• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Ilmu Mantiq Terhadap Kehidupan Manusia

N/A
N/A
Mochammad Ikhsan

Academic year: 2023

Membagikan "Urgensi Ilmu Mantiq Terhadap Kehidupan Manusia "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Urgensi Ilmu Mantiq Terhadap Kehidupan Manusia

Mochammad Ikhsan

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

[email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini yaitu membahas pentingnya mengetahui dan mempelajari ilmu mantiq (logika) sebagai salah satu cara menghindari kesalahan-kesalahan berpikir dalam kehidupan manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan buku-buku serta penelitian ilmiah yang telah lalu mengenai ilmu mantiq (logika) sebagai sumber, dan dicari urgensinya dengan dihubungkan terhadap kehidupan manusia. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa ilmu mantiq (logika) merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan mempelajarinya dapat menghindarkan kita dari berbagai macam kesalahan (fallacy) dan pada saat yang bersamaan juga kita dapat mengetahui sebuah pengetahuan yang benar.

Kata Kunci:

Ilmu Mantiq, Kehidupan Manusia, Logika, Urgensi

(2)

Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, artinya sejak lahir sampai masuk liang kubur selalu membutuhkan kehadiran orang lain selain dirinya.

Sehingga manusia dalam kesehariannya perlu berinteraksi dengan orang lain.

Yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya juga ialah, pada manusia diberi kelebihan berupa akal pikiran untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

Tidak jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang salah menempatkan sesuatu, sehingga dalam hal ini diperlukanlah ilmu yang menjadi alat bantu manusia dalam mencapai sebuah kebenaran berpikir.

Tujuan penelitian ini yaitu membahas pentingnya mengetahui dan mempelajari ilmu mantiq (logika) sebagai salah satu cara menghindari kesalahan-kesalahan berpikir dalam kehidupan manusia, penulis harap dengan adanya tulisan ini membawa manfaat praktis, yaitu agar masyarakat terhindar dari kesalahan-kesalahan berpikir, dan juga manfaat teoritis yang diharapkan penulis, yaitu menambahnya khazanah wawasan mengenai ilmu logika yang kiranya dapat menjadi sebuah landasan untuk digunakan dalam penelitian-penelitan lebih lanjut. Sehingga penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian berupa studi kepustakaan (literature research), yaitu mengumpulkan seluruh bahan penelitian dari data kepustakaan, dengan judul Urgensi Ilmu Mantiq Terhadap Kehidupan Manusia.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif sebagaimana disebutkan oleh Creswell dalam Samsu (2017), pendekatan kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan

(3)

pada penciptaan gambar holistic yang dibentuk dengan kata-kata, melalui studi pustaka (library research) (Darmalaksana, 2020) dengan menggunakan buku-buku serta penelitian ilmiah yang telah lalu mengenai ilmu mantiq (logika) sebagai sumber, dan dicari urgensinya dengan dihubungkan terhadap kehidupan manusia.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan menyajikan beberapa hal berikut ini.

1. Kehidupan Manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, artinya sejak lahir sampai masuk liang kubur selalu membutuhkan kehadiran orang lain selain dirinya (Listia, 2015). Dalam interaksinya sehari-hari sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan terhadap berbagi macam pilihan, yang mana dalam pilihan- pilihan tersebut manusia tidak dapat menghindarinya, sehingga pada kenyataannya manusia akan selalu menghadapi tuntutan untuk dapat mengambil keputusan (Armawi, 2011).

Selain itu, manusia juga mempunyai tugas, yaitu untuk mengimplementasikan tugas-tugas Illahiah yang mengandung banyak kemaslahatan dalam kehidupannya, sehingga dalam kehidupannya di dunia, manusia memilki tugas yang mulia, yaitu sebagai khalifah di muka bumi (Sada, 2016). Sebagaimana firman Allah pada Q.S. al-Baqarah ayat 30 berikut.

ْ ذ ِا َو

ْْ

َْ لاقَ

ْْ

َْكُّب َر

ِْةَ ْْ

كِٕىٰۤل َملِل

ْ ي ِ نِاْْ

ْْ

ْل ِعا َج ىِفْْ

ْ ِ ْْ

ض رَ

الا

ْْ

ْ ةَ ف يِل َخ

ْ ْ

ْْ

آْ وُ لاقَ

ْْ

ُْ ل َع ج َ

تَ ا ا َه ي ِفْْ

ْْ

ْ ن َم

ُْد ِسفُّيْْ

ا َه ي ِفْْ

ُْك ِف سَيَوْْ

ْ َءۤا َم ِ دلاْْ

ْ

ُْن ح َ ن َو

ُْحِ ب َسُْ ن

َْك ِد م َح ِبْ

ْ ُس ِ دقَُن َوْ

ْ

َْكَ ل

ْ ْ

ْ

َْ لاقَ

ْْٓ ي ِ نِاْ

ْ

ُْمَ ل عَ

ا

ْ ا َم

ْ

ْاَ ل

ْ

َْ ن و ُمَ

ل عَت

ْ

(4)

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Menurut Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya al-Mishbah (2002), kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang memberinya tugas dan wewenang dan kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan. Sedangkan dalam memahami perintah-perintah Allah diperlukanlah akal yang benar di dalamnya, karena al-Qur’an diturunkan sebagai peringatan bagi orang-orang yang berakal (Suyuthi, 2008).

2. Pengertian Ilmu Mantiq (Logika) dan Dasar Berpikirnya

Ilmu mantiq (logika) menurut bahasa ialah bertutur kata benar, yang berasal dari bahasa Yunani, kata logos berarti “pikiran” atau “kata” sebagai pernyataan dari pikiran (Hasan, 1995), dalam bahasa Arabnya disebut

mantiq” yang diambil dari kata kerja nathaqa yang berarti berkata atau berucap (Mundiri, 2018). Istilah lainnya lagi ialah, al-Farabi dalam kitabnya al-Awsath al-Kabir dengan “pengukur akal” (Mi’yar al-aql), Ibn Sina menyebutnya “ilmu alat” al-Ilm al-Ali, al-Ghazali menyebutnya dengan pengukur ilmu (mi’yar al-ilm), Sahrawardi dalam kitabnya Hikmah al-Isyraq menyebutnya dengan istilah “kaidah berfikir” (dhawabith al-fikr), al-Syirazi dalam kitab al-Lam’at al-Masyriqiyyah menyebutnya dengan istilah ilmu timbangan (al-Mizan) ilmu ukur (al-Qisthas) dan alat penemuan (al-idraki),

(5)

sementara banyak ulama lainnya menyebut mantiq dengan “cabang pemikiran” dan “ilmu tentang kaidah-kaidah mencari dalil” (Purwanto, 2019).

Dari sekian banyak pengertian yang disebutkan oleh para ‘ulama dan ahli, penulis menyimpulkan bahwa kesemuanya itu bermaksud kepada ilmu yang menjaga manusia dari ketergelinciran dalam berfikir seperti disebutkan oleh Sina dalam Purwanto (2019).

Adapun bahasan pokok yang tidak boleh dilalaikan dalam ilmu mantiq adalah “asas berpikir”, kapasitas “asas” ini berlaku mutlak bagi kelurusan berpikir, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini, ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu (Mundiri, 2018).

Asas pemikiran juga bisa diistilahkan dengan hukum dasar logika atau oleh John Stuart Mill disebut sebagai “postulat-postulat universal semua penalaran” “universal postulates of all reasonings” (Rakhmat, 2013), hukum berpikir tersebut dapat diklasifikasi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Rakhmat, 2013).

1) Hukum identitas (law of identify) yang menegaskan bahwa sesuatu itu sama dengan dirinya (P = P).

2) Hukum kontradiksi (law of contradiction) yang menyatakan bahwa sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu (tidak mungkin P = Q dan sekaligus P ≠ Q).

3) Hukum tiada jalan tengah (law of excluded middle) yang mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain (P = Q atau P ≠ Q).

4) Hukum cukup alasan (law of sufficient reason) yang menjelaskan bahwa jika tidak terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah

(6)

berdasarkan alasan yang cukup. Itu berarti tidak ada perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hukum ini ialah pelengkap hukum identitas.

3. Urgensi Ilmu Mantiq (Logika)

Ilmu mantiq atau logika merupakan suatu cabang pengetahuan yang sangat penting diketahui manusia untuk memperoleh ilmu atau dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun agama, supaya cara berfikir dalam hal tersebut lurus, tepat, dan teliti agar tidak keliru atau salah dalam menyusun kata-kata, sehingga kesimpulannya pun menjadi salah (Ahmad, 2012). Imam al-Ghazali pun mengatakan dengan maksud yang senada “sesungguhnya orang yang tidak memiliki pengetahuan dalam logika, tidak dapat dipercaya ilmunya” (Hasan, 1995).

Berpikir pada hakikatnya merupakan sebuah ibadah yang merupakan amanah kemanusiaan. Sampai-sampai al-Qur’an mengecam orang-orang yang tidak menggunakan potensi akalnya, inderawinya lahir dan batin dalam menyikapi, mengkaji dan meneliti anugerah alam semesta (Ahmad, 2012).

Oleh karenanya di dalam berpikir diperlukan perhatian terhadap beberapa hal untuk mencapai ke arah kebenaran, yaitu sebagai berikut.

1) Berusaha membebaskan pemikiran dari belenggu taqlid serta menggunakan kebebasan berpikir sesuai dengan prinsip-prinsip pengetahuan.

2) Langkah meditasi dan pencarian bukti atau data ilmiah empirik (langkah ilmiah praktis).

3) Langkah-langkah analisis, pertimbangan dan induksi karena ini merupakan kegiatan penalaran dengan berpedoman pada prinsip-prinsip

(7)

penalaran untuk menemukan kebenaran ilmiah dan data-data empirik yang ditemukan.

4) Langkah membuat keputusan ilmiah berdasarkan argumen dan bukti ilmiah.

Senada dengan dasar hukum berpikir yang keempat (pelengkap hukum identitas), yang telah disebutkan pada pembahasan yang telah lalu, ternyata al-Qur’an pun menegaskan demikian. Bahwa manusia dilarang mengikuti apapun yang ia tidak ketahui (A. Hidayat, 2019). Sehingga, pada ayat berikut merupakan sebuah isyarat yang jelas bagi umat manusia bahwa dalam melakukan aktifitas apapun, terlebih ibadah ritual, seyogyanya ditopang dengan pengetahuan yang memadai (A. Hidayat, 2019), yang mana seperti telah disebutkan untuk mencapai sebuah pengetahuan mesti berdasarkan kepada pemikiran-pemikiran yang benar, seperti pendapat Aristoteles dalam Afandi (2018) “untuk pembuatan alasan berantai yang jika diikuti tidak akan pernah menghasilkan simpulan yang salah bila premis- premisnya benar”, dari pernyataan tersebut diasumsikan oleh penulis bahwa

“premis” merupakan pikiran, dan “simpulan” merupakan hasil dari premis- premis tersebut, yaitu sebuah pengetahuan.

َْكِٕىٰۤلوُ اْ ُّ

لُ

كْ َدا َؤفُلا َوْ َر َصَبلا َوْ َع م َّسلاْ َّ

ن ِا ْ مل ِعْٖهِبَْكَلْ َس يَلْاَمْ ُف قَتْاَلَو

ْال و ُٔـ س َمُْه ن َعْناَ َ كْ

ْ

Artinya: Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S. al-Isra: 36).

Kesimpulan

Penulis berkesimpulan bahwa, segala sesuatu ungkapan, baik itu definisi, sebuah konsep atau pandangan terhadap segala sesuatu, terlebih lagi

(8)

jika hal tersebut sudah menjadi sebuah disiplin ilmu, maka yang paling dasar harus diperhatikan ialah, apakah ia sesuai dengan asas-asas berpikir (masuk akal) atau tidak. Sehingga ilmu mantiq (logika) diperlukanlah dalam setiap aspek kehidupan manusia, karena dengannya, manusia dapat menghindari berbagai macam kesalahan (fallacy) dan jika sudah masuk ke dalam kesalahan maka ia pun dapat menyadari dimana letak kesalahannya, dan hal itu semua didapatkan dengan mempelajari sebuah ilmu yang menjadi alat ukur kebenaran suatu hal (ilmu logika).

Daftar Pustaka

Ahmad, M. I. H. (2012). Signifikansi Memahami Logika Dasar. Substantia:

Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14(1), 37–44.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v14i1.4854 Armawi, A. (2011). Eksistensi Manusia Dalam Filsafat Sören Kierkegaard.

Jurnal Filsafat, 21(1), 21–29.

https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jf.4738

Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1–6.

Hasan, M. A. (1995). Ilmu Mantiq Logika (2nd ed.). Pedoman Ilmu Jaya.

Hidayat, A. (2019). Manusia Paripurna: Pesan, Kesan dan Bimbingan al-Qur’an (A.

Rahmat (ed.)). Institut Quantum Akhyar.

Hidayat, A. R. (2018). Filsafat Berfikir: Teknik-teknik Berfikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir. In M. Afandi (Ed.), Duta Media (8th ed., Vol. 53, Issue 9). Duta Media Publishing.

(9)

Listia, W. N. (2015). Anak Sebagai Makhluk Sosial. Bunga Rampai Usia Emas, 1(1), 14–23. https://doi.org/https://doi.org/10.24114/jbrue.v1i1.9278

Mundiri. (2018). Logika (20th ed.). Raja Grafindo Persada.

Purwanto, M. R. (2019). Ilmu Mantiq. Universitas Islam Indonesia.

Rakhmat, M. (2013). Pengantar Logika Dasar (M. Haerun & F. B. Nurrahmat (eds.)). LoGoz Publishing.

Sada, H. J. (2016). Manusia Dalam Perspektif Agama Islam. Al-Tadzkiyyah:

Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 129–142.

https://doi.org/https://doi.org/10.24042/atjpi.v7i1.1498

Samsu. (2017). METODE PENELITIAN: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development) (Rusmini (ed.); 1st ed.).

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Jilid 1 (1st ed.). Lentera Hati.

Suyuthi, I. (2008). al-Itqan fi Ulumil Qur’an: Studi al-Qur’an Komprehensif. Indiva Media Kreasi.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari

 Logika juga disebut Logika juga disebut logike episteme logike episteme (Latin: (Latin: logica scientia logica scientia ) ) atau ilmu logika yang mempelajari

Manfaat ilmu kimia pada kehidupan manusia dalam bidang kedokteran yaitu untuk membantu penyembuhan pasien yang mengidap suatu penyakit, dengan menggunakan obat-obatan

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu

Salah satu cabang ilmu soaial yang mempelajari fenomena-fenomena sosial yang berhubungan dengan kerja sama dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan adalah ilmu

Kebutuhan manusia akan benda pakai menjadi salah satu faktor pendorong manusia untuk menciptakan suatu bentuk karya untuk menunjang keberlangsungan kehidupan

menurut saya ISBD adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek dasar dalam kehidupan manusia ,karena manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebudayaan / berbudaya dan

 Menghindari kesalahan yang sama Dengan belajar dari kesalahan manusia, kita bisa menghindari kesalahan yang sama di masa depan dan tumbuh sebagai individu yang lebih baik.. 