BAB I PENDAHULUAN
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Memberi informasi tentang interaksi sosial yang terjadi pada Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See
2. Memperkaya pengetahuan dan referensi ilmu tentang sastra terkhusus tentang sosiologi sastra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang mengkaji tentang interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan disusun berdasarkan konsep, landasan teori , dan tinjauan pustaka, sebagai berikut :
2.1 Konsep 2.1.1 Sastra
Sebagai makhluk yang sadar, manusia pasti merespon keadaan sekitar dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan bahasa sebagai alat untuk merespon keadaan yang terjadi tersebut. Ratna (2003:1) menyatakan bahwa sastra adalah tulisan yang mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas.
Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. makan kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik ( Ratna, 2003:1).
2.1.2 Novel
Jakob dan K.M, Saini menyatakan dalam arti luas novel adalah cerita terbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas disini dapaat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam pula. Namun ― ukuran luas‖ disini juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, sedang karakter, setting, dan lain-lainnya hanya satu saja (1986:29).
Ada dua unsur pembangun dalam novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang digunakan untuk membangun karya sastra dari dalam, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Gaya bahasa merupakan alat yang digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan serta menghidupkan cerita secara estetika.
2. Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya suatu cerita novel.
Alur dibedakan menjadi dua bagian yaitu alur maju dan alur mundur.
3. Penokohan/Tokoh merupakan pemberian watak atau karakter pada setiap pelaku dalam sebuah cerita.
4. Tema adalah pokok permasalahan yang terdapat dalam sebuah cerita novel.
5. Latar/setting merupakan gambaran terjadinya peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita meliputi waktu, tempat, sosial budaya dan keadaan lingkungan.
6. Sudut pandang merupakan penempatan diri pengarang dan juga cara pengarang dalam melihat macam kejadian-kejadian dalam cerita yang dipaparkan.
7. Amanat merupakan pesan yang disampaikan yang terdapat dalam sebuah ceirita dalam novel.
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar tubuh karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat-istiadat yang berlaku saat itu, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain (Suroto,1989:138)
2.1.3 Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin dalam Nurgiyantoro, 1995:79). Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
2.1.4 Sosiologi Sastra
Menurut Ratna ( 2003:2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan, dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain :
1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakanginya.
4. Analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan seberapa jauh peranannya dalam mengubah struktur kemasyarakatan
5. Analisis yang berkaitan dengan manfaat karya dalam membantu perkembangan masyarakat.
6. Analisis mengenai seberapa jauh kaitan langsung antara unsur-unsur karya dengan unsur-unsur masyarakat.
7. Analisis mengenai seberapa jauh keterlibatan langsung pengarang sebagai anggota masyarakat.
8. Sosisologi sastra adalah analisis institusi sastra.
9. Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan masyarakat .
10. Sosiologi sastra adalah hubungan searah (positivistik) antara sastra dengan masyarakat.
11. Sosiologi sastra adala hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.
12. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas antara interdependensi antara sastra dengan masyarakat.
13. Pemahaman yang berkaitan dengan aktivitas kreatif sebagai semata-mata proses sosiokultural.
14. Pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan pemasaran karya.
15. Analisis yang berkaitan dengan sikap-sikap masyarakat pembaca.
Diantara 15 definisi di atas, definisi nomor 1,2,3,11, dan 12, dianggap mewakili keseimbangan kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat, dengan memberikan prioritas pada definisi nomor 1. Alasannya, pertama definisi nomor 1 bersifat luas, fleksibel, dan tentative, kedua, secara implicit telah memberikan intensitas terhadap peranan karya sastra
2.1.5 Interaksi sosial
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadahnya (Soekanto, 2001:187). Kebudayaan itu dapat terbentuk dari interaksi social. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial (2001:67). Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Young, Kimball dan Raymond, W.Mack, 1959:137). Menurut Gillin, Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia ( 1954:489).
Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tesebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Menurut Soekanto (1974:24-25), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya Kontak Sosial ( Social-Contact)
Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
a) Antara orang-perorangan
Misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
b) Antara orang – perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
c) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpanya, dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan seterusnya di suatu wilayah yang baru di buka.
2. Adanya Komunikasi
Arti penting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Gillin dan Gillin dalam Soekanto pernah mengadakan penggolongan yang luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial, yaitu :
1. Proses yang Asosiatif ( Processes Of Association) Yang terbagi menjadi tiga bentuk khusus lagi, yakni:
a. Akomodasi
b. Asimilasi dan Akulturasi.
2. Proses yang Disosiatif (Processes Of Dissociation), yang mencakup : a. Persaingan
b. Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
Proses-proses interaksi yang pokok adalah:
1. Proses-proses yang Asosiatif a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh Charles H.Cooley sebagai berikut:
―Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi yang merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.‖
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menujuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
2. Proses-proses yang Disosiatif a. Persaingan (Competition)
Menurut Gillin dan Gillin (1954:590), Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontravensi (Contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang, atau, perasaan tersebut dapat pula berkembang terhadap kemungkinan ,kegunaan ,keharusan,atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran,kepercayaan, doktrin atau rencan yang dikemukakan orang perorangan atau kelompok manusia lain ( Soekanto, 2003:77-104).
2.2 Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teori yang menjadi landasan teori. Teori ialah satu set prinsip dan definisi yang saling berkaitan serta menerangkan suatu fenomena secara sistematis. Dalam menganalisis Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan digunakan teori sebagai berikut :
2.2.1 Teori Sosiologi Sastra
Soekanto (2001:4) menyatakan bahwa sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socious yang berarti ―kawan‖ dan kata Yunani logos yang berarti ―kata‖ atau
―berbicara‖. Jadi, sosiologi berarti ―berbicara mengenai masyarakat‖. Sosiologi menurut William F. Ogburn dan Meger F. Ninkeff adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. Dilanjutkan oleh Selo
Soemardjan dan Soelaman Soemardi yang menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya Selo Soemardjan dan Soelaman Soemardi menyatakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial) lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan.
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antarkehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan-perubahan di dalam struktur sosial ( 1974:29). Objek dari sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat (Soekanto, 2003:25)
Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok merupakan bagian dari keadaan sosial yang diesebut interaksi sosial. Swingewood dalam Yasa (2012:21) menyampaikan bahwa sosiologi dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat. Keterhubungan yang erat tersebut terletak pada objek atau sasaran yang dibicarakan. Menurut Swingewood, sosiologi merupakan pendekatan ilmiah yang
menekankan analisis secara obyektif tentang manusisa dalam masyarakat, tentang lembaga kemasyarakatan dan proses-proses sosial.
Menurut Swingewood, sastra merupakan refleksi masyarakat. Berkaitan dengan pernyataan itu, Swingewood menyampaikan bahwa pengarang besar tidak sekedar menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengemban tugas yang mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam satu situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial. Dalam masyarakat, sesungguhnya, manusia berhadapan dengan norma dan nilai. Dalam sastra, juga dicerminkan nilai dan norma yang secara sadar difokuskan dan diusahakan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Sastra juga melukiskan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia. Oleh karena itu, kemungkinan sastra tersebut bisa merupakan salah satu ukuran sosiologis yang paling efektif untuk mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial.
2.3Kajian Pustaka
Novalia (2014) dalam judul Interaksi dan Konflik Sosial terhadap Tokoh Utama dalam Novel Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Sosiologi Sastra. Dalam penelitiannya, Novalia menjelaskan permasalahan terkait interaksi dan konflik sosial melalui dua pendekatan yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Dalam penelitian Novalia, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan pustaka. Penelitian ini, memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dibahas peneliti terkait dengan interaksi sosial pada tokoh utama, namun juga memiliki perbedaan yaitu peneliti tidak membahas konflik sosial.
Penelitian ini sangat membantu peneliti untuk memahami bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi pada tokoh utama.
Sihombing (2010) dalam judul Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Analisis Sosiologi Sastra, penelitian ini menggambarkan bentuk-bentuk proses sosial yang terdapat pada Novel Tiba - Tiba Malam karya Putu Wijaya. Dalam penelitian ini, Sihombing menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra. Memadukan dua teori sekaligus untuk dapat melihat struktur pembangun karya sastra yang terdapat dalam novel tersebut dan untuk melihat proses sosial yang terjadi pada novel tersebut.
Penelitian ini, memiliki kesamaan dengan penelitian yang dibahas peneliti terkait dengan kerjasama, akomodasi, dan pertentangan atau pertikaian, namun perbedaannya yaitu dalam penelitian ini interaksi sosial dilihat dari beberapa tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Penelitian ini membantu peneliti untuk memahami syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yang terjadi pada novel tersebut, memahami penjabaran bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam novel tersebut.
Mei Elysabeth Sagala (2015) dalam judul Ketidakadilan dalam Peran dan Posisi Perempuan pada Novel Xue Hua Mi Shan. Penelitian tersebut memiliki satu objek yang sama dengan objek peneliti. Namun, penelitian tersebut memiliki masalah yang berbeda dengan pembahasan peneliti. Penelitian ini membantu peneliti untuk
melihat penggambaran tokoh utama di dalam Novel Xue Hua Mi Shan yang di fokuskan pada ketidakadilan peran dan posisi perempuan sebagai anak, istri dan menantu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat penting merencanakan sebuah metode untuk mengumpulkan dan mengolah data penelitian. Metode penelitian menggambarkan rancangan kerja penelitian sehingga dapat menghasilkan penulisan penelitian yang baik dan tersusun secara sistematis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data berupa teks tertulis dari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti.
Best menyatakan bahwa tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variable, dan keadaan yang terjadi dan menyuguhkan apa adanya (1982:119). Ratna (2004: 47-48) mengatakan bahwa ciri-ciri terpenting metode kualitatif, yaitu:
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.
2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian.
4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka.
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
Data merupakan kumpulan informasi yang didapat oleh peneliti, sedangkan sumber data adalah dari mana data tersebut berasal. Sumber data penelitian ini adalah novel itu sendiri yang berupa kata-kata, monolog, dan kalimat yang dapat mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan mampu menggambarakan interaksi sosial tokoh utama.
3.2.2 Sumber Data
Judul : Xue Hua Mi Shan 《雪花秘扇》
Pengarang : Lisa See《Kuang Li Sha:邝丽莎》
Penerbit : Oversea Publishing House
Tahun terbit : 2006
Jumlah Halaman : 210 Halaman
Sampul : Perempuan dengan kipas (Merah) 3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research, yaitu dengan mengumpulkan informasi melalui studi kepustakaan (buku dan penelitian-penelitian terdahulu), dan mengumpulkan semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti melalui internet research (pencarian data dengan menelusuri artikel ilmiah di internet). Langkah–langkah yang
1. Membaca Novel Xue Hua Mi Shan Karya Lisa See.
2. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat masalah-masalah yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik seperti : alur, penokohan, dan sudut pandang dalam Novel Xue Hua Mi Shan.
3. Mencatat semua perkataan tokoh utama untuk dapat menggambarkan interaksi sosial toko utama pada Novel Xue Hua Mi Shan.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adala teknik deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dekriptif kualitatif ini bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah :
1. Mengumpulkan data, referensi, atau buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.
2. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan mendeskripsikan data yang mengarah kepada interaksi sosial tokoh utama.
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik antar seorang dengan yang lain, sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Sastra sebagai media penyampaian pesan kepada masyarakat atas sesuatu yang terjadi, memberikan gambaran tentang cara menyelesaikan masalah tersebut. Soekanto (2012:54) mengemukakan bahwa, interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Istilah ‗tokoh‘ mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Pelaku cerita dalam sebuah novel dapat digambarkan dalam berbagai bentuk. Baihe merupakan tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan, memiliki seorang saudara kembaran hati atau laotong yang bernama Xuehua. Tokoh Baihe adalah seorang perempuan yang harus hidup dengan menjalani kehidupan sesuai dengan kebudayaan yang terjadi pada masa itu.
Dalam kehidupan bermasyarakat pasti terjadi interaksi sosial Interaksi sosial yang dianalisis penulis dalam skripsi ini dibatasi pada kerjasama, akomodasi, persaingan dan kontravensi, yang dilakukan oleh tokoh utama; Baihe. Tokoh utama tersebut dianalisis untuk menguraikan interaksi sosial yang terjadi dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See. Berikut
adalah analisis terhadap interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See :
4.1.1 Kerja Sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
4.1.1.1 Kerjasama Tokoh Utama; Baihe Bersama dengan Kakak Perempuan
Tokoh Baihe adalah seorang perempuan yang lahir di Puwei pada hari kelima bulan keenam tahun ketiga pemerintahan Kaisar Daoguang. Tokoh Baihe adalah salah satu anggota dari garis keluarga Yi, salah satu marga sejati Yao, dan keluarga yang paling banyak di kenal di daerah itu. Tokoh Baihe tidak pernah berpikir, dia merasa bahagia atau dia bersenang-senang semasa kecilnya. Tokoh Baihe hanyalah seorang gadis sederhana yang di besarkan oleh sebuah keluarga sederhana di sebuah desa sederhana. Kehidupan pada masa itu mendorong Tokoh Baihe untuk menjadi seorang perempuan yang kuat dan harus mengerti dengan kondisi yang terjadi. Budaya mempunyai kaitan erat dengan kehidupannya. Saat itu umurnya masih lima tahun, namun dia harus melewati ambang yang amat besar. Tokoh Baihe amat mengerti situasi dan Tokoh Baihe menyetujuinya setiap situasi yang harus dia rasakan bahkan dari saat dia masih kecil.
― 我把脸朝着我的大姐,她比我大四岁。虽然我们同睡一张床,但我并不非常了解
她,直到有一天我和她一样也裹起了小脚,登堂入室和那些女人们在一起。‖(See, 2006 :8)
Wǒ bǎ liǎn cháozhe wǒ de dàjiě, tā bǐ wǒ dà sì suì. Suīrán wǒmen tóng shuì yī zhāng chuáng, dàn wǒ bìng bù fēicháng liǎojiě tā, zhídào yǒu yītiān wǒ hé tā yīyàng yě guǒ qǐle
‗ Wajah saya menghadap kakak Perempuan, usianya empat tahun lebih tua. Meskipun tidur di tempat tidur yang sama, saya kurang mengenal kakak perempuan, hingga kaki saya diikat dan diizinkan bergabung di ruangan bagi wanita. ‗ (See, 2011:23)
Berdasarkan kutipan diatas, pada masa itu setiap rumah memiliki ruangan lantai atas, di khususkan untuk tempat para wanita. Ruangan wanita berada pada lantai dua, memiliki jendela
Berdasarkan kutipan diatas, pada masa itu setiap rumah memiliki ruangan lantai atas, di khususkan untuk tempat para wanita. Ruangan wanita berada pada lantai dua, memiliki jendela