• Tidak ada hasil yang ditemukan

View/Open

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View/Open"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

35

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2000, Penetapan Kadar Borat dalam Makanan (07/MM/00). Metode Analisis PPOM 2000. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional.

Budiyanto, AK. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Giji. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

Cahyadi, W. (2009). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/PER/X/99 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Desroiser, N W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah: Mucji Muljohardjo. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ditjen Pengawasan Obat dan Pangan Departemen Kesehatan R.I. 1988.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/Perl/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan.Jakarta.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi keempat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Gandjar, I.B. (2012). Analisia obat secara Spektrofotometri dan Kromatografi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harminta (2004). Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya, Majalah Ilmu kefarmasian, Vol I, No.3. Departemen Farmasi FMIPA-UI:

Jakarta.

Katzung, B.G. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika:

Surabaya.

Lestari, I. 2006.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Produsen Dengan Derajad Keberadaan Boraks dalam Kerupuk di Desa Sijeruk Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Semarang.Semarang.

repository.unisba.ac.id

(2)

36

Panjaitan, L. (2010). Pemeriksaan dan penetapan kadar boraks dalam bakso di kota madya Medan. Fakultas Farmasi USU: Medan. [Skripsi]

PPOMN.(2000). Metode Analisis Pangan. Bandung: Badan POM.

Saparinto C, Hidayati D.(2006).Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sugiyatmi, Sri. 2006. Analisis Faktor-Faktor Risiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks Dan Pewarna Pada Makanan Jajanan Tradisional Yang Dijual Di Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2006[Tesis], Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Syah. D. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor:

Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama: jakarta.

repository.unisba.ac.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No 722/Menkes/IX/1988, boraks salah satu bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pada produk pangan karena

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan.. Kementerian

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan

Larangan ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dimana klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 722/menkes/per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan.. Depatemen kesehatan

Pengertian Bahan Tambahan Pangan Pengertian bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak

PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988 bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai