BAB III METODE PENELITIAN
3.6 Teknik Analisis Data
Pada prinsipnya analisis data merupakan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh peneliti ketika proses pengumpulan data atau informasi berlangsung, sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau hubungan antar konsep (Hamidi, 2010:97).
Pada penelitian ini, penulis meneliti pantangan-pantangan pada perayaan Imlek berdasarkan data hasil wawancara dengan informan, pengamatan dan penelitian pustaka.
Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengumpulkan berbagai sumber yang berhubungan dengan pantangan pada perayaan Imlek seperti buku, artikel, jurnal dan lain sebagainya.
2. Setelah data tersebut terkumpul, penulis akan membacanya terlebih dahulu kemudian mengklasifikasikan data tersebut untuk dijadikan bahan penelitian.
3. Peneliti melakukan observasi lapangan ke tempat penelitian. Observasi ini dilakukan mengamati keadaan di lapangan saja.
4. Peneliti melakukan wawancara degan informan-informan yang mengetahui tentang masalah yang sedang diteliti.
5. Setelah data telah diperoleh penulis kemudian penulis menganalisis data tersebut dengan menggunakan teori Kebudayaan.
6. Terakhir, merangkum informasi ataupun data yang telah didapat selanjutnya data-data tersebut dianalisa dan dijadikan sebagai sebuah karya tulis berbentuk skripsi.
BAB IV PEMBAHASAN
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, penulis akan membahas pantangan apa saja yang terdapat pada perayaan Imlek dan alasannya. Penulis juga akan membahas akibat dari pantangan tersebut jika Masyarakat Tionghoa tidak menaati atau melanggar pantangan tersebut.
4.1 Pantangan Pada Perayaan Imlek Bagi Masyarakat Tionghoa Di Kota Medan Perayaan Imlek yang selalu dirayakan oleh Masyarakat Tionghoa merupakan perayaan yang sangat meriah yang selalu dirayakan setiap tahunnya. Masyarakat Tionghoa sangat berantusias merayakan Tahun Baru Imlek ini karena mereka percaya dengan merayakan Tahun Baru ini kehidupan yang baru akan datang. Dalam perayaan Imlek menyajikan berbagai kemeriahan dan kemewahan. Akan tetapi dalam perayaan Imlek terdapat pantangan atau hal-hal yang tidak boleh dikerjakan pada saat menyambut Tahun Baru Imlek dan Tahun Baru Imlek tersebut sedang berlangsung. Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan pantangan-pantangan yang terdapat pada perayaan Imlek di kota Medan. Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa jika tidak menaati pantangan tersebut maka akan berdampak buruk dalam kehidupan. Pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar tersebut adalah sebagai berikut :
4.1.1 Tidak Boleh Menyapu
Aktifitas menyapu pada hari pertama perayaan Imlek merupakan hal yang tabu. Hal ini karena berkaitan dengan legenda Ru Yen. Ru Yen adalah dewa rejeki pada Masyarakat Tionghoa. Pada catatan Lu Yi Ji menceritakan bahwa jaman dahulu ada suatu kisah seorang
pedagang bernama Qi Ming yang berkenalan dengan Qing Hong Jun. Qi Ming amat menghormati Qing sehingga suatu saat Qing mengatakan akan mengabulkan satu permintaan dari Qi. Ada orang yang membisiki Qi agar Qi meminta Ru Yen (keinginan/harapan semoga terkabul). Qing terkejut mendengar permintaan Qi ini dan Ru Yen itu sesungguhnya adalah pelayan wanita Qing. Akan tetapi karena sudah terlanjur berjanji , maka Qing memberi Ru Yen kepada Qi.Ketika Ru Yen tinggal dirumah Qi , ternyata semua keinginan Qi terkabulkan dan akhirnya ia menjadi orang kaya yang sukses. Hingga pada saat hari sincia itu Ru Yen terlambat bangun. Qing amat marah dan hendak memukuli Ru Yen. Ru Yen amat ketakutan dan mengubah dirinya menjadi kecil kemudian bersembunyi diantara tumpukan sampah dipengki. Qi Ming memukuli pengki itu dan berteriak memanggil Ru Yen. Tapi Ru Yen tidak pernah muncul lagi. Sejak itu Qi berangsur-angsur menjadi miskin.
Kebiasaan masyarakat di daerah Kanglam atau Jiang Nan ( Su Hang) adalah mengikat atau merangkai uang dan menaruh dipengki kemudian berteriak memanggil Ru Yen. Walau sekarang kebiasaan memanggil-manggil nama Ru Yen tidak ada di kalangan orang-orang selatan ( Fu Jian , Guang Dong dan sekitarnya) tapi kebiasaan tidak membuang sampah keluar rumah dan tidak menyapu pada hari sincia itu masih ada. Harapannya adalah semoga Ru Yen tidak turut terbuang bersama dengan sampah-sampah itu. Kepercayaan Masyarakat Tionghoa bila membuang kotoran atau menyapu rumah pada saat perayaan tahun Baru Imlek, maka berkat atau rejeki akan ikut tersapu atau hilang.
4.1.2 Tidak Boleh Makan Bubur
Tidak boleh makan bubur pada hari pertama perayaan Imlek juga merupakan pantangan yang harus ditaati oleh Masyarakat Tionghoa. Hal ini karena pada zaman dahulu bubur adalah makanan bagi orang miskin. Zaman dahulu ekonomi Masyarakat Tionghoa masih minim. Beras merupakan bahan pangan yang dianggap mahal dan mereka hanya
beras sedikit kemudian beras tersebut dimasak dengan air yang banyak untuk dijadikan bubur supaya cukup dibagi-bagikan kepada keluarga.
4.1.3 Melepas Sepatu Saat Masuk Kerumah
Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan. Demikian juga pada hari Imlek ketika sedang berkunjung ke satu rumah sepatu harus dilepaskan sebelum masuk kedalam rumah karena sepatu membawa kotoran dan debu. Melepas sepatu saat masuk kerumah pada perayaan Imlek juga merupakan hal yang harus dilaksanakan pada saat merayakan perayaan Imlek. gtidak melepas sepatu saat masuk kerumah saat perayaan Imlek merupakan suatu hal yang dipantangakan. Hal ini dijadikan suatu pantangan karena menurut kepercayaan Masyarakat Tionghoa sepatu yang dipakai untuk berjalan diluar rumah sudah kotor dan kotor itu diibaratkan sebuah kesialan. Apabila sepatu tidak dilepas maka kesialan yang dari luar akan terbawa kedalam rumah.
4.1.4 Tidak Boleh Menangis
Menangis pada saat Tahun Baru Imlek adalah hal yang harus dihindarkan dan yang pantang untuk dilakukan. Tidak boleh menangis pada hari pertama perayaan Imlek dijadikan suatu pantangan karena Masyarakat Tionghoa percaya bahwa menangis merupakan hal yang berhubungan dengan duka ataupun kematian yang bermakna kesedihan yang merupakan suatu kesialan atau ketidakberuntungan. Seseorang yang sedang berduka akan menangis karena orang yang disayang telah pergi untuk selamanya. Sedangkan perayaan Imlek merupakan suatu perayaan yang dirayakan dengan meriah, gembira dan penuh sukacita. Oleh karena itu dalam perayaan Imlek tidak boleh ada yang bersedih dan semuanya harus bahagia.
Pantangan ini juga berlaku bagi anak kecil termasuk bayi yang menangis pada hari Imlek.
Jadi pada hari pertama perayaan Imlek semua ibu yang mempunyai anak bayi harus berusaha membuat anak mereka tersenyum dan tidak menangis supaya selalu mendapat hal-hal yang bahagia selama perayaan Imlek berlangsung.
4.1.5 Tidak Boleh Bercerita Tentang Hal Buruk
Setiap orang yang merayakan Imlek sebaiknya tidak mengeluarkan kata-kata kasar, kotor atau yang bermakna buruk dan sial. Kata “empat” atau "si" juga ada baiknya dihindari karena mengandung negatif, yaitu kematian. Satu tabu lagi yang perlu dijauhi dalam perayaan Imlek adalah menceritakan hal-hal buruk seperti kisah kematian dan cerita hantu. Hal ini dianggap tabu karena Masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan berbicara hal-hal yang buruk sama saja berbicara yang mengandung makna kematian atau kesialan dan akan mendatangkan yang buruk juga dalam kehidupan. Di hari Imlek, keluarga besar saling berkunjung untuk merayakan perayaan Imlek secara bersama-sama dengan hal-hal yang penuh sukacita dan berbicara hal-hal yang buruk harus dihindarkan karena kurang pantas dalam suasana Imlek dan juga tidak enak didengar oleh para tamu yang datang kerumah.
4.1.6 Tidak Boleh Berhutang
Sebelum Tahun Baru Imlek seluruh hutang harus sudah lunas karena hutang merupakan beban. Tidak boleh berhutang pada hari pertama perayaan Imlek merupakan suatu hal yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar karena menurut kepercayaan Masyarakat Tionghoa hutang merupakan suatu beban dan akan berdampak buruk dalam pikiran. Jika pikiran mempunyai satu beban dan itu akan dipikirkan terus menerus akan mengakibatkan kesehatan akan menurun dan bisa mendatangkan suatu kecelakaan. Oleh karena itu dalam perayaan Imlek semua Masyarakat Tionghoa harus merayakan perayaan ini dengan gembira, senang dan penuh sukacita tanpa beban supaya selama merayakan perayaan Imlek
masyarakat harus bekerja keras mencari uang supaya bisa membayar hutang. Pada hari pertama juga tidak boleh meminjamkan uang kepada orang yang akan berhutang.
4.1.7 Tidak Boleh Mencuci Rambut
Rambut dilarang untuk dicuci pada hari pertama perayaan Imlek. Tidak boleh mencuci rambut merupakan hal yang dipantangkan pada saat perayaan Imlek karena menurut kepercayaan Masyarakat Tionghoa dan dalam bahasa mandarin, kata "rambut" memiliki pengucapan dan karakter yang mirip 'fa' dalam facai yang berarti "menjadi makmur". Apabila kata “mencuci rambut” digabungkan maka akan memilki makna “mencuci kemakmuran”
yang berarti menghilangkan kemakmuran atau keberuntungan dalam kehidupan. Selain itu rambut juga berarti mahkota. Mahkota berarti sesuatu yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik. Mencuci rambut boleh dilakukan sebelum hari pertama perayaan Imlek dan hari kedua perayaan Imlek.
4.1.8 Tidak Boleh Berpakaian Warna Hitam Dan Putih
Tidak boleh berpakaian warna hitam dan putih merupakan hal yang dipantangkan dalam perayaan Imlek. Alasannya karena pakaian berwarna hitam dan putih dipercaya erat hubungannya dengan duka, kegelapan dan kesedihan. Pakaian berwarna hitam dan putih sering dikenakan masyarakat Tionghua pada saat berkabung dan melayat ke tempat duka jika ada salah satu kerabat atau teman meninggal dunia. Berpakaian warna hitam dan putih juga dipercaya membawa kesialan dalam kehidupan. Perayaan Imlek harus dimulai dengan warna yang cerah sebab perayaan Imlek merupakan perayaan yang sangat meriah dan membawa sukacita kebahagiaan dalam kehidupan. Karena itu hindari pemakaian pakaian warna hitam dan putih pada perayaan Imlek supaya selama merayakan perayaan Imlek terhindar dari nasib buruk, duka dan kesialan. Pakaian yang diperbolehkan dipakai adalah pakaian berwarna cerah seperti merah karena warna ini membawa keberuntungan dalam kehidupan.
4.1.9 Tidak Boleh Menggunakan Benda Tajam
Pada saat Perayaan Imlek berlangsung tidak boleh menggunakan benda-benda tajam seperti pisau, gunting, dan lain sebagainya. Hal ini pantang untuk dilakukan karena Masyarakat Tionghoa percaya benda tajam berhubungan dengan potong memotong serta kecelakaan dan kecelakaan merupakan suatu tanda buruk atau kesialan. Apabila benda-benda tajam tersebut digunakan pada saat perayaan Imlek sama saja memotong rejeki atau menjauhkan rejeki yang datang dalam kehidupan baik pada hari perayaan Imlek tersebut berlangsung maupun sepanjang tahun yang akan datang. Jika mengalami kecelakaan pada awal tahun perayaan Imlek bisa menjadi pertanda buruk, kesialan atau ketidakberuntungan dalam kehidupan sepanjang tahun yang akan datang.
4.1.10 Tidak Boleh Membunuh Binatang
Pada hari pertama perayaan Imlek tidak boleh membunuh binatang karena Masyarakat Tionghoa percaya bahwa darah membawa dampak buruk dalam kehidupan yaitu mengalami kesialan. Menurut buku yang di tulis oleh seorang bermarga Dong dari masa dinasti Jin, dituliskan bahwa urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan NvWa: [1] hari pertama ayam , [2] anjing ,[3] babi , [4] kambing , [5] sapi , [6] kuda , [7] manusia , [8] padi-padian. Hari ketujuh itu kemudian diperingati sebagai hari manusia atau renri. Semua manusia berulangtahun di hari itu. Terlepas dari tanggal lahir, terutama mereka-mereka yang oleh suatu sebab tidak mengetahui secara pasti tanggal kelahirannya. Di masa kaisar Cheng dari Dinasti Han , ada satu perintah untuk melarang membunuh ayam di hari Imlek. Ini juga berkaitan dengan kepercayaan di masa Dinasti Qin - Dinasti Han tentang "tujuh hari"
mencipta. [1] hari pertama ayam , [2] anjing ,[3] babi , [4] kambing , [5] sapi , [6] kuda , [7]
manusia. Jadi ketika ada angin kencang itu tidak baik , misal di hari pertama , tidak baik bagi ayam. Berhubung ke mitologi penciptaan itu, di hari-hari masing binatang, ada tradisi untuk
tidak menyembelih binatang yang bersangkutan. Di hari manusia biasanya diperingati dengan makanan 7 macam, bisa itu 7 macam sayur atau 7 macam ikan atau bercampur.
4.1.11 Tidak Boleh Minum Obat
Minum obat pada hari pertama perayaan Tahun Baru Imlek sangat dilarang. Tidak boleh minum obat pada hari pertama perayaan Imlek sangat dipantangkan untuk dilakukan karena Masyarakat Tionghoa percaya bahwa obat erat hubungannya dengan penyakit.
Biasanya orang yang sakit adalah orang yang mempunyai kondisi tubuh yang tidak baik atau yang buruk. Orang yang sakit harus minum obat supaya sembuh. Akan tetapi pada hari pertama perayaan Imlek tidak boleh dilakukan. Mereka percaya ada bahan makanan lain sebagai pengganti obat yang membawa kesembuhan dan rezeki seperti buah keranjang dan meminum minuman yang segar seperti air tebu. Hal ini dipercaya bahwa makanan tersebut akan membawa rezeki dan air tebu yang manis akan mendapatkan kehidupan yang manis selama perayaan Imlek berlangsung dan sepanjang tahun yang akan datang.
4.1.12 Tidak Boleh Mencuci Pakaian
Masyarakat Tionghoa tidak akan mencuci baju pada hari pertama dan kedua Tahun Baru Imlek. Mengapa demikian? Karena Masyarakat Tionghoa percaya bahwa dua hari pertama di Tahun Baru Imlek merupakan perayaan lahirnya Shuishen (Dewa Air). Pada hari lahirnya Dewa Air tersebut semua orang dilarang memakai air dengan boros atau dengan kata lain memakai air untuk hal-hal yang penting saja. Selain itu, mencuci pakaian juga dianggap menghilangkan keberuntungan yang sudah mereka dapatkan sepanjang tahun yang sudah lewat karena saat mencuci pakaian menggunakan air, dan air yang digunakan untuk membersihkan pakaian tersebut akan dibuang karena sudah kotor. Oleh sebab itulah mencuci pakaian pada hari perayaan Imlek sangat dilarang.
4.1.13 Wanita Dilarang Keluar Rumah
Wanita keluar rumah pada hari pertama perayaan Imlek merupakan hal yang tabu untuk dilakukan. Hal ini karena Masyarakat Tionghoa percaya seorang wanita yang keluar rumah pada perayaan Imlek dianggap tidak menghormati orangtua dan saudara yang ada dirumah. Hal ini juga dipercaya bahwa setiap tahunnya perayaan Imlek dirayakan dengan sangat meriah dan ramai oleh semua masyarakat termasuk masyarakat pribumi. Keramaian biasanya identik dengan perbuatan jahat atau hal-hal yang buruk yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Jika pada hari pertama terjadi suatu kecelakaan maka akan mendapat hal-hal buruk dalam kehidupan. Pantangan ini juga berlaku untuk wanita yang sudah menikah.
Wanita yang sudah menikah juga tidak boleh mengunjungi rumah orang tuanya pada hari pertama Tahun Baru Imlek. Kunjungan biasanya dilakukan pada hari kedua Tahun Baru Imlek. Hal ini dilakukan karena pada hari pertama perayaan Imlek wanita yang sudah menikah akan merayakan perayaan Imlek bersama suami dan semua keluarga dari pihak suami di rumah mertuanya. Dalam hal ini wanita yang sudah menikah harus membantu untuk melayani tamu yang datang. Hal ini karena mertua merupakan orangtua yang harus dihormati juga seperti orangtua kandung sekaligus pembawa berkat dalam kehidupan anak-anaknya.
Perempuan muda yang sudah menikah harus menunjukkan sikap ini sebagai tanda pengabdian, sikap adil dan cinta kasih kepada semua keluarga.
4.1.14 Tidak Boleh Membeli Buku Dan Sepatu
Membeli buku dan sepatu di hari pertama perayaan Imlek adalah suatu perbuatan yang tabu. Tidak boleh membeli buku dan sepatu di hari pertama Imlek sangat dipantangkan dalam kepercayaan Masyarakat Tionghoa lafal kedua kata itu secara bunyi mirip dengan kata
"kalah" dan "jahat" dalam bahasa Mandarin dan Kanton. Kata kalah berarti tidak menang atau mengalami kegagalan dan kata jahat berarti suatu perbuatan yang jelek, buruk dan tidak
baik. Masyarakat Tionghoa percaya jika memulai sesuatu yang buruk pada hari pertama perayaan Imlek akan berdampak buruk juga pada kehidupan.
4.1.15 Penyimpanan Beras Tidak Boleh Kosong
Kotak tempat penyimpanan beras tidak boleh dibiarkan kosong pada hari pertama Tahun Baru Imlek. Hal ini dipercaya karena kosong berarti tidak ada dan tempat beras kosong berarti tidak ada beras di dalam yang maknanya bahwa tidak ada beras akan mengakibatkan kelaparan. Jika seseorang kelaparan maka tubuh akan menjadi lemas dan akan sakit. oleh sebab itu kotak beras yang kosong akan membuat pemiliknya cemas karena dianggap sebagai pertanda buruk untuk tahun yang baru.
4.1.16 Tidak Boleh Memberi Hadiah Benda Tajam
Masyarakat Tionghoa dilarang memberikan hadiah berupa jam, gunting dan benda tajam lainnya. Semua benda itu dipercaya mempunyai arti yang buruk dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa. Dalam bahasa China, kata “memberi jam” berbunyi “sòng zhōng”.
Bunyi itu juga sama artinya dengan menghadiri acara pemakaman. Selain itu, jam dinding atau jam tangan bermakna meninggalkan waktu. Banyak orang yang tersinggung jika diberi jam tangan seolah-olah mereka akan ditinggalkan atau akan meninggal. Memberi gunting juga dilarang karena gunting merupakan benda tajam dan dalam bahasa china gunting diucapkan “Jiǎndāo” yang berarti akan mengalami kecelakaan dan akan memotong
persahabatan atau kekeluargaan.
4.1.17 Tidak Boleh Memberi Hadiah Buah Pir Dan Bunga Potong batangnya terpotong. Hal ini juga sangat dipantangkan karena Masyarakat Tionghoa tidak suka dengan hal yang terpotong-potong karena mereka percaya bahwa benda yang terpotong rezeki juga ikut terpotong. Bunga Krisan berwarna kuning atau bunga apa saja yang berwarna putih juga dinilai sebagai bunga sial pada saat Imlek. Bunga-bunga itu bisasanya dijumpai saat pemakaman. Memberi bunga demikian di hari Imlek sama artinya memberi tanda bahwa si penerima akan berduka.
4.1.18 Tidak Boleh Memberi Hadiah Angka 4
Hal yang dipantangkan pada saat perayaan Imlek lainnya adalah tidak boleh memberi hadiah yang berhubungan dengan angka 4. Apapaun hadiah itu, jangan membawa yang berjumlah empat atau yang mengandung angka 4. Karena dalam bahasa Mandarin pengucapan angka 4 sama bunyinya saat mengucapkan kata “si” yang artinya “mati”.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa angka 4 merupakan angka sial dan angka kematian.
Oleh sebab itu beberapa gedung atau hotel yang dimiliki oleh orang yang percaya dengan angka itu, tidak menyertakan lantai nomor 4.
4.1.19 Tidak Boleh Memberikan Hadiah Sapu Tangan Dan Payung
Pada hari pertama perayaan Imlek tidak boleh memberikan hadiah berupa sapu tangan.
Hal ini sangat dipantangkan untuk dilakukan pada hari pertama perayaan Imlek karena
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa sapu tangan sering dipakai saat sedih dan juga sapu tangan dibawa saat pemakamam atau duka. Dalam bahasa Mandarin sapu tangan juga simbol ucapan selamat tinggal. Memberi sapu tangan sama artinya mengucapkan selamat tinggal atas persahabatan atau kekeluargaan. Memberikan payung pada peryaan Imlek juga tidak boleh karena kata payung dalam bahasa Mandarin bunyinya “sǎn”. Bunyi itu sama artinya dengan kata patah atau putus. Membawa atau memebri hadiah payung bisa memberi tanda bahwa si pemberi hendak putus hubungan dengan si penerima.
4.1.20 Tidak Boleh Duduk-Duduk Di Kamar Tidur
Menemui orang lain di kamar tidur saat Malam Tahun Baru akan membawa kesialan.
Hal ini karena pada saat merayakan Tahun Baru Imlek semua keluarga harus berkumpul bersama-sama di suatu tempat seperti ruang tamu untuk merayakan perayaan yang menggembirakan dan penuh sukacita. Jika duduk-duduk didalam kamar tidur seorang diri hal ini ditakutkan seseorang tersebut sedang merasa sedih dan berbuat hal yang tidak baik.
Karenanya seluruh anggota keluarga berhias dan berkumpul di ruang tamu, bahkan para bayi, orang tua dan mereka yang sakit.
4.2 Dampak Negatif Ketidaktaatan Dalam Melaksanakan Pantangan Pada Perayaan Imlek Bagi Masyarakat Tionghoa
Setiap perbuatan yang dilakukan akan berdampak pada kehidupan baik dampak positif maupun negatif. Perbuatan yang dilakukan dengan baik seperti menaati peraturan akan mendapatkan hal yang positif atau pujian. Perbuatan yang dilakukan dengan tidak baik seperti tidak menaati peraturan akan mendapatkan hukuman. Salah satu perbuatan yang berdampak negatif dalam kehidupan jika tidak menaati peraturan atau melanggar pantangan yang telah dibuat adalah ketidaktaatan dalam melaksanakan pantangan pada perayaan Imlek.
Berikut adalah dampak negatif yang terdapat pada pantangan perayaan Imlek apabila pantangan tersebut dilanggar :
4.2.1 Dampak Negatif Menyapu Pada Perayaan Imlek
Apabila menyapu dan membuang sampah pada hari pertama Perayaan Imlek akan berdampak buruk dalam kehidupan. Menyapu atau membuang sampah pada hari pertama perayaan Imlek sama halnya dengan menyapu rezeki atau membuang rezeki yang telah didapat dari dalam rumah. Jika seseorang melanggar aturan ini maka rezeki seseorang tersebut akan hilang dan selama satu tahun ke depan. Berkat atau rezeki seseorang tersebut akan berkurang. Akan tetapi hukuman akan rezeki yang berkurang selama setahun akan berakhir apabila tahun baru Imlek kembali dirayakan dan mengikuti pantangan tersebut.
4.2.2 Dampak Negatif Makan Bubur
Pada hari pertama perayaan Imlek dilarang memakan bubur sebagai sarapan karena bubur merupakan makanan orang miskin. Apabila pantangan ini dilanggar maka akan berdampak negatif dalam kehidupan yaitu rezeki akan berkurang dan kehidupan akan
menjadi seperti orang miskin. Oleh karena itulah bubur dilarang dimakan sebagai sarapan pada hari pertama Tahun Baru Imlek agar orang tidak memulai tahun baru ini sebagai orang
menjadi seperti orang miskin. Oleh karena itulah bubur dilarang dimakan sebagai sarapan pada hari pertama Tahun Baru Imlek agar orang tidak memulai tahun baru ini sebagai orang