• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk saudaraku tersayang (Ida Wijayanti dan Habib Asror ) yang telah banyak mendukung dan memotivasiku selama menyelesaikan studi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Untuk saudaraku tersayang (Ida Wijayanti dan Habib Asror ) yang telah banyak mendukung dan memotivasiku selama menyelesaikan studi"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i Oleh Hul Fitriyah NIM.15.1.13.1.126

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN(FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

vii

ِق َﻼ ْﺧ َ ْﻷ ا َم ِر ﺎ َﻜ َﻣ ﱢﻢ َﺗ ُ ِﻷ ُﺖ ْﺜ ِﻌ ُﺑ ﺎ َﻤ ﱠﻧ ِا

Artinya:”Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakankeluhuran akhlak (budi pekerti).” (HR. Ahmad)”.1

1Bukhari Umar, Hadits Tarbawi :Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, ( Jakarta : Amzah, 2015), h. 34

(6)

viii

1. Ayahanda (H.Amran Khalid) dan Ibunda (Khatimah ) yang dengan penuh kasih sayangnya mendidik dan membimbingku serta telah berusaha sekuat tenaga dan penuh ikhlas berdo a untuk keberhasilan anaknya. Salam hormat dan baktiku selalu.

2. Untuk saudaraku tersayang (Ida Wijayanti dan Habib Asror ) yang telah banyak mendukung dan memotivasiku selama menyelesaikan studi.

3. Sahabat-sahabatku tercinta (Raehan, Maisah, july, ros,) dan semua teman kelas D yang selalu memberikan dorongan dan motivasi serta yang menjadi penyemangatku dalam meraih cita-cita dan impianku.

4. Almamaterku tercinta & Kampusku tercinta UIN Mataram.

(7)

ix

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia kepada cahaya hidayah Allah (Agama Islam).

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. H.M.Natsir, MPd selaku pembimbing I dan Drs. Mustain MA,g selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

2. Bapak Dr. Prof. H. Mutawali, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram beserta pegawai-pegawai, Bapak dan Ibu Dosen serta segenap civitas akademik.

3. Ibu Dr. Hj. Lubna, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, pembantu Dekan, sertastaf-stafnya yang telah banyak memberikan bantuan selama berada di lingkungan UIN.

4. Paozan S.Pd, selaku kepala sekolah, beserta para guru dan pengurusnya, terimakasih atas kerjasama, pemberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.

(8)

x

bermanfaat dan tercatat di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah.Amin.

Mataram, 2017

Peneliti

Hul Fitriyah

(9)

xi

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Konteks penelitian... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

D. Ruang lingkup dan Setting Penelitian ... 8

E. Telaah Pustaka... 10

F. Kerangka Teoritik ... 13

1. Pengertian Pembelajaran akidah akhlak... 13

2. Pengertian Akidah Akhlak ... 16

(10)

xii

5. Pendidikan Karakter... 22

G. Metode Penelitian ... 30

1. Pendekatan penelitian... 31

2. Kehadiran peneliti ... 32

3. Sumber Data... 33

4. Teknik Pengumpulan Data ... 35

5. Tekhnik analisis Data ... 38

6. Keabsahan Data... 39

H. Sistematika ... 40

BAB II PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN... 41

a. Sejarah Berdirinya MTs Ittihadil Ummah... 42

b. Letak Geografis MTs Ittihadil Ummah Mataram ... 45

c. Struktur Organisasi MTs Ittihadil Ummah ... 47

d. Keadaan Guru MTs Ittihadil Ummah Mataram ... 48

e. Keadaan dan Jumlah Siswa MTs Ittihadil Ummah Mataram .. 50

f. Sarana dan Prasarana MTs Ittihadil Ummah Mataram ... 52

BAB III PEMBAHASAN ... 75

A. Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa... 75

B. Faktor Pendukung dan Penghambatan Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa ... 84

(11)

xiii

A. Simpulan ... 89 B. Saran... 90 DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xiv Oleh Hul Fitriyah NIM. 151.131.126

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas VII MTs. Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesangan Timur Mataram selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa kelas VII MTs, Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesangn Timur Matarm.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif ( deskriptif ).

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data diperoleh dari guru akidah akhlak dan siswa. instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan instrumen bantu meliputi panduan observasi, panduan wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan Pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa berpengaruh terhadap karakter yang ditampilkan siswa di MTs Ittihadil Ummah; nilai-nilai karakter yang terbentuk pada siswa di MTs Ittihadil Ummah yaitu religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, toleransi, cinta damai, demokratis, komunikatif, menghargai prestasi, nasionalisme, cinta tanah air, faktor pendukung dalam membentuk karakter siswa adalah Sarana dan sumber belajar, Relasi guru dengan siswa, Media Pembelajaran sedangkan faktor penghambat yang hadapi guru Akidah Akhlak dalam pembentukan karakter siswa, Kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran, guru tidak terampil mengadakan variasi metode mengajar, guru kurang memahami karakter masing- masing siswa.

kata Kunci: Pembelajaran, akhlak, membentuk Karakter

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan” aktivitas manusia yang tidak terpisahkan

dari aspek- aspek kemanusian itu sendiri.Pendidikan, kapan dan dimana pun, ia laksanakan merupakan aktivitas manusia, subjek dan objeknya tetap manusia”.1

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitumanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, dan kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.2

Hal demikian sekarang telah diperbaharui dalam undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003. Sementara orang Yunani memberikan pengertian hakikat pendidikan sebagai usaha membantu manusia menjadi manusia. Adapun tujuan pendidikan sesungguhnya adalah memanusiakan manusia. Maksud memanusiakan manusia adalah menjadikan manusia sebagai manusia seutuhnya, yaitu:

1Ismail Toyib, Filsafat Pendidikan Karakter Islam Membangun Insan Muslim Berkarakter(

Mataram:LEPPIM,2013 ). h. 54.

22Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 2 tahun 1989.h.2

1

(14)

1. Memiliki kemampuan mengendalikan diri.

2. Berpengetahuan.

3. Cinta tanah air3

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni: “Tujuan Pendidikan,Peserta Didik,Pendidik,Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik,Lingkungan pendidikan.”4 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Sebagaimana firman Allah dalam Al- Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 23 berbunyi :



























Artinya: Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku Lihat kamu adalah kaum yang bodoh"5

3Anas Salahudin, Pendidikan Karekter Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa(

Bandung:Pustaka Setia, 2013). h. 49.

4 http/www.Lukman coroners./2010/04/Komponen Pendidikan.html, diambil tanggal 8 april 2017, pukul 09.42 WITA.

5Departemen Agama Repoblik Indonesa, Al-Qur an dan Terjemahannya Al-Jum natul ( Jakarta : CV Penerbit Art, 2004), h. 502

(15)

Ayat menjelaskan kepada kita bahwa ayat ini tidak hanya berkaitan tentang transper ilmu pengetahuan saja, akan tetapi tentang keterampilan, kreatif, mandiri. budi pekerti , akhlak tabiat, watak,dan kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai bentuk maupun cara seperti yang diungkapkan Gagne bahwa dalam” pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran”.6 Jadi proses pembelajaran adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan.

Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah”

lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.”7

Secara subtansi pembelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari- hari.

6Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseeptual Opersaional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2014) hlm. 10.

7Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 29.

(16)

Secara etimologis, Aqidah berasal dari aqada-ya’qidu-‘aqdan- aqidatan. ‘aqdan berarti” simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata aqdan

dan aqidah adalah keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan perjanjian”.8 Akidah adalah” sesuatu yang di percayai dan diyakini kebenaraannya oleh hati manusia, dalam pembahasaan ini penekanaanya pada akidah Islam yaitu sesuatu yang di percayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia sesuai dengan ajaran Islam dengan berpedoman dengan al-qur’an dan hadist”.9

Pendidikan Akidah Akhlak tidak hanya menekankan pada aspek intelektual saja. Tetapi aspek moral dan membentuk seseorang berkarakter sangat ditekankan dan menjadi tujuan utama dari pelajaran akidah akhlak.

Sedangkan karakter adalah “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan ( Virtues) yang di yakini dan digunakkan sebagai landasan cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak”.10

Menurut ajaran Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai- nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al- Qur’an dan As-sunnah (hadis) sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia (insan kamil). Dari uraian diatas betapa pentingnya pembentukan akhlak di tengah krisis yang terjadi saat ini. Pembentukan akidah akhlak

8Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Akidah Akhlak,( Jakarta : Kementerian Agama). h. 5.

9Ibid., h. 5

10Annas salahudin, Pendidikan Karakter h. 44.

(17)

bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara akhlak atau budi pekerti manusia agar memiliki akhlak yang utama dan budi pekerti yang terpuji (akhlaqul mahmudah), serta terpelihara dari perbuatan tercela (akhlakul mazmumah).11

Adapun yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka membentuk akhlak siswa yaitu melalui pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam, Pada hakikatnya pendidikan agama Islam merupakan tuntunan dan kebutuhan mutlak bagi manusia. Penanganan dan pembentukan akhlak melalui pendidikan ini diharapkan agar anak memiliki kepribadian yang mencerminkan pribadi. Jadi tujuan pendidikan disini tidak hanya mengutamakan kecerdasan dari segi kognitif atau secara teori saja tetapi juga bagaimana dalam membentuk akhlak mulia mereka.

Pembelajaran Akidah Akhlak yang diterapakan di MTs. Itthadil Ummah Karang Anyar Pegesangan Timur dimaksudkan agar siswa mendapat dasar- dasar akhlak Islami yang dapat menjadi kebiasaan mereka serta membentuk karakter yang berdasarkan moral Islami. Melihat anak- anak zaman sekarang yang banyak anak yang cerdas tapi sulit bergaul dengan temannya atau anak yang selalu mendapat rengking dikelas tapi prilakunya melenceng dari norma Agama.

Berdasarkan observasi pada tanggal 8 Maret 2017 dengan guru akidah akhlak di MTs Itthadil Ummah Karang Anyar Pegesangan Timur Mataram, akhlak siswa masih kurang disiplin hal ini ditandai dengan cara

11Toto Suharto dkk, Rekontruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta:

Global Pustaka Utama, 2005), h. 169

(18)

mereka ketika belajar kurang sopan santun, melawan sama guru ketika di kasih tahu, ketika guru menjelaskan di depan mereka berbicara di dalam kelas. Suka menganggu temannya yang lain ketika belajar. Adapun hambatan yang ditemukan oleh guru mata pelajaran akidah akhlak adalah anak-anak sulit diatur.12Berdasarkan observasi pada tanggal delapan di atas bahwa siswa kurang sopan santun hal ini dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, ketika guru menjelaskan di depan kelas, mereka berbicara dengan teman sebangkunya didepan kelas.

Bentuk penerapan yang dilakukan guru dalam pembelajaran akidah akhlak di kelas, pertama guru mengucapkan salam, kedua, guru berdoa bersama siswa, ketiga guru menjelaskn pengertian tetang riyak dan nifaq, keempat guru mencontohkan kepada siswanya tentang riya itu sendri kelima, guru menjelaskan hikmah menghindari riya dan nifak.Fenomena yang terjadi saat ini, banyak ditemukan anak pintar akan tetapi tidak menunjukkan sikap- sikap positif dan sangat bertolak belakang dengan predikatnya, hal ini sangat berkaitan dengan mata pelajaran akidah akhlak.

Berangkat dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Ittihadil

12Nurlailah Intan , Guru Akidah Akhlak Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesangan Timur Mataram, Wawancara, 8 Maret 2017.

(19)

Ummah Karang Anyar Pegesangan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter Siswa Kelas VII di MTs. Ittihadil Ummah Karang Anyar Pegesangan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/ 2017?

2. Faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter Siswa Kelas Vll di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesngan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/ 2017?

3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa Kelas Vll di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesngan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/ 2017.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian.

a. Untuk mengetahui pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa kelas VII di MTs. Ittihadil Ummah Karang Anyar Pegesangan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/ 2017?

b. Untuk mengetahui Faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa Kelas Vll di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesngan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/ 2017.

(20)

c. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa Kelas Vll di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesngan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/

2017?

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan sesuai yang diharapkan.

b. Manfaat Praktis

Dari hasil ini diharapkan dapat memberi manfaat pendidikan dalam meningkatkan proses pembelajaran di sekolah sehingga menjadi anggota pendidik yang terampil dan profesional, dan dapat dijadikan bahan acuan atau referensi bagi para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian.

Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa, faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa, dan tingkat keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak dalam

(21)

membentuk karakter siswa, Kelas Vll di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesngan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/ 2017?

2. Setting Penelitian

Adapun lokasi atau tempat penelitian yang dilakukan yaitu di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesangan Timur Mataram, peneliti memilih lokasi ini sebagai obyek penelitian didasarkan atas beberapa kondisi melalui: ketika belajar siswa masih kurang sopan santun, melawan sama guru ketika dikasih tahu, ketika guru menjelaskan di depan mereka berbicara di dalam kelas, suka mengganggu teman yang lain ketika belajar.

Berdasarkan observasi pada tanggal 8 di atas akhlak siswa bahwa masih kurang ketika belajar kurang sopan satun, ketika bertemu dengan guru mereka tidak mengucapkan salam,ditemukan ada dua orang ditemukan siswa yang melawan sama guru, ketika pembelajaran berlangsung dimana guru memberikan penjelasan ada tiga orang berbicara di dalam kelas dan menggangu teman yang lain.

Dalam konsep di atas pembelajaran seharusnya hal- hal di atas tidak dilakukan oleh siswa karna hal- hal tersebut merupakan akhlak mazmumah.Dalam pembelajaran akidah akhlak di kelas, pertama guru mengucapkan salam, kedua, guru berdoa bersama siswa, ketiga guru menjelaskn pengertian tetang riyak dan nifaq, keempat guru

(22)

mencontohkan kepada siswanya tentang riya itu sendri kelima, guru menjelaskan hikmah menghindari riya dan nifaq..

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka ialah penelusuran terhadap studi terdahulu yang memiliki keterkaitan dan kemiripan dengan topik permasalahan yang akan diteliti. Tujuan telaah Pustaka ialah untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas atau keabsahan data dan untuk mencegah terjadinya duplikasi, plagiasi, revisi dalam penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan terkait dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran yang pernah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu;

1. Baiq Sarni, skripsi dengan judul “ Urgensi mata Pelajaran akidah akhlak dalam pembinaaan akhlak siswa kelas VIII di SMPN 1 Mataram Tahun Ajaran 2007/ 2008 oleh angkatan tahun 2004.”13

Dengan memperhatikan judul skripsi Baiq Sarni yang jika dihubungkan dengan judul penelitian yang di teliti oleh peneliti, ditemukan adanya persamaan dan perbedaan baik dilihat pada variabel atau masalah yang dikaji maupun pada pendekatan penelitian yang digunakan.

Memperhatikan judul skripsi baiq sarni dimana di kemuakan di atas bila di hubungkan dengan yang dilakukan peneliti persamaanya adalah

13Baiq Sarni, Urgensi mata Pelajaran akidah akhlak dalam pembinaaan akhlak siswa di SMPN 1 Mataram tahun ajaran 2007/ 2008 oleh angkatan tahun 2004.13

(23)

sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif, dan sama- sama menekankan pada pembinaan akhlak.

Perbedaanya pada penelitian sebelumnya mengarahkan pada urgensi pada mata pelajaran akidah akhlak dalam pembinaan akhlak siswa dengan mengambil lokasi siswa kelas VIII di SMPN I Mataram sedangakn penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengarahkan pada pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa kelas VII MTs. Ittihadil Ummah.

Mengingat adanya persamaan dan perbedaan tersebut di atas sehingga hasilnya pun ditemukan adanya kesamaan pada kajian teori dan metodelogi penelitian, sedangkan hasilnya mengingat lokasi yang berbeda menemukan hasil yang berbeda, dan hasilnya akan terdapat perbedaan mengingat lokasi dan fokus penelitian yang berbeda.

2. Ida Sofiaturrahmah, skripsi dengan judul “Upaya membangun karakter siswa melalui pendidikan akidah akhlak kelas VIII di MTs Nurul Qur’an Pagutan Mataram tahun pelajaran 2012/2013.”14

Dengan memperhatikan judul skripsi Ida Sofiaturrahmah yang jika dihubungkan dengan judul penelitian yang di teliti oleh peneliti, ditemukan adanya persamaan dan perbedaan baik dilihat pada variabel atau masalah yang dikaji maupun pada pendekatan penelitian yang digunakan.

14Ida Sofiaturrahmah, Upaya Membangun Karakter Siswa Melalui Pendidikan akidah akhlak kelas VIII di MTs Nurul Qur’an Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013, Skripsi (Mataram: 2013)h.9

(24)

Memperhatikan judul skripsi Ida Sofiaturrahmah ,di kemuakan di atas bila di hubungkan dengan yang dilakukan peneliti persamaanya adalah sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif, dan sama- sama menekankan pada membentuk karakter.

Perbedaanya pada penelitian sebelumnya mengarahkan pada Upaya membangun karakter siswa melalui pendidikan akidah akhlak dengan mengambil lokasi siswa kelas VIII MTs Nurul Qur’an Pagutan

sedangakn penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengarahkan pada pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa kelas VII MTs. Ittihadil Ummah.

Mengingat adanya persamaan dan perbedaan tersebut di atas sehingga hasilnya pun ditemukan adanya kesamaan pada kajian teori dan metodelogi penelitian, sedangkan hasilnya mengingat lokasi yang berbeda menemukan hasil yang berbeda, dan hasilnya akan terdapat perbedaan mengingat lokasi dan fokus penelitian yang berbeda.

3. Laely sari Al hidayati skripsi “ Usaha Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII MTs. Assyafi’ah NW Penangsak Desa Sengkerang Kecematan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008.”15

15Laely sari Al hidayati “ Usaha Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas II MTs. Assyafi’ah NW Penangsak Desa Sengkerang Kecematan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008.10

(25)

Memperhatikan judul skripsi Laely sari Al hidayati,dikemuakan di atas bila di hubungkan dengan yang dilakukan peneliti persamaanya adalah sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif, dan sama- sama menekankan pada pembelajaran akidah akhlak.

Perbedaanya pada penelitian sebelumnya mengarahkan pada Usaha Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Akidah Akhlak dengan mengambil lokasi siswa kelas VIII MTs. Assyafi’ah NW Penangsak Desa Sengkerang sedangakn penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengarahkan pada pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa kelas VII MTs. Ittihadil Ummah.

Mengingat adanya persamaan dan perbedaan tersebut di atas sehingga hasilnya pun ditemukan adanya kesamaan pada kajian teori dan metodelogi penelitian, sedangkan hasilnya mengingat lokasi yang berbeda menemukan hasil yang berbeda, dan hasilnya akan terdapat perbedaan mengingat lokasi dan fokus penelitian yang berbeda.

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak

Pembelajaran akidah akhlak adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang akidah Islamiyah, terutama menyangkut pemahaman tentang Iman Islam dan Ihsan, sifat- sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah Swt, akhlak terpuji kepada Allah,akhlak

(26)

tercela kepada Allah Swt, Asmaul Husna dan Iman kepada malikat Allah Swt.

Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa ). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.16

Dalam proses pembelajarran, guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaraan yang ingin dicapai. Menurut taksanomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi atas tiga kategori;

a. Tujuan pembelajaran ranah kognitif.

b. Tujuan pembelajaran ranah afektif.

c. Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik.17

Adapun ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Memiliki tujuan yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu.

2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode, dan tehnik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.

3) Adanya aktifitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya pembelajaran.

4) Aktor guru yang cermat dan tepat.

5) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing-masing.

6) Adanya waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.18

16Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif h. 10

17ibid.h. 11

18Pupuh Fathurrahman & M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Aditama, 2007) h. 11

(27)

Dari ke enam ciri- ciri pembelajaran diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa, tujuan itu sendiri suatu yang harus di capai dalam pelaksanaan pembelajaran oleh karena itu peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran sangatlah penting, seorang guru juga harus mempunyai metode atau tehnik yang di gunakan di dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran itu juga memiliki pola aturan yang harus ditaati oleh guru dan anak didik aturan itu harus ditaati agar proses pembelajaran itu berjalan dengan lancar sehingga adanya waktu untuk mencapai tujuan pembajaran.

Komponen- komponen pembelajaran antara lain :

a) Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.

b) Bahan pelajaran. bahan atau materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang di konsumsi oleh peserta didik.

c) Kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah intraksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.

d) Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan pengunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

e) Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran maka alat mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan.

f) Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Sumber belajar sesungguh banyak sekali terdapat di mana pun seperti sekolah dan lain- lain.

(28)

g) Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas- luasnya dan sedalam dalam nya kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.19

Dari tujuh komponen di atas dapat dipahami bahwa, tujuan itu suatu yang harus dicapai dalam proses pembelajaran, sebaliknya jika sesuatu yang belum dicapai dalam proses pembelajaran maka tujuannya belum tercapai. Dari tujuh komponen di atas sangat berkesinabungan karena antra tujuan, Bahan pelajaran, kegitan belajar mengajar, metode, alat, sumber belajar, dan evaluasi sangatlah dibutuhkan di dalam proses pembelajaran.

2. Pengertian Akidah Akhlak

Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah terdiri dari empat mata pelajaran yaitu mata pelajaran qur’an hadits, fiqih, aqidah

akhlak dan sejarah kebudayaan Islam. Di mana setiap mata pelajaran yang di atas ini mempunyai kelebihan tersendiri.

Secara substansional mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia, dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya serta lingkungannya.

19Ibid h.13-17

(29)

Pembelajaran Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan akidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.

Akidah secara bahasa berasal dari kata :(‘aqida- ya’qidu-aqidatan) yang berarti ikatan, atau perjanjian, secara istilah akidah adalah keyakinaan hati atas sesuatu, sedangkan, Kata akhlak berasal dari bahasa Arab Khuluq yang jamanya akhlak menurut bahasa, akhlak adalah perangi, tabiat, dan agama. kata tersebut mengandung segi- segi persesuaian dengan perkataan khalaq yang berarti “ kejadian”

serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti “ pencipta”

dan mahluk yang berarti “ yang diciptakan.20

Jadi akidah akhlak merupakan keadaan batin seseorang yang menjadi lahir batinnya. Sedangkanakhlak lebih luas artinya “dari pada moral dan etika yang sering dipakai dalam bahasa indonesia sebab akhlak meliputi segi- segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriyah maupun batiniyah seseorang.”21Ada pula yang menyamakan karena keduanya membahas

20Rosihon Anwar, Akhak Tasawuf ( Bandung : Pustaka Setia), h. 11

21Ibid., h. 12

(30)

masalah baik dan buruk tingkah laku manusia, Sedangkan Al- Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu : 1) Mencari hikmah. Hikmah adalah keuatamaan yang lebih baik. ia

memandang bentuk hikmah yang harus dimiliki seseorang, yaitu berusaha mencapai kebenaran dan ingin terlepas dari semua kesalahan semua hal.

2) Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dan akal untuk maju. Orang yang memiliki akhlak yang baik biasanya pemberani, dapat menimbulkan sifat- sifat yang mulia,suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan jiwanya suka menerima saran dan kritik orang lain, penyantun, memiliki perasaan kasih dan cinta.

3) Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama. Orang yang memiliki sifat fitrah dapat menimbulkan sifat- sifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik, dan tidak rakus.

Fitrah mrupakan suatu potensi yang diberikan Allah, yang cenderung kepada kebaikan dan mendorong manusia untuk berbuat baik.

4) Berlaku Adil. Adil ditandai dengan sikap seseorang yang dapat membagi haknya sesuai dengan fitrahnya atau mampu menahan kemarahannya dan hawa nafsunya syahwatnya untuk mendapatkan hikmah dari peristiwa yang terjadi. Adil dapat pula dimaknai sebagai tindakan berdasarkan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah atau merugikan satu pihak tetapi saling menguntungkan.

pepatah mengatakan langit dan bumi ditegakkan dengan keadilan.22 Berdasarkan empat keutamaan akhlak di atas peneliti memperoleh pemahaman bahwa mencari hikmah, bersikap berani, bersuci diri, dan berlaku adil. mencari hikmah sangatlah penting karena hikmah berusaha mencapai kebenaran dan ingin terlepas dari semua kesalahan semua hal.

bersikap berani, berani disini maksudnya mengendalikan sikap amrahnya, orang yang mempunyai akhlak yang baik orangnya pemberani

22Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan ( Jakarta : Kencana Media Grup). hlm 99.

(31)

suka menolong.Bersuci diri maksudnya fitrah disini suatu potensi yang diberikan Allah, yang cenderung kepada kebaikan dan mendorong manusia untuk berbuat baik.

Berlaku adil disini tidak berat sebalah akan tetapi seimbang dalam melakukan keputusan dalam berbagai hal.Orang mempunyai akhlak baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luas, karena dapat melahirkan sifat saling cinta mencintai dan saling tolong menolong. Sebaliknya orang yang tidak memiliki yang baik, tidak dapat bergaul dengan masyarakat secara harmonis, karena sifatnya dibenci oleh masyrakat umumnya.

Akhlak yang baik bukanlah semata- mata teori yang muluk- muluk, melainkan sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Suatu perbuatan yang dilihat merupakan “gambaran dari sifat- sifatnya tertanam dalam

jiwa baik atau jahat.”23

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak a. Fungsi pembelajaran Akidah Akhlak

1)Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2)Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

3)Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Akidah Akhlak.

23Ibid., h.100

(32)

4)Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5)Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari- hari.

6)Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya.

7)Penyaluran peserta didik untuk mendalami Akidah Akhlak pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.24

Dari ketujuh fungsi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa, penanaman nilai ajaran Islam sangatlah penting di ajarkan dari sejak usia dini, baik itu penanaman keimanan kepada Allah SWT serta akhlak mulia yang akan ditanamkam terlebih dahulu di lingkungan keluarga.

Penyesuaian mental peserta didik sangat berpengaruh terhadap lingkungan, perbaikan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam keyakinan maksudnya seorang guru itu harus menegur peserta didiknya jika melenceng dari keyakinan pengamalan ajaran Islam,dan mencegah peserta didik dari hal- hal yang bersifat negatif dari lingkunganya, serta memberi penyaluran kepada peserta didik untuk mendalami Akidah Akhlak pada pembelajaran yang lebih tinggi, sehingga fungsi pembelajaran akidah akhlak sangatlah penting dalam kehidupan kita sehari- hari.

24Ibid., h. 3

(33)

b. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VII MTs

Pembelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang Akidah dan Akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.

4. Ruang Lingkup Akidah AkhlakMadrasah Tsanawiyah Kelas VII.

a. Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat- sifat Allah, al- asma al- husna, iman kepada Allah, kitab- kitab Allah, rasul- rasul Allah, hari akhir serta qada dan qadar.

b. Aspek akhlak terpuji terdiri atas tauhid, ikhlas, taat, khauf, taubat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaa’ah, tawwadu, Husnuzh- Zhan, Tasammuh, dan Tawwun, berilmu, kreatif, produktif. dan pergaulan remaja.25

c. Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, nifaq, ananiah, ghadab, tamak, takabbur, hasad, dendam, gibah, fitnah, namimah.

Adapun Ruang lingkup pembelajaran Akidah Akhlak yaitu sebagaimana yang terdapat pada silabus Akidah Akhlak di kelas VII Mts adalah :

25Ibrahim dan Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009) h. 39-50.

(34)

1) Materi Akidah Akhlak Kelas VII semester 1 a) Memahami Dasar dan Tujuan Akidah Islam b) Menjelaskan pengertian Iman, Islam, dan Ihsan.

c) Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma anidan ma nawiyah.

d) Menguraikan sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah swt.

e) Menjelaskan Akhlak terpuji kepada Allah (ikhlas, taat, khauf, dan taubat).

2) Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester 2 a) Menjelaskan Pengertian Asmaul Husna

b) Menjelaskan Pengertian Iman Kepada Para Malaikat.

c) Menjelaskan Akhlak Tercela Kepada Allah SWT( Riya’ n Nifaq).26 Dari ruang lingkup pembelajaran Akidah Akhlak di atas, peneliti hanya memfokuskan materi MTs Tentang Akhlak tercela kepada Allah (Riya’ dan Nifaq).

5. Pendidikan Karakter.

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter dalam kamus besar bahasa indonesia adalah “ sifat- sifat kejiwaan. Akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.”27Karakter merupakan nilai dasar yang membangun pribadi seseoarang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap kehidupan sehari hari.

Sedangkan orang yang berkarakter adalah orang yang merespons segala situasi secara bermoral dan dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik.Pendidikan karakter

26 Perangkat Pembelajaran, Silabus Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIIMTs. h.2

27Pusat Bahan Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, ( Jakarta : Balai pustaka, 2005), h.529.

(35)

merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai upaya yang dilakukan secara terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, menginternalisasikan, nilai-nilai karakter itu sendiri sehingga peserta didik berprilaku insan kamil.28 Pada hakikatnya mengajar tidak hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, tetapi dimaknai juga sebagai proses membentukan karakter.

Membentukan karakter terbaik pada siswa menjadi hal yang sangat penting karena siswa merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan eksistansi bangsa. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter siswa.

Sebagai sebuah lembaga, sekolah memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik siswa agar pintar, cerdas, serta memiliki karakter positif sebagaimana diharapkan setiap orangtua. Sedangkan secara linguistik, ada beberapa pengertian tentang karakter yaitu sebagai berikut :

Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti” to mark atau memandai dengan fokus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakkan atau tingkah laku.”29

28Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep Pendiidikan Karakter, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), h. 44- 45

29 Ibid., h.45

(36)

1) Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kpribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.

2) Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan.

3) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (Virtues) yang di yakini dan digunakkan sebagai landasan cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.

4) Karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap idividu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dan keputusan yang ia buat.30 Pembentukkan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting karena dalam Islam,” antara akhlak dan karekter merupakan satu

kesatuan yang kukuh seperti pohon menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karekter adalah Nabi Muhammad SAW.Sehingga dalam Islam di katakan pendidikan karakter lebih dikenal dengan pendidikan akhlak”.31

Dan disinilah misi utama Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT di muka bumi ini. Dalam firman-Nya Al-Qur‟an surat al-Ahzab ayat 21 telah menjelaskan hal tersebut:











 





















30Anas Salahudin, Pendidikan Karekter h. 44-45

31Toto Suharto dkk, Rekontruksi dan modernisasi h. 167

(37)

Artinya: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. al-Ahzab [33]: 21).”32

Dari ayat tersebut telah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW diutus adalah agar supaya menjadi contoh bagi seluruh umat karena kekuatan karakter kepribadiannya telah menjadikan beliau sebagai sosok yang harus diteladani. Rasulullahpun telah menjelaskan dengan bahasa yang lebih jelas dalam haditsnya yang berbunyi:

Artinya:”Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti).” (HR. Ahmad)”.33

Berdasarkan pada ungkapan tersebut di atas guru telah berperan sebagai penerus perjuangan Nabi dalam mengajarkan akhlak serta menanamkan karakter pada peserta didiknya sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional tersebut di atas. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.34

Sedangkan Imam Al-Ghozali menganggap seperti yang di kutip oleh Muslich bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu” spontanitas

32Departemen Agama Repoblik Indonesa, Al-Qur an dan Terjemahannya h. 420

33Bukhari Umar, Hadits Tarbawi :Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, ( Jakarta : Amzah, 2015), h. 34

34 Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah Konsep dan Praktik Implementasi (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), h. 10

(38)

manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tak perlu dipikirkan lagi”.35

Dari beberapa definisi karakter di atas dapat difahami bahwa karakter adalah nilai dasar yang melekat dan menyatu pada diri pribadi seseorang yang tercermin dalam pikiran, sikap, dan tingkah laku sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara, sehingga dapat berbuat dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku serta siap mempertanggung jawabkan apa yang menjadi keputusannya.

b. Tujuan Pendidikan Karakter.

Tujuan pendidikan karakter sangatlah penting dalam kehidupan kita, karna pendidikan itu sendiri aktifitas manusia yang tidak terlepas dari aspek- aspek manusia itu sendiri. jadi tujuan dari pendidikan karakter untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan yang dianggap penting sehingga menjadi kpribadian peserta didik yang khas sebagai nilai- nilai yang dikembangkan.

Pendidikan karakter mempunyai tujuan penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Selain itu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan.36 Adapun tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah :

35Ibid,. h, 20

36Samani Muchlas dan Hariyanto,Konsep dan Model h. 42-43

(39)

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagai mana nilai- nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi prilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai- nilai yang dikembangkan di sekolah.

3) Membangun koreksi yang harmoni dengan keluarga dan masyrakat dalam memerankan tanggung jawab pendidik karakter secara bersama.37

c. Nilai- nilai Pendidikan Karakter

Sebagaimana terungkap di atas karakter merupakan perwujudan dari sebuah nilai maka dapat merujuk dalam persepektif Islam karakter kepribadian yang sangat kuat dapat mereferensi dari sifat-sifat Rasul yang esensinya sebagaimana telah diketahui yaitu “ sidiq, amanah, tablig, dan fatonah. Di samping Rasulullah sangatlah dikenal sebagai sosok yang arif, sabar, bijaksana, profesional, serta sifat-sifat terpuji lainnya di semua kalangan.”38

Sedangkan dalam kajian Pusat Pengkajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia (P3 UPI) menyyebutkan bahwa nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini adalah: jujur, kerja keras, dan ikhlas.

Apabila nilai-nilai ini dapat direalisasikan dalam kehidupan manusia maka akan dihasilkan manusia yang sempurna (insan kamil), maka akan terciptalah kehidupan yang sejahtera dengan masyarakat yang

37Dharma kesuma, dkk , Pendidikan karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), h. 5.

38Ibid., h. 12

(40)

bermartabat. Dengan ini Indonesia khususnya, telah memiliki target karakter bangsa sebagaimana dirumuskan dalam Pusat Kurikulum, bahwa materi pendidikan karakter meliputi “aspek-aspek sebagai berikut:

Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial dan Tanggung Jawab.”39

1) Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dan berdamaian.

2) Jujur, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3) Toleransi, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adab, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5) Kerja keras, yakni prilaku yang menujukkan upaya secara sungguh- sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif , yakni sikap dan prilaku yang mecerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

7) Mandiri, yakni sikap dan prilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melepaskan tugas dan tanggung jawab ke pada orang .

39Suyad, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya 2011), h.8-9.

(41)

8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yakni secara berpikir, sikap dan prilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan

11) Cinta tanah air, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang merugikan semangat berprestasi yang lebih tinggi.

12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanda mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

14) Cinta damai, sikap dan prilaku yang mencerminka suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan sebagainya.

16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang memburtuhkan.

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama.40 Sekolah dan guru dapat menambah ataupun mengurangi nilai- nilai tersbut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekoah dan hakikat materi SK/ KD dan materi bahasan suatu mata pelajaran.

40Ibid., h. 8-9

(42)

Meskipun demikian, ada lima nilai yang diharapkan menjadi minimal yang dikembangkan di setiap sekolah, yaitu” nyaman, jujur, peduli, cerdas dan tangguh/ kerja keras.”41

d. Pengertian Budi Pekerti

secara etimologis budi pekert dimaknai sebagai” penampilan diri yang berbudi. Secara leksikal, budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak, dan watak. Sedangkan dalam Undang- Undang No 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti”.

a. Bahwa setiap sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan inspiratif, bagi siswa, guru, dan atau tenaga kependidikan.

b. bahwa pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah adalah cerminan dari nilai-nilai Pancasila dan seharusnya menjadi bagian proses belajar dan budaya setiap sekolah.

c. bahwa pendidikan karakter seharusnya menjadi gerakan bersama yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan/atau orangtua;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penumbuhan Budi Pekerti.42 G. Metode Penelitian

Metode itu sendiri suatu cara yang harus dilakukan di dalam suatu penelitian, jadi metode penelitian itu cara mendapatkan suatu data dengan dengan mempunyai tujuan yang jelas sehingga data dapat diperoleh dengan cepat.

41Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. h.96 4242

http:/permendikbut3Undang- Undang No 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti .html diambil pada hari Rabu, 12 April 2017 jam 10:45 WITA

(43)

Metode penelitian pada dasarnya “merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. metode penelitian yaitu suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis dan terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil optimal.”43

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan objektif dalam menemukan dan mengembangkan serta menguji ilmu pengetahuan, berdasarkan atas prinsip-prinsip teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam mengembangkan generalisasi. Kaitannya dengan judul ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena data yang peneliti kumpulkan dalam penelitian ini berupa pendapat, konsep-konsep, keterangan, tanggapan, dan informasi yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan permasalahan yang tidak menggunakan perhitungan dan angka-angka serta tidak memakai analisis statistik.

Nana Syaudih, mengemukakan penelitian kualitatif adalah” suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok beberapa diskripsi

43Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2006), h.1.

(44)

digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan”.44

Sedangkan menurut Sudarwan, mengemukakan lima ciri penelitian kualitatif yaitu:

a. Penelitian kualitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data langsung.

b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan proses kerja yang seluruh fenomena yang dihadapi diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan pendekatan induktif, abstraksi-abstraksi disusun oleh peneliti atas dasar yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama melalui pengumpulan data selama kerja lapangan di lokasi penelitian.

e. Penelitian kualitatif memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus penelaahan terpaut langsung dengan masalah kehidupan manusia45 Berdasarkan penelitian diatas, pemilihan pendekatan ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data dengan femomena dilapangan, sehingga peneliti sebagai instrumen kunci melalui observasi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan dan wawancara secara mendalam kepada instrumen yang terkait.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dilapangan merupakan suatu keharusan karena peneliti menjadi alat dalam melakukan penelitian atau instrmen kunci yakni kehadiran dan keterlibatan peneliti dilapangan lebih memungkinkan

44Nana Syaudih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h. 60

45Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif(Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51.

(45)

untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek penelitian dibandingkan dengan penggunaan alat non-human seperti istrumen angket, sebab dengan demikian peneliti dapat mengkonfirmasi dan mengadakan pengecekan kembali pada subjek apabila informasinya kurang atau tidak sesuai dengan tafsiran peneliti.

Kehadiran peneliti dilokasi penelitian adalah memperoleh data yang valid, dari beberapa sumber data. Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, maka kehadiran peneliti disini sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Hal ini berarti dalam keseluruhan proses pengumpulan data peneliti bersentuhan langsung dengan subjek penelitian melalui instrumen yang ada dalam dirinya dengan melakukan wawancara dan observasi.

Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengamat penuh yang akan melakukan tindak pengamatan terhadap proses pembelajararan akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa yang akan di lakukan di Kelas VII MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesangan Timur Mataram. Jadi peneliti dalam penelitian ini hanya mengamati secara penuh proses atau keadaan yang terjadi pada objek yang diteliti.

3. Sumber data

Sumber data adalah” subyek dari mana data diperoleh, jadi sumber data ini menunjukkan asal informasi, data ini harus diperoleh dari sumber data yang tepat. jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data

(46)

yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki. Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan penelitian.

Sumber data utama minsalnya, melalui catatan tertulis atau melalui perekaman atau video, pengambilan foto, atau film.”46

Adapun Sumber data yang dilakukan oleh peneliti.

a. Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak.

Data yang dicari dari guru mata pelajaran Akidah Akhlak adalah pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa, faktor yang akan mendukung dan menghambat pembelajaran akidah akhlak, serta tingkat keberhasilan pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa kelas VII di MTs. Ittihadil Ummah Karang Anyar Pegesangan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.

b. Siswa

Data yang digali dari siswa sebelum masuk kelas ketua kelasnya memimpin untuk mengucapkan salam kepada guru, dalam proses pembelajaran berlangsung siswa mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di depan tentang mata pelajaran akidah akhlak, mendengarkan guru yang sedang menjelaskan didepan siswa akan lebih mengetahui pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karater siswa

46Sugiyono Metodelogi Penelitian. h. 25.

(47)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan satu hal yang mesti dilakukan dalam proses penelitian. Selama mengumpulkan data seorang peneliti akan mengamati obyek yang akan diteliti dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi ( Pengamatan).

Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi bersama objek yang diselidiki.

1) Observasi Partisipan dan Observasi non partisipan a) Observasi Partisipan

Observasi Partisipan adalah suatu proses pengamatan bagian dalam yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang- orang yang akan diobservasi.

b) Observasi non Partisipan

Observasi non partisipan adalah apabila observasi tidak ikut dalam kehidupan orang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.47

Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan, karena peneliti tidak ikut dalam kehidupan orang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat yakni mengamati proses pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa.

47Ibid., h.161-162

(48)

Data yang akan digali dalam metode observasi antara lain, pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter Siswa, faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter Siswa, serta tingkat keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Siswa Kelas Vll di MTs Ittihadil Ummah Karang Anyar Pagesngan Timur Mataram.

b. Metode Interview ( Wawancara)

Wawancara itu tidak hanya dilakukan oleh satu orang, akan tetapi dua orang atau lebih. jadi seoarang pewawancara memberikan suatu pertanyaan kepada seseorang yang diwawancara mengenai permasalahan yang akan ditanyakan atau yang akan diteliti.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, pewawancara ( interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Metode interview ini merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan tanya jawab lisan atau di istilahkan dengan wawancara lisan (kuissioner lisan) oleh penanya (pewawancara) dengan orang yang ditanya ( yang diwawancara).48 Secara umum metode wawancara dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Wawancara berstruktur, yakni wawancara yang dilakukan berdasarkan atas pertanyaan yang telah disusun dan telah dirumuskan sebelumnya secara cermat, tepat, dan bersahaja dalam bentuk tulisan.

48Sugiono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ( Bandung : Al- Fabeta 2009), h. 148

(49)

2) Wawancara tak berstruktur,yakni yakni wawancara yang dilakukan dengan tidak ada persiapan sebelumnya.49

Dari kedua jenis wawancara diatas peneliti menggunakan wawancara berstruktur karena peneliti melakukan wawancara berdasarkan atas pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.Terlampir di halaman satu.

Dalam pelaksanaan metode ini, peneliti tetap berpedoman kepada apa yang menjadi dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu berupa instrumen- instrumen penelitian yang sudah disiapkan oleh peneliti sebelumnya, menyiapkan pertanyaan yang akan di ajukan kepada yang diwawancara.

Data yang ingin digali dengan metode wawancara adalah menyangkut pembelajaran akidah akhlak membentuk karakter siswa, Faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran Akidah Akhlak pembelajaran dalam membentuk karakter siswa, serta tingkat keberhasilan pembelajaran akidah akhlak siswa.

c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah sebagian dari metode atau teknik yang digunakanan oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi atau data.

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan adanya karena adanya permintaan penyelidik.

49Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung : Tarsito 2003), h 72

(50)

Sedangkan dalam buku prosedur penelitian dikatakan : dokumentasi adalah “dari asal katanya dokumen, yang artinya barang barang tertulis”

50. Maka di dalam menggunakan metode ini peneliti akan mencatat benda- benda yang akan dibutuhkan, maka dalam hal ini peneliti akan mengambil dokumen- dokumen yang penting yang tersimpan di sekolah tersebut Data yang akan digali dalam metode dokumentasi antara lain, data tentang keadaan guru dan murid, serta Struktur Organisasi.

5. Teknik Analisis Data.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan, menguraikan data ke dalam pola,kategori, satuan urain dasar sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarakan oleh data.Dari uraian di atas tersebut analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokan dan mengetagorikan.51

Teknik induktif adalah berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus konkret itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan yang bersifat umum.

Dari teknik analisis data di atas, peneliti menggunakan teknik induktif, karena dengan menggunakan teknik induktif ini bisa mengelola data-data empiris dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan landasan yang ada sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang

memuaskan bagi semua pihak, yaitu peneliti dan obyek yang akan diteliti.

50Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian. h.145.

51Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta:Remaja Rosdakarya, 2001), h. 103.

Gambar

Tabel I.I Nama- nama Guru Sumber Data  : Profil  MTs. Ittihadil Ummah 58 No

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti pembelajaran daring mata pelajaran Fiqih dan Al-Qur’an Hadist dapat diukur melalui penilaian dari tugas-tugas yang diberikan

3.2 The Position of the 'Kemoq' Method in the Theory of Literary Criticism In general, there are three divisions of focus and emphasis in literary criticism theory, namely, first,