INTERAKSI SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL XUE HUA MI SHAN KARYA LISA SEE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
文学社会学研究:《雪花秘扇》小说中丽莎作品的社会互动。
Wénxué shèhuì xué yánjiū: “Xuě huā mì shàn” xiǎoshuō zhōng lì shā zuòpǐn de shèhuì hùdòng.
SKRIPSI OLEH
EVA YUN ELISA SILALAHI 130710042
PROGRAM STUDI SASTRA CHINA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan Karya Lisa See: Tinjauan Sosiologi Sastra
文学社会学研究:《雪花秘扇》小说中丽莎作品的社会互动。
Wénxué shèhuì xué yánjiū:“Xuě huā mì shàn” xiǎoshuō zhōng lì shā zuòpǐn de shèhuì hùdòng.
Oleh:
Eva Yun Elisa Silalahi 130710042
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juli 2018 Penulis
Eva Yun Elisa Silalahi
ABSTRAK
Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan Karya Lisa See: Tinjauan Sosiologi Sastra
文学社会学研究:《雪花秘扇》小说中丽莎作品的社会互动。
Wénxué shèhuì xué yánjiū:“Xuě huā mì shàn” xiǎoshuō zhōng lì shā zuòpǐn de shèhuì hùdòng.
Oleh:
Eva Yun Elisa Silalahi 130710042
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok merupakan bagian dari keadaan sosial. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See yang ditinjau dari sosiologi sastra. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis telah menelaah Novel Xue Hua Mi Shan dan telah menerapkan teori sosiologi sastra untuk mencari bentuk interaksi sosial yang terdapat dalam Novel Xue Hua Mi Shan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan pustaka. Berdasarkan hasil penelitian tokoh utama di dalam berinteraksi sosial dipengaruhi oleh nilai dan norma yang terjadi pada masyarakat masa itu dan terdapat empat bentuk interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan yaitu kerja sama, akomodasi, persaingan, dan kontravensi.
Kata kunci : Interaksi sosial, Tokoh utama, Baihe, Lisa See, Sastra
ABSTRACT
Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan Karya Lisa See: Tinjauan Sosiologi Sastra
文学社会学研究:《雪花秘扇》小说中丽莎作品的社会互动。
Wénxué shèhuì xué yánjiū:“Xuě huā mì shàn” xiǎoshuō zhōng lì shā zuòpǐn de shèhuì hùdòng.
Oleh:
Eva Yun Elisa Silalahi 130710042
Social interaction is the social relationships that occur dynamically between individuals with individuals, individuals with groups, and groups with groups are part of social circumstances.
Writing this thesis is done with the purpose of describing the social interaction of the main character in the Novel Xue Hua Mi Shan by Lisa See in terms of literary sociology. To achieve this goal, the author has reviewed Novel Xue Hua Mi Shan and has applied the theory of literary sociology to seek the form of social interaction contained in Novel Xue Hua Mi Shan. This research uses the descriptive qualitative method with literature approach. Based on the results of research the main character in social interaction is influenced by the values and norms that occur in society that time and there are four forms of social interaction of the main characters in Novel Xue Hua Mi Shan that is cooperation, accommodation, competition, and contravenes.
Key Word : Social interaction, Main Character, Baihe, Lisa See, Literary
KATA PENGANTAR
Kepada Allah Tri Tunggal, Sang Penyelamat, segala pujian, hormat serta kemuliaan hanya bagi-Nya. Keselamatan yang telah diberikan-Nya kepada saya, terus menerus menolong saya dalam kehidupan saya. Dengan kasih karunia-Nya, saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ―Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See: Tinjauan Sosiologi Sastra‖.
Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya dan pembantu Dekan I, II, III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D. selaku ketua Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL selaku sekretaris Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Isma Tantawi, M.A. selaku dosen pembimbing I dan Laoshi Intan Erwani S.S, M.Hum. selaku dosen pembimbing II, yang telah dengan sabar membimbing, memeriksa, memotivasi, mendorong, dan memberi masukan kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak/Ibu staf pengajar dan Administrasi Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mengajari dan memberikan ilmu yang
5. Kepada Orangtua saya tercinta, ayahanda Ir. Parlindungan Silalahi dan ibunda Jojor Rouli Simatupang, terimakasih atas doa, nasehat, motivasi, perhatian, pengorbanan dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak dapat dibayangkan seberapa besar kasih yang telah diberikan kepada penulis hingga sampai di tahap ini. Teruntuk adik-adikku terkasih Immanuel Bevin Silalahi, Yoel Felix Silalahi dan Agnes Angelia Silalahi, kalian adalah motivasi dan semangat terbesar penulis dalam menyelesaikan masa perkuliahan ini. Skripsi ini secara terkhusus penulis persembahkan kepada kalian!
6. – Terimakasih buat seluruh keluarga besar penulis yang telah membantu penulis menyelesaikan masa perkuliahan dengan bantuan doa, moral, dan dana. Allah begitu dan pasti baik kepada kita !
-Kepada sahabat-sahabat penulis Thalia Malem Sembiring, Mitra Triyani Tampubolon, Yohana Selviani Nadapdap, Eva Sianturi, Lisbeth Febriani Sialagan, yang telah bersama- sama dengan penulis selama dimasa perkuliahan ini, terimakasih buat setiap kisah perjuangan kita bersama yang telah kita lalui. Terimakasih juga kepada Merry Christin Natalin Silalahi, Hermini Huang, Karina Lo, Masita Lubis, terimakasih buat setiap cerita:
canda, tawa, susah, senang, kegilaan, ribet, cemas, perhatian dan bantuan, yang telah mengisi hari-hari perkuliahan ini. Untuk kita semua, semoga yang terbaik dapat kita lakukan dan kita miliki.
- Kepada Kelompok Tumbuh Bersama penulis, Christabel yaitu Trimayanti br.
Sembiring Depari dan Meisa Irawati Purba yang menjadi saudara penulis selama di kota ini, menjadi tempat bagi penulis untuk belajar percaya, belajar mengasihi, belajar
kehidupan yang telah dilalui bersama dengan penulis. Terimakasih pula buat setiap air mata, kekecewaan, kemarahan, tawa, kejujuran, kasih yang telah kita bagikan bersama, serta terimakasih pula buat semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga kita tetap menjadi Christabel di mana pun kita berada. Terimakasih juga kepada Pemimpin Kelompok Kecil penulis, Bang Hery Kristianto Silalahi yang telah memulai memimpin kami dengan doa,kejujuran,ketulusan dan kesederhanaan lalu kepada Kak Sarni Perangin-angin, terimakasih telah melanjutkan kisah dari kelompok kecil ini dan mencoba mengenal kami. Untuk PKK kami terimakasih sudah mendengarkan kisah penulis, sudah mendoakan, mendukung, mengajarkan, serta membimbing penulis dengan Firman dan Teladan hidup kalian. Damai Sejahtera Allah tinggal bersama dengan kita!
- Adik Kelompok Kecil, Tria Gracella yaitu Sabrina Ginting, Tetty Marlina Manurung, Wita Afsari Surbakti, ETE Gracias yaitu Titah Eka Novianti Simbolon dan Endi Simanjuntak, Elena Simatupang dan Endang Hutasoit, serta Otniel yaitu Daniel Permadi Marbun, Geraldine Genesaret, Michael Ruben Tua Sihite, Nicolannes Situmorang, Sardo Zefro Tua Nababan. Kehadiran kalian dalam kehidupan penulis adalah hal yang tak pernah terpikirkan dan tak direncanakan dari semula. Terimakasih buat kasih yang telah diberikan kepada penulis. Biarlah kita semakin mencintai Dia dan menjadi seturut keinginan-Nya. Mari kita berjuang bersama dek!
- Rumah Kedua penulis, UKM KMK USU terkhusus Unit Pelayanan Fakultas Ilmu Budaya, telah membina penulis agar menjadi garam dan terang di mana pun berada.
- Terimakasih buat teman se-pelayanan penulis, Komisi Kebaktian Se-USU 2015,
buat Panitia Retreat Pembinaan UKM KMK USU UP FIB 2018 terimakasih buat perjuangan, kasih, doa, teladan, perhatian dan semangat yang telah kita bagi bersama dan biarlah kita tetap taat serta setia melayani Dia.
- Terimakasih untuk Koordinasi UKM KMK USU UP FIB period 2015-2017, Abang dan Kakak Wendi Girsang, Martionar Sinurat, Tuti Gunawati Hutasoit, Lela Mariati Bangun, Devi Rayuli Handriyani Siahaan, Solian Tresia S. Situmorang, Ika Purnama Sari Sirait, Novaniati Pardosi, Hariati Sembiring, Susiniaty Situmeang, teman seperjuangan Rosida Pasaribu, Immanuel Silaban, Putri Yohana Hutapea, kedua KTB-ku Meisa Irawati Purba dan Trimayanti Sembiring Depari yang secara bergantian mengerjakan pelayanan bersama di periode yang berbeda, Adik-adikku terkasih Agnesia Putri Sihombing, Sari Tampubolon, dan Martua Agustinus Yahya Situmorang, terimakasih buat pengalaman,teladan, perjuangan dan setiap kisah hidup bersama yang telah Dia berikan kepada kita di dalam pelayanan ini. Kiranya Kasih Allah Bapa menyertai kita semua!
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara stambuk 2013 yang menjadi rekan dan teman seperjuangan dalam menempuh pendidikan di Sastra China, Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan masukan kepada penulis sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya maupun jurusan Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
EVA YUN ELISA SILALAHI NIM 130710042
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... viii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2 Batasan Masalah ...6
1.3 Rumusan Masalah ...6
1.4. Tujuan Penelitian ...6
1.5. Manfaat Penelitian ...7
1.5.1. Manfaat Teoretis ...7
1.5.2. Manfaat Praktis ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1 Konsep ...8
2.1.1 Sastra ...8
2.1.2 Novel ...9
2.1.3 Tokoh ...10
2.1.4 Sosiologi Sastra ...11
2.1.5 Interaksi Sosial ...12
2.2 Landasan Teori...17
2.2.1 Teori Sosiologi Sastra ...17
2.3 Kajian Pustaka ...19
BAB III METODE PENELITIAN ...22
3.1 Metode Penelitian ...22
3.2 Data dan Sumber Data ...23
3.2.1 Data ...23
3.2.2 Sumber Data...23
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...24
3.4 Teknik Analisis Data...24
BAB IV PEMBAHASAN.. ...26
4.1 Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan ...26
4.1.1 Kerjasama ...27
4.1.1.1 Kerjasama Tokoh Utama; Baihe Bersama dengan Kakak Perempuan ..27
4.1.1.2 Kerja Sama Tokoh Utama;Baihe dengan Mama dan Bibi ...29
4.1.1.3 Kerjasama Tokoh Utama: Baihe dalam Pengikatan Kaki ...32
4.1.2 Akomodasi ...35
4.1.2.1 Akomodasi dalam Bagian Keadaan ...35
4.1.2.1.1 Akomodasi Tokoh Utama Baihe dengan Ramalan ...35
4.1.2.1.2 Akomodasi Tokoh Utama; Baihe dengan Ipar ...37
4.1.2.2 Akomodasi dalam Bagian Proses...40
4.1.2.2.1 Akomodasi Tokoh Utama; Baihe menghadapi Anggapan ...40
4..1.2.2.2 Akomodasi Tokoh Utama; Baihe dalam Kehidupan laotongnya...42
4.1.3.1 Usaha Mencari Keuntungan oleh Tokoh Utama ...44
4.1.4 Kontravensi ...46
4.1.4.1 KontravensiTokoh Utama; Baihe Menilai Madame Wang ...46
4.1.4.2 Kontravensi Tokoh Utama; Baihe dengan Ibunya. ...48
4.1.4.3 Kontravensi Tokoh Utama; Baihe Menghadapi Keputusan. ...51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...54
5.1 Simpulan ...54
5.2 Saran ...55 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang sadar. Kesadaran itu dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berfikir, berkehendak dan merasa (Soekanto, 2001:5). Keadaan menimbulkan sebuah kesadaran dan kesadaran mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan. Tindakan tersebut sebagai bentuk nyata dari kesadaran yang dihadirkan di tengah-tengah kehidupan manusia.
Karya sastra merupakan hasil dari kesadaran manusia. Karya sastra adalah pengalaman manusia yang diungkapkan melalui bahasa. Sumardjo (1986:3) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Karya sastra dapat menggambarkan banyak hal, namun gambaran yang sering kita temukan adalah gambaran terkait keadaan sosial. Karya sastra dengan tegas menunjukkan jati dirinya di tengah masyarakat luas.
Karya sastra adalah sebuah ciptaan dan kehadiran sebuah ciptaan tidak pernah terlepas dari pencipta. Sastrawan adalah sebutan untuk seorang yang mencipta karya sastra. Sastrawan sebagai seseorang yang sadar, mengupayakan menyalurkan
gagasan, pengalaman, dan pandangannya terkait hal-hal yang terjadi dalam masyarakat, untuk masyarakat itu sendiri. Damono (1984:1) menyatakan bahwa karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan hubungan yang hakiki. Bahasa yang merupakan ciptaan sosial, menjadi penghubung antara sastrawan dan karya sastra untuk menampilkan gambaran kehidupan sebagai keadaan sosial .
Dalam kehidupan sosial, berhubungan dengan sesama adalah kebutuhan terpenting karena masyarakat adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Kebutuhan untuk saling berhubungan menghasilkan sebuah dorongan untuk berinteraksi. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial (Soekanto, 2001:67).
Hubungan-hubungan sosial tersebut juga tergambar dalam karya sastra. Novel mempunyai peluang untuk menjembatani ide, lengkap dengan uraian dan jabarannya, menjadikan jenis karya sastra ini tidak ubahnya menyajikan kehidupan yang utuh.
Persoalan aktual yang terjadi di tengah masyarakat bisa diangkat ke dalam novel, baik mencakup seluruh kehidupan tokoh atau sengaja mengambil bagian yang
terpenting saja. Pada umumnya, wujud novel berupa konsentrasi kehidupan manusia dalam suatu kondisi kritis yang menentukan (Nursisto, 2000:167).
Kesusastraan sudah sangat lekat hubungannya bagi masyarakat China. China menjadikan pendidikan sastra sebagai tolak ukur prestise sosial dalam cara yang paling eksklusif, jauh lebih ekslusif ketimbang di Eropa pada periode humanis maupun di Jerman. Bahkan selama periode peperangan antarnegara, stratum yang mendambakan jabatan yang terdidik dalam kesusastraan dan pada mulanya ini hanya berarti bahwa memiliki pengetahuan kitab suci—merata di semua negara bagian.
Literati adalah pengusung kemajuan menuju administrasi rasional dan semua
― kecerdasan‖ (Weber, 2006 :508).
Novel Xue Hua Mi Shan merupakan karya Lisa See yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat China sekitar abad ke-19, dimulai dari hubungan Laotong di antara dua tokoh yaitu tokoh Baihe dan tokoh Xuehua. Istilah Laotong menunjukkan sebuah hubungan pertemanan yang dilakukan para gadis dari kecil sampai dewasa. Hubungan Laotong adalah hubungan yang sangat istimewa, karena dibuat berdasarkan kesamaan-kesamaan yang dimiliki perempuan satu sama lain.
Hubungan Laotong juga lebih dekat dibandingkan dengan saudara kandung, dan hubungan Laotong memiliki kesakralan yang sama dengan pernikahan, karena di dalam hubungan Laotong dua perempuan disumpah sampai maut memisahkan mereka. Sepenggal kisah dari kehidupan perempuan yang begitu berat, yang terdapat pada novel Xue Hua Mi Shan ini menunjukkan berbagai nilai dan norma yang patut
untuk diteliti. Kehidupan sebagai seorang perempuan, yang dibesarkan oleh keluarga mereka, lalu di lepaskan untuk melayani keluarga lain yakni keluarga sang suami, adalah kehidupan yang di hadirkan dalam novel ini. Namun, jalan kehidupan sebagai sepasang Laotong yang telah diambil oleh kedua tokoh tersebut, mampu membuat mereka bertahan menjalani kehidupan. Tokoh Baihe dan tokoh Xuehua, sangat mengerti kehadiran satu sama lain. Meski tidak semua kata dapat di pahami, namun ketika mereka saling menatap mereka merasakan kehangatan. Cinta mendalam-cinta sejati dari dalam hati-harus tumbuh, itu adalah arti dari pada kehidupan Laotong. Di tengah-tengah beratnya hidup, tokoh Baihe dan tokoh Xuehua terus memelihara hubungan mereka.
Manusia membutuhkan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Manusia perlu berkomunikasi satu sama lain, sehingga terdapat perkembangan kehidupan pada manusia itu sendiri. Jika manusia tidak berinteraksi, maka manusia tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Tanpa berinteraksi manusia memang dapat hidup, namun tidak berkembang bahkan mati. Manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, manusia tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Interaksi sosial merupakan fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Interaksi sosial menjadi dasar dari perkembangan kehidupan manusia, dan dasar ini juga yang menjadi unsur dalam
membangun sebuah novel. Keadaan sosial yang terdap at dalam Novel Xue Hua Mi Shan menjadi tanda, bahwa terdapat juga interaksi sosial antar tokoh, sehingga dapat terjadi aktivitas-aktivitas sosial. Setiap tokoh di dalam novel Xue Hua Mi Shan berusaha menunjukkan keberadaannya sebagai seorang masyarakat sosial di dalam novel tersebut, namun Lisa See berfokus pada kehidupan tokoh utama dalam menghadapi kehidupan dalam konteks masa itu dengan tokoh lainnya, sehingga dapat terjadi kerjasama, akomodasi, persaingan dan kontravensi. Berdasarkan permasalahan tersebut, isu interaksi adalah unsur yang terpenting dalam sebuah kehidupan, begitu juga dalam karya satra. Fakta bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri dan membutuhkan oranglain dalam hidupnya adalah benar adanya. Dari sebuah interaksi sosial muncul pergerakan antartokoh dalam sebuah cerita, dari sebuah interaksi dapat diketahui perkembangan yang terjadi pada masa novel itu di tuliskan.
Peneliti menjadikan Novel Xue Hua Mi Shan sebagai sumber data, selain memiliki unsur interaksi sosial yang akan dianalisis, Novel Xue Hua Mi Shan juga memiliki karakteristik kebudayaan China yang sangat kuat. Lisa See sebagai seorang novelis merupakan penulis perempuan Amerika berdarah China dan termasuk novelis yang cukup produktif. Lisa See pada Novel Xue Hua Mi Shan, dapat menghadirkan beberapa Kebudayaan China di dalam karyanya seperti kebudayaan Foot Binding, dan kebudayaan Nushu, yang jarang di temukan. Lisa See juga telah menghasilkan banyak karya berupa novel,beberapa karya novelnya banyak mendapat
pujian dari para kritikus dan sempat bertengger didaftar Best Seller sepanjang tahun 2005 di New York Times dan Los Angeles Times.
1.2 Batasan Masalah
Sebuah penelitian perlu dibatasi ruang lingkupnya untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, agar penelitian dapat terfokus dan mendalam. Batasan masalah dalam penelitian ini terletak pada interaksi sosial yaitu pada bentuk kerja sama, akomodasi, persaingan,dan kontravensi yang di lakukan tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See yang ditinjau dari segi sosiologi sastra.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, penelitian ini akan membahas tentang :
1. Bagaimana interaksi sosial tokoh utama yang terdapat dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See yang ditinjau dari sosiologi sastra.
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1Manfaat Teoretis:
1. Hasil penelitian ini dapat menambah perkembangan penelitian karya sastra dengan
pengkajian secara sosiologi sastra.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti sosiologi sastra berikutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Memberi informasi tentang interaksi sosial yang terjadi pada Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See
2. Memperkaya pengetahuan dan referensi ilmu tentang sastra terkhusus tentang sosiologi sastra.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang mengkaji tentang interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan disusun berdasarkan konsep, landasan teori , dan tinjauan pustaka, sebagai berikut :
2.1 Konsep 2.1.1 Sastra
Sebagai makhluk yang sadar, manusia pasti merespon keadaan sekitar dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan bahasa sebagai alat untuk merespon keadaan yang terjadi tersebut. Ratna (2003:1) menyatakan bahwa sastra adalah tulisan yang mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas.
Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. makan kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik ( Ratna, 2003:1).
2.1.2 Novel
Jakob dan K.M, Saini menyatakan dalam arti luas novel adalah cerita terbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas disini dapaat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam pula. Namun ― ukuran luas‖ disini juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, sedang karakter, setting, dan lain-lainnya hanya satu saja (1986:29).
Ada dua unsur pembangun dalam novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang digunakan untuk membangun karya sastra dari dalam, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Gaya bahasa merupakan alat yang digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan serta menghidupkan cerita secara estetika.
2. Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya suatu cerita novel.
Alur dibedakan menjadi dua bagian yaitu alur maju dan alur mundur.
3. Penokohan/Tokoh merupakan pemberian watak atau karakter pada setiap pelaku dalam sebuah cerita.
4. Tema adalah pokok permasalahan yang terdapat dalam sebuah cerita novel.
5. Latar/setting merupakan gambaran terjadinya peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita meliputi waktu, tempat, sosial budaya dan keadaan lingkungan.
6. Sudut pandang merupakan penempatan diri pengarang dan juga cara pengarang dalam melihat macam kejadian-kejadian dalam cerita yang dipaparkan.
7. Amanat merupakan pesan yang disampaikan yang terdapat dalam sebuah ceirita dalam novel.
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar tubuh karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat-istiadat yang berlaku saat itu, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain (Suroto,1989:138)
2.1.3 Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin dalam Nurgiyantoro, 1995:79). Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
2.1.4 Sosiologi Sastra
Menurut Ratna ( 2003:2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan, dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain :
1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakanginya.
4. Analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan seberapa jauh peranannya dalam mengubah struktur kemasyarakatan
5. Analisis yang berkaitan dengan manfaat karya dalam membantu perkembangan masyarakat.
6. Analisis mengenai seberapa jauh kaitan langsung antara unsur-unsur karya dengan unsur-unsur masyarakat.
7. Analisis mengenai seberapa jauh keterlibatan langsung pengarang sebagai anggota masyarakat.
8. Sosisologi sastra adalah analisis institusi sastra.
9. Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan masyarakat .
10. Sosiologi sastra adalah hubungan searah (positivistik) antara sastra dengan masyarakat.
11. Sosiologi sastra adala hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.
12. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas antara interdependensi antara sastra dengan masyarakat.
13. Pemahaman yang berkaitan dengan aktivitas kreatif sebagai semata-mata proses sosiokultural.
14. Pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan pemasaran karya.
15. Analisis yang berkaitan dengan sikap-sikap masyarakat pembaca.
Diantara 15 definisi di atas, definisi nomor 1,2,3,11, dan 12, dianggap mewakili keseimbangan kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat, dengan memberikan prioritas pada definisi nomor 1. Alasannya, pertama definisi nomor 1 bersifat luas, fleksibel, dan tentative, kedua, secara implicit telah memberikan intensitas terhadap peranan karya sastra
2.1.5 Interaksi sosial
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadahnya (Soekanto, 2001:187). Kebudayaan itu dapat terbentuk dari interaksi social. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial (2001:67). Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Young, Kimball dan Raymond, W.Mack, 1959:137). Menurut Gillin, Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia ( 1954:489).
Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tesebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Menurut Soekanto (1974:24-25), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya Kontak Sosial ( Social-Contact)
Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
a) Antara orang-perorangan
Misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma- norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
b) Antara orang – perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
c) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpanya, dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan seterusnya di suatu wilayah yang baru di buka.
2. Adanya Komunikasi
Arti penting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Gillin dan Gillin dalam Soekanto pernah mengadakan penggolongan yang luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial, yaitu :
1. Proses yang Asosiatif ( Processes Of Association) Yang terbagi menjadi tiga bentuk khusus lagi, yakni:
a. Akomodasi
b. Asimilasi dan Akulturasi.
2. Proses yang Disosiatif (Processes Of Dissociation), yang mencakup : a. Persaingan
b. Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
Proses-proses interaksi yang pokok adalah:
1. Proses-proses yang Asosiatif a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh Charles H.Cooley sebagai berikut:
―Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan- kepentingan yang sama dan adanya organisasi yang merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.‖
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menujuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
2. Proses-proses yang Disosiatif a. Persaingan (Competition)
Menurut Gillin dan Gillin (1954:590), Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontravensi (Contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang, atau, perasaan tersebut dapat pula berkembang terhadap kemungkinan ,kegunaan ,keharusan,atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran,kepercayaan, doktrin atau rencan yang dikemukakan orang perorangan atau kelompok manusia lain ( Soekanto, 2003:77-104).
2.2 Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teori yang menjadi landasan teori. Teori ialah satu set prinsip dan definisi yang saling berkaitan serta menerangkan suatu fenomena secara sistematis. Dalam menganalisis Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan digunakan teori sebagai berikut :
2.2.1 Teori Sosiologi Sastra
Soekanto (2001:4) menyatakan bahwa sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socious yang berarti ―kawan‖ dan kata Yunani logos yang berarti ―kata‖ atau
―berbicara‖. Jadi, sosiologi berarti ―berbicara mengenai masyarakat‖. Sosiologi menurut William F. Ogburn dan Meger F. Ninkeff adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. Dilanjutkan oleh Selo
Soemardjan dan Soelaman Soemardi yang menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya Selo Soemardjan dan Soelaman Soemardi menyatakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur- unsur yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial) lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan.
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antarkehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan-perubahan di dalam struktur sosial ( 1974:29). Objek dari sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat (Soekanto, 2003:25)
Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok merupakan bagian dari keadaan sosial yang diesebut interaksi sosial. Swingewood dalam Yasa (2012:21) menyampaikan bahwa sosiologi dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat. Keterhubungan yang erat tersebut terletak pada objek atau sasaran yang dibicarakan. Menurut Swingewood, sosiologi merupakan pendekatan ilmiah yang
menekankan analisis secara obyektif tentang manusisa dalam masyarakat, tentang lembaga kemasyarakatan dan proses-proses sosial.
Menurut Swingewood, sastra merupakan refleksi masyarakat. Berkaitan dengan pernyataan itu, Swingewood menyampaikan bahwa pengarang besar tidak sekedar menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengemban tugas yang mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam satu situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial. Dalam masyarakat, sesungguhnya, manusia berhadapan dengan norma dan nilai. Dalam sastra, juga dicerminkan nilai dan norma yang secara sadar difokuskan dan diusahakan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Sastra juga melukiskan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia. Oleh karena itu, kemungkinan sastra tersebut bisa merupakan salah satu ukuran sosiologis yang paling efektif untuk mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial.
2.3Kajian Pustaka
Novalia (2014) dalam judul Interaksi dan Konflik Sosial terhadap Tokoh Utama dalam Novel Cerita Calon Arang Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Sosiologi Sastra. Dalam penelitiannya, Novalia menjelaskan permasalahan terkait interaksi dan konflik sosial melalui dua pendekatan yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Dalam penelitian Novalia, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan pustaka. Penelitian ini, memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dibahas peneliti terkait dengan interaksi sosial pada tokoh utama, namun juga memiliki perbedaan yaitu peneliti tidak membahas konflik sosial.
Penelitian ini sangat membantu peneliti untuk memahami bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi pada tokoh utama.
Sihombing (2010) dalam judul Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Analisis Sosiologi Sastra, penelitian ini menggambarkan bentuk-bentuk proses sosial yang terdapat pada Novel Tiba - Tiba Malam karya Putu Wijaya. Dalam penelitian ini, Sihombing menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra. Memadukan dua teori sekaligus untuk dapat melihat struktur pembangun karya sastra yang terdapat dalam novel tersebut dan untuk melihat proses sosial yang terjadi pada novel tersebut.
Penelitian ini, memiliki kesamaan dengan penelitian yang dibahas peneliti terkait dengan kerjasama, akomodasi, dan pertentangan atau pertikaian, namun perbedaannya yaitu dalam penelitian ini interaksi sosial dilihat dari beberapa tokoh- tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Penelitian ini membantu peneliti untuk memahami syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yang terjadi pada novel tersebut, memahami penjabaran bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam novel tersebut.
Mei Elysabeth Sagala (2015) dalam judul Ketidakadilan dalam Peran dan Posisi Perempuan pada Novel Xue Hua Mi Shan. Penelitian tersebut memiliki satu objek yang sama dengan objek peneliti. Namun, penelitian tersebut memiliki masalah yang berbeda dengan pembahasan peneliti. Penelitian ini membantu peneliti untuk
melihat penggambaran tokoh utama di dalam Novel Xue Hua Mi Shan yang di fokuskan pada ketidakadilan peran dan posisi perempuan sebagai anak, istri dan menantu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat penting merencanakan sebuah metode untuk mengumpulkan dan mengolah data penelitian. Metode penelitian menggambarkan rancangan kerja penelitian sehingga dapat menghasilkan penulisan penelitian yang baik dan tersusun secara sistematis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data berupa teks tertulis dari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti.
Best menyatakan bahwa tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variable, dan keadaan yang terjadi dan menyuguhkan apa adanya (1982:119). Ratna (2004: 47-48) mengatakan bahwa ciri-ciri terpenting metode kualitatif, yaitu:
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.
2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian.
4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka.
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
Data merupakan kumpulan informasi yang didapat oleh peneliti, sedangkan sumber data adalah dari mana data tersebut berasal. Sumber data penelitian ini adalah novel itu sendiri yang berupa kata-kata, monolog, dan kalimat yang dapat mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan mampu menggambarakan interaksi sosial tokoh utama.
3.2.2 Sumber Data
Judul : Xue Hua Mi Shan 《雪花秘扇》
Pengarang : Lisa See《Kuang Li Sha:邝丽莎》
Penerbit : Oversea Publishing House
Tahun terbit : 2006
Jumlah Halaman : 210 Halaman
Sampul : Perempuan dengan kipas (Merah) 3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research, yaitu dengan mengumpulkan informasi melalui studi kepustakaan (buku dan penelitian-penelitian terdahulu), dan mengumpulkan semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti melalui internet research (pencarian data dengan menelusuri artikel ilmiah di internet). Langkah–langkah yang
1. Membaca Novel Xue Hua Mi Shan Karya Lisa See.
2. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat masalah-masalah yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik seperti : alur, penokohan, dan sudut pandang dalam Novel Xue Hua Mi Shan.
3. Mencatat semua perkataan tokoh utama untuk dapat menggambarkan interaksi sosial toko utama pada Novel Xue Hua Mi Shan.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adala teknik deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dekriptif kualitatif ini bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah :
1. Mengumpulkan data, referensi, atau buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.
2. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan mendeskripsikan data yang mengarah kepada interaksi sosial tokoh utama.
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik antar seorang dengan yang lain, sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Sastra sebagai media penyampaian pesan kepada masyarakat atas sesuatu yang terjadi, memberikan gambaran tentang cara menyelesaikan masalah tersebut. Soekanto (2012:54) mengemukakan bahwa, interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Istilah ‗tokoh‘ mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Pelaku cerita dalam sebuah novel dapat digambarkan dalam berbagai bentuk. Baihe merupakan tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan, memiliki seorang saudara kembaran hati atau laotong yang bernama Xuehua. Tokoh Baihe adalah seorang perempuan yang harus hidup dengan menjalani kehidupan sesuai dengan kebudayaan yang terjadi pada masa itu.
Dalam kehidupan bermasyarakat pasti terjadi interaksi sosial Interaksi sosial yang dianalisis penulis dalam skripsi ini dibatasi pada kerjasama, akomodasi, persaingan dan kontravensi, yang dilakukan oleh tokoh utama; Baihe. Tokoh utama tersebut dianalisis untuk menguraikan interaksi sosial yang terjadi dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See. Berikut
adalah analisis terhadap interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See :
4.1.1 Kerja Sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
4.1.1.1 Kerjasama Tokoh Utama; Baihe Bersama dengan Kakak Perempuan
Tokoh Baihe adalah seorang perempuan yang lahir di Puwei pada hari kelima bulan keenam tahun ketiga pemerintahan Kaisar Daoguang. Tokoh Baihe adalah salah satu anggota dari garis keluarga Yi, salah satu marga sejati Yao, dan keluarga yang paling banyak di kenal di daerah itu. Tokoh Baihe tidak pernah berpikir, dia merasa bahagia atau dia bersenang-senang semasa kecilnya. Tokoh Baihe hanyalah seorang gadis sederhana yang di besarkan oleh sebuah keluarga sederhana di sebuah desa sederhana. Kehidupan pada masa itu mendorong Tokoh Baihe untuk menjadi seorang perempuan yang kuat dan harus mengerti dengan kondisi yang terjadi. Budaya mempunyai kaitan erat dengan kehidupannya. Saat itu umurnya masih lima tahun, namun dia harus melewati ambang yang amat besar. Tokoh Baihe amat mengerti situasi dan Tokoh Baihe menyetujuinya setiap situasi yang harus dia rasakan bahkan dari saat dia masih kecil.
― 我把脸朝着我的大姐,她比我大四岁。虽然我们同睡一张床,但我并不非常了解
她,直到有一天我和她一样也裹起了小脚,登堂入室和那些女人们在一起。‖(See, 2006 :8)
Wǒ bǎ liǎn cháozhe wǒ de dàjiě, tā bǐ wǒ dà sì suì. Suīrán wǒmen tóng shuì yī zhāng chuáng, dàn wǒ bìng bù fēicháng liǎojiě tā, zhídào yǒu yītiān wǒ hé tā yīyàng yě guǒ qǐle
‗ Wajah saya menghadap kakak Perempuan, usianya empat tahun lebih tua. Meskipun tidur di tempat tidur yang sama, saya kurang mengenal kakak perempuan, hingga kaki saya diikat dan diizinkan bergabung di ruangan bagi wanita. ‗ (See, 2011:23)
Berdasarkan kutipan diatas, pada masa itu setiap rumah memiliki ruangan lantai atas, di khususkan untuk tempat para wanita. Ruangan wanita berada pada lantai dua, memiliki jendela berterali, di sana tempat para perempuan menghabiskan waktu. Ruangan itu di khususkan untuk setiap perempuan yang sebentar lagi akan atau sedang mengalami pengikatan kaki. Tentu saja perempuan yang belum mengalami pengikatan kaki, berada di luar ruangan wanita.
Seorang adik perempuan pasti ingin mengenal kakaknya, ingin mengenal kehidupan kakaknya lebih lagi, bahkan seorang adik perempuan cenderung meniru kakak perempuannya.
Baihe adalah anak perempuan sekaligus adik perempuan kakaknya, yang berada pada luar ruangan wanita tersebut. Memiliki kakak yang setiap harinya menghabiskan waktunya pada ruangan wanita, tidak lantas membuatnya memaksa orang tuanya atau memaksa kakaknya untuk membawanya atau mengizinkannya untuk berada di ruangan wanita pula. Baihe sadar betul kepentingan kakak perempuannya di dalam ruangan wanita, dan kepentingan itu juga adalah kepentingan keluarga mereka. Maka dari itu, kesadaran yang dimiliki Baihe, Baihe mengerti wakut yang akan dimilikinya untuk mengenal kakak perempuannya , meskipun butuh waktu yang cukup lama yaitu hingga kakinya pun diikat dan diizinkan bergabung diruang wanita.
Kesadaran Tokoh Baihe merupakan bagian dari pada kerjasama yang di lakukannya di dalam keluarga tersebut.
Charley H.Cooley dalam Soekanto mengatakan bahwa kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
yang sama dan adanya organisasi yang merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
4.1.1.2 Kerja Sama Tokoh Utama; Baihe dengan Mama dan Bibi
Menurut H. Kusnadi (2003) kerja sama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang di arahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.
Pengikatan kaki adalah tradisi menghentikan pertumbuhan kaki perempuan zaman dahulu yang terjadi di China. Tradisi ini dibangun atas dasar pandangan masyarakat bahwa berkaki kecil adalah lambang kecantikan seorang wanita. Asal-usul tradisi ini tidak di ketahui secara jelas, namun diperkirakan telah mulai ada sejak zaman Dinasti Xia. Pengikatan kaki mulai menyebar pada golongan kelas atas sampai pada zaman dinasti Song (960 – 1297), pada zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911), tradisi mengikat kaki menyebar luas dalam mayoritas masyarakat China. Tradisi pengikatan kaki yang menyebar luas pada saat itu, membuat kemungkinan masyarakat dari golongan menengah ke bawah dapat memperbaiki kehidupan sosial mereka, karena ketika seorang perempuan memiliki bentuk kaki yang indah, maka perempuan tersebut memiliki kemungkinan dapat dinikahi oleh laki-laki dari golongan atas.
Pengikatan kaki biasanya dimulai sejak anak berumur antara empat sampai tujuh tahun, dilakukan dengan cara membalut kaki dengan ketat menggunakan kain sepanjang sepuluh kaki dengan lebar dua inchi, m elipat empat jari kaki ke bagian bawah kaki dan menarik ibu jari kaki mendekati tumit. Hal ini membuat kaki menjadi lebih pendek. Pembalut kaki semakin diketatkan
dipotong kukunya karena kalau tidak akan membuat kuku-kuku kaki di kaki yang diikat menusuk ke dalam dan menimbulkan infeksi. Jika balutan terlalu ketat maka dapat timbul buku- buku di kaki yang harus dipotong dengan pisau. Kemudian kaki juga harus dipijat dan dikompres dingin dan panas untuk sedikit mengurangi rasa sakit. Pengikatan kaki membuat siklus darah tidak lancar sehingga dapat membuat daging kaki menjadi busuk dan kaki dapat mengeluarkan nanah. Semakin kecil kaki seorang gadis maka akan semakin cantik ia dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 cm
Hari pengikatan kaki tidak sembarang dilakukan, masyarakat sering melakukannnya pada saat ulang tahun ―Dewi Kaki Kecil‖ atau pada saat hari ulangtahun Dewi Kuan Im. Sebelum upacar pengikatan kaki dilaksanakan sang ibu memberikan sesajian dan menyalakan dupa serta berdoa memohon agar selama proses pengikatan menghasilkan kaki kecil yang sempurna.
Baihe jelas tahu sebagai anak perempuan, dia pun akan mengalami masa pengikatan kaki itu terjadi pada dirinya. Baihe punya pilihan untuk menghindar atau tidak melakukan pengikatan kaki. Baihe sadar, dengan perasaan sakit yang akan terjadi pada sekujur tubuhnya. Baihe sadar akan tujuan pengikatan kaki. Kesadaran itu mendorong Baihe untuk melakukan tradisi itu bersama sepupunya.
‗ 我和美月六岁那年,妈妈和婶婶便去找人算了个缠足的黄道吉日。她 们说秋天是 裹脚的好日子,不过那仅仅是因为冬天很快就会降临,寒冷的天气有助于麻痹双 脚。我感到兴奋激动吗不,一点也不,我都快吓坏了。我已记不清大姐刚开始裹脚 时的情景了,那时我太小了,可是那个姓吴的女孩家中传出的阵阵痛苦的尖叫声,
恐怕全村的直到有一天我和她一样也裹起了小脚,登堂入室和那些女人们在一起人 都听到了。‘(See, 2006;11)
Wǒ héměi yuè liù suì nà nián, māmā hé shěnshen biàn qù zhǎo rén suànle gè chánzú de huángdào jírì. Tāmen shuō qiūtiān shì guǒjiǎo de hǎo rìzi, bùguò nà jǐnjǐn shì yīnwèi
gāng kāishǐ guǒjiǎo shí de qíngjǐngle, nà shí wǒ tài xiǎole, kěshì nàgè xìng wú de nǚhái jiāzhōng chuán chū de zhèn zhèn tòngkǔ de jiān jiào shēng, kǒngpà quán cūn de zhídào yǒu yītiān wǒ hé tā yīyàng yě guǒ qǐle xiǎojiǎo, dēngtángrùshì hé nàxiē nǚrénmen zài yīqǐ rén dōu tīng dàole.
‗ Ketika Bulan Indah dan saya merayakan ulang tahun keenam, Mama dan Bibi meminta bantuan seorang peramal mencarikan hari baik untuk memulai mengikat kaki. Mereka mengatakan m usim gugur adalah waktu terbaik karena musim dingin akan datang dan udara dingin akan membuat kaki cepat kebas. Apakah saya gembira? Tidak. Saya takut.
Saya masih terlalu muda untuk mengingat hari-hari awal pengikatan kaki Kakak Perempuan, tetapi siapa yang tidak mendengar jeritan gadis Wu,tetangga kami?‘
(See,2011: 37)
Baihe sadar akan kepentingan keluarganya. Baginya, meningkatkan kondisi sosial keluarga lebih penting daripada menjalankan keinginan pribadi. Mengetahui betapa sakitnya tradisi pengikatan kaki, tidak mengurungkan niatnya untuk tetap menjalankan tradisi pengikatan kaki demi tujuan bersama.
4.1.1.3 Kerjasama Tokoh Utama: Baihe dalam Pengikatan Kaki
Didalam keluarga besar Tokoh Baihe terdapat dua orang anak perempuan yang berumur sama, yaitu sepupunya. Bulan indah merupakan anak dari adik ayah Baihe. keluarga mereka sangat dekat. Begitu pula dengan Bulan Indah dan Baihe, mereka sangat deka. Bulan Indah dan Baihe sering menghabiskan waktu bersama dengan bermain bersama. Hingga dimana mereka pun berhadapan dengan tradisi pengikatan kaki. Keluarga Baihe dan Bulan Indah mengundang peramal untuk bersama mencari hari baik untuk pengikatan kaki mereka masing-masing.
‗而当时我所知道的只是缠足能够让我嫁得更好,让我更有可能体会到一个女人一 生中至高无上的幸福和最伟大的爱生育一个儿子。为了达成这个目标,我必须拥有 一双完美的小脚,它需要有以下七个特征:娇小、狭长、纤直、尖细、弧度,此外 还要触感柔软,芳香。在这些要求中,长度上的要求是最至关重要的。七厘米长是 最为理想的长度。其次便是脚的形状。最理想的脚形应该宛如一朵莲花的蓓蕾。脚 跟要浑圆而前部则要尖细,整个身体的重量都由大脚趾来承担。这也就意味着其他
一个钱币的深度。我若是能达到以上的要求便有源源不断的幸福作为犒赏。‘
( See, 2006: 20)
Ér dāngshí wǒ suǒ zhīdào de zhǐshì chánzú nénggòu ràng wǒ jià dé gèng hǎo, ràng wǒ gèng yǒu kěnéng tǐhuì dào yīgè nǚrén yīshēng zhōng zhìgāowúshàng de xìngfú hé zuì wěidà de ài shēngyù yīgè er zi. Wèile dáchéng zhège mùbiāo, wǒ bìxū yǒngyǒu yīshuāng wánměi de xiǎojiǎo, tā xūyào yǒu yǐxià qī gè tèzhēng: Jiāoxiǎo, xiácháng, xiān zhí, jiān xì, húdù, cǐwài hái yào chùgǎn róuruǎn, fāngxiāng. Zài zhèxiē yāoqiú zhōng, chángdù shàng de yāoqiú shì zuì zhì guān zhòngyào de. Qī límǐ zhǎng shì zuìwéi lǐxiǎng de chángdù. Qícì biàn shì jiǎo de xíngzhuàng. Zuì lǐxiǎng de jiǎo xíng yīnggāi wǎnrú yī duǒ liánhuā de bèi lěi. Jiǎogēn yào húnyuán ér qián bù zé yào jiān xì, zhěnggè shēntǐ de zhòngliàng dōu yóu dà jiǎozhǐ lái chéngdān. Zhè yě jiù yìwèizhe qítā de jiǎozhǐ yǐjí jiǎobèi dōu yào bèi shēngshēng zhéduàn, wānqū zhì jiǎogēn. Ér qián jiǎozhǎng hé jiǎogēn zhī jiān de xiá fèng bìxū yǒu yīgè qiánbì de shēndù. Wǒ ruòshì néng dádào yǐshàng de yāoqiú biàn yǒu yuányuán bùduàn de xìngfú zuòwéi kàoshǎng.
‗Semua orang tahu bahwa pengikatan kaki akan membuat diri saya lebih pantas untuk dinikahi. Dengan demikian, mendekatkan saya pada cinta dan kegembiraan terbesar dalam kehidupan seorang wanita, yaitu melahirkan anak-anak laki-laki. Untuk mencapainya, saya harus memiliki sepasang kaki terikat yang sempurna , dengan tujuh ciri utama: Kaki harus kecil, sempit, lurus, runcing, melengkung, tetapi tetap wangi dan lembut. Di antara semua persyaratan ini, ukuran panjang adalah yang utama. Tujuh sentimeter—seukuran ibu jari—adalah ukuran paling ideal. Bentuk menyusul sesudahnya. Kaki sempurna harus berbentuk seperti kuncup bunga teratai. Ia harus penuh dan bulat di tumit, runcing di depan, nantinya berta badan sepenuhnya menummpu pada ibu jari kaki. Itu berarti bahwa jari-jari dan telapak kaki harus dipatahkan dan ditekuk ke bawah hingga ke tumit. Akhirnya, ceruk yang terbentuk dari kaki bagian depan dan tumit harus cukup dalam untuk menyembunyikan uang kertas lebar dan tegak lurus dalam lipatannya. Jika saya dapat mencapai ukuran dan bentuk seperti itu, kebahagiaan imbalannya. Pada pagi hari kedua puluh empat dari bulan purnama kedelapan, kami mempersembahkan bola-bola nasi ketan kepada Dewi Kaki kecil, sementara ibu-ibu kami meletakkan sepatu-sepatu mini buatan mereka didepan patung kecil Guanyin. Sesudah itu, Mama dan Bibi mengambil tawas, astringent, gunting, pemotong kuku khusus, jarum, dan benang. Mereka mengeluarkan perban panjang yang telah mereka siapkan, lebar lima sentimeter, panjang tiga meter, dan telah dikanji tipis. Kemudian, semua wanita ke lantai atas. Kakak perempuan datang paling akhir dengan membawa seember air panas—berisi akar murbei, buah badam yang digiling, air kencing , rempah-rempah dan akar-akaaran – untuk meredam kaki. Sebagai yang tertua dan mendapat giliran pertama, saya bertekad menunjukkan bahwa saya berani. ‗ (See, 2011:,55-56)
Ayah dari Tokoh Baihe merupakan saudara yang lebih tua daripada ayah Bulan Indah, itu
mendorong dirinya lebih keras lagi untuk melakukan segala sesuatu lebih dahulu sebagai sebuah bentuk keteladanan, termasuk dalam tradisi pengikatan kaki. Mengetahui tradisi pengikatan kaki bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Baihe juga merasakan perasaan tidak berani, apalagi harus menjadi seorang yang lebih dahulu melakukannya. Namun sebagai seorang yang tertua, dia harus menjaga wibawanya juga wibawa keluarganya. Meskipun di dalam diri Baihe dia tidak mau menjadi orang yang pertama kali melakukan pengikatan kaki dia harus tetap menunjukkan teladannya.
Ditengah ketidak beranian Baihe, Baihe pun ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa melakukannya pertama kali dan dia berani. Baihe ingin menunjukkan kepada keluarganya, bahwa dia bisa melakukannya dengan mendorong dirinya sendiri. Sebuah proses kerja sama yang terjadi pada keluarga ini yaitu bahwa hal yang paling di inginkan oleh keluarganya adalah terjadinya pengikatan kaki kedua anak perempuan mereka, maka dari itu dimulai dari yang tertua agar sepupunya pun terdorong untuk berani melakukan tradisi pengikatan kaki.
Kerja sama yang baik di lakukan oleh Baihe, dengan tekad yang ditetapkannya sebagi bentuk pengendalian diri yang baik oleh dirinya sendiri, sehingga kepentingan bersama dapat dilakukan dengan baik.
4.1.2 Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan dalam dua bagian yaitu dalam suatu proses dan juga dalam sebuah keadaan.
4.1.2.1 Akomodasi dalam bagian keadaan
Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan (Soekanto, 2003:68)
4.1.2.1.1 Akomodasi Tokoh Utama Baihe dengan Ramalan
Laotong adalah sebuah hubungan pertemanan yang dilakukan para gadis dari kecil sampai dewasa, hubungan laotong lebih dekat dibandingkan dengan saudara kandung, sama sakralnya dengan pernikahan, mereka di sumpah sampai maut memisahkan mereka. Dalam menjalin hubungan laotong harus memperhatikan beberapa syarat seperti harus lahir pada tahun yang sama,memiliki tinggi badan yang sama, bentuk tubuh yang sama, dan mempunyai latar belakang yang sama. Oleh karena itu, para gadis yang menjadi laotong akan bersama-sama seumur hidup, bahkan menjadi lebih dekat dibandingkan dengan hubungan suami istri.
Namun Baihe dan keluarganya tidak menyangka, bahwa Baihe dapat memiliki seorang laotong. Dirinya yang berasal dari keluarga sederhana diramalkan memiliki seorang laotong adalah suatu yang sungguh istimewa.
― 可是老同是很特别的。我应该为此而感到高兴才对,可我却像屋里的其他人一样 惊愕。这是一个不该在男人们面前提起的话题,以至于我的父亲控制不住竟脱口而 出,―我们家没一个女人会女书。‖( See, 2006 : 18)
Kěshì lǎo tóng shì hěn tèbié de. Wǒ yīnggāi wèi cǐ ér gǎndào gāoxìng cái duì, kě wǒ què xiàng wū li de qítā rén yīyàng jīng'è. Zhè shì yīgè bù gāi zài nánrénmen miànqián tíqǐ de huàtí, yǐ zhìyú wǒ de fùqīn kòngzhì bù zhù jìng tuōkǒu'érchū,―wǒmen jiā méi yīgè nǚrén huì nǚ shū
― Tetapi memiliki laotong sungguh suatu hal yang sangat istimewa. Seharusnya, saya merasa sangat gembira, tetapi seperti semua orang di ruangan itu saya terperangah. Ini bukan sebuah hal yang boleh di bicarakan di depan kaum laki-laki. Situasinya sedemikian luar biasa sehingga baba yang tampaknya tak mampu lagi menahan diri terdengar berkata, ― Tak ada wanita di keluarga kami yang pernah memiliki seorang laotong.‖
( See, 2011,47-48)
Baihe menjadi anak perempuan yang sanagt mengerti cara dirinya dapat memiliki interaksi yang baik di tengah situasi itu. Dikatakan memiliki seorang laotong, tidak membuat dirinya lepas kendali dengan kegembiraan. Alih-alih kegembiraan, Baihe justru terperangah bersama semua orang di ruangan itu. Nilai dan norma yang ada dalam kehidupan Baihe, sudah sangat mengatur kehidupan Baihe. Menjadi seorang yang mengerti berperilaku membuat Baihe dapat berakomodasi denga baik ditengah-tengah situasi tersebut.
4.1.2.1.2 Akomodasi Tokoh Utama; Baihe dengan Ipar
Kehidupan masyarakat China dahulu sangat dominan diwarnai oleh budaya patriarki yaitu laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan di dalam keluarga maupun masyarakat, tetapi yang paling fundamental mempengaruhi adalah ajaran Konfusianisme. Menurut konfusius, perempuan tidak sama derajatnya dengan laki-laki. Dalam etika konfusian ada lima norma dasar kesopanan tentang hubungan dalam ,asyarakat tersebut menjadi tuntunan hidup bermasyarakat.
Kelima norma dasar tersebut meliput hubungan antara raja dengan rakyatnya yaitu kesetiaan mutlak rakyat kepada penguasa, bakti kepada orangtua (hormat dan patuh) anak kepada ayahnya, cinta kasih dalam hubungan suami dengan istri, rasa hormat adik kepada kakaknya, dan sifat dapat dipercaya dalam hubungan antar teman.
Dalam ajaran Konfusius hubungan suami istri haruslah didasarkan pada sifat-sifat yang baik dan terpuji. Bersikap tunduk dianggap sebagai kebajikan tertinggi kaum wanita. Setelah menikah seorang wanita harus tunduk kepada keluarga suaminya, menjaga hubungan baik dengan iparnya agar tercipta keharmonisan keluarga. Sebagai istri, ia juga harus melayani kedua mertuanya.
Memiliki kaki yang kuat dan amat sempurna, berbentuk bunga lili emas seperti yang telah diramalkan, membawa Baihe kepada pertunangan dan sampailah kepada hari pernikahan..
Baihe menikah dengan suami yang sehat, cerdas, tepelajar, berasal dari keluarga terhormat, kaya, dan dermawan,dan memiliki shio macan, yang merupakan jodoh terbaik baginya menurut horoskop. Pernikahan Baihe diwarnai suara dari rombongan pemusik di pinggiran kota yang mulai terdengar. Baihe pun akan naik ke kursi pengantin. Isak tangis dari keluarga pun menghiasi pernikahan Baihe, karena keluarga itu akan melepas anak perempuannya. Kesedihan yang dalam pun juga dirasakan kembaran hatinya, laotongnya. Pernikahan membuat sebuah ketakutan yang terjadi dalam hubungan laotong mereka. Lewat sebuah surat, laotongnya menyampaikan isi hatinya kepada Baihe.
‗我知道这两个字是什么意思。老同和义姐妹完全不同。老同是指两个来自不同村 庄的女孩,这样的关系会持续一生,而义姐妹是由好几个女孩组成,一旦她们结婚 了,关系也就终止了。打我出生以来,我从未遇见过老同,也没想过自己也会有一 个老同。
―你们家没有的东西多着呢,至少是现在,‖王媒婆边说边起身,站了起来。―你们 家里自个儿讨论讨直到有一天我和她一样也裹起了小脚,登堂入室和那些女人们在 一起论,记住,机会不会每天都送上门来的,过两天我再来。‖
媒婆和卦师都走了,临走都说还会来看看我的进展。我和母亲一起上了楼。刚走进 女人的房间,‘ ( See, 2006 : 155)
‗Wǒ zhīdào zhè liǎng gè zì shì shénme yìsi. Lǎo tónghé yì jiěmèi wánquán bùtóng. Lǎo tóng shì zhǐ liǎng gè láizì bùtóng cūnzhuāng de nǚhái, zhèyàng de guānxì huì chíxù yīshēng, ér yì jiěmèi shì yóu hǎojǐ gè nǚhái zǔchéng, yīdàn tāmen jiéhūnle, guānxì yě jiù zhōngzhǐle. Dǎ wǒ chūshēng yǐlái, wǒ cóng wèi yùjiànguò lǎo tóng, yě méi xiǎngguò zìjǐ
yě huì yǒu yīgè lǎo tóng.
―Nǐmen jiā méiyǒu de dōngxī duō zhene, zhìsh ǎo shì xiànzài,‖ wáng méipó biān shuō biān qǐshēn, zhànle qǐlái.―Nǐmen jiālǐ zì gě er tǎolùn tǎo zhídào yǒu yītiān wǒ hé tā yīyàng yě guǒ qǐle xiǎojiǎo, dēngtángrùshì hé nàxiē nǚrénmen zài yīqǐ lùn, jì zhù, jīhuì bù huì měitiān dū sòng shàngmén lái de,guò liǎng tiān wǒ zàilái.‖
Méipó hé guà shī dōu zǒule, lín zǒu dōu shuō hái huì lái kàn kàn wǒ de jìnzhǎn. Wǒ hé mǔqīn yīqǐ shàngle lóu. Gāng zǒu jìn nǚrén de fángjiān,‘ (See, 2006: 155)
mandarin. Sekarang semuanya telah berubah. Di hari-hari mendatang, kau akan tahu banyak tentang diriku. Hatiku gelisah dan was-was. Aku menangis dalam hati dan mulutku, aku cemas kau tak akan lagi mencintaiku. Nanti, apa pun pendapatmu tentang diriku, perasaan dan pikiranmu tentang dirimu tak akan pernah berubah. Xuehua.bakal datang. Sungguh menyedihkan bawa kita mewarisi kehidupan yang salah—lahir‘ (See, 2011:221)
Baihe membaca surat itu di dalam perjalanan menuju rumah suaminya. Perasaan cemas yang dirasakannya selama perjalanan membuat dirinya ingin kembali ke rumah untuk meredakan ketakutan yang di alami laotongnya. Namun, Baihe tidak punya daya. Baihe telah berada di depan rumah suaminya.
―她把我领进了我的新家,我跨过门槛站立在我婆家人面前。我跪地向他们磕了三 个响头,并发誓一生尊崇侍奉家人。我为他们一次倒了茶水后。。‘( See, 2006:97) Tā bǎ wǒ lǐng jìnle wǒ de xīnjiā, wǒ kuàguò ménkǎn zhànlì zài wǒ pójiārén miànqián.
Wǒ guì dì xiàng tāmen kēle sān gè xiǎngtóu, bìng fāshì yīshēng zūnchóng shìfèng jiā rén.
Wǒ wèi tāmen yīcì dàole cháshuǐ hòu
‗ Wanita itu membimbing saya ke rumah yang bakal saya tinggali, di sana saya harus melangkahi ambang untuk diperkenalkan kepada para ipar.
―Saya akan mematuhi kalian semua.‖ Kemudian, saya menuangkan teh untuk mereka.‘
(See,2011: 223)
Ajaran dan pemahaman yang sudah melekat erat di dalam kehidupannya, benar-benar di terapkan oleh Baihe. Meskipun saat itu, Baihe dalam kondisi yang tidak baik. Perasaan sedih, khawatir dan cemas yang terjadi dalam diri Baihe, tidak lantas mengubah sikapnya, pada saat masuk ke dalam rumah suaminya. Baihe tetap berlaku sopan dan sesuai dengan ajaran yang di anutnya. Di dalam keadaan itu, Baihe dapat mencapai suatu keseimbangan dalam berinteraksi dengan orang lain dan berlaku sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku.
4.1.2.2 Akomodasi dalam bagian proses
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan