• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR "

Copied!
115
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Batasan Masalah

Penelitian ini hanya menggunakan data curah hujan tahun 2008 hingga 2018, peta penggunaan lahan tahun 2018 dan peta jenis tanah. Penelitian ini hanya menganalisis laju erosi tanah dengan pendekatan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE).

Sistematika Penulisan

TINJAUN PUSTAKA

Perubahan Tata Guna Lahan

Definisi perubahan penggunaan lahan secara umum mencakup transformasi alokasi sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu proses dinamis dari aktivitas manusia dan perubahan tersebut akan mempengaruhi responnya. Perubahan fungsi penggunaan lahan, yaitu perubahan fungsi tutupan lahan (land use change) dari lahan hijau menjadi kawasan pemukiman, akan mengakibatkan terjadinya perubahan neraca air atau siklus hidrologi lokal, yang berarti bertambahnya luas lahan. Penutupan Lahan akan menyebabkan peningkatan volume limpasan permukaan dan mengurangi jumlah peresapan air ke dalam tanah (infiltrasi).

Pengertian Dan Dampak Erosi

Selain dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan, besarnya resapan air dan limpasan permukaan juga akan bergantung pada kondisi geologi, topografi, dan banyaknya curah hujan di wilayah setempat. Erosi menyebabkan penipisan lapisan atas tanah dan mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut akan terbawa ke suatu sumber air yang disebut sedimen, dimana sedimen ini akan diendapkan pada suatu tempat yang aliran airnya diperlambat; di sungai, waduk, danau, saluran irigasi, di lahan pertanian dan lain sebagainya (Sitanala, 2010).

Pengertian Dan Dampak Sedimentasi

Menurunnya kemampuan lahan dalam menyerap air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan, sehingga mengakibatkan terjadinya banjir pada sungai. Dampak lain dari proses sedimentasi di sungai adalah pengendapan sedimen pada dasar sungai yang menyebabkan degradasi sungai dan menyebabkan tinggi muka air sungai sehingga sering terjadi banjir yang berdampak pada lahan yang tidak terlindungi. Banyak bangunan sipil di daerah hilir akan terganggu, kanal, jalur navigasi perairan, dan waduk akan mengalami pengendapan sedimen.

Aliran Permukaan

Selain itu tingginya kandungan sedimen pada air sungai juga akan merugikan penyediaan air bersih yang berasal dari air permukaan, biasanya pengelolaannya akan lebih mahal (Suripin, 2001). Ciri-ciri tersebut antara lain adalah besarnya aliran permukaan yang menunjukkan banyaknya air yang mengalir dipermukaan tanah untuk suatu massa hujan tertentu atau massa yang dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm atau cm) atau dalam volume air ( m3) ) dan laju aliran permukaan (debit) adalah jumlah atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per satuan waktu yang dinyatakan dalam m/detik atau m/jam.

Analisis Hidrologi

  • Pengertian Hidrologi
  • Siklus Hidrologi
  • Analisis Distribusi Curah Hujan Wilayah
  • Intensitas Curah Hujan

Cara menghitung curah hujan permukaan dari pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut (Sri Harto, 1993): . a) Metode mean aljabar. Metode ini memperhitungkan keterwakilan wilayah stasiun hujan yang bersangkutan, yang digunakan sebagai faktor pembobotan dalam perhitungan rata-rata curah hujan. Untuk menghitung curah hujan rata-rata dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian data curah hujan pada stasiun pengukur dengan luas yang diwakilinya kemudian dibagi dengan luas seluruh daerah tangkapan air (Sri Harto, Analisis Hidrologi, 1993). .

Gambar 2. Siklus Hidrologi (Sumber : Triatmodjo, 2010)
Gambar 2. Siklus Hidrologi (Sumber : Triatmodjo, 2010)

Analisis Debit Banjir Rancangan

  • Metode Rasional
  • Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Dalam SK Departemen Pekerjaan Umum SNI M-18-1989-F (1989) dijelaskan bahwa metode rasional dapat digunakan untuk mengukur daerah drainase <5000 ha. Dalam teori hidrograf sintetik satuan Nakayasu untuk analisis hidrologi dalam penelitian debit banjir, perancangannya didasarkan pada persamaan berikut (Soemarto, 1995). Bagian hidrograf yang naik cepat dan bagian yang turun lambat α = 3 Bagian hidrograf satuan yang meninggi mempunyai rumus.

Gambar 4 : Gambar Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu  (Sumber : Triatmodjo 2010)
Gambar 4 : Gambar Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu (Sumber : Triatmodjo 2010)

Erodibilitas Tanah (K)

  • Faktor Panjang Lereng (L) dan kemiringan Lereng (S)

Departemen Kehutanan memberikan nilai faktor kemiringan yang ditentukan berdasarkan kelas kemiringan seperti pada tabel 2.

Faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman (C)

Pendugaan laju erosi menggunakan metode modifikasi persamaan universal kehilangan tanah yang terjadi di DAS Lekopancinga. Nilai tersebut merupakan gabungan dari nilai masing-masing jenis lahan dikalikan dengan nilai K dan dibagi dengan total luas DAS Lekopancing. Nilai tersebut merupakan gabungan dari nilai masing-masing luas lereng dikalikan dengan LS yang dikonversi berdasarkan Tabel 2 dan dibagi dengan total luas sub DAS Lekopancing.

Faktor tutupan lahan tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya erosi di DAS Lekopancing akibat perubahan penggunaan lahan. Dari Tabel 9 perhitungan koefisien drainase pada DAS Lekopancing tahun 2018 sebesar 0,08. Nilai tersebut merupakan gabungan dari nilai masing-masing luas tutupan lahan dikalikan dengan nilai C yang dikonversi dari Tabel 3 dan dibagi dengan total luas DAS Lekopancing. yang diperlukan untuk menghitung besarnya laju erosi dengan menggunakan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) adalah faktor tindakan konservasi (P). Faktor volume limpasan (Vq) merupakan faktor yang mempengaruhi hasil laju erosi setiap tahunnya di DAS Lekopancing.

Dari tabel 13 diketahui nilai CNkomposit pada sub DAS Lekopancing sebesar 65,78. Nilai ini merupakan gabungan dari nilai luas tiap overlay. Berdasarkan tabel 15 diketahui volume limpasan permukaan (Vq) terbesar pada sub DAS Lekopancing terjadi pada tahun 2017 yaitu m3. Untuk melihat lebih jelas perbedaan jumlah erosi tanah di Sub DAS Lekopancing dari tahun 2008-2018, lihat Gambar 11.

Berdasarkan metode Modified Universal Soil Loss Equation, perubahan laju erosi yang terjadi di Sub DAS Lekopancing dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu erodibilitas tanah (K), sudut kemiringan (LS), debit puncak (Qp), volume debit. (Vq) dan tutupan lahan (C).

Tabel 3. Nilai Koefisien Pengaliran Berdasarkan Penutupan Lahan
Tabel 3. Nilai Koefisien Pengaliran Berdasarkan Penutupan Lahan

Faktor konservasi praktis (P)

Perhitungan volume limpasan permukaan (Vq)

Limpasan permukaan adalah bagian curah hujan yang mengalir melalui daratan ke sungai, danau, dan lautan. Nilai limpasan permukaan yang penting untuk keperluan penilaian DAS adalah keadaan volume limpasan permukaan yang terjadi sebelum dan selama suatu kegiatan. Metode SCS mencoba menghubungkan karakteristik daerah tangkapan air seperti tanah, vegetasi dan penggunaan lahan dengan kurva limpasan untuk jumlah curah hujan tertentu (Triatmodjo, 2008).

Vq = volume aliran pada suatu kejadian (m3 Pe = nilai volume limpasan tahunan (mm) A = Luas daerah aliran sungai (mm). Besarnya selisih curah hujan dan limpasan (S) berhubungan dengan Angka Kurva (CN) dimana persamaannya adalah CN adalah Angka Kurva yang merupakan fungsi dari karakteristik daerah aliran sungai seperti jenis tanah, tanaman penutup tanah, penggunaan lahan, kelembaban dan cara pengolahan lahan (Triatmodjo, 2008).

Jika nilai 100 menunjukkan bahwa seluruh curah hujan diubah menjadi limpasan langsung maka tidak terjadi abstraksi, sedangkan untuk CN bernilai nol maka tidak dihasilkan limpasan langsung. Keluaran C : terdiri dari tanah dengan potensi aliran cukup tinggi, laju infiltrasi lambat jika tanah benar-benar basah. Terutama tanah liat yang mempunyai daya kembang tinggi, muka airtanah permanen tinggi, tanah dengan lapisan lempung di dekat permukaan tanah yang dilapisi bahan kedap air.

Loamy sand Sandy loam Loam Silty loam Sandy clay loam Silty clay loam Clay loam Sandy clay Silty clay Clay.

Tabel 5. Nilai CN  Untuk Beberapa Tataguna Lahan
Tabel 5. Nilai CN Untuk Beberapa Tataguna Lahan

Metode Musle (Modified Universal Soil Loss Equation)

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian Dan Sumber Data
  • Variabel Penelitian
  • Metode Pengumpulan Data
  • Metode Analisa Data Dengan Metode MUSLE
  • Prosedur Penelitian
  • Bagan Alur Penlitian

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu mempunyai prosedur penelitian, mempunyai langkah-langkah dan aturan-aturan dalam melakukan penelitian agar kita tidak menyimpang dari tahapan-tahapan dan rencana serta tata cara penelitian yang dilakukan sehingga dapat memudahkan kita dalam penyelesaiannya. untuk melakukan penelitian dengan baik dan teratur serta memperoleh hasil penelitian yang baik, semoga sesuai dengan jalannya penelitian yang akan dilakukan di DAS Lekopancing Kabupaten Maros. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perbedaan erodibilitas tanah adalah suhu tanah, tekstur tanah, dan kelembaban tanah (Suripin, 2001). Jenis tanah dan erodibilitasnya dapat dilihat pada tabel jenis tanah dan faktor erodibilitas tanah (K) untuk mengetahui sebaran jenis tanah pada cekungan Lekopanc dapat dilihat pada Gambar 7. Menurut bentuk topografinya, cekungan Lekopanc mempunyai beberapa kelompok kelas lereng memanjang dan lereng. analisis peta bentang alam Indonesia.

Faktor lain yang diperlukan untuk menghitung laju erosi dengan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) adalah faktor tutupan tanah oleh tanaman. Untuk mengetahui nilai tindakan konservasi (P) dapat diperoleh dari tabel 4 berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, Sub DAS Lekopancing tidak terdapat tindakan konservasi. Faktor lain yang juga diperlukan untuk menghitung hasil laju erosi dengan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) adalah faktor debit puncak (Qp).

Untuk menentukan kelas tanah terlebih dahulu harus diketahui ciri-ciri jenis tanah berikut ini, ciri-ciri jenis tanah yang terdapat pada Sub DAS Lekopancga yaitu. Hasil analisis laju erosi dengan metode Modified Universal Soil Loss Equation sesuai dengan parameter karakteristik DAS Lekopanc Dari hasil perhitungan pada Tabel 16 terlihat nilai laju erosi sebesar 49.335,77 ton/tahun, sedangkan laju erosi rata-rata 11 tahun per 1 ha yaitu 2,05 ton/ha/tahun. Berdasarkan pembahasan analisis laju erosi dengan metode Modified Universal Soil Loss Equatin terlihat bahwa besar kecilnya laju erosi dari tahun ke tahun di DAS Lekopance sebesar 49.335,77 ton/tahun, sedangkan dari tahun ke tahun hasil Rata-rata laju erosi selama 11 tahun per 1 ha adalah 2,05 ton/ha/tahun.

Perubahan hasil laju erosi setiap tahunnya dipengaruhi oleh volume limpasan (Vq) dan faktor debit puncak (Qp) yang disebabkan oleh perbedaan nilai curah hujan maksimum tahunan setiap tahunnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Erodibilitas Tanah (K)

Dalam perhitungan dengan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE), perhitungannya memerlukan nilai erodibilitas tanah (K). Faktor lain yang diperlukan untuk menghitung erosi dengan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) adalah panjang lereng dan faktor kemiringan (LS).

Panjang Dan Kemiringan Lereng (Ls)

Faktor Penutupan Tanah Oleh Tanaman (C)

Diketahui luas panjang dan kemiringan lereng 25-45% merupakan yang paling besar dibandingkan persentase panjang dan kemiringan lereng lainnya. Peta Penggunaan Lahan Tahun 2018 digunakan untuk menunjukkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan peningkatan koefisien drainase dan tingginya intensitas curah hujan sehingga mengakibatkan limpasan limpasan permukaan.

Gambar 7 Peta Jenis Tanah Sub DAS Lekopancing  (RTRW,Kab.Maros,Tahun 2012-2034)
Gambar 7 Peta Jenis Tanah Sub DAS Lekopancing (RTRW,Kab.Maros,Tahun 2012-2034)

Faktor Tindakan Konservasi (P)

Menentukan nilai debit puncak dengan metode Rasional

Perhitungan lebih lanjut untuk curah hujan harian maksimum pada tanggal, bulan dan tahun kejadian yang sama dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan intensitas hujan dan waktu konsentrasi menggunakan data curah hujan maksimum pada Tabel 10. Analisis debit puncak dihitung menggunakan Rasional - metode berdasarkan nilai koefisien debit, intensitas curah hujan dan luas daerah tangkapan air yang diperoleh sebelumnya.

Tabel 10. Curah Hujan Maksimum Harian Tahunan 3 Stasiun (2008-2018)
Tabel 10. Curah Hujan Maksimum Harian Tahunan 3 Stasiun (2008-2018)

Perhitungan Volume Limpasan (Vq)

Setelah diperoleh angka CN, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai selisih curah hujan dan limpasan (S). Nilai kedalaman hujan efektif (Pe) tahun lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama, hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 14. Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa nilai kedalaman hujan efektif (Pe) mempunyai pengaruh hubungan berbanding lurus dengan volume aliran (Vq).

Nilai kedalaman curah hujan efektif (Pe) dipengaruhi oleh nilai Curve Number (CN) dan curah hujan maksimum tahunan.

Tabel 13 Perhitungan Curve Number (CN)  Tahun 2018  No  Jenis tanah dan penggunaan
Tabel 13 Perhitungan Curve Number (CN) Tahun 2018 No Jenis tanah dan penggunaan

Prediksi Hasil Laju Erosi

Pembahasan

Untuk penelitian selanjutnya disesuaikan dengan metode lain dan untuk data penggunaan lahan sebaiknya menggunakan data tahun 2008-2018 karena data yang digunakan hanya data tahun 2018. Asdak, Chay, 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Edisi ke-5, Universitas Gadjah Mada Pers, Yogyakarta. Kajian model penduga erosi tanah dengan pendekatan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE), studi kasus Hulu Kanal Duri (Disertasi Doktor, Universitas Riau).

KESIMPULAN DAN SARAN

SARAN

Gambar

Gambar  1.  Skema  sebuah  Daerah  Aliran  Sungai  (DAS)  (sumber,  suripin,  2004:77)
Gambar 2. Siklus Hidrologi (Sumber : Triatmodjo, 2010)
Gambar 3. Pembagian Daerah Dengan Metode Poligon Thiessen   (Sumber : Sosrodarsono, 2006)
Gambar 4 : Gambar Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu  (Sumber : Triatmodjo 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, memuat pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

River Basin atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Daerah Aliran Sungai ( DAS) adalah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas topografi secara alami sedemikian

Pedoman Penyusunan Pola-RLKT (1994) : DAS adalah suatu daerah tetentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai

6) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi

Aliran-aliran sungai besar di wilayah ini bersama dengan anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat digolongkan atas 6 Sub DAS yakni Sub

Daerah Aliran Sungai (menurut Undang-undang NO. 7 Tahun 2004 tentang SDA DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Daerah Aliran Sungai (catchment area, watershed) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

Daerah Aliran Sungai DAS Daerah aliran sungai DAS ialah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai-sungai yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan