UNSUR-UNSUR SEDIMENTASI URIN
Mata Kuliah : Urinalisa dan Cairan Tubuh
Dosen Pengampu : Yayuk Kustiningsih S.KM., M.Kes
Oleh : Luisia Maria Putri
P07134122024
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2023
1 DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR GAMBAR ... 2
BAB I PENDAHULUAN ... 3
A. Latar Belakang ... 3
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Masalah ... 3
BAB II PEMBAHASAN ... 4
A. Pemeriksaan Sedimen Urin ... 4
B. Unsur-Unsur Organik dan Anorganik Dalam Urin ... 6
DAFTAR PUSTAKA ... 18
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Nilai Normal dan Interpretasi Sedimen Urin ... 5
Gambar 2. 2 Eritrosit ... 6
Gambar 2. 3 Eritrosit Dismorfik ... 6
Gambar 2. 4 Sel Darah Merah dan Bakteri ... 7
Gambar 2. 5 Leukosit ... 7
Gambar 2. 6 Sel Skuamosa ... 8
Gambar 2. 7 Sel Epitel Tubulus ... 8
Gambar 2. 8 Sel Transisi ... 9
Gambar 2. 9 Silinder Hialin ... 9
Gambar 2. 10 Silinder Leukosit ... 9
Gambar 2. 11 Silinder Eritrosit ... 10
Gambar 2. 12 Silinder Lilin ... 10
Gambar 2. 13 Silinder Granuler ... 11
Gambar 2. 14 Trichomonas vaginalis ... 11
Gambar 2. 15 Ragi ... 11
Gambar 2. 16 Kristal Asam Urat... 12
Gambar 2. 17 Kristal Bilirubin... 12
Gambar 2. 18 Kristal Sistin ... 13
Gambar 2. 19 Kristal Tirosin ... 13
Gambar 2. 20 Kristal Leusin ... 14
Gambar 2. 21 Kristal Kolesterol ... 14
Gambar 2. 22 Kalsium Oksalat ... 15
Gambar 2. 23 Kristal Triple Fosfat ... 15
Gambar 2. 24 Kristal Amonium Biurat ... 15
Gambar 2. 25 Kristal Sulfonamida dan Kristal Sulfodiazin ... 16
Gambar 2. 26 Kristal Kalsium Fosfat ... 16
Gambar 2. 27 Ammonium Urat ... 17
Gambar 2. 28 Kalsium Karbonat ... 17
3 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin untuk tujuan skrining, diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Pemeriksaan mikroskopik atau pemeriksaan sedimen urine termasuk pemeriksaan rutin yang ditunjukan untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Urine yang dipakai untuk pemeriksaan sedimen sebaiknya adalah urine segar. Apabila spesimen urine harus dilakukan penundaan, maka sebaiknya dikumpulkan dengan pengawet Formalin. Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut dalam urine yang berasal dari darah, ginjal dan saluran kemih. Unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu organik dan anorganik.
Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit. Unsur anorganik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan pengamataan sediaan mikroskopis menggunakan lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan pandang kecil (LPK). Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Tujuan, Metode, Prinsip dan Cara Kerja Pemeriksaan Sedimen Urin ? 2. Apa Saja Unsur-unsur Organik dan Anorganik Urin ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Apa Saja Tujuan, Metode, Prinsip Serta Langkah Kerja Pemeriksaan Sedimen Urin
2. Mahasiswa Mampu Mengenal dan Dapat Mengidentifikasi Macam- Macam Sedimen Urin Baik Unsur Organik maupun Anorganik
4 BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Sedimen Urin 1. Tujuan
Menemukan adanya unsur - unsur organik dan anorganik dalam urine secara mikroskopis
2. Metode
Pemeriksaan secara mikroskopik 3. Prinsip
Pemeriksaan urine mengandung elemen - elemen sisa hasil metabolisme di dalam tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama-sama urine tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu.
Elemen-elemen tersebut dapat dipisahkan dari urine dengan cara dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan endapan dilihat dibawah mikroskop.
4. Alat dan bahan
• Tabung reaksi
• Object glass
• Cover glass
• Mikroskop
• Centrifuge (+ tabung centrifuge)
• Sampel urine 5. Cara Kerja
a. Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung centrifuge sebanyak 10 ml.
b. Centrifuge dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit.
c. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml.
d. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan cover glass.
5
e. Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan
perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk
mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal.
f. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi
menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma.
Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
6. Nilai normal dan Interpretasi
Gambar 2. 1 Nilai Normal dan Interpretasi Sedimen Urin
6
B. Unsur-Unsur Organik dan Anorganik Dalam Urin 1. Eritrosit
Dalam urine normal eritrosit dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali.
2. Eritrosit Dismorfik
Tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel.
Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang abnormal.
Gambar 2. 2 Eritrosit
Gambar 2. 3 Eritrosit Dismorfik
7 3. Sel Darah Merah dan Bakteri
Dalam sedimen urin. Tampak sebaran sel darah merah dan bentuk bacillary. Dua leukosit juga tampak di tengah lapangan pandang.
(mikroskop cahaya, ×160).
4. Leukosit
Berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Leukosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok. Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.
Gambar 2. 4 Sel Darah Merah dan Bakteri
Gambar 2. 5 Leukosit
8 5. Sel Skuamosa
Sel epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.
6. Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil.Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal.
Gambar 2. 6 Sel Skuamosa
Gambar 2. 7 Sel Epitel Tubulus
9 7. Sel Transisi
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau uretra.. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan Perhatikan bentuk bola dan inti di pusat sel ini.
8. Silinder Hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya paralel, dan ujung-ujungnya membulat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL.
9. Silinder Leukosit
Gambar 2. 8 Sel Transisi
Gambar 2. 9 Silinder Hialin
Gambar 2. 10 Silinder Leukosit
10
Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal.
10. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus.
11. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy).
Gambar 2. 11 Silinder Eritrosit
Gambar 2. 12 Silinder Lilin
11 12. Silinder Granuler
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.
Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.
13. Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
14. Ragi
Gambar 2. 13 Silinder Granuler
Gambar 2. 14 Trichomonas vaginalis
Gambar 2. 15 Ragi
12
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati.
Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas.
Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
15. Kristal Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Penemuan kristal asam urat dalam urin lebih merupakan zat sampah metabolisme.
16. Kristal Bilirubin
Kristal Bilirubin adalah kristal abnormal pada urin. Penampilannya jarum coklat kuning yang saling melekat. Munculnya kristal bilirubin ditemukan pada gangguan organ hati.
Gambar 2. 16 Kristal Asam Urat
Gambar 2. 17 Kristal Bilirubin
13 17. Cystine Crystals (Kristal Sistin)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetik atau penyakit hati yang parah. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat.
18. Tyrosine Crystals (Kristal Tirosin)
Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal).
Gambar 2. 18 Kristal Sistin
Gambar 2. 19 Kristal Tirosin
14 19. Leucine Crystals (Kristal Leusin)
Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis.
20. Cholesterol Crystals (Kristal Kolesterol)
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki riwayat klinis seperti oval fat bodies.
Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.
Gambar 2. 20 Kristal Leusin
Gambar 2. 21 Kristal Kolesterol
15 21. Kristal Kalsium Oksalat
Kristal Kalsium Oksalat bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan berbentuk amplop atau halter. Kristal kalsium oksalat, bentuk monohidrat.
Catatan: penampilan oval ketika berbaring datar, bentuk halter ketika miring.
22. Kristal Triple Fosfat
Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer.
23. Kristal Amonium Biurat
Gambar 2. 22 Kalsium Oksalat
Gambar 2. 23 Kristal Triple Fosfat
Gambar 2. 24 Kristal Amonium Biurat
16
Dalam urin. Berbentuk "kepiting", spiculated kristal merupakan ciri khas dan berkaitan dengan urin alkali. (mikroskop cahaya, ×400). Amonium urat (atau biurat) berwarna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
24. Kristal Sulfonamida dan Kristal Sulfodiazin
Penampilan: jarum datar, berkas jarum kecil atau sebagai spheroids.
Seringkali berwarna coklat. Kehadiran kristal sulfanomid biasanya menunjukkan pemberian obat dan belum tentu merupakan kondisi patologis. Namun, keberadaan mereka juga terkait dengan pembentukan batu ginjal.
25. Calcium Phosphate Crystals (Kristal Kalsium Fosfat)
Tidak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk roset (susunan daun yang melingkar dan rapat berimpitan).
Gambar 2. 25 Kristal Sulfonamida dan Kristal Sulfodiazin
Gambar 2. 26 Kristal Kalsium Fosfat
17 26. Ammonium Urat
Ammonium Urat merupakan kristal dalam urin alkali. warna kuning- coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
27. Calcium Carbonate Crystals (Kristal Kalsium Karbonat)
Kristal kalsium karbonat tidak berwarna, bentuk bulat kecil, berbentuk sphelules-halter yang ditemukan dalam urine basa. Karena ukurannya yang kecil, kristal ini sering dikatakan bakteri. Kristal ini larut dalam asam asetat.
Gambar 2. 27 Ammonium Urat
Gambar 2. 28 Kalsium Karbonat
18
DAFTAR PUSTAKA
Francisco, A. R. L. (2013). perbedaan hasil pemeriksaan eritrosit pada sedimen urine secara kuantitatif menggunakan metode Shih-Yung dan flowcytometry.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Shanti D, Dewi R, & Santa. (2016). Penuntun Praktikum Kimia klinik Urinalisis dan cairan tubuh. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2(55), 1–6.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/063210596568b957 e068644c46324bae.pdf