4.1 Data-Data Elemen Kegiatan Setiap Stasiun Sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) Perakitan Ponsel IMO (Inti-Mobile) Tipe Tab X3 Android ................... …… .................... … ............................................4 – 1 4.2 Data Kuesioner NordicBodyMap II........................ …… .... … ............4 – 7 4.3 Foto Postur Kerja Operator yang Memiliki Keluhan
Untuk mengetahui keluhan fisik operator pada setiap stasiun, dilakukan penyebaran kuesioner NordicBodyMap II. Adapun langkah-langkahnya sama dengan kuesioner NordicBodyMap (NBM)I, namun dimodifikasi kembali agar dapat mengetahui besarnya keluhan fisik pada setiap elemen kegiatan.Perbedaan utama antara kuesioner NordicBodyMap (NBM) I dan kuesioner NordicBodyMap (NBM) II adalah kegunaannya. Untuk NBM I kuesioner digunakan sebagai kuesioner pendahuluan penelitian untuk memastikan adanya keluhan fisik operator. Sedangkan NBM II digunakan untuk ‗menyaring‘ elemen -elemen kegiatan yang terdapat pada SOP berdasarkan dua elemen kegiatan yang memiliki persentase keluhan terbesar. Setelah didapatkan hasil kuesioner NordicBodyMap II dan diketahui dua elemen kegiatan yang memiliki persentase paling besar dari setiap stasiun, maka kemudian dikumpulkanlah foto postur kerja operator dari setiap elemen-elemen kegiatan tersebut.
Selanjutnya untuk dapat mengetahui secara lebih detil mengenai keluhan dan risiko ergonomi yang dialami oleh pekerja tersebut, dilakukan pengolahan data terhadap kusisioner NordicBodyMap yang telah diajukan kepada para pekerja sebelumnya. Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2, hasil kuesioner menunjukkan bagaimana tanggapan pekerja terhadap 28 kemungkinan rasa sakit yang dialami selama melakukan pekerjaan desainer, dimana hasilnya terlihat bahwa hampir ketiga pekerja mengalami keluhan, baik keluhan agak sakit (AS), keluhan sakit (S), maupun keluhan sangat sakit (SS), pada bagian leher, bahu, punggung, pantat, lengan, pergelangan tangan, tangan dan lutut. Keluhan tersebut terutama disebabkan karena aktivitas pekerjaan desainer yang dilakukan pada keadaan duduk dan statis dalam jangka waktu 2-4 jam sebelum dan sesudah jam istirahat siang. Pada Tabel 3 diperlihatkan secara ringkas penyebab dari masing-masing bagian tubuh yang dikeluhkan pekerja. Ringkasan tersebut dibuat berdasarkan pengamatan langsung terhadap aktivitas kerja desainer terkait dengan hasil kuesioner tersebut.
The purpose of this study is to apply ergonomic checklist for agriculture in Indonesian farmers as suggested by ILO [26] as an effort to increase Indo- nesian agricultural safety as well as productivity. In addition, this study also observes the prevalence of musculoskeletal symptoms among Indonesian far- mers using the Nordicbodymap, as well as RULA or REBA if applicable due to its nature of farmer’ activities. To strengthen the analysis, postural ana- lysis using 3D SSPP was conducted to examine the real load of rice farming activities, since the first two methods (ergonomics checklist, Nordicbodymap, RULA or REBA) is assessed by the observer and based on perceived symptoms that might not free from subjective bias.
Analisis yang dilakukan adalah analisis postur tubuh pekerja pengangkat kotak telur dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Asessment), kemudian penyebaran kuesioner NordicBodyMap dan analisis biomekanika untuk mengetahui besarnya gaya dan momen pada segmen tubuh yang dikeluhkan pekerja, yaitu segmen punggung dan lengan. Berdasarkan hasil analisis kuesioner NordicBodyMap didapat pekerja yang mengalami keluhan paling besar adalah pekerja pengangkat kotak telur yang berada diatas mobil.
a. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengolahan data jenis keluhan dengan NordicBodyMap, diketahui bahwa rata-rata jenis keluhan bernilai 3 (Sakit) pada bagian tubuh nomor 1, 3, 5, 7, 8 dan 15 yang berarti seluruh teknisi merasakan sakit pada bagian leher bawah, bahu kanan, punggung, pinggang, pinggul dan pergelangan tangan kanan. Selain itu terdapat 14 bagian tubuh lainnya yang dirasa agak sakit oleh teknisi.
Penelitian yang dilakukan Murdianto (2008) Program Studi Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dalam skripsinya penentuan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan (Fatique) dan beban fisik operator (Studi Kasus dilakukan pada perusahaan timbangan akur yogyakarta). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu istirahat berdasarkan energi yang dikeluarkan dan mengetahui berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan untuk mengurangi rasa lelah dan beban kerja fisik pada saat operator kembali bekerja. Penelitian ini dilakukan bagaimana menentukan waktu istirahat yang dapat mengurangi beban kerja fisik operator dengan menggunakan nordicbodymap (kuesioner kelelahan biomekanik), pada kecepatan denyut jantung dan melakukan pengamatan serta perhitungan waktu proses pada pekerja untuk mengetahui tingkat beban fisik operator. Perhitungan waktu istirahat menggunakan rumus yang direkomendasikan oleh Murrel.
Corlett (1992) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordicbodymap. Melalui nordicbodymap dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.3, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
Dalam rekapitulasi kuesioner NordicBodyMap yang telah dilakukan dapat diketahui persentase keluhan sakit dari pada pekerja. Persentase keluhan sakit terbesar yaitu sakit kaku pada bagian leher atas dengan nilai persentase 100, sakit kaku pada bagian leher bawah dengan nilai persentase 80, sakit pada bahu kanan dengan nilai persentase 80, sakit pada bagian punggung dengan nilai persentase 80, sakit pada bagian pinggang dengan nilai persentase 80, sakit pada pergelangan tangan kiri dengan nilai persentse 80, dam sakit pada pergelangan tangan kanan dengan nilai persentase 80. Hasil perhitungan persentase keluhan kerja didapatkan dari perhitungan jumlah pekerja pada tiap jenis keluhan kerja dibagi dengan jumlah keseluruhan operator yang menjadi responden.
Despite the non-parametric nature of the bodymap vibration rat- ing perceived exertion data and participants’ subjective assessments of vibrations felt, differences between measurements for different frequencies and amplitudes of WBV exposition were analyzed with a multivariate analysis of variance test for multiple dependent vari- ables (MANOVA), with a level of significance of α = .01. With small sample sizes, non-parametric analyses are less likely to detect ef- fects, or the power is reduced, or the confidence intervals are wider. A non-parametric test applied to a large number of factors increases the chances of a Type I error [3,6]. After verification of the effects be- tween the variables, univariate analyses using Tukey’s post-hoc test were applied.
for the frequencies between 21 and 25 Hz. For the head (13–25 Hz) was ‘fairly light’, and ‘somewhat hard’ for the trunk (11–25 Hz). In general, the subjective magnitude estimation of vibration, using the Borg scale, followed a similar trend as the acceleration integral values determined at the lower leg, hip and head. This shows that people are able to estimate the magnitude of vibrations in various parts of their body and it suggests that machine settings should be chosen based on the subject’s sensations (Borg scale). However, we also found that body regions where subjects feel high vibrations do not necessarily correspond with body sites where most pain or discomfort is felt. Fur- thermore, a subjective discomfort or pain perception can be related to hazardous side effects. At 5 mm amplitude, 61.5% of the subjects felt discomfort in the foot region (21–25 Hz), 46.2% in the lower back region (17, 19 and 21 Hz) and 23% in the abdominal region (9–13 Hz). The subject’s perception based on the Borg scale could be an im- portant tool for choosing possible training regimens. If the subject feels discomfort or pain, this could be a sign that the chosen settings (frequency + amplitude + vibration mode) are not appropriate for this individual. We suggest that the WBV frequency and amplitude settings should be based on an individual’s perceptions.
Location-Based Services (LBS) have attracted growing attention in recent years, especially in indoor environments. The fundamental technique of LBS is the map building for unknown environments, this technique also named as simultaneous localization and mapping (SLAM) in robotic society. In this paper, we propose a novel approach for SLAM in dynamic indoor scenes based on a 2D laser scanner mounted on a mobile Unmanned Ground Vehicle (UGV) with the help of the grid-based occupancy likelihood map. Instead of applying scan matching in two adjacent scans, we propose to match current scan with the occupancy likelihood map learned from all previous scans in multiple scales to avoid the accumulation of matching errors. Due to that the acquisition of the points in a scan is sequential but not simultaneous, there unavoidably exists the scan distortion at different extents. To compensate the scan distortion caused by the motion of the UGV, we propose to integrate a velocity of a laser range finder (LRF) into the scan matching optimization framework. Besides, to reduce the effect of dynamic objects such as walking pedestrians often existed in indoor scenes as much as possible, we propose a new occupancy likelihood map learning strategy by increasing or decreasing the probability of each occupancy grid after each scan matching. Experimental results in several challenged indoor scenes demonstrate that our proposed approach is capable of providing high-precision SLAM results.
The two physicians pointed out that they were confused by the unclear markings on the CPBM. They thought that the unclear markings either were errors made by patients or errors in the program. The program allowed patients to mark all over the screen and not just on the body. The test also revealed that in order to give the correct intensity, the patients had to hit exactly in each scale button. Every time the patient clicked outside the button, this made the marked area turn grey. In the same manner, if the patients did not notice the pop-up box, the previously marked area would also turn grey. Grey did not represent a number on the pain intensity scale. It was for this reason not possible to determine if a grey area was an error made by the patient or by the program.
The purpose of this research is to find relations individual characteristics with complaints Musculoskeletal Disorders (MSDs) in machinist in PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II West Sumatra. The research was done in June - July 2016, with the kind of research quantitative and use design cross sectional. To research this researchers used the total number of in the sample namely 28 people. For data collection researchers used the questionnaire (data individual characteristics), NordicBodyMap (data complaints MSDs, is subjective) and Vibration Meters (the measurement of the intensity vibration). Statistical analysis use test kolmogorov smirnov, the economic situation of significant used is 95 % or the economic situation of error 0.05 .
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (bodymap) yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang sangat singkat sekitar 5 menit.Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat kelelahan ringan sampai dengan berat.
Hasil penelitian yang dilakukan pada bagian winding di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta menggunakan NBM (NordicBodyMap) dapat diketahui bahwa total skor individu tertinggi sebelum perlakuan stretching adalah 38 dan yang terendah adalah 19 dengan rata- rata 26 dengan jumlah tenaga kerja yang mengalami risiko rendah tidak ada, sedangkan yang mengalami tingkat risiko sedang sebanyak 7 (35%) tenaga kerja, tingkat risiko tinggi sebanyak 12 (60%) tenaga kerja, dan tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 1 (5%).
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki postur kerja pekerja Java Art Stone, sehingga dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal dan waktu proses pemahatan para pekerja Java Art Stone. Perbaikan postur kerja dilakukan dengan menambah fasilitas kerja berupa meja pahat dan kursi. Pengukuran postur kerja dilakukan dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), keluhan muskuloskeletal diukur dengan kuesioner NordicBodyMap, dan waktu proses pemahatan dilakukan dengan mengukur waktu pemahatan 5 buah ornamen motif balinan berukuran 30X30X5 cm pada masing-masing pekerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software minitab 16.