BAB IV PEMBAHASAN
4.2.12 Dampak Negatif Mencuci Pakaian
Mencuci pakaian pada hari pertama dan kedua perayaan Imlek merupakan suatu pantangan yang tidak boleh dilanggar karena dianggap menghilangkan keberuntungan yang sudah didapat. Apabila seseorang melanggar pantangan tersebut maka seseorang tersebut akan mengalami kesialan atau ketidakberuntungan dalam kehidupan sepanjang tahun.
4.2.13 Dampak Negatif Wanita Keluar Rumah
Wanita dilarang keluar rumah pada hari pertama perayaan Imlek baik wanita yang belum menikaah maupun yang sudah menikah. Hal ini karena dianggap tidak menghormati orangtua dan keluarga yang ada di dalam rumah dan juga dianggap akan mendapatkan kecelakaan. Apabila seseorang melanggar pantangan tersebut maka seseorang tersebut akan mendapatkan kesialan maupun kecelakaan dalam kehidupan selama perayaan Imlek berlangsung maupun sepanjang tahun.
4.2.14 Dampak Negatif Membeli Buku Dan Sepatu
Membeli buku dan sepatu pada hari pertama perayaan Imlek juga dilarang hal ini karena dalam bahasa Mandarin lafal kedua kata tersebut mirip dengan kata kalah dan jahat.
Apabila membeli buku dan sepatu pada hari pertama perayaan Imlek akan berdampak buruk dalam kehidupan yaitu akan mengalami perbuatan jahat dan mendapat kekalahan sepanjang tahun. Dan jika seseorang melanggar pantangan tersebut maka seseorang itu akan mengalai kekalahan, dicurangi orang lain dan mendapat kesialan dalam kehidupan sepanjang tahun.
4.2.15 Dampak Negatif Tempat Beras Kosong
Pada hari pertama perayaan Imlek tempat beras tidak boleh kosong karena akan berdampak buruk dalam kehidupan. Hal ini tabu karena tempat beras kosong merupakan suatu tanda bahwa dalam kehidupan akan mengalami kelaparan sepanjang tahun.
4.2.16 Dampak Negatif Memberi hadiah Benda Tajam
Memberi hadiah benda tajam dalam perayaan Imlek sangat dipantangkan karena benda tajam mengandung makna akan mengalami suatu kecelakaan, mengahidiri duka, dan meninggalkan atau memotong persahabatan atau kekeluargaan. Apabila seseorang memberi
hadiah maka seseorang mengalami kecelakaan, akan meninggalkan sahabat atau keluarga dan akan memotong persahabatan maupun kekeluargaan.
4.2.17 Dampak Negatif Memberi Hadiah Buah Pir Dan Bunga Potong
Memberi hadiah buah pir dan bunga potong juga dilarang pada hari perayaan Imlek karena hal ini dipercaya akan mengalami perpisahan dengan sahabat atau keluarga dan akan memotong rejeki. Apabila seseorang melanggar pantangan tersebut maka seseorang tersebut akan mengalami suatu hal buruk yaitu akan berpisah dengan sahabat maupun keluarga dan rezekinya akan berkurang sepanjang tahun.
4.2.18 Dampak Negatif Memberi Hadiah Angka 4
Memberi hadiah yang berhubungan dengan angka 4 pada perayaan Imlek juga sangat dipantangkan karena angka empat erat hubungannya dengan kematian. Apabila seseorang melanggar pantangan tersebut maka akan mendapatkan kecelakaan atau mengalami kesialan sepanjang tahun.
4.2.19 Dampak Negatif Memberi Hadiah Sapu Tangan Dan Payung
Memberikan hadiah sapu tangan dan payung pada hari pertama perayaan Imlek sangat dilarang karena dalam bahasa Mandarin simbol sapu tangan dan payung sama dengan kata putus dan selamat tinggal. Apabila hal ini dilanggar maka akan berdampak buruk dalam kehidupan yaitu seseorang akan meninggalkan dan mengalami perpisahan atau putus hubungan dengan sahabat atau keluarga.
4.2.20 Dampak Negatif Duduk-Duduk Di Dalam Kamar Tidur
Menemui orang di kamar tidur ataupun duduk di kamar tidur pada malam hari pertama perayaan Imlek merupakan pantangan dalam perayaan Imlek. hal ini pantang karena
akan membawa kesialan dalam kehidupan. Apabila seseorang melanggar pantangan tersebut maka seseorang tersebut akan mengalami kesialan sepanjang tahun.
Pantangan-pantangan diatas merupakan tradisi yang selalu dilaksanakan oleh semua Masyarakat Tionghoa pada saat merayakan perayaan Imlek sampai sekarang ini. Dampak negatif dari pantangan pada perayaan Imlek akan terjadi selama setahun sampai tahun Baru Imlek kembali datang dan dirayakan. Hal ini dengan syarat pantangan tersebut harus dilaksanakan dan tidak boleh dilanggar supaya mendapatkan hal-hal yang baik dalam kehidupan. Adapun Masyarakat Tionghoa yang sudah jarang melaksanakan tradisi tersebut jaman sekarang ini adalah kaum muda yang sudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar terutama mereka yang sudah tinggal di lingkungan yang dominan bukan Masyarakat Tionghoa tetapi dominan masyarakat pribumi. Selain itu juga faktor agama yang lebih menekankan pada ajaran-ajaran agama dan tidak boleh percaya pada hal-hal mistis.
Selain pantangan diatas, ada juga berbagai kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan menyambut perayaan Imlek. Kegiatan yang selalu dilakukan oleh Masyarakat Tionghoa termasuk Masyarakat Tionghoa di Kota Medan adalah seperti membersihkan rumah sebelum perayaan Imlek berlangsung. Masyarakat Tionghoa membersihkan rumah dari debu, mereka juga memperbaharui perabot rumah tangga yang sudah rusak maupun meng-cat rumah supaya tampak lebih segar dan bersih. Kata “Chen [尘]” (artinya debu) dan “Chen [陈]”
(artinya lama) memiliki bunyi yang sama. Maka pada saat menyambut Tahun Baru Imlek, membersihkan rumah memiliki arti untuk membersihkan segala ketidakberuntungan dan nasib buruk dari rumahnya. Tradisi tersebut menandakan keinginan dan doa masyarakat Tionghoa untuk meninggalkan hal-hal buruk di masa lama dan menyambut kedatangan masa depan yang lebih baik.
Menempelkan Puisi Tahun Baru Imlek juga kegiatan yang dilakukan oleh Masyarakat Tionghoa. Chun Lian adalah sepasang kalimat yang berbentuk puisi yang ditempelkan samping kiri dan kanan pintu, tiang, jendela maupun dinding. Kalimat-kalimat yang tertulis di Chun Lian adalah kalimat-kalimat yang penuh dengan harapan dan hikmat. Kertas yang dipakai untuk menuliskan Chun Lian biasanya berwarna merah dengan tulisan warna Emas maupun Hitam diatasnya. Tidak tidur pada malam Imlek juga merupakan salah satu tradisi yang dilakukan dalam menyambut Imlek. Setelah makan malam bersama, semua anggota keluarga berkumpul dan mengobrol dengan santai menunggu detik-detik pergantian Tahun dengan suka ria. Terdapat 2 arti dalam tradisi tidak tidur pada malam Imlek, yaitu :
1. Untuk yang sudah lanjut usia, “Shou Sui” atau tidak tidur pada malam Tahun Baru Imlek menandakan mereka sudah melewati Tahun yang lama dan harus bersyukur serta menghargai waktu yang akan datang.
2. Untuk kaum muda dan anak-anak, Tujuan “Shou Sui” atau tidak tidur pada malam Tahun Baru Imlek adalah untuk mendoakan supaya orang tuanya panjang umur.
Menyalakan Petasan dapat menimbulkan suara keras “ping ping piang piang” yang merupakan suatu kegiatan hiburan dan menambahkan suasana meriah dalam merayakan Imlek. Arti dari petasan adalah untuk mengusir nasib-nasib buruk tahun sebelumnya dan mengharapkan masa depan yang lebih cerah dan bahagia. Saling mengunjungi keluarga juga merupakan tradisi yang selalu dilakukan oleh Masyarakat Tionghoa. Dalam kegiatan Pai Nian, biasanya generasi yang lebih muda akan melakukan kunjungan ke keluarga ataupun saudaranya yang lebih tua untuk memberikan hormat. Pada malam Tahun Baru Imlek semua anggota keluarga makan bersama dan saling bercerita dalam suasana menyambut datangnya Tahun Baru Imlek yang penuh harapan. Hal yang diwajibkan dalam perayaan Imlek adalah memakai pakaian berwarna merah maupun semua yang bernuansa merah karena warna merah dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa melambangkan kemakmuran, kebaikan dan
kesejahteraan. Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat dan akan membawa nasib baik. Pakaian berwarna merah yang berarti kebahagiaan, keceriaan, dan memberi keyakinan akan adanya masa depan yang cerah.
Dimalam tahun baru kertas merah dengan huruf “fu” terbalik yang artinya "rezeki".
Maknanya adalah disaat pergantian tahun baru, Fu atau rejeki bisa berputar sesuai pergantian tahun. Di hari ketujuh setelah Imlek yang disebut Renri ada tradisi makan sayur tujuh macam.
Sayurnya bisa apa saja yang terpenting masih berwarna hijau. Tradisi ini juga melambangkan hari dimana akan diturunkannya keberuntungan kepada umat manusia dibumi. Tradisi ini merupakan tradisi lama yang berakar dari masa Dinasti Han. Berdasarkan kepercayaan orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan. Walaupun demikian bagi mereka yang tidak mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie) dan minum arak. Saat merayakan Tahun Baru Imlek kebanyakan Masyarakat Tionghoa membuat Samseng yang terdiri dari tiga jenis macam binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina dan daging babi.
Samseng lebih berkaitan dengan tiga alam yaitu Langit, Bumi dan Air. Tiga alam inilah kita bisa bertahan hidup.
Makanan lain yang merupakan tradisi dalam perayaan Imlek adalah mie karena mie melambangkan panjang umur terutama Siu Mie atau Shou Mian = "Mie panjang umur". Mie ini harus disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu untaian mie, sebab dengan demikian diharapkan umur kita panjang . Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong, maklum apabila saatnya tiba toh akhirnya usia manusia tersebut akan putus juga. Yusheng 鱼生 didasarkan pada faktor berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan karena porsi satu
piring besar Yusheng bisa disantap sampai 8 orang sehingga tidak cocok untuk dimakan sendiri saja. Yusheng yang berarti keberuntungan dan kemakmuran. Jiaozi juga merupakan salah satu menu utama yang disajikan di hari Imlek. Bentuk makanan ini seperti uang tael , sehingga dipercaya dengan menyajikannya di hari Imlek bisa membawa kemakmuran dan keberuntungan. Menurut legenda , jenis makanan ini diciptakan oleh Zhang Zhongjing seorang ahli pengobatan dimasa akhir Dinasti Han.
Perayaan Imlek juga menyajikan berbagai jenis kue yang merupakan makanan wajib yang melambangkan keberuntungan dalam kehidupan. Jenis kue tersebut adalah kue keranjang. Dinamakan sebagai kue keranjang karena cetakannya terbuat dari keranjang bambu . Kue Keranjang di Tiongkok lebih dikenal sebagai Niangao yang terbuat dari nasi lengket. Niangao ini bisa dimakan sepanjang tahun , tetapi perannya menjadi sangat penting di hari Imlek. Kata "nian" 粘 berarti lengket yang bunyinya mirip dengan "nian" 年 yang artinya tahun. Kata "gao" 糕 berarti kue berbunyi mirip dengan "gao" 高 yang artinya tinggi.
Oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Kue lapis legit juga merupakan kue wajib yang disajikan dalam perayaan Imlek.
hal ini karena kue lapis sebagai pelambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang lebih lebih manis dan lebih legit lagi. Kue lapis legit melambangkan harapan di tahun mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di tahun-tahun sebelumnya dan rezeki akan berlapis-lapis datang dalam kehidupan.
Buah-buahan juga merupakan makanan yang selalu disajikan dalam perayaan Tahun baru Imlek. Buah-buahan itu adalah Pisang Raja atau Pisang Emas yang melambangkan emas dan kemakmuran. Jeruk kuning melambangkan kemakmuran yang akan tumbuh terus. Tebu melambangkan kehidupan manis yang panjang. Jeruk Bali dalam
Budaya Tionghoa disediakan untuk menyambut hari Imlek. Jeruk bali dan jeruk yang berdaun juga sering dipakai karena musim ini biasanya juga musim jeruk. Arti kata Jeruk Bali dalam bahasa Latin adalah citrus maxima atau citrus grandis yang kurang lebih berarti Jeruk Besar. Dalam bahasa Mandarin disebut Youzi 柚子 yang bermakna you 佑 artinya perlindungan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Perayaan Imlek yang selalu dirayakan oleh Masyarakat Tionghoa merupakan perayaan yang sangat meriah yang selalu dirayakan setiap tahunnya. Masyarakat Tionghoa sangat berantusias merayakan Tahun Baru Imlek ini karena mereka percaya dengan merayakan Tahun Baru ini kehidupan yang baru akan datang. Tahun baru Imlek juga merupakan Hari berkumpulnya dengan keluarga. Pada malam sebelum Tahun Baru Imlek di tahun lama atau sering disebut juga dengan “chu xi [除夕]” semua keluarga berkumpul dan makan bersama untuk menyambut tahun yang baru yang penuh dengan kebahagiaan.
Dalam menyambut kedatangan Tahun Baru Imlek ini, setiap keluarga sudah mulai melakukan persiapan-persiapan Tahun Baru Imlek seperti membeli Pakaian Baru, Makanan dan pernak-pernik perlengkapan Tahun Baru Imlek. Dalam perayaan Imlek menyajikan berbagai kemeriahan dan kemewahan. Akan tetapi dalam perayaan Imlek juga terdapat pantangan atau hal-hal yang tidak boleh dikerjakan pada saat menyambut Tahun Baru Imlek dan Tahun Baru Imlek tersebut sedang berlangsung. Pantangan-pantangan yang terdapat dalam perayaan Imlek tersebut harus ditaati dan dilaksanakan karena Masyarakat Tionghoa percaya bahwa jika tidak menaati pantangan tersebut maka akan berdampak buruk dalam kehidupan.
Dampak buruk yang dialami oleh seseorang akibat ketidaktaatannya melaksanakan pantangan tersebut akan hilang saat perayaan Imlek kembali dirayakan pada tahun yang akan datang dan menaati pantangan yang telah diwariskan oleh leluhur Masyarakat Tionghoa.
5.2 SARAN
Berikut ini adalah saran-saran penulis. (a) Kebudayaan Tionghoa yang menyimpan banyak nilai positif dapat dimanfaatkan dalam kehidupan kita sekarang ini. Generasi muda sekarang ini sudah mulai tidak begitu memahami dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam berbagai simbol peninggalan leluhur, baik itu simbol dalam artefak, perbuatan atau prilaku, apalagi simbol dalam bentuk gagasan. Terutama tradisi dalam melaksanakan pantangan pada perayaan Imlek. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan kembali pentingnya nilai- nilai budaya yang dikandung dalam perayaan Imlek tersebut, sehingga generasi muda mulai lebih memperhatikan dan berupaya melestarikan budaya bangsanya agar tidak terkikis oleh budaya yang lain.
(b) Kebudayaan yang ada pada Masyarakat Tionghoa sebaiknya lebih ditampilkan dan dilestarikan agar masyarakat biasa bisa mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari setiap kebudayaan yang ada pada masyarakat Tionghoa. Pelestarian kebudayaan Tonghoa dalam konteks Indonesia adalah menjadi satu kesatuan dengan filsafat kehidupan berbangsa dan bernegara yang terdapat di dalam Pancasila, yaitui biar berbeda-beda tetapi tetap satu juga (bhinneka tunggal ika). Masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia sepenuhnya adalah warga negara Indonesia yang menghayati nilai-nilai kebangsaannya dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural. Mereka menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia. Mereka seharusnya juga peka dan tanggap terhadap semua permasalahan bangsa, termasuk permasalahan etnik, masyarakat atau komunitas, dan lain-lainnya.
(c) Kebudayaan Tionghoa di Medan merupakan salah satu aset kebudayaan Indonesia, bersama-sama kebudayaan etnik lainnya. Oleh karena itu penelitian kebudayaan seperti ini diperlukan dalam konteks memahami, menghormati, dan bertoleransi kepada setiap pendukung kebudayaan di wilayah yang multikultural di seluruh Indonesia ini. Dengan cara
penelitian keilmuan secara mendalam dan holistik, disertai cita-cita dan sikap dalam bingkai integrasi budaya tentu saja akan memberikan kekuatan dalam membangun bangsa ini.
Penulis berharap agar penelitian khususnya tentang kebudayaan Cina lebih banyak di kembangkan sehingga kita dapat mempelajari tentang kebudayaan Cina, tidak hanya pada pantangan perayaan Tahun Baru Imlek saja.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Akim, Stafanus. 2002. Memahami Budaya Tionghoa. Jakarta: Gramedia.
Bonavia, David. 1990. Cina dan Masyarakatnya, (terj.Dede Oetomo), Jakarta: Erlangga.
Carey, Peter. 1986. Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825. Jakarta: Pustaka Aset.
Cassier, Ernest. 1987. Manusia dan Kebudayaan: sebuah Essai tentang Manusia.
Jakarta: Gramedia.
冯小丽. 2013. 浅论传统节日—春节里的禁忌. 北京: 云南民族大学.
Gozali, Abdullah Zakaria. 2000. Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Timur 1800-1963, Kuala Lumpur: Fajar Bakti.
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Hamzah, Alvian. 1998. Kapak Jadi Nonpri: Warga Thionghoa Mencari Keadilan Zaman.
Bandung: wacana mulia.
李国江. 2013. 春节与禁忌信仰. 北京: Journal Of University Of Jinan
(Social Science E dition)
Koentjaraningrat. 1973. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
---. 1990. Pengantar Antar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kwek J,S.2006. Mitologi China Dan Kisah Alkitab. Medan: Penerbit Andi.
Permanasari. 2008. Makna dan tradisi Tahun Baru Imlek Studi Kasus Pada Beberapa Warga Etnis China di Kota Bogor. Jakarta: Skripsi Sarjana Sastra China Universitas Indonesia
Sembiring, Sugihana. 1998. Cerita tentang pantangan marga silima di desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Medan: Fakultas Sastra-USU.
Spradley J, P dan Baker, K. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Stefanus, Akim. 2002. Memahami Budaya Tionghoa. Jakarta: Gramedia.
Sukisman W, D. 1993. Sejarah Cina Kontemporer: Dari Revolusi Nasional Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis. Jakarta: Pradnya Paramita.
Suryanto, Pdt. Markus T. 1996. Mengenal Adat Istiadat Tionghoa. Jakarta:
Pelkrindo (Pelayanan Literatur Kristen Indonesia).
Suryanto, Pdt. Markus T. 1994. Tahun baru imlek dan Iman Kristen. Jakarta: Pelkrindo.
Susilo, Taufik Adi. 1998. Chinese Connection. Jakarta: UBS Publisher.
Widyasusanto, Laurent. 1996. Panduan Belajar Antropologi. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Won, Evy dkk. 2014. Chinese Aspicious Culture. Jakarta: Elex Media Komputindo.
DAFTAR INFORMAN
1. Sumber Data Primer : A Po
Profesi : Pengurus Vihara Gunung Timur
Umur : 50 Tahun
Alamat : Jln. Hang Tuah, Kelurahan Hamdan Medan
2 Sumber Data Primer : Kwek Bun Profesi : Wiraswasta
Umur : 40 Tahun
Alamat : Jln. Bawang Perumnas Simalingkar Medan
3 Sumber Data Primer : Huang Chu Thong
Profesi : Anggota kepengurusan di Vihara Gunung Timur
Umur : 40 Tahun
Alamat : Jln. Hang Tuah, Kelurahan Hamdan Medan
4 Sumber Data Primer : Florencia
Alamat : Jln. Bawang Perumnas Simalingkar Medan
6 Sumber Data Primer : Devi Alvionita Profesi : Mahasiswa
Umur : 26 Tahun
Alamat : Jln. Setia Budi Medan.
苏 北 大 学
中文系本科生毕业论文
论文题目 : 印尼棉兰华人新年禁止 学生姓名 林珍妮
学号 110710029 指导老师 苏雅妃硕士
学院 人文学院
学系 中文系
苏 北 大 学 中 文 系 2016 年 12 月 23 日
印尼棉兰华人春节禁止
高要
这项研究题为禁止在棉兰市的棉兰农历新年庆祝活动。作者检视棉兰社会中的 禁欲在棉兰城举行的农历新年庆祝活动,因为棉兰新年庆祝活动有一些事情可以做,
不能实施。在农历新年的那一天不能做的事情被称为禁欲。虽然农历新年庆典的传统 很长,但棉兰社会仍然执行和服从他们的祖先,特别是父母传递的传统。他们还教年 轻人继续实施和保持传统,虽然大多数年轻人不再执行。通过实地研究进行数据收集 方法包括:面试,观察和文献研究。棉兰新年庆祝活动中文社区多元化。一些研究限 制和对棉兰新年庆祝活动的负面影响棉兰社会不允许扫除维持的负面影响会浪费,不 应该吃粥负面影响维持将减少,不应该哭泣负面影响会有不幸的整个一年,不应该欠 其负面影响会得到意外和不幸,不应该穿黑白,负面影响会经历悲伤或悲伤。棉兰社 会必须遵守这些限制,不应受到侵犯。因为棉兰社会认为如果违反或不遵守这些限制 会对生活产生负面影响。本研究的目的是描述棉兰新年庆祝棉兰社区在棉兰的任何限 制,以及不遵守执行限制的负面影响。这项研究是描述性叙事。通过实地研究进行数 据收集方法包括:面试,观察和文献研究。
不能实施。在农历新年的那一天不能做的事情被称为禁欲。虽然农历新年庆典的传统 很长,但棉兰社会仍然执行和服从他们的祖先,特别是父母传递的传统。他们还教年 轻人继续实施和保持传统,虽然大多数年轻人不再执行。通过实地研究进行数据收集 方法包括:面试,观察和文献研究。棉兰新年庆祝活动中文社区多元化。一些研究限 制和对棉兰新年庆祝活动的负面影响棉兰社会不允许扫除维持的负面影响会浪费,不 应该吃粥负面影响维持将减少,不应该哭泣负面影响会有不幸的整个一年,不应该欠 其负面影响会得到意外和不幸,不应该穿黑白,负面影响会经历悲伤或悲伤。棉兰社 会必须遵守这些限制,不应受到侵犯。因为棉兰社会认为如果违反或不遵守这些限制 会对生活产生负面影响。本研究的目的是描述棉兰新年庆祝棉兰社区在棉兰的任何限 制,以及不遵守执行限制的负面影响。这项研究是描述性叙事。通过实地研究进行数 据收集方法包括:面试,观察和文献研究。