• Tidak ada hasil yang ditemukan

TYPE CPHMA DENGAN PERENDAMAN BERULANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TYPE CPHMA DENGAN PERENDAMAN BERULANG "

Copied!
166
0
0

Teks penuh

Penelitian ini mencoba memanfaatkan limbah HDPE yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas aspal CPHMA Buton dari segi sifat dan memenuhi persyaratan teknis untuk digunakan sebagai material perkerasan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik Campuran Aspal Asbuton Cold Spread (CPHMA) dengan variasi limbah HDPE pada perendaman berulang kali. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu percobaan untuk memperoleh hasil, mendemonstrasikan pemanfaatan limbah HDPE pada konstruksi beton aspal dengan variasi kadar HDPE 5%, 10% dan 15% dan diulang minggu selama 6 hari, 12 hari dan 18 hari. . sampai fajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan limbah HDPE dan perendaman berulang menurunkan sifat campuran CPHMA. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Teknik Sipil Universitas Bosowa Makassar. Tugas akhir ini berjudul “Pemanfaatan Limbah Plastik High Density Polyethylene (HDPE) Sebagai Aditif Campuran Aspal Tipe CPHMA Dengan Perendaman Berulang”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian tugas ini memerlukan bantuan dan kontribusi dari berbagai pihak.

DAFTAR NOTASI

MR = Modulus Resilien SC = Slow Curing Cut Back SSD = Saturated Surface Dry TD = Lapisan tanah dasar Usa = United States of America VIM = Void In The Mix.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
    • Manfaat Penelitian
  • Pokok Bahasan dan Batasan Masalah 1. Pokok Bahasan
    • Batasan Masalah
  • Sistematika Penulisan
    • Bab I Pendahuluan
    • Bab II Tinjauan Pustaka
    • Bab III Metode Penelitian
    • Bab V Kesimpulan dan Saran

Hal ini dapat memberikan alternatif dalam memanfaatkan sampah – sampah yang sudah tidak termanfaatkan, seperti sampah botol plastik polietilen densitas tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Sampah Plastik High Density Polyethylene (HDPE) Sebagai Bahan Aditif Pada Campuran Aspal CPHMA Tipe Buton Dengan Perendaman Berulang Kali”. Apa pengaruh penggunaan sampah plastik high-density polietilen (HDPE) sebagai bahan tambah pada campuran aspal jenis CPHMA Buton dengan perendaman berulang kali.

Berapa jumlah sampah plastik high Density Polyethylene (HDPE) yang dapat memberikan nilai kestabilan maksimal. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan sampah plastik High Density Polyethylene (HDPE) sebagai bahan tambah pada campuran aspal Buton tipe CPHMA dengan perendaman berulang. Untuk analisis sampah plastik high-density polietilen (HDPE) dalam jumlah besar, yang dapat memberikan nilai stabilitas tertinggi.

Mengetahui pengaruh limbah plastik high Density Polyethylene (HDPE) sebagai bahan aditif pada campuran aspal jenis CPHMA Buton dengan pembasahan berulang.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkerasan Jalan

  • Jenis Konstruksi Perkerasan
  • Struktur Jalan Lentur
    • Elemen Lapis Pondasi Bawah (sub-base course)
    • Elemen Lapis Pondasi Atas (Base Course)
    • Elemen Lapis Permukaan (Surface Course) Fungsi lapis permukaan antara lain

Setiap elemen lapisan di atasnya, termasuk tanah dasar, bersama-sama memikul beban lalu lintas. Ketebalan struktur perkerasan dibuat sedemikian rupa sehingga kemampuan lapisan tanah bawah dalam memikul beban lalu lintas menjadi terbatas, atau bisa dikatakan ketebalan struktur perkerasan sangat bergantung pada kondisi atau daya dukung lapisan tanah bawah. Kekuatan dan ketahanan konstruksi perkerasan jalan sangat bergantung pada sifat dan daya dukung lapisan tanah bawahnya.

Pemilihan jenis tanah yang dapat digunakan sebagai tanah dasar melalui penyelidikan tanah merupakan hal yang penting karena tanah dasar akan sangat menentukan ketebalan lapisan perkerasan di atasnya, sifat fisik perkerasan di kemudian hari, dan perilaku perkerasan tersebut. seperti deformasi permukaan, dll. . Lapisan subbase adalah lapisan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan lapisan dasar, yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban di atasnya dan kemudian mendistribusikan tegangan-tegangan yang terjadi pada lapisan tanah dasar. Berbagai material lokal (CBR > 20%, PI <10%) yang relatif lebih baik dari substrat dapat digunakan sebagai material subbase.

Lapisan Subbase (LPA) merupakan lapisan perkerasan jalan yang terletak di antara lapisan permukaan dan lapisan subbase, yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang menopang lapisan permukaan dan beban roda yang bekerja padanya serta mendistribusikan tegangan yang terjadi. pada lapisan dasar, di bawahnya, lalu pada substrat.

Gambar 2. 1 Lapis Perkerasan  Sumber: Sukirman (1999)  2.1.2.1  Elemen Tanah dasar (sub grade)
Gambar 2. 1 Lapis Perkerasan Sumber: Sukirman (1999) 2.1.2.1 Elemen Tanah dasar (sub grade)

Aspek – aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Beton Aspal Menurut Sukirman (2003), beton aspal adalah jenis perkerasan yang

  • Stabilitas
  • Keawetan (Durabilitas)
  • Kelenturan (Fleksibilitas)
  • Ketahanan Terhadap Kelelahan (Fatigue Resistance)
  • Kekesatan / Tahanan Geser (Skid Resistance)
  • Kedap Air (Impermeabilitas)
  • Mudah Dilaksanakan (Workability)

Selimut aspal yang tebal akan membungkus agregat dengan baik, beton aspal akan menjadi lebih kedap air, sehingga kemampuannya menahan keausan akan meningkat. Fleksibilitas atau kelenturan adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat pengerasan (konsolidasi) dan. Ketahanan terhadap lelah (fatigue resistance) merupakan kemampuan beton aspal dalam menerima lendutan yang berulang-ulang akibat beban yang berulang-ulang, tanpa mengalami kelelahan berupa alur dan retakan.

Ketahanan selip merupakan kemampuan permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah untuk memberikan gaya gesek pada roda kendaraan agar kendaraan tidak tergelincir atau tergelincir. Impermeabilitas merupakan kemampuan beton aspal dalam mencegah masuknya air atau udara ke dalam lapisan beton aspal. Tidak mungkin ketujuh sifat campuran aspal beton dapat dipenuhi secara bersamaan oleh satu jenis campuran.

Sifat beton aspal mana yang dominan akan menentukan jenis beton aspal yang dipilih.

Agregat

  • Klasifikasi Agregat
  • Sifat Agregat
    • Gradasi
    • Kebersihan Agregat
    • Kekerasan (toughness)
    • Bentuk Butir Agregat
    • Tekstur Permukaan Agregat
    • Daya Serap Agregat
    • Kelekatan Terhadap Aspal
    • Berat Jenis Agregat

Pengujian yang dilakukan dapat berupa pengujian setara pasir terhadap agregat yang lolos saringan nomor 4 (4,75 mm). Oleh karena itu, agregat keras merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh agregat keras. Bentuk sudut partikel agregat memastikan daya rekat yang baik antar agregat dan menahan pergerakan agregat.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan campuran beraspal yang baik diperlukan agregat dengan daya serap yang rendah. Agregat hidrofobik (agregat yang tidak menyukai air) merupakan agregat yang memiliki daya rekat agregat yang tinggi terhadap aspal, seperti batu kapur dan dolomit. Di sisi lain, agregat hidrofilik (agregat yang menyukai air) memiliki daya rekat yang rendah terhadap aspal.

Pada saat menghitung berat jenis agregat, volume agregat yang diperhitungkan adalah volume agregat yang tidak dapat diresapi aspal.

Tabel 2. 2 Ketentuan Agregat Halus
Tabel 2. 2 Ketentuan Agregat Halus

Aspal

  • Aspal Hasil Destilasi / Aspal Buatan
    • Aspal Keras
    • Aspal Cair
    • Aspal Emulsi
    • Aspal Danau (Lake Asphalt)
    • Aspal Batu (Rock Asphalt)
  • Sifat Fisik Aspal

Proses penyulingan fraksi ringan dalam minyak bumi dipisahkan dengan penyulingan sederhana sehingga meninggalkan residu yang disebut aspal keras. Selain melalui proses distilasi vakum, aspal keras juga dapat diproduksi melalui proses yang menghasilkan aspal sebagai residu. Pada proses ini partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam air yang mengandung bahan pengemulsi (emulsifier).

Aspal yang terkandung dalam batu-batu tersebut bervariasi antara 12 – 35 persen dari berat batu dan memiliki tingkat penetrasi 0 – 40. Aspal batu ini harus ditambang terlebih dahulu kemudian diekstraksi dan dicampur dengan minyak lunak untuk mendapatkan campuran aspal yang memiliki tingkat penetrasi yang diinginkan. Aspal yang memiliki nilai penetrasi dan viskositas yang sama belum tentu mempunyai nilai yang sama ketika diberikan perubahan temperatur.

Aspal yang umum digunakan pada aspal campuran panas di Indonesia adalah aspal Pen 60/70 dan aspal yang dimodifikasi dengan asbuton atau elastomer sintetik yang memenuhi syarat seperti pada Tabel 2.

Aspal pen

  • Asbuton
    • Karakteristik Asbuton
    • Asbuton Butir
    • Asbuton Hasil Ekstraksi
  • Modifier/Peremaja
  • CPHMA
    • Sifat Campuran CPHMA
  • Plastik (HDPE)
    • Stabilitas (stability)
    • Kelelahan (Flow)
    • Kerapatan (density)
    • VIM (Void In The Mix)
    • VFA (Void Filled With Asphalt)
    • VMA (Void In Mineral Agregate)
    • Penelitian Tentang CPHMA dan HDPE

Produk ekstraksi asbuton dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada campuran aspal atau sebagai bahan perekat seperti aspal minyak atau aspal keras. Nilai kestabilan dipengaruhi oleh bentuk, mutu, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friksi) dengan agregat yang saling mengunci (interlocking), daya rekat (cohesion) dan kadar aspal dalam campuran. Nilai densitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : gradasi campuran, jenis dan mutu bahan penumpuk, faktor pemadatan dan derajat pemadatan, serta suhu pemadatan, penggunaan kadar aspal dan penambahan. zat aditif dalam campuran.

Air akan melarutkan komponen-komponen yang akan teroksidasi, sehingga mengakibatkan penurunan kandungan aspal dalam campuran secara terus menerus. Menurunnya kadar aspal pada campuran menyebabkan daya rekat antar butiran agregat menurun sehingga terjadi penghalusan dan pengupasan permukaan pada lapisan perkerasan. Nilai VFA dipengaruhi oleh faktor pemadatan yaitu jumlah dan suhu pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal.

Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak pula rongga-rongga pada campuran yang terisi aspal, sehingga permeabilitas air dan udara campuran juga akan semakin tinggi, namun nilai VFA yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya pendarahan. Artinya rongga-rongga pada campuran sudah terisi penuh dengan aspal, maka persentase kadar aspal yang mengisi rongga-rongga tersebut merupakan persentase kadar aspal maksimum. Rongga dalam agregat mineral (VMA) adalah rongga udara di antara butiran padat agregat aspal, termasuk rongga udara dan kandungan aspal efektif, yang dinyatakan dalam persentase terhadap volume total.

Nilai VMA dipengaruhi oleh faktor pemadatan yaitu jumlah dan suhu pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal. Setelah dilakukan analisis uji Marshall, dan diperoleh nilai karakteristik Marshall, maka dibuatlah grafik hubungan kadar aspal dengan nilai karakteristik. Untuk komposisi 1 campuran normal 0%, kadar aspal yang memenuhi semua persyaratan adalah perkiraan kadar aspal antara 5,6% - 6%.

Kemudian komposisi 3 dengan penambahan plastik HDPE 8% maka perkiraan kadar aspal yang memenuhi semua syarat adalah perkiraan kadar aspal antara. Di antara komposisi campuran plastik HDPE 0-12% yang sesuai dengan VIM dan stabilitas diperoleh campuran plastik HDPE 8% optimal dengan kadar aspal optimal 4,45.

Gambar 2.3 Aspal buton dalam bentuk bongkahan
Gambar 2.3 Aspal buton dalam bentuk bongkahan

METODE PENILITIAN

  • Metode
  • Bahan Penelitian
  • Peralatan Penelitian
    • Alat Uji Karakteristik Campuran Agregat Aspal
    • Uji Marshall
  • Notasi dan Jumlah Sampel
    • Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat
    • Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal
    • Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Campuran
  • Data Hasil Uji Dengan Alat Marshall
  • BJ Max Campuran Rumus

Bentuk benda uji dengan diameter 10 cm (4") dan tinggi 7,5 cm (3") lengkap dengan pelat dasar dan leher sambungan. Digunakan untuk memanaskan aspal dan untuk memanaskan agregat dalam produksi aspal dengan pencampuran panas. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari campuran kadar agregat yang diperoleh dari hasil uji gradasi sesuai spesifikasi campuran.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan campuran panas untuk pengerasan jalan dingin (CPHMA) yang diperoleh dari CV. Hasil pemeriksaan sifat agregat sesuai dengan metode pengujian yang diterapkan dan spesifikasi yang diperlukan disajikan pada Tabel 4.1. Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) Ba = berat benda uji dalam air.

Tujuan dari uji Marshall ini adalah untuk mengetahui sifat CPHMA dengan kadar aspal 6,14% dalam waktu 30 menit.

Gambar 3.1. Bagan alir penelitian Dipadatkan Pada Suhu Kamar 30°C
Gambar 3.1. Bagan alir penelitian Dipadatkan Pada Suhu Kamar 30°C

Dua )

Tiga )

Hari (HDPE 5%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 5%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 5%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 10%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 10%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 10%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 15%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 15%) Sampel I ( Satu )

Hari (HDPE 15%) Sampel I ( Satu )

  • Bulk Sg Combined Mix Rumus

Satu )

Stabilitas Rumus

Marshall Quotien ( Kg/mm)

Satu ) VFB

Dua ) VFB

Tiga ) VFB

Kadar aspal efektif

  • Absorbsi Aspal terhadap berat total campuran Rumus
    • Analisis Hasil Pengujian Dengan Limbah HDPE 5% Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin
    • Analisis Hasil Pengujian Dengan Limbah HDPE 10% Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin
    • Analisis Hasil Pengujian Dengan Limbah HDPE 15% Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin
    • Analisis Hasil Penurunun Dan Peningkatan Pengujian Limbah HDPE Dengan Perendaman Berulang Pada Campuran Beraspal
    • Kesimpulan
    • Saran

Analisis hasil uji dengan limbah HDPE 5% pada cold spread Asbuton Campuran Aspal Panas Campuran Asbuton Sebar Dingin (CPHMA). Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa penambahan berbagai limbah HDPE pada campuran yang direndam berulang kali menyebabkan nilai densitas menurun. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa penambahan variasi limbah HDPE pada campuran yang direndam berulang kali akan mengubah nilai VMA.

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa penambahan berbagai limbah HDPE pada campuran yang direndam berulang kali akan meningkatkan nilai VIM. Analisa hasil pengujian limbah HDPE dengan 10% pada campuran panas aspal cold spray Asbuton (CPHMA). Gambar 4.8 menunjukkan bahwa penambahan limbah HDPE yang berbeda pada campuran yang direndam berulang kali mengakibatkan penurunan nilai densitas.

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa penambahan variasi limbah HDPE pada campuran yang direndam berulang kali menyebabkan nilai VMA berubah. Gambar 4.12 menunjukkan bahwa penambahan berbagai variasi limbah HDPE pada campuran yang direndam dialami secara berulang-ulang. Analisis hasil pengujian dengan limbah HDPE 15% pada Hot Asbuton Cold Spread Asphalt Mix Cold Spread Asbuton Asphalt Mix (CPHMA).

Nilai kepadatan aspal campuran dingin Asbuton (CPHMA) dengan penambahan HDPE 15% dapat dilihat pada Gambar 4.15. Gambar 4.15 menunjukkan bahwa penambahan limbah HDPE yang berbeda pada campuran yang direndam berulang kali mengakibatkan penurunan nilai densitas. Gambar 4.18 menunjukkan bahwa penambahan limbah HDPE yang berbeda pada campuran yang dibasahi berulang kali mengakibatkan perubahan nilai VMA.

Gambar 4.19 menunjukkan bahwa penambahan variasi limbah HDPE pada campuran yang direndam berulang kali meningkatkan nilai VIM.

Tabel  4.10.  Hasil  Uji  Karakteristik  Campuran  CPHMA  Menggunakan  Limbah HDPE 5% Dengan Perendaman Berulang
Tabel 4.10. Hasil Uji Karakteristik Campuran CPHMA Menggunakan Limbah HDPE 5% Dengan Perendaman Berulang

DAFTAR PUSTAKA

LABORATORIUM ASPAL DAN BAHAN JALAN JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA

Gambar

Tabel 2. 1 Ketentuan Agregat Kasar
Tabel 2. 2 Ketentuan Agregat Halus
Tabel 2. 3 Ketentuan Aspal Keras
Tabel 2. 4 Persyaratan Peremaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unless the context otherwise indicates, words and phrases in these regulations must have the same meaning assigned thereto in the Act, and – "character" means a symbol or letter with a