PedomanUmum BPNT ini disusun oleh Kementerian/Lembaga lintas Sektor terkait, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kantor Staf Presiden, dan Sekretariat TNP2K.
Saran yang dapat penulis berikan terkait penerapan BPNT adalah bahwa dalam penerapan program baru ini harus selalu ada koordinasi yang baik dari seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya agar penerapan BPNT dapat berkelanjutan, mampu mewujudkan kesejahteraan pangan, mampu mewujudkan ketahanan pangan serta dapat diterima oleh semua pihak.
TUNGGAL SAWITA PRATAMA di Tempat Dimintakan kepada para Peserta Lelang Umum Paket Pekerjaan: Bantuan Pangan Non Beras 1065498 Berkenaan dengan Lelang Sederhana tersebut diatas, mak[r]
Program BantuanPanganNonTunai merupakan upaya mereformasi Program Subsidi Rastra yang dilaksanakan berdasarkan arahan Presiden Republik Indonesia untuk meningkatkan efektifitas dan ketepatan sasaran program, serta untuk mendorong inklusi keuangan. Penyaluran BantuanPangan secara NonTunai dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2017 pada beberapa daerah terpilih di Indonesia dengan akses dan fasilitas memadai. Selain untuk memberikan pilihan pangan yang lebih luas, penyaluran BantuanPangan secara NonTunai melalui sistem perbankan juga dimaksudkan untuk mendukung perilaku produktif masyarakat melalui fleksibilitas waktu penarikan bantuan dan akumulasi aset melalui kesempatan menabung. Pada akhirnya, penyaluran BantuanPanganNonTunai diharapkan memberi dampak bagi peningkatan kesejahteraan dan kemampuan ekonomi penerima manfaat melalui akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan.
Program perlindungan sosial PKH --> Naik dari 6 juta menjadi 10 juta Keluarga Penerima Manfaat Perluasan Bantuan Pangan non Tunai BPNTdari rastra Pelayanan KesehatanPBI 92,4 juta j[r]
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 secara eksplisit menyebutkan pangan sebagai salah satu hak asasi manusia. Untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin akibat krisis ekonomi tahun 1997/1998, Pemerintah Indonesia melaksanakan subsidi beras untuk pemenuhan sebagian kebutuhan bahan pangan masyarakat miskin. Program subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah yang dikenal dengan nama Rastra (Beras Sejahtera) ini disalurkan setiap bulan dengan alokasi sebesar 15 kg untuk setiap Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dengan harga tebus Rastra sebesar Rp1.600,-/kg.
Program Bantuan Sosial Pangan terdiri dari Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) dan BantuanPanganNonTunai (BPNT). Program dimaksud bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah melalui pemberian bantuan sosial pangan. Keberhasilan Program Bansos Pangan sangat ditentukan oleh enam aspek (6T), yaitu tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Keenam aspek tersebut sampai saat ini masih menjadi permasalahan dalam penyaluran Bansos Pangan, baik dalam bentuk Bansos Rastra maupun BPNT. Permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam proses penyaluran bansos pangan selama ini belum mendapatkan akses untuk dikelola dengan baik.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelayanan dan efisiensi distribusi. Perum BULOG Sub Divre III Surakarta yang merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) membentuk Pusat Distribusi untuk mempermudah proses penjualan bahan pangan komersil. Penjualan bahan pangan komersil Perum BULOG Sub Divre III Surakarta merupakan kegiatan bisnis penjualan bahan pangan seperti Beras KITA, Minyak KITA, Gula Manis KITA, Bawang Merah, Bawang Putih, dan Daging KITA. Perum BULOG Sub Divre III Surakarta menggunakan saluran distribusi langsung melalui HOREKA (Hotel, Ketering, Restauran), Lembaga/Perusahaan, Pasar Rakyat, BPNT (BantuanPanganNonTunai) dan saluran distribusi tidak langsung yang menggunakan Distributor, Toko/Retail dan RPK (Rumah pangan KITA) dalam proses pendistribusian bahan pangan komersil kepada konsumen akhir.
Buku Petunjuk Teknis ini disusun sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Sosial dengan Himbara untuk memberikan kejelasan dalam pelaksanaan penyaluran bantuan sosial PKH secara nontunai melalui perbankan. Selanjutnya Petunjuk Teknis ini juga menjelaskan peran masing-masing pihak dalam penyaluran bantuan sosial PKH secara non-tunai, mulai dari kebijakan, alur kerja, prinsip umum, teknis operasional dan siapa yang bertanggung jawab. Buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman bersama antara Lembaga bayar, baik di pusat maupun di daerah, seluruh unit terkait di lingkungan Kementerian Sosial dan Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota.
B. Model Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat Pelaksanaan kegiatan PUPM dilaksanakan melalui dukungan dana APBN. Kegiatan ini dilaksanakan melalui alokasi dana Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian dalam bentuk dana dekonsentrasi yang diberikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan urusan di bidang ketahanan pangan Provinsi. Dana yang dialokasikan tersebut disalurkan kepada Gapoktan/LUPM yang bergerak di bidang pangan dalam bentuk dana Bantuan Pemerintah untuk melakukan pembelian pangan pokok dan strategis dari petani/mitra dan selanjutnya memasok pangan pokok dan strategis tersebut kepada TTI untuk dijual kepada konsumen dengan harga yang layak. Dalam hal ini TTI yang dimaksud adalah pedagang yang menjadi mitra Gapoktan/LUPM yang bergerak di bidang pangan yang terikat melalui kerjasama antara kedua belah pihak.
2. Pemprov dan Pemkab/Pemkot dapat menganggarkan pada APBD belanja bansos untuk menambah Pagu Penerima Bansos Pangan bagi keluarga yang dianggap miskin dan tidak termasuk dalam Daftar KPM, sesuai dengan kemampuan daerah, setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan pemerintahan wajib dan pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundangan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 (1.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (1.d), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Selain itu di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi di dalam Pasal 76 Ayat (2) juga jelas mengamanahkan tentang pemenuhan hak Mahasiswa yaitu mahasiswa pemerintah harus memberikan (a) beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi; (b) bantuan atau membebaskan biaya Pendidikan; dan/atau (c) pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan.
Surat Kuasa atau Surat Perintah dari Direktur Perusahaan apabila diwakilkan Keterlambatan atau ketidakhadiran dalam menyampaikan pembuktian kualifikasi kepada panitia perusahaan Saudara[r]
ENGUMUMAN HASIL KOREKSI ARITMATIK or :05.01/PHKA/DINSOSNAKERTRANS/Sg/201 Tanggal : 02 Maret 2012 gadaan Bantuan Pangan Non Beras 1.000 Paket na Tugas Perbantuan Departemen Tenaga Kerj[r]
Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 4 Tahun 2015 dan tata cara evaluasi kualifikasi, serta hasil evaluasi terhadap Dokumen Isian Kualifikasi untuk pekerjaan sebaga[r]
Paket Pekerjaan Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Bantuan Pangan Non Beras T+2[10 Bulan x 95 KK] Lingkup Pekerjaan : Pemberian Bantuan Pangan Non Beras T+2[10 Bulan x 95 KK] Nilai To[r]
Erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta yang terjadi sejak tanggal 26 oktober 2010 hingga saat ini belum juga berakhir. Erupsi Gunung Merapi tersebut telah meluluh lantakan daerah di sekitar kawasan Gunung Merapi yaitu DIY Yogyakarta & Jawa Tengah. Berbagai sarana umum mengalami rusak parah, ratusan bahkan ribuan rumah warga rusak tertimbun abu vulkanik dan nyawa pun ikut melayang dalam bencana alam tersebut. Bahkan sampai saat ini ribuan warga yang telah di evakuasi ke tempat pengungsian berada dalam kondisi memprihatinkan.
(2) Penyaluran Bantuan Sosial secara nontunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Bantuan Sosial yang diberikan dalam rangka program penanggulangan kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.
Peningkatan pembayaran nontunai berpotensi untuk dapat memberikan manfaat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui beberapa cara yakni: mengurangi opportunity cost masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan bunga dan fee base income dan pembiayaan tanpa bunga (khusus kartu prabayar/e-money) yang diterima Bank atau penerbit APMK, mendorong kenaikan tingkat konsumsi dan velocity of money serta mendorong aktivitas sektor riil dan pertumbuhan ekonomi (Hidayat dkk, 2006 : 24).
Dalam penelitian mengenai pengaruh sistem pembayaran nontunai terhadap stabilitas moneter di Indonesia ini Penulis hanya membahas salah satu instrumen pembayaran nontunai yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang terdiri dari ATM atau debit dan kartu kredit.