KARYA ILMIAH TERAPAN
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN CREW KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN
DIATAS KAPAL MV. MERATUS MEDAN 5
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III
LORENTINO STEPHEN ENDRAYANA NIT.03.15.044.1.41/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Lorentino Stephen Endrayana Nomor Induk Taruna : 03.15.044.1.41
Program Diklat : Ahli NautikaTingkat III
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis dengan judul :
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN CREW KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DIATAS KAPAL MV. MERATUS MEDAN 5
merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
SURABAYA, ... 2019
Lorentino Stephen Endrayana NIT: 03.15.044.1.41
iii
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN
Judul : UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN CREW KAPAL DALAM MENGHADAPI
KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DIATAS KAPAL MV. MERATUS MEDAN 5
Nama : LORENTINO STEPHEN ENDRAYANA NIT : 03.15.044.1.41
Jurusan : Nautika
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya, ………2019
Menyetujui:
Pembimbing I
Dwi Haryanto, MM Penata (III/c)
NIP. 197511252002121006
Pembimbing II
Cornelius Rumambi, SE, MM Pembina (IV/a)
NIP. 195710101980031003 Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
Capt. Damoyanto Purba, S.Si.T., M.Pd.
Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN CREW KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN DIATAS KAPAL MV. MERATUS MEDAN 5
Disusun dan Diajukan Oleh : LORENTINO STEPHEN ENDRAYANA
03.15.044.1.41 Ahli Nautika Tingkat III
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal ………
Menyetujui:
Penguji I Penguji II Penguji III
Dwi Haryanto, MM Penata (III/c)
NIP. 197511252002121006
Cornelius Rumambi, SE, MM
Pembina (IV/a) NIP. 195710101980031003
Siti Fatimah, S.SiT.,M.Pd Penata Tk. I (III/d) NIP. 198103172005022001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
Capt. Damoyanto Purba, S.Si.T., M.Pd.
Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1001
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan proposal karya ilmiah terapan ini dengan tepat waktu dan sehingga dalam penulisan proposal ini saya tidak mengalami kendala hingga terselesaikannya proposal yang saya beri judul : “ UPAYA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN CREW KAPAL DALAM
MENGHADAPI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DIATAS KAPAL MV. MERATUS MEDAN 5 ”.
Pada kesempatan ini, dalam penulisan proposal ini saya mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam saya juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada:
1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Capt. Heru Susanto, M.M beserta jajarannya yang telah menyediakan fasilitas dan pelayanan, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini.
2. Dosen pembimbing I Bapak Dwi Haryanto, M.M maupun II Bapak Cornelius Rumambi, S.E, M.M , yang penuh ketekunan dan kesabaran membimbing saya dalam penulisan proposal ini.
3. Bapak / Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini.
4. Yth kedua orang tua saya yang telah membimbing sehingga terselesaikan proposal ini. Rekan-rekan taruna yang telah memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis proposal ini dapat terselsaiakan.
Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan manfaat dan bahan pembelajaran kepada kita semua.
Surabaya, 2019 Penulis
Lorentino Stephen Endrayana
vi
ABSTRAK
LORENTINO STEPHEN ENDRAYANA , Upaya Meningkatkan Keterampilan Crew Kapal Dalam Menghadapi Keadaan Darurat Kebakaran Diatas Kapal KM. MERATUS MEDAN 5. Di bimbing oleh Bapak Dwi Haryanto dan Bapak Cornelius Rumambi.
Dalam dunia pelayaran terdapat berbagai macam bahaya yang dapat mengancam jiwa awak kapal maupun muatan yang sedang dibawa. Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh, atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan meskipun sudah dilakukan upaya untuk menghindarinya. Semua awak kapal yang terlibat harus selalu waspada terhadap marabahaya yang mengancam setiap saat. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya manusia dalam bidang pelayaran harus terus ditingkatkan, para awak kapal harus di bekali materi atau pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi keadaan darurat di atas kapal dengan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan prosedur darurat untuk memperkecil kerugian dan dampak yang di akibatkan oleh suatu kecelakaan.
Proposal Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Pelayaran Surabaya sebelum praktek laut dan dilanjutkan selama 12 bulan diatas kapal yang merupakan tempat saya PRALA (praktek laut) di MV. Meratus Medan 5. Data diambil dengan cara observasi dan dokumentasi. Data dikumpulkan dengan mengobservasi pelaksaan drill dan didokumentasikan dalm bentuk laporan.
Upaya meningkatkan keterampilan kru kapal dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran dapat dilakukan dengan melaksanakan latihan secara teratur dan melaksanakan safety meeting agar terjalin komunikasi yang baik antar crew.
Penting juga melakukan maintenance alat-alat pemadam kebakaran untuk menunjang lancarnya pelaksanaan latihan.
Kata kunci : prosedur darurat, kebakaran
vii
ABSTRACT
LORENTINO STEPHEN ENDRAYANA , Efforts to Improve Crew Skills In Ships Facing Fire Emergency Above Ship. Guided by Mr. Dwi Haryanto and Mr. Cornelius Rumambi.
In the shipping world there are various dangers that can be life- threatening to the crew and the cargo being carried. Accidents can occur on vessels either on a voyage, are anchored, or are loading and unloading activities at the port despite efforts to avoid them. All the crew members involved should always be alert to threatening distress at any time. Therefore, the development of human resources in the field of shipping must continue to be improved, the crew should be equipped with materials or knowledge on how to deal with emergency aboard by taking action in accordance with the emergency procedures to minimize losses and impacts that result By accident.
This research was conducted at Merchant Marine Polytechnic of Surabaya before sea project and continued for 12 months on board which is my place of PRALA (practice) at MV. Meratus Medan 5. Data is taken by observation and documentation. Data is collect by observing drill and documented in report form.
Efforts to improve ship crew skill in the face of fire emergencies can be done by doing fire drill regularly and doing safety meeting to establish good communication between crew. Its important to carry out maintenance of fire extinguisher to support drill.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
PERNYATAAN KEASLIAN……….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR……… iii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL………... iv
KATA PENGANTAR………. v
ABSTRAK……… vi
ABSTRACT………... vii
DAFTAR ISI……….... . viii
DAFTAR TABEL……… xii
DAFTAR GAMBAR………... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 5
1.3 Batasan Masalah………. 5
1.4 Tujuan Penelitian……… 5
1.5 Manfaat Penelitian……….. 6
ix
1.5.1 Manfaat Teoritis……… 6
1.5.2 Manfaat Praktis………. 6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Review Penelitian Sebelumnya……… 7
2.2 Landasan Teori……… 8
2.2.1 Pengertian Upaya ……….. 8
2.2.2 Pengertian Meningkatkan……….. 9
2.2.3 Pengertian Keterampilan………. …. 9
2.2.4 Pengertian Menghadapi……… 10
2.2.5 Pengertian Keadaan Darurat……….. 10
2.2.6 Peraturan-peraturan Keselamatan………. 11
2.2.7 Klasifikasi Kebakaran……. ………... 12
2.2.8 Emergency Fire Plan……… 15
2.2.9 Keadaan Darurat Kebakaran……… 15
2.2.10 Tata Cara Khusus Dalam Prosedur Darurat Kebakaran…….. 18
x
2.2.11 Macam-Macam Alat Keselamatan……….. 19
2.2.12 Tujuan Latihan Kebakaran ………... 20
2.3 Kerangka Penelitian……….. 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. 22
3.2 Lokasi Penelitian………. 23
3.2.1 Waktu………... 23
3.2.2 Tempat……… 23
3.3 Jenis dan Sumber Data………. 23
3.4 Pemilihan Informan………... 24
3.5 Teknik Analisis Data………. 25
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 27
4.2 Hasil Penelitian………. 23
xi
4.2.1 Kesiapan, Kemampuan dan Keterampilan Awak Kapal dalam Melaksanakan Latihan Keadaan Darurat Kebakaran………….. 29
4.2.2 Kendala-Kendala Yang Dihadapi Awak Kapal Dalam
Melaksanakan Latihan Keadaan Darurat Dan Menggunakan Alat-alat Pemadam Kebakaran……… 32 4.3 Analisis Data………. 49 4.4 Pembahasan…….………... 52
BAB V
5.1 Kesimpulan………. 54
5.2 Saran………. 54
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
2.1. Review Penelitian Sebelumnya………... 8 2.7 Klasifikasi Kebakaran……… 13 4.1 Kekurangan Kru Kapal Dalam Menghadapi Drill……… 37 4.2 Perbandingan Kondisi Diatas Kapal dan Prosedur Sebenarnya… 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.8. Emergency Fire Plan………...………….. 15
2.9. Segitiga Api……… 18
4.1 Ship Particular………..…. 28
4.2 Fire Control Plan………. 35
4.3 Data Jumlah alat-alat keselamatan KM. MERATUS MEDAN 5…….. 36
4.4.1 Fire Drill Report November 2017……… 38
4.4.2 Fire Drill Report November 2017……… 39
4.5.1 Fire Drill Report Maret 2018……… 40
4.5.2 Fire Drill Report Maret 2018……… 41
4.6.1 Fire Drill Report Juli 2018……….. 42
4.6.2 Fire Drill Report Juli 2018……… 43
4.7.1 SOP Kebakaran PT. MERATUS LINE………. 44
4.7.2 SOP Kebakaran PT. MERATUS LINE……… 45
4.7.3 SOP Kebakaran PT. MERATUS LINE………. 46
4.7.4 SOP Kebakaran PT. MERATUS LINE………. 47
4.8 Sijil Kebakaran KM. MERATUS MEDAN 5……….. 48
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Dawasa ini transportasi laut merupakan suatu kebutuhan dan menjadi alternatif terbaik dalam rantai perdagangan dunia, oleh sebab itu pelayaran yang aman dan nyaman sangat dibutuhkan, keselamatan pelayaran merupakan salah satu faktor yang mutlak yang harus dipenuhi agar kapal dapat beroperasi dengan baik. Dimana apabila seluruh persyaratan keselamatan pelayaran terpenuhi maka seluruh awak kapal dapat bekerja dengan maksimal.
Namun kapal laut sebagai bangunan terapung yang banyak bergerak dengan daya dorong pada kecepatan bervariasi melintas berbagi wilayah pelayaran dalam kurun waktu tertentu akan mengalami berbagai permasalahan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
Gangguan pada waktu kapal berlayar banyak dikarenakan faktor dari alam,namun tidak menutup kemungkinan dapat disebabkan karena factor dari kapal itu sendiri (kerusakan mesin). Gangguan apapun pada saat kapal berlayar merupakan keadaan darurat karena akan memperlambat kapal tiba tepat pada waktunya. Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan diluar keadaan normal yang terjadi di atas kapal sehingga merugikan pihak kapal dan mempunyai tingkat kecenderungan dapat membahayakan jiwa
2
manusia, harta benda, dan lingkungan dimana kapal berada. Keadaan darurat dapat disebabkan oleh :
1. Bahaya tubrukan di laut.
2. Bahaya kebakaran / ledakan.
3. Bahaya kapal kandas.
4. Bahaya kebocoran / kapal tenggelam.
5. Bahaya orang jatuh ke laut.
6. Bahaya pencemaran di laut.
Keadaan darurat di kapal haruslah segera diatasi oleh awak kapal supaya tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih parah. Namun awak kapal sebagai manusia juga mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengatasi keadaan darurat tersebut dan dikarenakan kerusakan yang sangat parah sehingga menyebabkan kapal tersebut akan tenggelam, maka nahkoda sebagai pimpinan diatas kapal mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan meninggalkan kapal.
Pada waktu meninggalkan kapal tesebut, tiap-tiap individu yang terlibat didalamnya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi tentang penyelamatan diri dilaut. Hal tersebut juga ditekankan dalam UU nomer 17 tahun 2008 bahwa setiap awak kapal harus memiliki keterampilan tentang penyelamatan diri dilaut. Setiap individu yang terlibat dalam penyelamatan diri dilaut harus memiliki kesadaran yang tinggi bahwa keselamatan jiwanya sangat tergantung dari orang lain dan keselamatan jiwa orang lain sangat tergantung pada dirinya.
3
Tehnik menyelamatan diri sendiri maupun orang lain dalam keadaan darurat merupakan suatu pengetahuan praktis yang harus diketahui dan dikuasai oleh seluruh crew kapal. Di dalam proses-proses penyelamatan ini awak kapal harus tahu dan paham benar akan cara menggunakan berbagai alat penolong/keselamatan yang ada di kapalnya, persiapan-persiapan dan tindakan yang harus diambil sebelum dan sesudah menerjunkan diri ke laut ( meninggalkan kapal ) serta peran-peran apa yang harus dijalankan sesuai yang tercantum dalam Muster List.
Untuk mencapai hasil yang maksimal pada waktu menurunkan/menaikan sekoci dan keselamatan pada waktu berlayar, IMO (International Maritime Organization) sebagai organisasi dunia dalam bidang maritim mengeluarkan SOLAS (Safety of Life at Sea). Didalam SOLAS tersebut terdapat ketentuan- ketentuan tentang latihan kebakaran yang harus dilaksanakan oleh setiap kapal agar para awak kapal siap apabila ada keadaan darurat, isi dari ketentuan SOLAS tersebut diantaranya latihan kebakaran harus dilaksanakan satu kali seminggu jika hal itu dimungkinkan bagi kapal penumpang.Latihan-latihan tesebut harus dilaksanakan pada waktu kapal meninggalkan suatu pelabuhan terakhir untuk memulai pelayaran internasional jarak jauh .Sedangkan bagi kapal-kapal barang latihan latihan kebakaran harus dilaksanakan satu kali satu bulan. Latihan-latihan tersebut juga harus dilaksanakan dalam jangka waktu dua puluh empat jam setelah kapal meninggalkan pelabuhan bila terdapat pergantian ABK lebih dari dua puluh lima persen.
Dengan adanya latihan tersebut keterampilan anak buah kapal akan terjaga dan meningkatkan kesiapsiagaan baik personil maupun awak kapal
4
yang dalam keadaan bahaya, serta perlengkapan dan alat-alat penolong diatas kapal. Menyangkup kesiapsiagaan para awak kapal, Konvensi International STCW 1978 didalam resolusi nomer 19 telah memberikan rekomendasi mengenai porsi latihan bagi para pelaut. Resolusi tersebut mengharuskan semua pelaut untuk memahami bahwa sebelum ditempatkan di atas kapal harus diberi latihan yang sungguh-sungguh mengenai tehnik penyelamatan manusia di laut.
Semua tindakan tersebut dimaksudkan agar awak kapal yang kapalnya dalam keadaan bahaya dapat menolong dirinya sendiri maupun orang lain ataupun dapat menyelamatkan kapal dan isinya secara cepat dan tepat.
Namun pada kenyataannya banyak para awak kapal yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara menyelamatan diri di laut sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan. Sehingga pada saat keadaan bahaya/darurat di kapal, para awak kapal yang tidak menggunakan semua peralatan keselamatan dikarenakan pada saat diadakan latihan keselamatan jiwa di laut para awak kapal tidak melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesadaran yang tinggi atau pelatihan dilaksanakan hanya formalitas di atas kertas dan tidak dilaksanakan secara sebenarnya di kapal.
Keteledoran dan kekurangsiapan awak kapal dalam menghadapi keadaan darurat akan menimbulkan resiko yang fatal.
Dengan kenyataan ini penulis terdorong untuk membahas bagaimana meningkatkan efektifitas dalam melaksanakan latihan keselamatan di kapal dengan tujuan agar dalam pelaksanaan latihan tersebut dapat berguna saat kejadian sebenarnya sehingga jiwa dari awak kapal, kapal dan lingkungan
5
dapat selamat. Juga agar dapat kesadaran awak kapal tentang pentingnya latihan keselamatan diatas kapal sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan yang mereka miliki.
Dari berbagai fenomena di atas, mendorong penulis untuk mengangkat masalah ini untuk diteliti dan kemudian menuangkan dalam skripsi yang berjudul: “Upaya Peningkatan Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Menghadapi Keadaan Darurat Kebakaran Diatas Kapal MV. Meratus Medan 5”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran diatas kapal MV. Meratus Medan 5.
C. BATASAN MASALAH
Dalam proposal penelitian ini penulis membatasi ruang lngkup masalah yang hanya membahas mengenai upaya yang dilakukan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran diatas kapal MV. Meratus Medan 5.
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan mempelajari teori ini adalah agar semua individu yang berada di lingkungan maritim dan masyarakat umum mengetahui dan menyadari tentang pentingnya tindakan sesuai prosedur darurat kebakaran guna mengurangi dampak akibat kebakaran di atas kapal. Adapun tujuan
6
khusus mempelajari teori ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya tindakan sesuai prosedur darurat kebakaran guna mengurangi dampak akibat kebakaran di atas kapal MV. Meratus Medan 5.
1. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat diatas kapal
E. MANFAAT PENELITIAN
Berbasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis berharap akan beberapa manfaat yang dapat dicapai :
1. Secara Teoritis
Dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan sesuai dengan ketentuan Keselamatan Jiwa di Laut ( SOLAS ) pembaca dapat gambaran bagaimana pelaksanaanlatihan kebakaran yang benar sehingga dapat diterapkan nantinya apabila terjadi keadaan darurat tersebut.
2. Secara Praktis
Dengan membaca penelitian ini diharapkan dapat menguasai keadaan darurat apabila terjadi dikapal nantinya dan dapat berupaya untuk menjaga keterampilan dalam mempergunakan peralatan yang dapat dipakai untuk menanggulangi keadaan darurat sehingga kerusakan materi dan lingkungan akibat keadaan darurat dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA
Literature review merupakan sebuah sintesis dari berbagai macam hasil penelitian terdahulu sehingga dalam sebuah literature review harus ada banyak kajian dari riset sebelumnya. Penggunaan dari literature review pada dasarnya penting untuk dilakukan dalam mengawali sebuah penelitian, mengingat sangat memungkinkan bidang yang akan kita kaji memiliki kedekatan atau kesamaan dengan bidang lain yang tengah diteliti sebelumnya.
Berdasarkan literature review yang sudah dibaca dan dikaji oleh penulis bahwa penelitian yang dibuat oleh penulis memiliki kesamaan dalam segi pengertian pencegahan kebakaran dan penaggulangannya, namun berbeda dalam segi keseluruhan dari judul, masalah, isi dan penyajiannya.
8
(Tabel 2.1) Review Penelitian Sebelumnya
No
. Penulis Judul Penelitian Masalah Hasil 1. Bramastya
Kharisma Putra
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di PT.INKA Madiun
Bagaimana pencegahan dan penanggulangan kebakaran di laksanakan
Mengetahui cara untuk mencegah dan
menanggula ngi
kebakaran di
laksanakan.
B. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Upaya
Definisi kata upaya dari berbagai sumber : 1) Menurut Wahyu Baskoro (2005 ; 902)
Upaya : Usaha atau syarat untuk menyampaikan sesuatu atau maksud (akal, ikhtiar)
2) Menurut Torsina (1987 ; 4)
Upaya : Kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (1995 ; 1109)
9
Upaya : Tindakan, cara, metode, langkah yang dilakukan untuk melakukan sesatu hal.
4) Dari pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan yang dimaksud dengan Upaya adalah suatu tindakan untuk menghadapi sesuatu.
2. Pengertian Meningkatkan
Definisi kata Meningkatkan dari beberapa sumber : 1) menurut Wahyu Baskoro (2005 ; 840)
Meningkatkan : Suatu proses atau cara untuk membuat lebih dari sebelumnya
2) menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (1995 : 1060)
Meningkatkan : Suatu proses untuk membuat jadi naik, membuat jadi, cara untuk meningkatkan (usaha, kegiatan)
3) dari pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan yang dimaksud dengan peningkatan adalah suatu proses untuk membuat jadi naik.
3. Pengertian Keterampilan
Definisi kata Ketereampilan dari beberapa sumber : 1) menurut Wahyu Baskoro (2005 ; 825)
Keterampilan : Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan tugas
2) menurut Komoruddin (1983 ; 239)
10
Keterampilan : kesanggupan, kemampuan teknis atau kecakapan khusus dalam suatu bidang.
1) menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (1995; 1088) Keterampilan: kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
4) dari pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan yang dimaksud dengan keterampilan adalah kecakapan khusus dalam suatu bidang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
4. Pengertian Menghadapi
Definisi dari berbagai sumber :
1) menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (1995 ; 1009) Menghadapi : Dalam situasi atau keadaan.
2) Dari pengetian diatas maka penulis mengambil kesimpulan yang dimaksud dengan menghadapi adalah dalam keadaan tertentu.
5. Pengertian Keadaan Darurat Definisi dari beberapa sumber :
1) Menurut Agus Hadi P, Emergency Prosedur dan SAR (2004; 01)
Keadaan Darurat (Emergency Situation) adalah suatu keadaan diluar keadaan normal yang terjadi diatas kapal yang mempunyai tingkat kecenderungan akan dapat membahayakan jiwa manusia, harta benda, dan lingkungan dimana kapal kapal berada.
11
2) Menurut Badan Diklat Perhubungan, Personal Safety and Social Responsibility, Basic Safety Training Modul. Keadaan Darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan.
6. Peraturan-peraturan Keselamatan
Menurut SOLAS 1974, BAB III, bagian A-Umum a. Peraturan 25 : Muster list dan Prosedur darurat.
1) Tugas-tugas khusus yang dilakukan di dalam keadaan darurat harus dibagikan kepada masing-masing anggota awak kapal.
2) Sijil kumpul harus memperlihatkan semua tugas khusus dan harus memperlihatkan khususnya posisi-posisi mana yang harus diambil oleh tiap anggota dan tugas-tugas yang harus dilakukan.
3) Sijil kumpul untuk tiap kapal penumpang harus dalam bentuk yang disetujui oleh badan pemerintah.
4) Sebelum kapal berlayar, sijil kumpul harus sudah dirampungkan.
Turunan-turunannya harus digantungkan diberbagai bagian dari kapal, dan terutama ditempat-tempat kediaman awak kapal.
5) Tugas-tugas yang ditunjukkan oleh sijil kumpul yang berkaitan dengan pemadam kebakaran. Peraturan ini harus meliputi segala sesuatu yang berkenaan dengan :
a). pengawakan regu-regu pemadam kebakaran yang dibebani tugas memadamkan kebakaran.
b). tugas-tugas khusus yang dibebankan berkenaan dengan penanganan perlengkapan dan instalasi pemadam kebakaran .
12
6) Sijil kumpul harus memperinci isyarat-isyarat tertentu untuk memanggil semua awak kapal ke stasiun-stasiun sekoci, stasiun rakit penolong dan stasiun pemadam kebakaran mereka, dan harus memberikan perincian isyarat-isyarat ini secara lengkap. Isyarat- isyarat ini harus diperdengarkan dengan suling atau sirene dan, kecuali di kapal-kapal penumpang di pelayaran-pelayaran internasional jarak dekat dan di kapal-kapal barang yang panjangnya kurang dari 54,7 meter (150 kaki), isyarat-isyarat harus ditambah dengan isyarat-isyarat lain yang harus dijalankan dengan listrik. Semua isyarat ini harus dapat dilayani dari anjungan.
7. Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran diklasifikan (dikelompokkan) berdasarkan sumber penyebab api yang muncul dalam kejadian kebakaran. Klasifikasi (kelas) kebakaran secara umum merujuk pada klasifikasiInternasional yaitu klasifikasi (kelas) kebakaran menurut NFPA (National Fire Protection Association) Amerika.
Sumber terakhir sampai dengan artikel ini disusun, NFPA membagi klasifikasi (kelas) kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu : Kebakaran Kelas A, Kebakaran Kelas B, Kebakaran Kelas C, Kebakaran Kelas D, Kebakaran Kelas E dan Kebakaran Kelas K.
Klasifikasi (kelas) kebakaran berguna untuk menentukan media pemadam efektif untuk memadamkan api/kebakaran menurut sumber api/kebakaran tersebut, serta berguna untuk menentukan tingkat keamanan jenis
13
suatu media pemadam sebagai media pemadam suatu kelas kebakaran berdasarkan sumber api/kebakarannya.
Klasifikasi (kelas) kebakaran berdasarkan NFPA berikut dengan media pemadam efektifnya antara lain :
Kelas Kebakaran Pemadam
Padat Non Logam
Kertas
Kain
Plastik
Kayu Air, Uap Air, Pasir, Busa, CO2, Serbuk Kimia Kering, Cairan Kimia
Gas/Uap/Cairan
Metana
Amoniak
Solar
CO2, Serbuk Kimia Kering, Busa
Listrik
Arus Pendek
CO2, Serbuk Kimia Kering, Uap Air
14
8. Emergency Fire Plan Logam
Aluminium
Tembaga
Besi
Baja
Serbuk Kimia sodium Klorida, Grafit
Radioaktif
Bahan – bahan Radioaktif
<Belum Diketahui Secara Spesifik>
Bahan Masakan
Lemak dan Minyak Masakan
Cairan Kimia, CO2
15
(Gambar 2.8) 9. Keadaan Darurat Kebakaran
Gangguan pada saat kapal berlayar dapat disebut sebagai keadaan darurat.
Keadaan darurat adalah keadaan diluar keadaan normal yang cenderung dapat mengancam keselamatan awak kapal, kapal dan muatannya. Singkatnya keadaan darurat kebakaran itu dapat dijabarkan sebagai berikut :
A. Ledakan/Kebakaran di kapal.
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi di kapal yang mempunyai syarat terjadinya api, diantaranya :
1) Bahan yang mudah terbakar
16
Semua benda dikapal dapat terbakar jika benda tersebut berada pada tempat yang mempunyai temperatur lebih tinggi daripada titik nyala benda tersebut.
Yang dimaksud titik nyala adalah suatu temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat diubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api.
Makin rendah titik nyala suatu bahan/benda maka makin mudah terbakar, sebaliknya makin tinggi titik nyala suatu bahan/benda maka makin sulit terbakar.
Bahan yang titik nyalanya rendah digolongkan sebagai bahan yang mudah terbakar, contohnya :
i) Benda padat : Kayu, kertas, karet, tekstil dan sebagainya.
ii) Benda cair : Bensin, spiritus, solar, oli dan sebagainya iii) Benda gas : Asetilin, butan, L.N.G dan sebagainya.
2) Sumber panas yang dapat menimbulkan kebakaran
Panas merupakan salah satu penyebab kebakaran, dengan adanya panas yang dialami oleh suatu benda maka temperatur pada benda tersebut akan berubah dan akhirnya melebihi titik nyala benda tersebut sehingga benda tersebut akan terbakar. Sumber panas dapat dihasilkan dari :
i) Sinar matahari ii) Listrik
iii) Panas dari energi mekanik (putaran mesin) iv) Kompresi udara
Panas yang berasal dari sumber diatas dapat berpindah melalui empat cara, diantaranya :
i) Radiasi adalah perpindahan panas yang memancar kesegala arah.
17
ii) Konduksi adalah perpindahan panas yang melalui benda (perambatan).
iii) Konveksi adalah perpindahan panas yang menyebabkan perbedaan tekanan udara.
iv) Loncatan bunga api adalah suatu reaksi antara energi panas dengan udara (oksigen)
2) Oksigen
Oksigen adalah unsur ketiga yang dapat menyebabkan nyala api. Dalam keadaan normal prosentase oksigen diudara adalah 21%, sedangkan pembakaran di udara normal diperlukan minimum oksigen 15%.
Apabila tiga syarat terjadinya api diatas terdapat pada kapal maka akan terjadi api dikapal yang mengakibatkan terjadinya kebakaran diatas kapal. Sebagai upaya pencegahannya kita harus menghilangkan salah satu dari ketiga syarat terjadinya api tersebut. Untuk itu diperlukan anak buah kapal yang terampil dan terlatih.
Walaupun kapal mempunyai anak buah yang terampil, situasi kabakaran dikapal sangat berbeda dengan keadaan darurat lainnya karena pada situasi yang demikian suhu disekitar kapal panas, dimungkinkan akan menimbulkan ledakan dan ruang gerak yang terbatas bagi para anak buah kapal pada waktu akan memadamkannya, kadang-kadang timbul kepanikan anak buah kapal dalam mengatasi keadaan tersebut.
Selain itu peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.
18
Gambar (2.9) Segitiga Api
10. Tata Cara Khusus dalam Prosedur Keadaan Darurat Kebarakan a. Kebakaran di Kapal/ Board on Fire.
1) Sirene bahaya dibunyikan ; ____ . ____. ____. Dst (satu panjang dan satu pendek secara terus menerus)
2) Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran
3) Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup.
4) Lampu-lampu deck dinyalakan 5) Nakhoda diberitahu
6) Kamar mesin diberitahu
7) Posisi kapal tersedia di kamar radio untuk diberitakan dan diperbaharui apabila ada perubahan
11. Macam-macam Alat Keselamatan
19
a. Life Saving Appliance 1) Life Boat
2) Life Jacket 3) Life Raft
4) Bouyant Apparatus 5) Life Buoy
6) Line Throwing Gun 7) Life line
8) Emergency signal (parachute signal, red hand flare, smoke signal)
b. Fire Fighting equipment
1) Emergency fire pump, fire hydrants 2) Hose dan Nozzles
3) Fire Extinguisher
4) Smoke detector dan Fire detector system 5) CO2 Installation
6) Sprinkler system (Automatic water spray) 7) Axes dan crow bars
8) Fireman outfit dan breathing apparatus 9) Sand in boxes
12. Tujuan Latihan Keadaan Daruat
Menurut Purwantomo (2004:08), tujuan dilaksanakan latihan keadaan darurat diatas kapal adalah :
20
a. menjaga ketrampilan awak kapal dalam mempergunakan peralatan yang dapat dipakai untuk menanggulangi keadaan darurat.
b. menjaga kesiapan awak kapal baik fisik maupun mental dalam menghadapi dan mengatasi keadaan darurat.
c. membiasakan diri awak kapal dalam keadaan darurat, sehingga rasa panik dapat dikurangi bila keadaan darurat benar-benar terjadi.
d. memeriksa kondisi peralatan, sehingga semua peralatan selalu dalam keadaan baik dan siap pakai.
21
C. KERANGKA PENELITIAN
Kerangka dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
MASALAH POKOK
Kurang maksimalnya awak kapal dalam melaksanakan prosedur darurat kebakaran
Mengapa terjadi masalah ?
1. Kurangnya Sosialisasi mengenai prosedur darurat kebakaran 2. Kurangnya simulasi pelaksanaan prosedur darurat kebakaran
Bagaimana penangananya?
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN CREW KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN
DIATAS KAPAL KM. MERATUS MEDAN 5 Awak kapal Kurang
memahami prosedur kebakaran
Prosedur yang ada kurang dipahami.
Terlalu banyak prosedur
1. Dilakukan sosialisasi mengenai keadaan darurat kebakaran 2. Sering dilaksanakan drill simulasi keadaan darurat kebakaran
Mengapa?
Terwujudnya Pelaksanaan Tindakan Sesuai Prosedur Darurat Kebakaran Guna Mengurangi Dampak Akibat Kebakaran Di Atas Kapal
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu proses dari suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis, guna mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tertentu. Proposal ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Menurut Suryabrata (2006), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Sehingga metode penelitian berisi pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Pada umumnya penelitian merupakan refleksi keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga menjadi motivasi untuk melakukan penelitian. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi serta mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisis.
23
B. LOKASI PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Proposal Penelitian ini dilakukan sebelum melaksanakan praktek layar dan di lanjutkan pada saat taruna/taruni melakukan praktek layar ± 12 bulan di atas kapal.
2. Lokasi penelitian
Penulis akan melaksanakan penelitian diatas kapal MV. Meraus Medan 5 , dimana penulis melakukan praktek berlayar.
C. JENIS DAN SUMBER DATA
Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian, karena dengan hanya mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sarwono (2006:123-32), menjelaskan data dalam penelitian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkomplasi ataupun dalam bentuk file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian. Dalam penyusunan proposal karya ilmiah ini penulis tidak mendapatkan data primer karena
24
penulis belum melaksanakan praktek laut, tetapi data primer di dapat setelah taruna praktek laut ± 12 bulan di atas kapal.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dengan mudah dan cepat, karena sudah tersedia, misalnya diperpustakaan, internet dan lain sebagainya.
Beberapa pertimbangan dalam mencari data sekunder:
a) Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah di tentukan sebelumnya
b) Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah tetapi kualitas dan kesesuaian, oleh karena itu harus selektif dan hati- hati dalam menggunakanya.
c) Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer, oleh karena itu keduanya saling digunakan sebagai sumber informasi untuk menyelesaikan penelitian ini.
D. PEMILIHAN INFORMAN
1. Metode Wawancara
Metode ini merupakan metode paling tepat bagi penulis untuk mendapatkan data primer dikarenakan data didapat langsung dari narasumber.
25
2. Metode Observasi
Menurut Nasir (2005:175), pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standart lain untuk keperluan tersebut. Dalam hal ini penulis akan melaksanakan pengamatan saat melaksanakan praktek laut nantinya.
E. TEKNIK ANALISA DATA
Kegiatan yang memerlukan perhatian khusus bagi seorang peneliti baik selama di lapangan maupun sesudah data terkumpul adalah analisis data.
Menurut Patton (1980:26) dalam lexy J. Moleong (2002:103), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Menurut Sarwono (2006:239), prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Dalam hal ini setelah seluruh data dari hasil penelitian diperoleh, dilaksanakan teknik analisa data.
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan 2 macam metode analisa data {Lexy J. Moleong (2006:288)}:
26
1. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil suatu tindakan.
2. Menarik Kesimpulan
Menarik simpulan merupakan kemampuan peneliti dalam menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.
56
DAFTAR PUSTAKA
Penyusun, Tim Politeknik Pelayaran Surabaya. 2013. Prosedur Darurat & SAR.
Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.
IMO SOLAS Consolidate edition.(2009). Chapter II-2: Construction-Fire Protection, Detection, Extinction. London
Iswantoro. (2009). Accident At Sea. Diterjemahkan oleh sanji. (2013).
https://nyomanwija.wordpress.com/2008/07/02/ppkd-petunjuk-penanganan- keadaan-darurat/
http://boeceng.blogspot.com/2011/07/macam-macam-prosedur-keadaan-darurat- di.html
http://www.maritimeworld.web.id/2011/08/prosedur-keadaan-darurat-materi- darurat.html
http://aranpelaut.blogspot.com/2013/04/prosedur-keadaan-darurat.html http://dilihatya.com/1706/pengertian-prosedur-menurut-para-ahli http://qieqierizky.blogspot.com/2014/10/pengertian-dan-definisi-dari-
prosedur.html
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/10/kelas- kebakaran-nfpa-dan-media.html
https://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertian-kebakaran/bahaya- dampak-kebakaran/