1
WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG PEMIMPIN DAN TUGAS-TUGASNYA
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah : Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Emilia M.A
Oleh Kelompok 13 :
Rara Fitri Anjani {0406232034}
Ahmad Hudzaifah Tanjung {0406231023}
Aulia Albuchori Siagian {0406231011}
PROGRAM STUDI ILMU HADIST
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA. 2023-2024
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa,Yang Maha Segalanya. Zat Maha Kuasa yang memberikan kita nikmat dan karunia-Nya tanpa sedikitpun lupa dan lengah,sehingga tiada hambatan untuk kita memanfaatkan apaapa yang telah Dia berikan. Sholawat berangkaikan salam kami haturkan kepada junjungan agung nabi besar Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberikan pedoman ke jalan yang sebenarbenarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Al-Hadist. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan yang berjudul “Wawasan Al-Qur’an Tentang Pemimpim Dan Tugas-Tugasnya”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Emiia M.A Selaku dosen mata kuliah AlQur’an yang telah memberikan tugas ini sehinga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni serta dapat terselesainyamakalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini, Semoga segala usaha kita senantiasa diridhai oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Aamiin Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Medan, 13 Desember 2023
Kelompok 13
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI...
BAB I ...
PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang ... B.
Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Masalah ...
BAB II ...
PEMBAHASAN ...
A. Pengertian Pemimpin Menurut Al-Qur’an...
B. Pandangan Al-Qur’an Tentang Kepemimpinan...
C. Tugas-Tugas Pemimpin Dalam Islam ...
BAB III ...
PENUTUP ...
A. Kesimpulan ...
DAFTAR PUSTAKA ...
BAB I
4
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci Islam yang merupakan kumpulan firman-firman Allah SWT (kalām Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Di antara tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk menjadi pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, pembicaraan Al-Qur’an terhadap suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara sistematis seperti halnya buku-buku ilmiah yang dikarang manusia. keadaan demikian sama sekali tidak berarti mengurangi nilai Al-Qur’an.
Sebaliknya, di sanalah letak keunikan sekaligus keistimewaannya. Dengan keadaan seperti itu, Al-Qur’an malah menjadi objek kajian yang tidak pernah kering oleh para cendekiawan, baik muslim maupun non muslim, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad yang lalu.
Memahami dan merealisasikan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam Al-Qur’an, kehidupan menjadi lebih bermakna. Manusia akan berinteraksi sosial antara satu dengan lainnya, dalam jalinan yang harmoni dalam keberagaman warna kulit, etnis, bahasa, serta agama. Sebab, hati atau qalbu mereka sudah berada pada tingkat kesadaran manusiawi, yakni pemahaman untuk apa mereka lahir, hidup, dan beriteraksi sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pemimpin Dalam Al-Qu’an?
2. Bagaimana Pandangan Al-Qur’an Tentang Kepemimpinan?
3. Apa Saja Tugas Pemimpin Dalam Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Pemimpin Dalam Al-Qur’an.
2. Untuk Mengetahui Pandangan Al-Qur’an Dalam Kepemimpinan.
3. Untuk Mengetahui Tugas-Tugas Pemimpin Dalam Islam.
BAB II
5
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemimpin Dalam Al-Qr’an
Pada paparannya, Prof. Tri mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang patuh dan lurus, (terhadap regulasi) dan tidak ingkar terhadap hal yang sudah disetujui bersama. Pada konteks Islam berarti patuh dan taat pada Al-Qur’an dan Hadist sebagai referensi utama. Selain itu, pemimpin juga harus mencintai yang dipimpinnya dan membawa mereka pada kebaikan dan keselamatan. Pemimpin dalam hal ini tidak menjerumuskan, tetapi membawa pada jalan keselamatan bersama. Kepemimpinan dalam Islam pun bukan untuk kelompok kecil, tetapi memimpin dunia dan seluruh makhluk yang berada di dalamnya. Artinya, setiap manusia lahir dan memegang amanah kepemimpinan, untuk mengajak pada kebaikan dan tidak berbuat kerusakan.
Prof. Tri mengatakan bahwa ketika seorang manusia sedang memegang amanah memegang kendali kepemimpinan di skala wilayah kecil, tetap harus berpikir universal demi kemaslahatan dunia. Dengan demikian, tidak melakukan hal-hal yang merusak alam, serta tidak berseberangan dengan kaidah kemaslahatan umat. Kaidah kepemimpinan selanjutnya yang disampaikan Prof. Tri adalah prinsip yang perlu dipegang individu bahwa setiap manusia adalah pemimpin, yang perlu mempertanggungjawabkan apa yang dipimpinnya.
Dalam khasanah sosiologi Islam, Ibnu Khaldun dikenal sebagai peletak dasar teori solidaritas masyarakat atau dikenal dengan teori ‘Ashâbiyat. Teori ini merupakan pengejawantahan dari teori harmoni ka al-jasad al-wahid dalam ajaran Islam, yang menggambarkan kelaziman saling melindungi dan mengembangkan potensi serta saling mengisi dan membantu di antara sesama. Melalui teori harmoni ka al-jasad al-wahid dimisalkan kehidupan komunitas muslim itu dengan ka al-bunyan yasuddu ba’duha ba’dla bagaikan sebuah bangunan, yang antara elemen bangunan yang satu dengan yang lainnya saling memperkokoh— memperkuat Teori ‘Ashâbiyat— solidaritas kelompok dan konsep ta’âwun al-ihsan itu didasarkan atas pemikiran ajaran Islam, yang di dalamnya terkandung norma akidah dan syari’at.
Ibnu Taimiyyah menyatakan agama Islam tidak akan bisa tegak dan abadi tanpa ditunjang oleh kekuasaan, dan kekuasaan tidak bisa langgeng tanpa ditunjang dengan agama. Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan kata Imamah. Sedangkan kata yang terkait dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam Islam ada delapan istilah, yaitu;
6
1. Imam dalam Surat Al-baqarah:124
َو َلاَق ۖ اًما ََِمإ ِساَّنلِل َك لِعاَج ىِن ِإ َلاَق ۖ َّنه َََّمَتأَف ٍتَم ِلَكِب ۥ هُّب َر َم ِهۦَر ْبِإ َى َلتْبٱ ِذِإ َو ۖ ن ِم
ىِتَّي ِر ذ ل اَنَي َََل َلاَق ىِدْهَع
ِلَّظلٱ َنيِم
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Al Baqarah ayat 124 dijelaskan Nabi Ibrahim sebagai Imam Umat Manusia Allah sampaikan kepada Nabi Ibrahim bahwa Allah akan mengangkat Nabi ini menjadi imam bagi seluruh umat manusia. Kata ‘imam’ dalam Tafsir At-Tanwir berarti yang terkemuka. Maksudnya, orang yang menjadi teladan,”.
2. Khalifah pada al-Baqarah: 30. Malik
ْذِا َو َلاَق َكُّب َر َمْلِل ِةَكى ٰۤ ل َِْين ِا
ل ِعاَج ِىف
ِض ََ ْر ََْلا ةَفْيِلَخ
ً ا ْو لاَق ل َع ََْجَتا
اَهْيِف
ْنَم دِسْفُّي اَهْيِف
ك ِفْسَي َو َء ٰۤ اَم ِدلا
ن ْحَن َو ح ِب َس ن
َكِدْمَحِب س ِدَق ن َو
َك َل َلاَق َِْي ن ِا م َل ََْعا
اَم َََل َن ْوم َل ََْعت
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al Baqarah: 30).
3. Surah Al-Fatihah:04
ِني ِدلٱ ِم ْوَي ِكِلَم
Artinya: Yang menguasai di Hari Pembalasan.
7
4. Wali pada al-A’raf
اَّم ًليِلَق َء اَيِل ََ ْوأ ِۦه ِنو د نِم ا و ِعَّبَتت َََل َو ْمِك ب َّر نِم مك ْيَلِإ َل ِزن أ ا َم ا و ِعَّبتٱ َنور ََ َّكَذت
Artinya: Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). Q.S Al-A’raf:03.
5. Amir dan Ra’in 6. Sultan
7. Rais 8. Ulil ‘amri
B. Pandangan Al-Qur’an Tentang Kepemiminan
Berdasar pada sabab nuzul yang telah dikemukakan, dipahami bahwa Nabi ketika di Mekkah, telah memiliki jiwa kesatria sebagaimana kesatriaan Nabi Dawud sebagai pemimpin yang diutus kepada kaumnya. Keadaan Nabi tersebut terus berlanjut sampai beliau menetap di Medinah, bahkan setelah hijrahnya, beliau membangun sebuah negara yang disebut Medinah, dan beliau sendiri yang memimpin negara yang berperadaban tersebut. Bila kembali diruntut ayat-ayat tentang kriteria pemimpin sesuai wurudnya, dipahami bahwa ayat pertama adalah QS. al-Anbiyā’ [21]: 73 yang menerangkan bahwa kriteria seorang pemimpin harus mampu memberi petunjuk.
Kriteria yang demikian, jelas dimiliki oleh orang-orang yang beriman dan orang kafir tidak boleh dijadikan sebagai pemimpin sebagaimana dalam QS. Fāthir [35]: 39. Ciri khas lainnya dari orang beriman adalah adil, dan hal tersebut merupakan syarat mutlak seorang pemimpin sebagaimana yang digambarkan dalam QS. Shād [38]: 26. Ciri yang demikian inilah ada pada diri Nabi Ibrahim sebagaimana dalam QS. al-Baqarah [2]: 124 dan rasul yang mengikuti sesudahnya, yakni Nabi Muhammad yang harus ditaati, demikian pula para pemimpin dengan kriteria demikian harus ditaati sebagaimana dalam QS. al-Nisā’ [4]: 59.
8
اَه ََُّيا َنْيِذَّلا
ا ْو نَما او عْي ََِطا
َللا او عْي ََِطا َو َل ْوس َّرلا
ىِلو ا َو ِر ََْم ََْلا
ْم ك ْنِم
ْنِاَف ْم تْع َزا َََنت َِْيف
ٍءْيَش ه َ ّْْودر َف
ࣖ
َىلِا ِللا ِل ْوس َّرلا َو ْنِا
ْم تْنك َن ْو نِم ْؤ ت
ِللاِب ِم ْوَيْلا َو ِر ِخ ََْل ا
َكِلذ ر ْيَخ َس ََْحا َّو
ًلْي َِْوَأت ن
Pemimpin dan masalah kepemimpinan dalam perspektif al-Qur’an, merujuk pada istilah khalifah, imamah dan ulu al-amr. Istilah khalifah dikenal dalam dunia Sunni, dan imamah dikenal dalam dunia Syi’ah, yakni sebuah bentuk kepemimpinan yang mengurus masalah keagamaan agama dan pemerintahan. Sedangkan istilah ulu al-amr adalah, bentuk kepemimpinan dalam pemerintahan bangsa, negara, dan masyarakat. Redaksi ayat-ayat tentang kriteria pemimpin, terklasifikasi atas Makkiyah dan Madaniyah. Ayat-ayat tersebut menggunakan khalifah, imamah, dan ulu al-amr beserta derivasinya. Di antaranya memiliki sabāb nuzūl, dan masing-masing ayat memiliki munasabah karena adanya kesamaan istilah.
Demikian pula redaksi-redaksi ayat tentang pemimpin, perlu diinterpretasi lebih lanjut, sehingga kriteria pemimpin menurut al-Qur’an benar-benar dapat dipahami, dan diimplementasikan dalam kehidupan. Berkenaan dengan itulah, disaran-kan agar kajian tentang kriteria pemimpin dengan pendekatan tafsir maudhu’iy, terus dikembangkan. Untuk pengembangan kajian, disarankan pula adanya kritik terhadap masalah tersebut, untuk kesempurnaan pembahasan.
C. Tugas-Tugas Pemimpin Dalam Islam
Pertama, tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi kualitas keberagamaan rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an; Surat An-Nisaa: 144.
ا ََّهَياي َنْيِذَّلا ا ْو نَما
َََل او ذ ََِّْخَتت َنْي ِرِفك ْلا
َء ٰۤ اَيِل ََ ْوا ْنِم
ِن ْو د َن ْيِنِم ْؤم ْلا دْي ِر َتا
َن ْو ََ ْن ا ا ْو لَع ََْجت ِلِل
ْمك ْيَلَع
ْلس اًنْيِبُّم اًنط
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai auliya;, yakni pemimpin-pemimpin, teman-teman penolong serta pendukung kamu, dengan meninggalkan orang-orang mukmin, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang mantap”.
9
Kedua, tidak mengangkat pemimpin dari orang-orang yang mempermainkan Agama Islam, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah: 57.
ا ا وذ ََِّْخَتت َََل ا َ ْونَم ا َنْيِذَّلا ا ََّهَيا َ َ ي َب تِكْلا ا وت َ ْوا َنْيِذَّلا َنِم اًب ََِعل َّو ا ًو ز ه ْم ََكنْيِد ا َ ْوذ َََّختا َنْيِذَّل
َ َََءٰۤاَيِل ََ ْوا َراَّف كْلا َو ْم كِلْبَق ْنِم
ْي ِنِمْؤُّم َْمتْن ك ْنِا َ للاه ا وَّقتا َو
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orangorang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang- orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman”.
Ketiga, pemimpin harus mempunyai keahlian di bidangnya, pemberian tugas atau wewenang kepada yang tidak berkompeten akan mengakibatkan rusaknya pekerjaan bahkan organisasi yang menaunginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah sa. “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR Bukhori dan Muslim).
Keempat, pemimpin harus bisa diterima (acceptable), mencintai dan dicintai umatnya, mendoakan dan didoakan oleh umatnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).
Kelima, pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah, sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Alquran, Surat Al-Maidah: 8. Keenam, pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah swt yang terkumpul dalam Asmaul Husna dan sifat-sifat Rasul-rasul-Nya.
Motivasi seseorang untuk ambil bagian dalam suatu proses kepemipinan sangat beragam sebagaimana halnya motivasi seseorang untuk melaksanakan ibadah, seperti salat, puasa, dan sebagainya. Keragaman motivasi atau latar belakang niat seseorang dalam bertindak adalah suatu hal yang tidak terelakan dan secara hukum tidak dipersalahkan. Sejarah menjelaskan kepada kita, ketika Nabi Muhammad saw berhijrah bersama para pengikutnya, beliau
10
mengatakan bahwa motivasi dan keikutsertaan para pengikutnya itu beragam, ada yang bermotivkan kekayaan, dan ada juga karena dorongan wanita yang ingin dinikahinya.
Semuanya itu dibenarkan, hanya saja kualitas partisipasi yang terbaik dan tertinggi dalam pandangan agama Islam adalah karena Allah swt.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada paparannya, Prof. Tri mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang patuh dan lurus, (terhadap regulasi) dan tidak ingkar terhadap hal yang sudah disetujui bersama. Pada konteks Islam berarti patuh dan taat pada Al-Qur’an dan Hadist sebagai referensi utama. Selain itu, pemimpin juga harus mencintai yang dipimpinnya dan membawa mereka pada kebaikan dan keselamatan. Pemimpin dalam hal ini tidak menjerumuskan, tetapi membawa pada jalan keselamatan bersama. Kepemimpinan dalam Islam pun bukan untuk kelompok kecil, tetapi memimpin dunia dan seluruh makhluk yang berada di dalamnya.
Berdasar pada sabab nuzul yang telah dikemukakan, dipahami bahwa Nabi ketika di Mekkah, telah memiliki jiwa kesatria sebagaimana kesatriaan Nabi Dawud sebagai pemimpin yang diutus kepada kaumnya.
sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi kualitas keberagamaan rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an;
Surat An-Nisaa: 144.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syarif Maarif, Lembaga Pendidikan Islam, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Saudi Arabia, Fahd Publisher, 2003. Daulay, Haidar Putra and Nurgaya Pasa.
Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: Kencana, 2003.
Fajar A. Malik, Roeformasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia.1999 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan pendidikan.