KOMPONEN-KOMPONEN EMPATI MASYARAKAT DILIHAT DARI TINGKAT SOSIAL EKONOMI TINGGI DI JORONG SUNGAI ARO
KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN
By:
Pera Sasnawita Weni Yulastri, M.Pd Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd. Kons
Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
This research is motivated by the lack of empathy of high socioeconomic community in social activities in the community. The purpose of this study was to describe: (1) the cognitive component of high socioeconomic community. (2) the affective component of high socioeconomic community. (3) The communicative component of high socioeconomic community. This research type is descriptive research qualitatively with key informants in this study were as many as two people of high socioeconomic community and additional informant as much as 3 people. Sampling using purposive sampling. Data collection was conducted by interview. The results of the study revealed that in general the components of empathy society is seen from a high socioeconomic level is said to be less good, based on the sub variables: (1) a cognitive component, the component is said to be less good. (2) the affective component, this component of high socioeconomic community is said to be less good. (3) The communicative component, for this component is said to be less good.
Keywords:Components Community Empathy
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial, manusia sebagai individu tidak mampu hidup sendiri.Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lain. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok- kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini , manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya (Herimanto, 2012: 43).
Pada dasarnya manusia akan hidup di tengah-tengah manusia lain. Manusia hidup dalam lingkungan sosial mereka. Kehidupan dalam lingkungan sosial manusia ditandai dengan adanya beragam aktivitas, aneka
ragam interaksi, berbagai pranata yang dibentuk, serta berada dalam suatu lingkungan alam dan buatan sebagai tempat kehidupan.
Hidup dalam lingkungan masyarakat kita harus saling tolong menolong dan peduli dengan lingkungan dimana tempat kelangsungan hidup kita karena dalam lingkungan kita harus beriteraksi dan empati dengan orang lain (Herimanto, 2008: 188).
Allport 1965 (Taufik, 2012: 40) mengemukakan empati sebagai perubahan imajinasi seseorang kedalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Menurut Kohut 1997 (Taufik, 2012: 40) melihat empati sebagai suatu proses di mana seseorang berfikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang lain itu.
Selanjutnya Kohut (Taufik, 2012: 40) melakukan penguatan atas definisinya itu dengan mengatakan bahwa empati adalah kemampuan berfikir objektif atas definisinya
itu dengan mengatakan bahwa empati adalah kemampuan berfikir objektif tentang kehidupan terdalam dari orang lain. Empati sangat penting untuk hubungan yang sehat dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dalam empati terdapat tiga komponen, 1) komponen kognitif, merupakan pemahaman terhadap perasaan orang lain. Seseorang yang empatimemiliki keahlian-keahlian dalam persoalan komunikasi, perspektif, dan kepekaan dalam pemahaman emosinal orang lain, 2) komponen afektif, merupakan kemampuan menselaraskan pengalaman emosional pada orang lain. Aspek empati terdiri atas simpati, sensitivitas, dan sharing penderitaan yang dialami oleh orang lain seperti perasaan dekat terhadap kesulitan- kesulitan orang lain yang diimajinasikan seakan-akan dialami oleh diri sendiri, 3) komponen komunikasi, merupakan ekspresi dari pikiran-pikiran empati dan perasaan- perasaan terhadap orang lain yang dapat diekspresikan melalui kata-kata dan perbuatan.
Namun demikian, dalam hidup bermasyarakat, individu bisa menghasilkan fungsi-fungsi negatif. Misalnya, unsur pemenuhan kepentingan diri menjadi orang perorang memiliki sifat individualistik dan egois. Orang tidak lagi mau membantu, bersimpati, atau berempati terhadap orang lain karena yang dipentingkan kebutuhan diri.
Masyarakat yang memiliki sifat negatif diatas sama halnya dengan masyarakat Jorong Sungai Aro Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan hasil observasi yang di lakukan, banyak masyarakat Jorong Sungai Aro yang kurang berempati terhadap lingkungannya, apalagi masyarakat yang status sosial ekonomi tinggi atau orang kaya mereka kurang empati atau acuh tak acuh terhadap kegiatan sosial yang ada di lingkungannya misalnya di lingkungan masyarakat ada kegiatan gotong royong, acara resepsi pernikahan, acara ibu PKK, kematian, orang yang status sosial ekonomi tinggi acuh tak acuh , tidak peduli dan tidak ikut serta dalam hal tersebut.
Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat Jorong Sungai Aro dari beberapa masyarakat mengatakan bahwa banyak individu yang status sosial ekonomi tinggi kurang empati dan tidak peduli
terhadap kegiatan sosial yang ada dalam lingkungannya, salah satunya dari masyarakat tersebut adalah ATW, bahwa ATW kurang empati dan tidak peduli terhadap kegiatan sosial yang ada di lingkungannya, jiwa sosialnya kurang, tidak mau bergaul atau berinteraksi dengan lingkungan masyarakat tempat tinggalnya.
Misalnya kalau ada kegiatan gotong royong, resepsi pernikahan, ATW tersebut tidak ada ikut serta atau membantu dan ATW acuh tak acuh terhadap kegiatan sosial tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adanya masyarakat yang status sosial ekonomi tinggi kurang empati dan tidak peduli terhadap kegiatan gotong royong dalam lingkungannya.
2. Adanya beberapa masyarakat yang sosial ekonomi tinggi kurang empati dan tidak peduli terhadap kegiatan PKK di lingkungannya.
3. Adanya beberapa masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang empati dan tidak peduli terhadap acara resepsi pernikahan dalam lingkungannya.
4. Adanya beberapa masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang empati dan tidak peduli terhadap kemalangan atau kematian di lingkungannya.
5. Adanya beberapa masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak mau berinteraksi dengan lingkunganya.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Komponen-komponen empati masyara- kat dilihat dari komponen kognitif.
2. Komponen-komponen empati masyara- kat dilihat dari komponen afektif.
3. Komponen-komponen empati masyara- kat dilihat dari komponen komunikatif.
Berdasarkan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Komponen-komponen Empati Masyarakat dilihat dari Tingkat Sosial Ekonomi Tinggi di Jorong Sungai Aro Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Komponen-komponen empati masya- rakat dilihat dari komponen kognitif.
2. Komponen-komponen empati masyara- kat dilihat dari komponen afektif.
3. Komponen-komponen empati masyara- kat dilihat dari komponen komunikatif.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Moleong (2010: 6). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek-subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.
Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Yusuf (2007: 87) juga mengatakan, penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail.
Tempat atau lokasi untuk melakukan penelitian adalah di masyarakat Jorong Sungai Aro Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena dimana tempat tinggal peneliti. Selain itu, masalah yang akan diteliti ditemukan di tempat tinggal peneliti di Jorong Sungai Aro Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di Jorong Sungai Aro Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.Waktu penelitian pada tanggal 23-31 Mei 2016.
Informan adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya, orang lain, suatu kejadian, suatu hal kepada peniliti. Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian (Afrizal, 2014: 139).Menurut Bungin (2011: 76) informan adalah subjek yang memahami informan objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.Informan yang digunakan adalah orang-orang yang dipilih untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi sesuai dengan kepentingan permasalahan penelitian dan tujuan
penelitian. Maka dari itu, peneliti telah menentukan dahulu informan kunci dan informan tambahan agar proses penelitian dilapangan nantinya lebih mudah dilaksanakan. Adapun informan kunci yang dipilih adalah masyarakat sosial ekonomi tinggi di Jorong Sungai Aro.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan studi dokumentasi. Menurut Mahmud (2011: 173).Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat
atau merekam jawaban
responden.Kemudian Yusuf (2007: 278) juga menambahkan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (interview) dengan responden atau orang yang diwawancarai ( interview) melalui komunikasi langsung.
Menjamin keabsahan data dan kepercayaan dan penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011: 366), yaitu:
1. Kepercayaan ( Credibility)
a. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan melakukan wawancara, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Peneliti melakukan penelitian tidak hanya sehari tetapi berlanjut untuk hari berikutnya dengan melakukan wawancara dengan sumber data yang baru atau lama.
b.Melakukan trianggulasi, terbagi atas:
1) Trianggulasi sumber data, yaitu untuk menguji data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Melalui penelitian ini peneliti mengecek data yang diperoleh melalui tetangga.
2) Trianggulasi metode atau teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3) Menggunakan bahan referensi, yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan berbagai sumber buku yang terkait dengan teori yang di temukan di lapangan.
2. Keteralihan ( transferability)
Nilai transfer bergantung pada pemakaian, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi lain.
Supaya orang lain memahami hasil penelitian kualitatif atau penerapkannya maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang jelas sistematis dan percaya. Hal ini dilakukan untuk memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
3. Dapat dipercaya ( dependability) Depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Melalui penelitian ini, tim pembimbing bertindak sebagai auditor dan peneliti menyediakan data seperti: foto, dokumen, dan analisis data. Apabila proses penelitian tidak dilakukan tapi datanya ada, maka peneliti tersebut tidak dependability.
Teknik analisis data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisi, Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 337-345) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu:
1. Reduksi Data ( Data Reduction).
Reduksi data merupaka, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya dan yang tidak perlu dari data yang diperoleh di lapangan. Pada tahap ini peneliti memilih data mana yang relavan dengan tujuan dan fokus penelitian selanjutnya dikelompokan.
2. Penyajian Data ( Display Data) Penyajian data dapat di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari
reduksi data dan penyajian data, sehingga data dapat di simpulakan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian, dan tahap terakhir dari data sudah ada kesimpulan.
Penarikan kesimpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari informan yang telah diolah dan dianalisis, yang akan menunjukkan hasil tentang rumusan masalah, sehingga dengan penarikan kesimpulan ini orang mengetahui bagaimana hasil dari penelitian yang telah dilakukan
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komponen Kognitif
a. Keahlian dalam berkomunikasi Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara di masyarakat dapat diketahui bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi dalam berkomunikasi yang mana masyarakat sosial ekonomi tinggi hanya berkomunikasi dan berinteraksi dengan tetangga atau sekeliling rumahnya saja.
Menurut Schieman & Gundy (Taufik, 2012: 44) keahlian dalam komunikasi adalah keahlian dalam menyalurkan ide dalam memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai lawan jenis orang di masyarakat, contohnya keahlian dalam bernegosiasi, memotivasi, menyakinkan orang dan sebagainya.
Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi sangat diperlukan karena kita akan berinteraksi dengan orang lain.
b. Keahlian dalam perspektif
Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara di masyarakat dapat diketahui bahwa beberapa masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak perna ikut dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat, dan dia acuh tak acuh terhadap kegiatan yang ada di masyarakatdan begitu juga terhadap perderitaan orang lain, bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak peduli dengan kesusahan orang lain dan mereka acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain.
Menurut Schieman & Gundy (Taufik, 2012: 44) keahlian perspektif adalah cara pandang seseorang berperilaku terhadap fenomena kejadian atau masalah di sekitarnya dan memahami keadaan orang lain dan cara berbicara dan raut wajah dan cara pandang dalam berpendapat.
Perspektif dapat dijadikan penambah wawasan atau pengetahuan seseorang agar dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dengan pandangan yang luas.
c. Kepekaan dalam memahami emosional orang lain.
Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara dengan masyarakat dapat diketahui bahwa beberapa masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang peduli dan acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain, dan begitu juga dengan kegiatan sosial yang ada di masyarakat, bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak pernah ikut serta dan acuh tak acuh terhadap kegiatan sosial yang ada di lingkungan masyarakat.
Menurut Schieman & Gundy (Taufik, 2012: 44) kepekaan dalam memahami emosional orang lain yaitu mampu mengidentifikasi perasaan- perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang di tampakkan misalnya nada berbicara, gerak-gerik, dan ekspresi wajah.Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non verbal karena pesan non verbal memberi peluang kita memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam diri seseorang.
2. Komponen Afektif a.Simpati
Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara dengan masyarakat dapat diketahui bahwa beberapa masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang simpati terhadap kegiatan sosial yang ada di masyarakat, dan begitu juga dengan penderitan orang lain bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi acuh tak acuh terhadap kesusahan dan penderitaan yang sedang dialami oleh orang lain.
Menurut Colley 1998 (Taufik, 2012: 51) simpati adalah suatu proses kejiwaan dimana seseorang individu merasa tertarik pada seseorang atau sekelompok orang karena sikap penampilan, wibawa atau perbuatannya yang demikian rupa.
Pada dasarnya dorongan manusia untuk melakukan interaksi dengan orang lain salah satunya karena orang merasa tertarik dengan orang tersebut, karena dalam suatu interaksi sosial pengaruhi psikis yang paling mendasari adalah simpati seseorang terhadap orang lain.
b. Sensitivitas
Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara dengan masyarakat dapat diketahui bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi apa bila di ajak untuk mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat hanya merespon biasa saja dan tidak peduli terhadap kegiatan sosial yang ada di lingkungannya. Masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang peduli terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain, ketika orang kemalangan di masyarakat, masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak pernah melihatnya dan ikut membantunya.
Menurut Colley 1998 (Taufik, 2012: 51) sensitivitas adalah peka terhadap menerima rangsangan dan mudah memperhatikan sikap, perasaan atau keadaan dari orang atau pihak lain. Kebolehan untuk merasakan perasaan orang lain dilakukan dengan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang di tunjukkannya baik dengan cara verbal atau non verbal, orang yang memiliki sensitivitas yang tinggi gampang mendalami dan menyadari reaksi dari orang lain.
c. Shering penderitaan yang di alami oleh orang lain.
Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara dengan masyarakat dapat diketahui bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain dan masyarakat sosial ekonomi tinggi acuh tak acuh terhadap pederitaan orang lain. Masyarakat
sosial ekonomi tinggi kurang peduli dengan kegiatan sosial yang ada di masyarakat, ketika orang mendakan kegiatan gotong royong di lingkunganya, masyarakat sosial ekonomi hanya acuh tak acuh terhadap kegiatan tersebut.
Menurut Colley 1998 (Taufik, 2012: 51) sharing dalam memahami orang lain seperti perasaan dekat terhadap kesulitan-kesulitan-kesulitan orang lain yang diimajinasikan seakan- akan dialami oleh diri sendiri, dan ikut merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain. Dalam memahami orang lain tersebut individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh orang lain itu.
3. Komponen Komunikatif a. Ekspresi
Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara dengan masyarakat dapat diketahui bahwa masyarakat sosial ekonomi tinggi ketika ada kemalangan di masyarakat, masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak ada melihat dan membantunya dan ketika orang mengajaknya hanya berekspresi biasa saja. Begitu juga dengan kegiatan sosial yang ada di lingkungannya yang mana masyarakat sosial ekonomi tinggi tidak pernah mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungannya dan ketika orang mengajaknya untuk mengikuti kegiatan sosial di lingkunganya dia haya berekspresi biasa saja.
Menurut Wang, dkk 2003 (Taufik, 2012: 53) ekspresi merupakan dari pikiran-pikiran empati dan perasaan-perasaan terhadap orang lain yang dapat diekspresikan melalui kata-kata dan perbuatan dalam berbagai kombinasi bahasa tubuh seperti: gembira, sedih, susah, tidak suka. Dalam hal ini ekspresi dalam berempati sangat berarti karena seseorang dalam merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain, dan ketika orang lain sedang mengalami kesusahan atau
senang kita bisa menunjukkan dengan ekspreksi.
KESIMPULAN
1. Kompenen Kognitif
Pada komponen Kognitif pada masyarakat sosial ekonomi tinggi yang mana kurangnya sosialisasi dan peduli terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat sosial ekonomi tinggi hanya berkomunikasi dengan tetangga dan sekeliling rumahnya saja, dan masyarakat sosial ekonomi tinggi jarang pergi kegiatan sosial di masyarakat dan masyarakat sosial ekonomi tinngi acuh tak acuh terhadap kesusahan yang sedang di alami oleh orang lain.
2. Komponen Afektif
Pada komponen afektif pada masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang simpati, tidak peduli dan acuh tak acuh terhadap kegiatan yang ada di masyarakat dan penderitaan yang di alami oleh orang lain, ketika orang lain mangajak untuk mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat, masyarakat sosial ekonomi tinggi hanya merespon biasa saja.
3. Komponen Komunikatif
Pada komponen komunikatif pada masyarakat sosial ekonomi tinggi kurang baik yang mana ketika ada kemalangan di masyarakat, masyarakat sosial ekonomi tingi hanya berekspresi biasa saja dan ketika orang mengadakan kegiatan sosial yang ada di masyarakat, masyarakat sosial ekonomi tidak ada mengikutinya kurang baik.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:
1. Masyarakat (Sosial Ekonomi Tinggi) Kepada masyarakat agar menyadari bahwa hidup harus saling tolong menolong dan berinteraksi dengan orang lain, lebih peduli dengan kesusahan orang lain karena kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Kepala Jorong Sungai Aro
Kepada kepala Jorong Sungai Aro agar lebih memperhatikan masyarakat dan kegiatan sosial yang di lingkungan masyarakat dantingkatkan ilmu sosial dalam lingkungan masyarakat tersebut.
3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling
Kepada pengelola program studi diharapakan lebih banyak mata kuliah tentang ilmu sosial dan ilmu berempati terhadap orang lain agar dapat mengembangkan hidup bermasyarakat bagi calon guru pembimbing berkarakter cerdas.
4. Peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai komponen-komponen empati masyarakat dilihat dari tingkat sosial ekonomi dengan fariabel yang berbeda karena penelitian ini sangat menarik untuk di teliti.
KEPUSTAKAAN
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitati.
Jakarta: Rajawali Pers.
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. (komunikasi ekonomi dan kebijakan public serta ilmu sosial lainya). Jakarta: Kencana.
Herimanto dan Winorma. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Solo: Bumi Aksara.
Herimanto dan Winorma. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Solo: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Taufik. 2012. Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada
.
Yusuf, A Muri. 2007. Metode Penelitian.
Padang: UNP Press.