Profil Komunikasi Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Bukit Sundi Ditinjau dari Segi Budaya Tahu jo Kato Nan Ampek
By:
Irfa Yurinda *
*Student
Program Studi Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
This research is motivated by diversity of students’ communication based on cultural value of tahu jo kato nan ampek. The purpose of this study describes: (1) communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato mandaki, (2) communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato mandata, (3) communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato manurun. Study results reveal that in general communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato nan ampek fall into fair criteria. Results based on following indicators: (1) communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato mandaki is in good category, (2) communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato mandata in good category, (3) communication profile of students based on cultural value of tahu jo kato manurun in good category. Based on study finding, it is recommended to students to be able to improve and maintain communication in their social interaction.
Keyword: students, kato nan ampek, communication
Pendahuluan
Pendidikan adalah segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.
Dalam arti sempit, pendidikan identik dengan persekolahan dimana pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terencana secara formal.
Menurut Hutagalung (Harapan, 2014:63) komunikasi adalah unsur utama dalam segala kegiatan manusia. Komunikasi juga merupakan bagian yang sedemikian erat terkandung dalam setiap aspek kehidupan manusia, tidak ubahnya dengan nafas dan aliran darah manusia itu sendiri. Sepanjang rentang waktu dalam kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas dari aktifitas komunikasi.
Menurut Sarwono (2014:1) komunikasi didefenisikan sebagai “the imparting or interchange of thoughts, opinions, or information by speech, writing, or signs”. Komunikasi menurut Wikipedia,
adalah proses saling bertukar pikiran, opini, atau informasi secara lisan, tulisan, ataupun isyarat. Proses komunikasi tersebut bisa berupa satu arah maupun dua arah.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Ki Hajar Dewantara (Wahyu, 2012:96) mendefinisikan kebudayaan sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup, yakni perjuangannya terhadap kedua kekuatan yang kuat dan abadi, yaitu alam dan zaman.
Kebudayaan pernah mempunyai bentuk abadi,
1
tetapi terus menerus berganti dengan bergantinya alam dan zaman.
Komunikasi memainkan peranan penting dalam pemahaman kita terhadap budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku sehari-hari. Menurut Ernst Cassier (Sarwono, 2014:59) manusia adalah hewan symbolicum, yaitu makhluk yang memahami simbol- simbol. Pemahaman akan simbol-simbol dan penggunaan simbol-simbol dalam kehidupan manusia, membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Pada komunikasi antar budaya, pihak yang berinteraksi secara implisit memiliki aturan dasar yang sama. Saat orang berkomunikasi dengan aturan yang sama maka mereka dapat lebih fokus pada isi pesan yang disampaikan. Ia dapat mengungkap dan menginterprestasikan pesan menggunakan kode atau aturan yang sama. Sementara itu, kondisi sebaliknya terjadi di dalam komunikasi antar budaya. Pihak yang berkomunikasi rentan mengalami kesulitan untuk fokus terhadap isi pesan yang disampaikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Profil komunikasi peserta didik dilihat dari segi budaya kato mandaki.
2. Profil komunikasi peserta didik dilihat dari segi budaya kato manurun.
3. Profil komunikasi peserta didik dilihat dari segi budaya kato mandata.
Berdasarkan observasi lapangan pada saat melakukan PPLBK Kependidikan dan PPLBK Sekolah sejak tanggal 11 Agustus sampai 20 Desember 2014 di SMA N 1 Bukit Sundi terlihat bahwa adanya peserta didik yang belum baik dalam berkomunikasi. Hal ini terlihat dari cara bicara peserta didik dengan teman sebaya dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Serta juga terlihat beberapa peserta didik kalau berbicara kasar kepada temannya di sekolah, ada juga peserta didik yang mencemoohkan teman saat bicara di depan kelas. Adanya peserta didik yang tidak berani menyampaikan pendapat di depan kelas karena takut nantinya ditertawakan oleh teman yang lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dengan mendiskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi apa adanya (Yusuf, 2005: 83)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang akan menghasilkan data mengenai gejala, fenomena, atau fakta yang diteliti dengan menggunakan data deskriptif dengan kata-kata dan tindakan dari perilaku yang telah diamati.
Penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan hal-hal yang saat ini berlaku.
Penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendekripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti. Penelitian ini akan mengungkapkan gambaran mengenai profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato nan ampek.
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan 13 November 2015. Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Bukit Sundi Kabupaten Solok. Alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena masalah yang akan diteliti ditemukan di SMAN 1 Bukit Sundi.
Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu kelas XI di SMAN 1 Bukit Sundi. Populasi dari penelitian ini sebanyak 150 peserta didik dan sampel penelitian yaitu sebanyak 60 peserta didik. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.
Jenis data yang digunakan ialah jenis data interval. Menurut Riduwan (2010:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain, dan mempunyai bobot yang sama. Jadi data yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “ peserta didik di SMAN 1 Bukit Sundi melalui penelitian
”.
Sumber data yang dalam penelitian ini adalah dari mana data diperoleh atau didapatkan sejalan dengan pendapat Arikunto (2010: 172) sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun data yangdikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari peserta didik yang menjadi sampel dan kaitannya dengan profil komunikasi peserta didik di SMAN 1 Bukit Sundi ditinjau dari segi budaya tahu jo kato nana ampek.
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.
b) Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan penelitian yang telah dijawab responden.
c) Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan data ke tabel pengolahan.
d) Mencari presentase untuk setiap data atau total skor pernyataan sabyek penelitian dengan rumus presentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2007:224) sebagai berikut:
100 N P F
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi n = Jumlah sampel 100 = Bilangan tetap
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara umum hasil penelitian mengenai profil komunikasi peserta didik di SMAN 1 Bukit Sundi ditinjau dari segi budaya tahu jo kato nan ampek, dimana hasil penelitian secara indikator sebagai berikut:
1. Profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandaki.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandaki berada pada kategori baik dengan persentase 60,00,%. Dengan demikian profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandaki termasuk pada kategori baik. Menunjukkan bahwa profil komunikasi peserta didik
ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandaki berada pada kategori baik terungkap bahwa terdapat 2 peserta didik berada pada kategori sangat kurang baik, 1 peserta didik berada pada kategori kurang baik, 21 peserta didik berada pada kategori cukup baik, 36 peserta didik berada pada kategori baik, dan tidak ada terdapat peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik.
Bagi peserta didik pada kato mandaki yang berada pada kategori baik dan harus bisa mempertahankannya dan bagi peserta didik pada kato mandaki yang berada pada kategori cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik harus bisa ditingkatkan agar bisa berkata baik kepada orang yang lebih besar atau tang lebih dituakan dan bisa menghargai orang yang lebih tua.
2. Profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandata.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandata berada pada kategori baik dengan persentase 60,00%. Dengan demikian profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandata termasuk pada kategori baik. Menunjukkan bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandata termasuk pada kategori baik terungkap bahwa 21 peserta didik berada pada kategori cukup baik, 36 peserta didik berada pada kategori baik, 3 peserta didik berada pada kategori sangat baik, dan tidak ada peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandata berada pada kategori baik, dan diharapkan kepada peserta didik agar selalu menjaga tali silaturahmi dengan teman sebaya serta saling menghargai antar sesama.
3. Profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato manurun.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato manurun berada pada kategori cukup baik dengan persentase 63,33%. Dengan demikian remaja awal memiliki posisi hidup saya tidak oke-kamu oke termasuk pada kategori cukup tinggi. Menunjukkan bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato manurun termasuk pada kategori cukup baik terungkap bahwa dari 3 peserta didik berada pada kategori kurang baik, 38 peserta didik berada pada kategori cukup baik, 19 peserta didik berada pada kategori baik, dan tidak ada peserta didik yang berada pada kategori dangat baik dan sangat kurang baik.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato manurun berada pada kategori cukup baik berarti dapat dikatakan peserta didik sudah mulai baik dalam berkata atau berbicara kepada yang lebih kecil.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat di ambil kesimpulan mengenai profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato nan ampek secara umum terdapat 34 peserta didik berada pada kriteria cukup baik, selanjutnya dapat dilihat dari berbagai indikator :
1. Profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandaki berada pada kriteria baik.
2. Profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato mandata berada pada kriteria baik.
3. Profil komunikasi peserta didik ditinjau dari segi budaya tahu jo kato manurun berada pada kriteria cukup baik.
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran untuk:
1. Peserta Didik
Bagi peserta didik agar dapat menjalin komunikasi dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah, serta peserta didik bisa berkomunikasi dan berbicara dengan lawan bicara lebih baik lagi dan tidak menyinggung perasaan lawan bicara dan diharapkan peserta didik bisa berbicara dengan sopan santun.
2. Guru BK
Untuk lebih memperhatikan cara berkomunikasi peserta didik di lingkungan sekolah serta memberikan layanan informasi tentang cara berkomunikasi yang baik kepada peserta didik.
3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling
Sebagai pertimbangan pengembangan ilmu BK di sekolah dan untuk menerapkan didalam perkuliahan.
4. Peneliti lebih lanjut
Sebagai pedoman bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya SDM yang berkualitas serta menambah ilmu pengetahuan terhadap masyarakat dan mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat.
Kepustakaan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Harapan, Edi. 2014. Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Marajo, Kando. 2006. Sirih Pinang Adat Minangkabau. Padang: Sentra Budaya.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito W. 2014. Psikologi Lintas Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahyu, Ramdani. 2012. Ilmu Budaya Dasar.
Bandung: Pustaka Setia.
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian.
Padang: UNP Press