepadatan bangunan dan kualitas

bangunan masing-masing berada pada kriteria 25%-50%.

Artinya, lebih dari setengah permukiman di lingkungan yang tergolong kumuh memiliki keteraturan bangunan yang baik, kepadatan bangunan yang tidak terlalu padat serta kualitas bangunan yang layak huni. Pola penanganan yang dilakukan untuk bangunan yang tergolong kumuh adalah rehabilitasi fungsi dan massa bangunan sesuai kondisi saat awal dibangun.

2. Kondisi Jalan Lingkungan

Fakta di lapangan dapat dilihat beberapa jalan lingkungan dalam kondisi berlubang ataupun belum teraspal. Ataupun sebagian

(13)

jalan lingkungan ditemukan dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata dan juga tergenang air Dan luas jalan yang sempit . Diperlukan rehabilitasi jalan untuk mengembalikan kondisi kemantapan jalan saat awal dibangun seperti perbaikan struktur jalan. Sehingga seluru

3. Kondisi Drainase Lingkungan

Kondisi ketersediaan drainase lingkungan di Kecamatan Medan polonia tersedia dengan minimum memadai di setiap lingkungan yang tergolong kumuh. Diperlukan pengerukan drainase sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi .Sementara itu untuk kualitas konstruksi drainase dapat dikatakan buruk jika drainase berupa galian tanah tanpa material pelapis. Tidak terpeliharanya drainase lingkungan juga dapat mengakibatkan saluran drainase tersumbat. Kualitas konstruksi drainase di Kecamatan Medan polonia masih minimum memadai .Diperlukan rehabilitasi sarana dan prasarana drainase untuk mengembalikan kondisi sesuai dengan persyaratan teknis saat awal dibangun seperti perbaikan struktur drainase.

4. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah di Kecamatan Medan Polonia dikatakan baik. Pengelolaan air limbah pada lokasi permukiman memiliki sistem yang memadai. Pola penanganan yang telah dilakukan cukup mengikuti standard.

5. Kondisi Pengelolaan Persampahan

Sistem pengelolaan Persampahan di Kecamatan Medan polonia masih belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan sarana pengangkut sampah seperti tempat sampah dengan pemilahan sampah skala lingkungan tidak berfungsi dengan semestinya. Kemudian jumlah gerobak sampah yang terbatas tidak mampu menampung sampah skala lingkungan. Sangat disayangkan prasarana dan sarana persampahan yang ada tidak berfungsi secara maksimal. Sistem pengelolaan persampahan di Kecamatan Medan Denai masih kurang baik. Banyak

masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan membuang sampah di lahan kosong, sehingga membuat lahan kosong tersebut menjadi tempat pembuangan sampah. Sebagian besar masyarakat juga ada yang membakar sampah di halaman rumahnya dikarenakan jarak lokasi tempat pembuangan sampah dengan rumah yang cukup jauh.

6. Kondisi Proteksi Kebakaran

Kecamatan Medan polonia tidak memiliki prasarana dan sarana proteksi kebakaran yang lengkap. Tidak ada satu pun lingkungan kumuh yang mempunyai alat pemadam api ringan (APAR), mobil tangga ataupun kendaraan pemadam kebakaran.

Hanya jalan lingkungan yang dapat dilalui mobil pemadam

(14)

kebakaran dan pasokan air yang berasal dari rumah-rumah masyarakat dan Sungai Sulang Saling yang dapat

dimanfaatkan sebagai prasarana proteksi kebakaran. Apabila terjadi kebakaran maka harus memanggil Dinas Pemadam

Kebakaran terdekat yang cukup memakan waktu untuk sampai ke lokasi apabila terjadi kebakaran.

Analisid sarana Pemukiman Kumuh Di kecamatan Medan Polonia di tepian sungai

a. Sarana niaga

Sarana niaga di lingkungan sekitar yang terdekat hanya lah adanya warung warung kecil , kaki tiga yang ada di sekitar pemukiman. sedangkan niaga umum seperti grosir ,

supermarket ,dll juga ada di sekitar pemukiman , jarak terdekat adalah supermarket , dengan lokasi yang berjarak berkisar 1 km untuk menuju ke supermarket maximart hermes .

(15)

b. Sarana pendidikan

Sarana pendidikan di pemukiman sekitar memiliki presentasi yang hnya sekedar cukup , Setiap jarak sekolah setiap

tingkatannya memiliki jarak yang semakin jauh, yang semakin membutuhkan kendaraan umum untuk menuju ke lokasi.

Contohnya seperti dari lokasi pemukiman menuju sekolah dasar memiliki sekitar jarak hnya 700 m , dapat di lihat di gambar bawah ini.

(16)

Lokasi pemukiman menuju ke sekolah menegah pertama dan sekolah menengah atas lebih memiliki jarak yang cukup jauh , yang sangat membutuhkan kendaraan untuk menuju lokasi. Jarah nya berkisar 3.5 km sekitar membutuhkan 7-10 menit waktu tempuh.

Jarak dan lokasi dapat di liat di gambar berikut.

Sedangkan Lokasi pemukiman menuju ke universitas terdekat yaitu universitas UNPRI , yang sangat membutuhkan kendaraan untuk menuju lokasi. Jarah nya berkisar 5 km sekitar

membutuhkan 15-20 menit waktu tempuh.

Jarak dan lokasi dapat di liat di gambar berikut.

(17)

c. Sarana pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan di pemukiman sekitar memiliki presentasi yang hnya sekedar cukup , Karena Jarak Terdekat menuju Pelayanan rumah sakit paling dekatnya adalah 5 KM , Memiliki 2 lokasi Rumah sakit .

1. Rumah sakit Royal Prima

2. Rumah sakit Murni teguh

d. Sarana pelayanan umum (kantor pemerintahan)

Di pemukiman sekitar memiliki sarnana pelayanan umum yang memiliki jarak yang cukup jauh karena untuk menuju lokasi tersebut kita membutuhkan kndaraan.

(18)

Saranan pelayanan umum dan jaraknya adalah sebgai berikut 1. Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil

Memiliki jarak 3.2 km – 3.8 km dengan waktu tempuh 7-10 menit

2. Kantor Lurah

Memiliki jarak 5.2 km – 5.8 km dengan waktu tempuh 15-20 menit

e. Sarana ruang terbuka hijau seperti taman dan pemakaman Ruang terbuka hijau di sekitar pemukiman masih lah sangat banyak dan masih asri , tetapi yang di sayngkan adalah pengolaan dan perawatan lokasi ruang terbuka hijau nya sangat lah masih kurang dan menjadi memprihatinkan.

Dan tidak adanya lokasi pemakaman di sekitar pemukiman tersebut.

(19)

f. Sarana sosial/ budaya 1. PASAR

Memiliki jarak yang cukup jauh dari pemukiman sekisar pada gambar berikut

Utilitas

1. Air bersih

Presentase masyarakat terlayani sarana air untuk minum , mandi dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak) hnya lah 66% dan presentase masyarakat terenuhi kebutuhan air minnum mandi, cuci ( minimal 60 liter/otang ) berkisar 100 %

2. Pemadam kebakaran

Pemadam kebakaran memilki lokasi yang cukup jauh di sekitar pemukiman sekiranya memliki jarak sebagai berkut.

(20)

7. Kesimpulan

Kesimpulan nya bahwa kecamatan medan polonia , kelurahan polonia daerah yang dekat dan sekitrnya sungai masih lah

ketinggalan pada bangunannya dan termasuk kawasan kumuh yang sangat buruk karena sangat banyak hal yang perlu di perbaiki agar terjadinya kenyamanan dan kemanan pada masyarakat .

8. Daftar Pustaka

SimanuntakDewi Nelly. 2022. ANALISIS KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PEMUKIMAN KUMUH . Vol.05 No.01 (2022).

Akbar ,M. Rizky, dan Nina Novira.2019. ANALISIS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH . Vol. 08 No. 01 – 2019

file:///C:/Users/User/Downloads/adoc.pub_babiii-profil-permukiman-kumuh-kota- medan.pdf

https://www.kompasiana.com/nabilayumnasalsabila7534/5fe016a9d541df591056 01a3/mengatasi-pemukiman-kumuh-di-wilayah-perkotaan-

indonesia#:~:text=pertama%2C%20pembangunan%20fisik%20dan

%20lingkunan,pemukiman%2C%20sanitasi%20dan%20air%20bersi

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Struktur Bentang Lebar pada Bangunan Roller Sport Centre.. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

ANALISIS MODEL BANGKITAN PERGERAKAN KENDARAAN PADA PERUMAHAN DI KOTA PURWOKERTO..

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Perumahan. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

Objek ini memiliki bentuk bentang lebar yang bergerak untuk mendukung bentuk bentang lebar bergerak, untuk mendukung bentuk bentang lebar yang bergerak tersebut di

Tinjauan Sosiologis Tentang Sewa Menyewa Perumahan Lama Di Kota Malang yang menitik beratkan pada “ Penghentian Sewa Menyewa Perumahan melalui BUTR ” adapula Skripsi yang ditulis

Pengantar kuliah struktur lanjutan [bentang lebar].. • Mahasiswa mengerti definisi

Begitu esensinya keberadaan perumahan dan permukiman dalam pengembangan wilayah khususnya kawasan kota, oleh karena faktor penduduk dan rumah tangga menjadi

Kepastian hukum, yaitu menjamin kepasatian ketersediaan prasarana, sarana dan utilitas umum di lingkungan perumahan dan Perumahan dan Kawasan Permukiman sesuai dengan