PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masalah infertilitas dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, perkawinan dan sosial, serta dapat menyebabkan gangguan emosional dan psikologis yang signifikan (Karimi et al., 2015). Infertilitas dapat primer dimana pasangan yang tidak hamil selama minimal satu tahun sering melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi dengan angka prevalensi 62,0% dan infertilitas sekunder yaitu ketidakmampuan seseorang untuk memiliki anak atau mempertahankan kehamilan dengan angka prevalensi 38,0% (Alhassan et al., 2014). Infertilitas di negara berkembang lebih tinggi yaitu sekitar 30% dibandingkan negara maju yang hanya 5-8% (Masoumi et al., 2013).
Pada umumnya kegagalan pria dan wanita untuk hamil disebabkan oleh infertilitas pria (Miyamoto et.al. 2012). Infertilitas pria seringkali merupakan hasil dari penurunan produksi atau fungsi sperma dari berbagai penyebab (Alldredge et al., 2013). Gangguan produksi sperma dapat dikaitkan dengan hipogonadisme akibat trauma testis, radiasi, atau obat antiandrogenik (Alldredge et al., 2013).
Pada tahun 2010, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa azoospermia non-obstruktif, yaitu jumlah sperma yang diproduksi sedikit dan penurunan sekresi FSH, merupakan penyebab infertilitas pria dalam banyak kasus (Kobayashi et al. 2012). Penelitian Arifien (2013) menemukan bahwa pemberian air daun katuka dosis 14 hari dengan dosis 100 mg/kg berat badan efektif dalam meningkatkan libido.
Masalah Penelitian
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya adalah tumbuhan katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr.). Maulita (2016) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat meningkatkan viabilitas, motilitas dan konsentrasi spermatozoa mencit jantan yang dipapar asap rokok dengan dosis 6mg/20gBB. Penelitian sebelumnya oleh Rusdi et al. 2018) mengenai aktivitas afrodisiak fraksi ekstrak etanol 70% daun katuk, ditemukan bahwa fraksi n-heksana dengan dosis 2,37 mg/200 gBB dapat meningkatkan libido dengan rata-rata jumlah peningkatan 16,5 kali lipat dan rata-rata jumlah introduksi 27,75 yang dapat ditingkatkan menjadi 27.ly X-gra® dengan dosis 51,37 mg/kgBB pada Sprague jantan kulit putih. -Daw saring ley.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang aktivitas spermatogenik daun katuka dengan memperhatikan parameter vitalitas, motilitas dan jumlah sperma. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di latar belakang, evaluasi aktivitas fraksi aktif ekstrak etanolik daun katuka 70% terhadap parameter sperma dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan bahan ini menjadi kandidat obat alami untuk meningkatkan kesuburan.
Tujuan Penelitian
Urgensi Penelitian
Golongan senyawa yang teridentifikasi pada daun katuk antara lain alkaloid, triterpenoid, saponin, tanin, polifenol, glikosida dan flavonoid (Budiman 2014). Daun katuk segar merupakan sumber provitamin A karotenoid, vitamin B, vitamin C, protein dan mineral yang sangat baik. Golongan utama flavonoid yang terdapat pada daun katuk adalah gugus flavonol atau flavon OH-3 (Zuhra 2008).
Kandungan fitosterol tepung daun katuk yang diekstraksi dengan etanol 70% adalah sebanyak 2,43% atau sebanyak 466 mg/100 g pada daun katuk segar. Beberapa efek farmakologis daun katuk yang telah diteliti antara lain antibakteri, antianemia, antioksidan, antiradang serta dapat meningkatkan produksi ASI dan merangsang hormon (Sanjayasari 2011, Tiara 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Arifien (2013) menunjukkan bahwa pemberian rebusan air daun katuk dengan dosis 100 mg/kg bb yang diberikan pada tikus secara oral selama 14 hari efektif dalam meningkatkan libido.
Maulita (2016) mengemukakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat meningkatkan viabilitas, motilitas dan konsentrasi sperma pada mencit jantan dengan dosis 6 mg/20 gBB. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun katuk memiliki aktivitas afrodisiak atau dapat meningkatkan libido (gairah seksual) pada hewan coba yang dibuktikan dengan parameter pemanjatan dan introduksi (Rusdi et al. 2018). Pada penelitian ini akan diamati aktivitas daun katuk pada spermatogenesis hewan coba dengan parameter viabilitas, motilitas dan jumlah spermatozoa.
Uji aktivitas spermatogenesis fraksi ekstrak etanolik daun katuk dilihat dari parameter viabilitas, motilitas dan jumlah spermatozoa. Fraksi n-heksana merupakan fraksi paling aktif dalam ekstrak etanol daun katuk yang memiliki aktivitas afrodisiak ditinjau dari parameter daya rekat dan penetrasi (Rusdi et al. 2018). Simplisia yang digunakan adalah daun katuku segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO).
Daun katuk segar dicuci dengan air sampai bersih, ditiriskan dan dirajang halus kemudian dijemur. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal, sedangkan fraksi air tidak berbeda nyata dengan kontrol normal (p ≤ 0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat memiliki aktivitas untuk meningkatkan viabilitas sperma.
Adanya senyawa steroid terdeteksi pada fraksi n-heksana (A) dan senyawa flavonoid pada fraksi etil asetat (B) daun katuk. Pengaruh ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) terhadap viabilitas, motilitas dan konsentrasi spermatozoa mencit Balb/c jantan yang dipapar asap rokok. Kajian pengaruh daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) terhadap libido kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus) sebagai afrodisiak.
Suprayogi, A., Kusumorini, N., Setiadi, M.A., and Murti, Y.B., 2009, Produksi fraksi daun katuk terstandar sebagai bahan baku obat untuk perbaikan gizi, fungsi reproduksi dan laktasi.
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Alur Penelitian
Lokasi penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Pelarut yang digunakan sebagai eluen (fase gerak) adalah butanol (p.a), asam asetat, kloroform (p.a), metanol (p.a), n-heksana (p.a), etil asetat (p.a). Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley dengan berat 150-250 gram dan berumur lebih dari 2-3 bulan.
Prosedur penelitian
Fraksi air merupakan larutan ekstrak etanol yang paling banyak mengandung senyawa polar, fraksi n-heksana merupakan larutan ekstrak yang paling banyak mengandung senyawa non polar, fraksi etil asetat merupakan larutan ekstrak yang paling banyak mengandung senyawa semi polar. Fraksi n-heksana, etil asetat dan air yang diperoleh kemudian diuapkan untuk mendapatkan fraksi kasar (Rusdi et al. 2018). Karakterisasi fraksi aktif meliputi pemeriksaan organoleptik; identifikasi secara kualitatif kandungan senyawa kimia (screening) dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap senyawa-senyawa yang mungkin terkandung di dalamnya, antara lain flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid; dan perhitungan hasil.
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor tikus per kelompok. Pada tahap ini dilakukan pengamatan umum dan penimbangan setiap hari untuk mendapatkan mencit yang sehat. Cauda epididimis ditempatkan dalam cawan Petri berisi 1 ml larutan Ringer dan dipotong kecil-kecil hingga membentuk suspensi dan dicuci selama 2 menit.
Analisis data
Fishbond Penelitian
Dengan adanya kandungan air pada etanol 70% maka kepolaran pelarut akan meningkat sehingga komponen aktif seperti tanin, polifenol, flavonoid, terpenoid, steroid dan alkaloid dapat terekstrak dengan baik (Tiwari et al., 2011). Hasil uji Anova menunjukkan bahwa rata-rata jumlah sperma pada masing-masing kelompok uji menunjukkan perbedaan yang bermakna sebesar 0,000 (p ≤ 0,05) setelah perlakuan. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal, sedangkan fraksi air tidak berbeda nyata dengan kontrol normal (p ≤ 0,05).
Rata-rata histogram sperma dari masing-masing kelompok uji setelah 7 hari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa rata-rata motilitas sperma setiap kelompok uji berbeda nyata sebesar 0,000 (p ≤ 0,05) setelah perlakuan. Histogram persentase motilitas spermatozoa dari masing-masing kelompok uji setelah 7 hari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.
Hasil uji ANOVA menunjukkan rerata viabilitas spermatozoa masing-masing kelompok uji menunjukkan perbedaan bermakna sebesar 0,000 (p ≤ 0,05) setelah perlakuan. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal, sedangkan fraksi air tidak berbeda nyata dengan kontrol normal (p ≤ 0,05). Gambar isogram persentase viabilitas sperma tiap kelompok uji setelah 7 hari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.
Senyawa fenolik dan fitosterol (Chadbouryet.al., 2012) secara signifikan dapat meningkatkan kualitas sperma, seperti motilitas dan konsentrasi sperma (Sukmaningsih et. Steroid dalam bentuk glikosida dapat meningkatkan hormon testosteron dalam darah, yang mengarah pada peningkatan proses spermatogenesis penelitian, berdasarkan hasil penelitian, fraksi mampu meningkatkan kualitas sperma dengan parameter jumlah sperma, motilitas dan viabilitas pada dosis 11,85 mg /Kg BB dibandingkan dengan kelompok kontrol normal pada tikus putih galur Sprague Dawley jantan.
Adewoyin et al., 2017, Infertilitas Pria: Pengaruh Antioksidan Alami dan Senyawa Fito pada Stres Oksidatif Mani, Penyakit. Al-Sa'aidi J.A.A., Al-Khuzai A.L.D., Al-Zobaydi NFH, 2009, Pengaruh ekstrak alkohol Nigella sativa terhadap fertilitas pada tikus jantan. Uji Anti Infertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jathropa curcas L.) pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus, L.).
Ouladsahebmadarek E., Giasi, G.S., Khaki, A., Ahmadi, Y., Farzadi, L., Ghasemzadeh, A., Hajizade, K., 2016, Effect of a compound herbal medicine used in male infertility on spermatogenesis and pregnancy rate. Quadri A.L. and Yakubu, M.T., 2016, Fertility enhancing activity and toxicity profile of aqueous root extract of Chasmanthera dependens in male rats. Safarnavadeh and Rastegarpanah, 2011, Antioxidants and infertility treatment, the role of Satureja Khuzestanica: a mini systematic review, Iranian Journal of Reproductive Medicine.
Wright C., Milne, S., Leeson, H., 2014, Sperm DNA damage due to oxidative stress: modifiable clinical, lifestyle and dietary factors in male infertility, Reproductive BioMedicine Online.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
LUARAN YANG DICAPAI