BAB III METODE PENELITIAN
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klenteng See Hin Kiong yang berada di Jalan Klenteng No. 1, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat. Penelitian ini juga termasuk pada lingkungan yang ada di sekitar bangunan klenteng untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Feng Shui yang merupakan kajian penelitian ini.
3.3 Data dan Sumber Data
Data dari penelitian ini adalah hasil dari observasi lapangan, dokumentasi dan hasil wawancara dengan narasumber terkait. Dokumentasi berupa foto ataupun gambar yang diambil langsung dari lokasi penelitian setelah dilakukan observasi. Hasil wawancara berupa rekaman wawancara dengan narasumber.
Sumber data penelitian ini adalah Klenteng See Hin Kiong dan narasumber yang mengetahui tentang makna struktur klenteng tersebut. Sumber data juga diperoleh dari studi kepustakaan, seperti buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia dan sumber lain yang membahas tentang makna struktur Klenteng See Hin Kiong dan penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng.
3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. (Moleong, 2012:175).
Observasi bertujuan untuk mengamati, mendokumentasi, dan mengumpulkan data secara langsung, kemudian dideskripsikan dengan menggambarkan dan menginterpretasikan hasil penelitian ke dalam rangkaian kata-kata. Observasi ini dilakukan secara langsung dilokasi penelitian dengan pengamatan mendalam dan terfokus tentang struktur klenteng dan bagaimana penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng tersebut.
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012:186). Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi tersruktur, termasuk kedalam kategori in dept interview, yang dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Wawancara ini bertujuan menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai diminta pendapat, dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh narasumber. Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan dengan mewawancarai pengelola Klenteng See
Hin Kiong dan etnis Tionghoa di sekitar klenteng. Sehingga beberapa informasi mengenai seluk beluk objek penelitian ini dapat diperoleh lebih mendalam.
3.4.3 Dokumentasi
“Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya” (Arikunto 2006:158). Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan analisis dokumen. Analisis ini merujuk pada kumpulan dari beberapa data yang diperoleh melalui sejumlah literatur kepustakaan berkaitan dengan makna struktur Klenteng See Hin Kiong dan penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng yang terdapat di internet atau dokumen lain dan dinilai relevan dengan penelitian ini. Dokumentasi tersebut dapat digunakan apabila diperlukan yaitu berupa rekaman, video, dan gambar atau foto yang berkaitan tentang Klenteng See Hin Kiong.
Dokumen berupa tulisan diperoleh dengan melakukan studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan data pustaka yang relevan dari buku-buku ilmiah, disertasi, tesis, ensiklopedia, laporan penelitian, karya ilmiah, dan sumber lain yang membahas tentang Klenteng See Hin Kiong secara keseluruhan serta tentang penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan dalam situasi yang relevan dengan kasus yang sedang dikaji yaitu analisis makna struktur Klenteng See Hin Kiong ditinjau dari Feng Shui. Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri. Peneliti dapat menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data pada kasus yang sedang dikaji seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga menyertakan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.
3.6 Studi Pustaka
Secara umum, penelitian yang berkaitan dengan sebuah sejarah masa lampau menggunakan data dari studi pustaka. Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian.
Pada penelitian ini peneliti berpedoman kepada sumber-sumber penelitian baik primer atau sekunder. Peneliti banyak menggunakan sumber data yang lebih banyak diambil dari sumber primer yaitu buku, jurnal, laporan penelitian, karya ilmiah, tesis, dan disertasi yang membahas tentang makna struktur klenteng dan penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng. Sedangkan sumber sekunder hanya digunakan sebagai data penunjang yaitu berupa artikel-artikel yang diambil dari internet.
3.7 Teknik Analisis Data
Menurut Patton (dalam Moleong 2012: 280), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dari uraian tersebut dapat digaris bawahi bahwa analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data. Dalam hal ini analisis data dilakukan dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, artikel, dan sebagainya. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
3.7.1 Koleksi data
Koleksi data tentang makna struktur dan penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng (Klenteng See Hin Kiong Khususnya). Koleksi data bertujuan untuk memperkaya data-data yang dibutuhkan bagi peneliti. Koleksi data diperoleh dari kombinasi antara bahan-bahan bacaan koleksi dari data pustaka dan hasil penelitian di lapangan. Koleksi data pustaka dikumpulkan dari dua sumber yaitu sumber primer dan sekunder.
Sumber data pustaka didapat dari sumber primer yaitu dari buku, jurnal, majalah, laporan penelitian, karya ilmiah, tesis, disertasi dan lainnya yang khusus membahas tentang penelitian ini. Sedangkan data pelengkap lainnya didapat dari sumber sekunder yaitu dari internet, hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi. Data lapangan diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap bangunan Klenteng See Hin Kiong.
3.7.2 Komparasi Data
Komparasi data bertujuan untuk menyeleksi data, antara data yang benar dan data yang diragukan, agar menemukan data yang relevan antara keduanya.
Komparasi data pada penelitian ini dilakukan terhadap dua jenis sumber data, yaitu data lapangan dengan data pustaka. Komparasi data ini dilakukan untuk membandingkan kedua data tersebut apakah terdapat data-data yang relevan antara data pustaka dan data lapangan sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu analisis makna struktur Klenteng See Hin Kiong ditinjau dari Feng Shui.
3.7.3 Menganalisis Objek dan Subjek Penelitian
Langkah berikutnya yaitu menganalisis objek dan subjek penelitian, dengan berpedoman pada hasil komparasi data. Analisis dilakukan dengan cara memahami terlebih dahulu makna struktur Klenteng See Hin Kiong setelah itu memfokuskan pada penerapan Ilmu Feng Shui pada bangunan klenteng.
3.7.4 Penyajian Data
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan semua data yang didapat.
Kumpulan data berasal dari hasil koleksi data, hasil komparasi data, dan hasil analisis objek dan subjek penelitian. Semua data diolah dan dijadikan satu kesatuan rangkaian kata-kata untuk mendeskripsikan hasil penelitian secara rinci, detail, dan relevan. Penyajian data dikelompokkan ke dalam sistematika pembahasan hasil penelitian, yaitu mengenai analisis makna struktur Klenteng See Hin Kiong ditinjau dari Feng Shui.
3.7.5 Verifikasi Data
Verifikasi merupakan pemeriksaan terhadap kebenaran sesuatu berdasarkan bukti-bukti yang nyata. Verifikasi data bertujuan menegaskan data yang dikumpulkan benar-benar relevan dan dapat dipertanggungjawabkan untuk kebutuhan penelitian.
3.8 Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi „positivisme‟ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 2012;321). Untuk mengukur seberapa valid data yang diperoleh, dan kemudian akan disusun dalam suatu penelitian maka diperlukan teknik triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang telah dikaji berdasarkan pada sesuatu yang berada di luar data, dimana data tersebut digunakan sebagai pembanding terhadap data yang telah ada.
Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria derajat kepercayaan (crebility) dengan teknik triangulasi, ketekunan penyajian data validasi (Triangulasi Sumber Data), analisis subjek dan objek penelitian dengan Fokus masalah: analisis makna struktur Klenteng See Hin Kiong ditinjau dari Feng Shui.
Pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Koleksi data;
sumber primer dan sumber sekunder. Komparasi data; kroscek data lapangan dengan data pustaka (sumber primer dan sekunder), pengamatan, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2012:331).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Struktur Klenteng See Hin Kiong Gambar 4.1: Klenteng See Hin Kiong
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Klenteng See Hin Kiong merupakan tempat ibadah bagi penganut aliran Tri Dharma (Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme). Klenteng ini dikelola oleh sebuah kepengurusan yang dipilih melalui musyawarah bersama marga-marga yang menggunakan klenteng ini. Dari setiap marga-marga tersebut mengutus beberapa orang perwakilan yang nantinya akan dipilih dan dijadikan pengurus klenteng.
Klenteng See Hin Kiong menghadap arah Selatan yang dilambangkan dengan burung Hong (Phoenix). Burung Hong melambangkan kekuatan dan kebaikan. Dari hal tersebut dapat dimaknai pemilihan arah klenteng mempunyai
tujuan agar bangunan ini mempunyai kebaikan bagi lingkungannya, serta memberikan kekuatan untuk bangunannya.
Pembagian ruang pada klenteng ini terdiri atas bangunan utama dan bangunan tambahan. Bangunan utama berupa tempat pemujaan terhadap dewa-dewa atau leluhur. Sedangkan bangunan tambahan berada di sisi kiri dan kanan bangunan utama. Bangunan tambahan merupakan ruangan bagi administrasi klenteng dan juga ruangan untuk penyimpanan arsip-arsip penting klenteng. Di depan bangunan klenteng ini terdapat gerbang dan halaman yang merupakan akses utama menuju klenteng.
Gambar 4.2 Denah Klenteng See Hin Kiong
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.1.1 Tinjauan Struktur Klenteng See Hin Kiong A. Atap
Tabel 4.1: Deskripsi atap Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Hiasan atap pada Klenteng See Hin Kiong berbentuk naga. Bubungan atap pada klenteng ini berbentuk meliuk.
B. Dinding
Tabel 4.2: Deskripsi Dinding Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Dinding pada Klenteng See Hin Kiong berbentuk datar dengan hiasan pada permukaannya. Pada dinding sebelah Kanan bagian Depan klenteng terdapat ukiran macan putih. Di Sebelahnya terdapat ukiran naga. Sedangkan
dinding bagian dalam klenteng terdapat hiasan dari keramik bergambar. Gambar tersebut menceritakan tentang hikayat atau legenda masyarakat Cina.
C. Tiang
Tabel 4.3: Deskripsi Tiang Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Tiang pada Klenteng See Hin Kiong berbentuk bulat. Jumlah tiang yang ada sebanyak 12 buah. Pada tiang bagian depan klenteng terdapat ukiran naga yang mengelilingi tiang. Tiang bagian depan berjumlah 2 buah. Tiang bagian dalam klenteng berjumlah 10 buah. Ukiran tiang bagian dalam berupa aksara Cina.
D. Patung
Tabel 4.4: Deskripsi patung Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Pada bagian depan klenteng terdapat dua buah patung singa. Patung ini berada disebelah kiri dan kanan pintu masuk klenteng. Di bagian dalam klenteng terdapat tujuh patung dewa atau leluhur. Pada altar pemujaan utama terdapat lima patung. Sedangkan dua patung lainnya berada di kiri dan kanan di dekat pintu bagian dalam klenteng. Selain itu terdapat beberapa patung dewa berwarna emas di sisi kiri dan kanan klenteng.
Altar dewa utama
Altar dewa utama
Altar dewa utama
E. Kimlo dan Hiolo
Tabel 4.5: Deskripsi Kimlo dan Hiolo Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Terdapat satu buah Kimlo dan dua buah Hiolo besar serta Hiolo di setiap altar pemujaan terhadap dewa atau leluhur pada Klenteng See Hin Kiong. Kimlo terletak di sebelah kiri bagian depan klenteng. Hiolo besar yang pertama terletak di depan pintu masuk klenteng, sedangkan Hiolo besar kedua terletak di dalam klenteng (di depan altar Kimlo
Altar kiri
Altar kanan
pemujaan utama).
Hiolo luar
Hiolo dalam
F. Lantai
Tabel 4.6: Deskripsi Lantai Klenteg See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Lantai pada bagian dalam Klenteng See Hin Kiong berwarna merah batu bata.
Bahannya terbuat dari keramik.
Sedangkan lantai bagian luar (halaman depan) terbuat dari batu berwarna putih.
G. Pintu Dan Jendela
Tabel 4.7: Deskripsi Pintu Dan Jendela Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Pintu dan jendela pada Klenteng See Hin Kiong berbentuk persegi empat.
Pada bangunan utama terdapat tiga pintu. Di setiap pintunya terdapat masing-masing dua dewa penjaga pintu. Pada bangunan tambahan yang
terletak di kiri dan kanan bangunan utama terdapat masing-masing satu pintu dan satu jendela. Pada bagian dalam bangunan utama terdapat pintu di bagian kiri dan kanan. Pintu ini menghubungkan bangunan utama dengan bangunan tambahan di samping kiri dan kanannya.
H. Lonceng Dan Genderang
Tabel 4.8: Deskripsi lonceng dan genderang Klenteng See Hin Kiong
Gambar Keterangan
Lonceng dan genderang pada Klenteng See Hin Kiong berada di dalam bangunan utama yaitu di dekat pintu masuk klenteng. Tepatnya lonceng berada di sebelah kiri sedangkan genderang berada di sebelah kanan.
4.2 Analisis Makna Struktur Klenteng See Hin Kiong Ditinjau Dari Feng Shui
4.2.1 Pemilihan Lokasi Klenteng See Hin Kiong Ditinjau Dari Feng Shui
Gambar 4.3: Lokasi Klenteng See Hin Kiong berdasarkan Feng Shui
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Klenteng See Hin Kiong berada disekitar area permukiman penduduk, pertokoan, dan area bisnis. Hal ini sesuai dengan prinsip Feng Shui dimana pemilihan lokasi klenteng harus mendatangkan keuntungan, baik bagi klenteng itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Lokasi klenteng harus strategis, karena dapat mengumpulkan hawa Ch’i yang bagus secara maksimal. Kemudian Ch’i tersebut dapat disebarkan ke lingkungan sekitar klenteng sehingga membawa keberuntungan dan kebaikan bagi lingkungan sekitarnya.
4.2.2 Makna Struktur Klenteng See Hin Kiong Ditinjau Dari Feng Shui bermakna seperti ombak yang mengalir dengan lembut. Aliran tersebut seperti hawa atau Ch’i baik yang disebarkan ke seluruh klenteng sehingga Ch’i tersebut merata keseluruh klenteng dan menciptakan suasana yang nyaman dan tenang bagi semua pengunjung.
Hiasan naga atau simbol naga pada atap mempunyai makna kemuliaan dan keperkasaan. Naga merupakan hewan atau makhluk yang mulia bagi etnis Tionghoa. Selain itu naga juga dianggap pelindung bagi klenteng dari hawa jahat dan pengaruh buruk lainnya.
B. Dinding
Dinding pada Klenteng See Hin Kiong berbentuk rata pada semua bagian. Pada beberapa bagian terdapat ukiran – ukiran yang berbentuk hewan dan juga legenda rakyat Tionghoa. Dinding yang rata bemakna menjaga dan melindungi. Dinding yang rata berfungsi menjaga hawa baik atau Ch’i agar tetap tenang dan berada di dalam klenteng. Selain itu dinding ini melindungi klenteng dari hawa buruk atau pengaruh buruk yang datang dari luar klenteng.
C. Tiang
Terdapat 12 buah tiang pada Klenteng See Hin Kiong. Tiang – tiang ini berbentuk bundar. Pada dua tiang bagian depan klenteng terdapat hiasan naga yang mengitari tiang tersebut. Pada beberapa tiang bagian dalam klenteng terdapat ukiran aksara Tionghoa. Tiang yang berbentuk bundar ini mempunyai makna kebulatan hati dan pikiran. Selain itu jumlah tiang yang genap mempunyai makna keseimbangan dan keselarasan.
D. Patung
Pada bagian depan klenteng sebelum pintu masuk terdapat dua patung singa. Patung singa sebelah kiri merupakan patung singa jantan dan yang sebelah kanan merupakan patung singa betina. Singa sendiri mempunyai makna keperkasaan dan melindungi. Karena itu patung singa diletakkan di depan klenteng sebagai pelindung klenteng di bagian depan.
Patung dewa dan leluhur diletakkan pada bagian dalam klenteng.
Patung dewa utama berada sejajar di antara pilar bagian belakang. Sedangkan patung leluhur diletakkan diletakkan di bagian samping klenteng.
E. Kimlo dan Hiolo
Terdapat satu Kimlo pada Klenteng See Hin Kiong yang berbentuk pagoda. Letaknya berada di sudut kiri depan klenteng. Sedangkan Hiolo utama Klenteng See Hin Kiong berjumlah dua buah. Di bagian depan pintu masuk klenteng terdapat sebuah Hiolo besar berwarna emas dengan perpaduan hitam yang mempunyai atap berbentuk pagoda. Di bagian dalam klenteng terdapat
Hiolo besar berwarna emas yang berada setelah pintu masuk klenteng. Hiolo lainnya berada di depan altar pemujaan dewa dan leluhur.
Dari data yang diberikan informan Kimlo dan Hiolo tidak mempunyai makna khusus, tetapi dari bentuk pagoda Kimlo dan Hiolo tersebut terdapat makna sesuatu yang mulia berada di tempat yang tinggi. Sehingga filosofi dari kaidah Feng Shui pada saat pengunjung klenteng sembahyang, doa dan harapan saat sembahyang dapat disampaikan kepada dewa atau leluhur yang berada ditempat yang tinggi.
F. Lantai
Lantai pada Klenteng See Hin Kiong berwarna putih pada bagian depan klenteng dan berwarna merah pada bagian dalam klenteng. Lantai tersebut datar dan rata. Hal ini bermakana hawa baik yang masuk ke klenteng dapat dialirkan rata dan tersebar ke seluruh bagian klenteng. Warna putih pada lantai depan bermakna hal yang suci. Warna merah pada bagian dalam klenteng bermakna kemuliaan dan kesejahteraan.
G. Pintu dan jendela
Pintu pada Klenteng See Hin Kiong berjumlah tujuh buah. Tiga pintu utama untuk akses masuk di bagian depan klenteng. Dua pintu di bangunan tambahan klenteng yang berada di kiri dan kanan bangunan utama klenteng.
Dua pintu lainnya berada di bagian dalam bangunan, lebih tepatnya di samping kiri dan kanan untuk akses lainnya ke bangunan tambahan klenteng.
Sedangkan jendela pada Klenteng See Hin Kiong berjumlah dua buah.
Lokasinya berada di dekat pintu bangunan tambahan klenteng.
Menurut data dari informan tidak terdapat makna khusus pada pintu dan jendela klenteng ini. Tetapi menurut kaidah Feng Shui pada tiga pintu utama terdapat dewa – dewa penjaga pintu yang mempunyai makna melindungi. Selain itu menurut kaidah Feng Shui pintu klenteng yang berukuran besar dapat mengalirkan hawa baik ke dalam klenteng secara maksimal.
H. Lonceng dan genderang
Lonceng dan genderang pada Klenteng See Hin Kiong terdapat di dalam bangunan klenteng. Lebih tepatnya pada bagian kiri dan kanan klenteng.
Lonceng dan genderang digantung di sebuah media yang terbuat dari kayu.
Lonceng dan genderang sendiri mempunyai makna pemberitahuan atau himbauan. Hal ini sesuai dengan fungsi lonceng dan genderang yaitu memanggil umat atau masyarakat sekitar klenteng untuk sembahyang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan:
1. Dalam pembangunan dan keseluruhan strukturnya, bangunan Klenteng See Hin Kiong menerapkan kaidah Feng Shui. Penerapan Feng Shui pada bangunan klenteng ini berbeda dengan kasus penerapan Feng Shui pada bangunan lain seperti rumah, ruko, ataupun perkantoran. Konsep Yin Yang dan aliran Ch’i lebih di tekankan pada bangunan klenteng ini. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan struktur klenteng yang dapat membuat pengguna atau pengunjung klenteng menjadi nyaman, tenang, dan damai dalam menjalankan ibadah maupun untuk kunjungan wisata.
2. Kaidah Feng Shui yang diterapkan pada Klenteng See Hin Kiong lebih menekankan pada konsep Yin Yang, konsep sirkulasi Ch’i, dan konsep Lima Unsur. Pada struktur eksterior seperti tata letak bangunan, atap, dinding, tiang, serta struktur lainnya konsep Yin Yang dan konsep Ch’i lebih banyak ditekankan dengan mempertimbangkan pada kondisi fisiknya. Pada struktur interior, konsep Yin Yang dan konsep Ch’i dipertimbangkan pada segi pengaturan tata letak perabot yang ada dan juga dikaitkan dengan makna dari setiap struktur interior tersebut. Sedangkan elemen estetis yang berupa lukisan dekoratif dan ornamen lebih menekankan pada makna filosofis simbol-simbol Cina. Pada perabot, konsep keseimbangan Yin Yang ditekankan pada segi pengaturan tata letaknya dalam ruangan.
3. Dalam memahami Feng Shui, khususnya yang diterapkan pada bangunan klenteng, perlu disesuaikan dengan norma dan aturan yang sudah ditetapkan pada pengaturan keseluruhan strukturnya. Dengan hal ini, pada keseluruhan struktur klenteng dapat tercipta suasana yang harmonis sehingga dampaknya tidak hanya saja pada strukturnya, namun juga bagi pengguna sarana dan prasarana klenteng.
5.2 Saran
1. Pengurus Klenteng See Hin Kiong sebaiknya menyediakan lebih banyak keterangan bagi pengunjung klenteng, baik dari segi makna struktur maupun sejarah klenteng ini sehingga segala informasi mengenai klenteng dapat diketahui oleh pengunjung.
2. Selain sebagai tempat ibadah klenteng ini juga dikunjungi masyarakat umum.
Oleh karena itu, pemerintah setempat agar lebih memperhatikan klenteng, karena dari informasi yang didapat dana kepengurusan klenteng ini hanya dari donasi masyarakat sekitar dan bantuan sukarela pengunjung.
3. Bagi peneliti lainnya yang akan dan ingin melakukan penelitian pada klenteng ini disarankan untuk mengkaji bangunan klenteng ini lebih dalam. Karena masih banyak hal – hal yang belum diteliti maupun dikaji pada klenteng ini.
Sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat menambah wawasan masyarakat mengenai klenteng tertua dan terbesar di Sumatera Barat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: