TUTORIAL 5
BLOK NEFROUROPOETIK
Alin Amalia Putri - 2013010030
ANATOMI GENITALIA
EKSTERNA
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
SIRKUMSISI
INDIKASI
Selain untuk menjaga kebersihan penis, sirkumsisi juga dilakukan karena alasan agama, budaya dan tradisi. Berikut beberapa indikasi dilakukannya sirkumsisi, antara lain:
a) Fimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat ditarik ke belakang (proximal) atau membuka. Pada kondisi ini terkadang orifisium prepusium hanya sebesar ujung jarum, sehingga urin sulit dikeluarkan. Keadaan yang paling banyak menyebabkan fimosis yaitu kelainan kongenital maupun komplikasi dari infeksi pada daerah glans penis yang disebut balanopostitis.
b) Parafimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat ditarik ke depan (distal) atau menutup. Pada kondisi ini glans penis dapat terjepit oleh karena prepusium yang membengkak akibat peradangan. Setelah didiagnosis parafimosis, akan dicoba tindakan reduksi terlebih dahulu pada pasien. Apabila tidak berhasil, maka perlu dilakukan sirkumsisi.
c) Kondiloma akuminata adalah suatu lesi pada penis dimana terjadi vegetasi yang berbentuk seperti jengger ayam. Kondisi ini disebabkan oleh HPV (Human Papiloma Virus). Virus ini merupakan salah satu dari infeksi menular seksual atau STD.
KONTRAINDIKASI
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada kondisi medis tertentu. Beberapa kondisi dapat menjadikan sirkumsisi tidak dapat dilakukan, atau perlu ditunda terlebih dahulu. Kondisi ini disebut kontraindikasi sirkumsisi. Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif.
a) Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut sirkumsisi antara lain hipospadia dan epispadia.
Hipospadia adalah keadaan dimana lubang penis berada di bawah penis.
Sedangkan epispadia adalah keadaan dimana lubang penis
berada di bagian atas penis. bayi prematur, kelainan bentuk penis atau kulit penis, mikropenis, ambigus genitalia juga merupakan kontraindikasi sirkumsisi.
b) Kontraindikasi Relatif
Kontraindikasi relatif sirkumsisi yakni pasien dengan diabetes mellitus. Diabetes mellitus menjadi kontraindikasi relatif karena akan mempermudah terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan Infeksi lokal pada penis maupun sekitarnya dan infeksi umum juga dapat menjadi kontraindikasi relatif sirkumsisi.
Bleeding diathesis adalah salah satu kontraindikasi relatif dilakukannyasirkumsisi.
Bleeding diathesis adalah kecenderungan terjadinya perdarahan atau koagulopati.
ALL ABOUT FIMOSIS
DEFINISI-PROGNOSIS BENIGN
PROSTATE HYPERPLASIA
DEFINISI
Ureterolithiasis merupakan batu yang terdapat pada saluran ureter.
Ureter merupakan dua buah pipa saluran yang masing masing terhubung dari ginjal ke kandung kemih, memiliki panjang 35 – 40 cm dan diameter 1 – 1,5 cm
(Pearce, 2013).
ETIOLOGI
Teori dalam pembentukan batu saluran kemih adalah sebagai berikut:
1. Teori Nukleasi 2. Teori Matriks
3. Teori Inhibisi yang berkurang
EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang ini banyak dijumpai pasien batu buli – buli sedangkan di negara maju banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih, hal ini dikarenakan adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari – hari. Di Amerika serikat terdapat 5-10% penduduknya menderita penyakit batu saluran kemih, sedangkan diseluruh dunia rata – rata terdapat 1-12% penduduknya menderita batu saluran kemih.
FAKTOR RISIKO
Pada umumnya urolithiasis terjadi akibat berbagai sebab yang disebut factor resiko. Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang dapat mengubah faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat diubah.
Faktor yang tidak dapat diubah antara lain:
- Umur atau penuaan - Jenis kelamin
- Riwayat keluarga
- Penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis perlu menggali gejala dan faktor risiko ureterolithiasis.
Ureterolithiasis bisa asimptomatik, namun juga bisa menimbulkan nyeri hebat.
Gejala bisa memiliki awitan mendadak ataupun progresif, ditandai dengan nyeri pinggang unilateral, nyeri kolik abdomen, mual, muntah, demam, nyeri saat berkemih, hematuria, serta urin keruh dan berbau.
Selain menggali mengenai nyeri, baik karakteristik, durasi, dan lokasi, perlu diketahui faktor risiko pasien. Faktor risiko ini mencakup riwayat penyakit penyerta, riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat konsumsi obat-obatan, riwayat prosedur medis yang dilakukan, riwayat komplikasi terhadap Tindakan manipulasi batu, faktor diet, dan faktor genetik.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik Palpasi :
• Sudut costo vertebrae: nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal
• Supra simpisis: nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
• Genetalia eksterna: teraba batu di uretra
• Colok dubur: teraba batu buli-buli (palpasi bimanual) Pemeriksaan penunjang
• Darah rutin
• Urine lengkap
• Foto polos abdomen
• Utltrasonografi (USG)
• Intravenous pyelography (IVP)
TATALAKSANA
Terapi yang dapat diberikan pada penderita ureterolithiasis, meliputi :
Pencegahan
- Meningkatkan intake cairan
- Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu (rendah protein, oksalat, garam, dan purin)
- Meningkatkan konsentrasi inhibitor (sitrat) - Follow up (mencegah rekurensi)
KOMPLIKASI
• Adanya obstruksi urine dalam saluran kemih akibat batu yang menyumbat, apabila tidak segera diatasi, akan menyebabkan Hidroureter
• Hidronefrosis
• Fatalnya akan menyebabkan iskemia dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
PROGNOSIS
Prognosis untuk ureterolithiasis umumnya menguntungkan; namun, ada bukti bahwa hal itu terkait dengan kondisi sistemik lain seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan obesitas. Seperti disebutkan di atas, tingkat kekambuhan sangat tinggi sekitar 39% pada 15 tahun.
Pada pasien dengan batu berulang, adalah bijaksana untuk melakukan
evaluasi penuh untuk mencoba mengidentifikasi etiologi; dengan
demikian, perubahan gaya hidup dan manajemen pengobatan dapat
dilakukan untuk mengurangi kekambuhan.
TABEL PERBEDAAN DIAGNOSIS
BANDING
STADIUM
4) Stadium III, Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidroneprosis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal. Stadium IIIdibagi menjadi:
a) IIIA, Kanker sudah menginfasi dinding panggul.
b) IIIB, Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal dan atau hidronephrosis.
5) Stadium IV, Kanker sudah menyebar kerongga panggul dan secara klinik sudah terlihat tanda-tanda infasi kanker keselaput lender kandung kencing dan atau rectum. Stadium IV dibagi menjadi:
a) IVA, Sel kanker menyebar pada alat atau organ yang dekat dengan kanker serviks.
b) IVB, Kanker sudah menyebar pada alat atau organ yang jauh dari serviks.
DETEKSI DINI
Deteksi dini merupakan upaya terbaik untuk menghindarkan
keterlambatan
dalam penanganan masalah kanker serviks. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan melalui pemeriksaan
PapSmear atau IVA.
GOLD STANDARD
Proses diagnosis medis yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasien dengan kanker serviks terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu IVA, pap smear, uji DNA- HPV, Kolposkopi, dan Pap net.
STADIUM
1) Stadium 0, Kanker serviks hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapisi leher rahim. Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ.
2) Stadium I, Kanker masih terbatas didalam jaringan serviks dan belum menyebar ke dalam rahim. Stadium I dibagi menjadi:
a) IA, Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum menunjukan kelainan/keluhan klinik.
b) IAI, kanker sudah mulai menyebar kejaringan otot dengan dalam 3 mm – 5 mm) dengan lebar = 7 cm;
c) IB, Ukuran kanker sudah > dari 1A2;
d) IB1, Ukuran tumor = 4 cm;
e) IB2, Ukuran tumor >4 cm
3) Stadium II, Kanker sudah meluas melewati leher rahim ke dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dan kebagian atas dari vagina. Kanker serviks tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul). Stadium II dibagi menjadi:
a) IIA, Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus.
b) IIB, Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.