BAB III METODE PENELITIAN
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.2 Sumber Data
Judul : Xue Hua Mi Shan 《雪花秘扇》
Pengarang : Lisa See《Kuang Li Sha:邝丽莎》
Penerbit : Oversea Publishing House
Tahun terbit : 2006
Jumlah Halaman : 210 Halaman
Sampul : Perempuan dengan kipas (Merah) 3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research, yaitu dengan mengumpulkan informasi melalui studi kepustakaan (buku dan penelitian-penelitian terdahulu), dan mengumpulkan semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti melalui internet research (pencarian data dengan menelusuri artikel ilmiah di internet). Langkah–langkah yang
1. Membaca Novel Xue Hua Mi Shan Karya Lisa See.
2. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat masalah-masalah yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik seperti : alur, penokohan, dan sudut pandang dalam Novel Xue Hua Mi Shan.
3. Mencatat semua perkataan tokoh utama untuk dapat menggambarkan interaksi sosial toko utama pada Novel Xue Hua Mi Shan.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adala teknik deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dekriptif kualitatif ini bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah :
1. Mengumpulkan data, referensi, atau buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.
2. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan mendeskripsikan data yang mengarah kepada interaksi sosial tokoh utama.
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Interaksi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik antar seorang dengan yang lain, sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Sastra sebagai media penyampaian pesan kepada masyarakat atas sesuatu yang terjadi, memberikan gambaran tentang cara menyelesaikan masalah tersebut. Soekanto (2012:54) mengemukakan bahwa, interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Istilah ‗tokoh‘ mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Pelaku cerita dalam sebuah novel dapat digambarkan dalam berbagai bentuk. Baihe merupakan tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan, memiliki seorang saudara kembaran hati atau laotong yang bernama Xuehua. Tokoh Baihe adalah seorang perempuan yang harus hidup dengan menjalani kehidupan sesuai dengan kebudayaan yang terjadi pada masa itu.
Dalam kehidupan bermasyarakat pasti terjadi interaksi sosial Interaksi sosial yang dianalisis penulis dalam skripsi ini dibatasi pada kerjasama, akomodasi, persaingan dan kontravensi, yang dilakukan oleh tokoh utama; Baihe. Tokoh utama tersebut dianalisis untuk menguraikan interaksi sosial yang terjadi dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See. Berikut
adalah analisis terhadap interaksi sosial tokoh utama dalam Novel Xue Hua Mi Shan karya Lisa See :
4.1.1 Kerja Sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
4.1.1.1 Kerjasama Tokoh Utama; Baihe Bersama dengan Kakak Perempuan
Tokoh Baihe adalah seorang perempuan yang lahir di Puwei pada hari kelima bulan keenam tahun ketiga pemerintahan Kaisar Daoguang. Tokoh Baihe adalah salah satu anggota dari garis keluarga Yi, salah satu marga sejati Yao, dan keluarga yang paling banyak di kenal di daerah itu. Tokoh Baihe tidak pernah berpikir, dia merasa bahagia atau dia bersenang-senang semasa kecilnya. Tokoh Baihe hanyalah seorang gadis sederhana yang di besarkan oleh sebuah keluarga sederhana di sebuah desa sederhana. Kehidupan pada masa itu mendorong Tokoh Baihe untuk menjadi seorang perempuan yang kuat dan harus mengerti dengan kondisi yang terjadi. Budaya mempunyai kaitan erat dengan kehidupannya. Saat itu umurnya masih lima tahun, namun dia harus melewati ambang yang amat besar. Tokoh Baihe amat mengerti situasi dan Tokoh Baihe menyetujuinya setiap situasi yang harus dia rasakan bahkan dari saat dia masih kecil.
― 我把脸朝着我的大姐,她比我大四岁。虽然我们同睡一张床,但我并不非常了解
她,直到有一天我和她一样也裹起了小脚,登堂入室和那些女人们在一起。‖(See, 2006 :8)
Wǒ bǎ liǎn cháozhe wǒ de dàjiě, tā bǐ wǒ dà sì suì. Suīrán wǒmen tóng shuì yī zhāng chuáng, dàn wǒ bìng bù fēicháng liǎojiě tā, zhídào yǒu yītiān wǒ hé tā yīyàng yě guǒ qǐle
‗ Wajah saya menghadap kakak Perempuan, usianya empat tahun lebih tua. Meskipun tidur di tempat tidur yang sama, saya kurang mengenal kakak perempuan, hingga kaki saya diikat dan diizinkan bergabung di ruangan bagi wanita. ‗ (See, 2011:23)
Berdasarkan kutipan diatas, pada masa itu setiap rumah memiliki ruangan lantai atas, di khususkan untuk tempat para wanita. Ruangan wanita berada pada lantai dua, memiliki jendela berterali, di sana tempat para perempuan menghabiskan waktu. Ruangan itu di khususkan untuk setiap perempuan yang sebentar lagi akan atau sedang mengalami pengikatan kaki. Tentu saja perempuan yang belum mengalami pengikatan kaki, berada di luar ruangan wanita.
Seorang adik perempuan pasti ingin mengenal kakaknya, ingin mengenal kehidupan kakaknya lebih lagi, bahkan seorang adik perempuan cenderung meniru kakak perempuannya.
Baihe adalah anak perempuan sekaligus adik perempuan kakaknya, yang berada pada luar ruangan wanita tersebut. Memiliki kakak yang setiap harinya menghabiskan waktunya pada ruangan wanita, tidak lantas membuatnya memaksa orang tuanya atau memaksa kakaknya untuk membawanya atau mengizinkannya untuk berada di ruangan wanita pula. Baihe sadar betul kepentingan kakak perempuannya di dalam ruangan wanita, dan kepentingan itu juga adalah kepentingan keluarga mereka. Maka dari itu, kesadaran yang dimiliki Baihe, Baihe mengerti wakut yang akan dimilikinya untuk mengenal kakak perempuannya , meskipun butuh waktu yang cukup lama yaitu hingga kakinya pun diikat dan diizinkan bergabung diruang wanita.
Kesadaran Tokoh Baihe merupakan bagian dari pada kerjasama yang di lakukannya di dalam keluarga tersebut.
Charley H.Cooley dalam Soekanto mengatakan bahwa kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
yang sama dan adanya organisasi yang merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
4.1.1.2 Kerja Sama Tokoh Utama; Baihe dengan Mama dan Bibi
Menurut H. Kusnadi (2003) kerja sama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang di arahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.
Pengikatan kaki adalah tradisi menghentikan pertumbuhan kaki perempuan zaman dahulu yang terjadi di China. Tradisi ini dibangun atas dasar pandangan masyarakat bahwa berkaki kecil adalah lambang kecantikan seorang wanita. Asal-usul tradisi ini tidak di ketahui secara jelas, namun diperkirakan telah mulai ada sejak zaman Dinasti Xia. Pengikatan kaki mulai menyebar pada golongan kelas atas sampai pada zaman dinasti Song (960 – 1297), pada zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911), tradisi mengikat kaki menyebar luas dalam mayoritas masyarakat China. Tradisi pengikatan kaki yang menyebar luas pada saat itu, membuat kemungkinan masyarakat dari golongan menengah ke bawah dapat memperbaiki kehidupan sosial mereka, karena ketika seorang perempuan memiliki bentuk kaki yang indah, maka perempuan tersebut memiliki kemungkinan dapat dinikahi oleh laki-laki dari golongan atas.
Pengikatan kaki biasanya dimulai sejak anak berumur antara empat sampai tujuh tahun, dilakukan dengan cara membalut kaki dengan ketat menggunakan kain sepanjang sepuluh kaki dengan lebar dua inchi, m elipat empat jari kaki ke bagian bawah kaki dan menarik ibu jari kaki mendekati tumit. Hal ini membuat kaki menjadi lebih pendek. Pembalut kaki semakin diketatkan
dipotong kukunya karena kalau tidak akan membuat kuku-kuku kaki di kaki yang diikat menusuk ke dalam dan menimbulkan infeksi. Jika balutan terlalu ketat maka dapat timbul buku-buku di kaki yang harus dipotong dengan pisau. Kemudian kaki juga harus dipijat dan dikompres dingin dan panas untuk sedikit mengurangi rasa sakit. Pengikatan kaki membuat siklus darah tidak lancar sehingga dapat membuat daging kaki menjadi busuk dan kaki dapat mengeluarkan nanah. Semakin kecil kaki seorang gadis maka akan semakin cantik ia dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 cm
Hari pengikatan kaki tidak sembarang dilakukan, masyarakat sering melakukannnya pada saat ulang tahun ―Dewi Kaki Kecil‖ atau pada saat hari ulangtahun Dewi Kuan Im. Sebelum upacar pengikatan kaki dilaksanakan sang ibu memberikan sesajian dan menyalakan dupa serta berdoa memohon agar selama proses pengikatan menghasilkan kaki kecil yang sempurna.
Baihe jelas tahu sebagai anak perempuan, dia pun akan mengalami masa pengikatan kaki itu terjadi pada dirinya. Baihe punya pilihan untuk menghindar atau tidak melakukan pengikatan kaki. Baihe sadar, dengan perasaan sakit yang akan terjadi pada sekujur tubuhnya. Baihe sadar akan tujuan pengikatan kaki. Kesadaran itu mendorong Baihe untuk melakukan tradisi itu bersama sepupunya.
gāng kāishǐ guǒjiǎo shí de qíngjǐngle, nà shí wǒ tài xiǎole, kěshì nàgè xìng wú de nǚhái jiāzhōng chuán chū de zhèn zhèn tòngkǔ de jiān jiào shēng, kǒngpà quán cūn de zhídào yǒu yītiān wǒ hé tā yīyàng yě guǒ qǐle xiǎojiǎo, dēngtángrùshì hé nàxiē nǚrénmen zài yīqǐ rén dōu tīng dàole.
‗ Ketika Bulan Indah dan saya merayakan ulang tahun keenam, Mama dan Bibi meminta bantuan seorang peramal mencarikan hari baik untuk memulai mengikat kaki. Mereka mengatakan m usim gugur adalah waktu terbaik karena musim dingin akan datang dan udara dingin akan membuat kaki cepat kebas. Apakah saya gembira? Tidak. Saya takut.
Saya masih terlalu muda untuk mengingat hari-hari awal pengikatan kaki Kakak Perempuan, tetapi siapa yang tidak mendengar jeritan gadis Wu,tetangga kami?‘
(See,2011: 37)
Baihe sadar akan kepentingan keluarganya. Baginya, meningkatkan kondisi sosial keluarga lebih penting daripada menjalankan keinginan pribadi. Mengetahui betapa sakitnya tradisi pengikatan kaki, tidak mengurungkan niatnya untuk tetap menjalankan tradisi pengikatan kaki demi tujuan bersama.
4.1.1.3 Kerjasama Tokoh Utama: Baihe dalam Pengikatan Kaki
Didalam keluarga besar Tokoh Baihe terdapat dua orang anak perempuan yang berumur sama, yaitu sepupunya. Bulan indah merupakan anak dari adik ayah Baihe. keluarga mereka sangat dekat. Begitu pula dengan Bulan Indah dan Baihe, mereka sangat deka. Bulan Indah dan Baihe sering menghabiskan waktu bersama dengan bermain bersama. Hingga dimana mereka pun berhadapan dengan tradisi pengikatan kaki. Keluarga Baihe dan Bulan Indah mengundang peramal untuk bersama mencari hari baik untuk pengikatan kaki mereka masing-masing.
‗而当时我所知道的只是缠足能够让我嫁得更好,让我更有可能体会到一个女人一
一个钱币的深度。我若是能达到以上的要求便有源源不断的幸福作为犒赏。‘
( See, 2006: 20)
Ér dāngshí wǒ suǒ zhīdào de zhǐshì chánzú nénggòu ràng wǒ jià dé gèng hǎo, ràng wǒ gèng yǒu kěnéng tǐhuì dào yīgè nǚrén yīshēng zhōng zhìgāowúshàng de xìngfú hé zuì wěidà de ài shēngyù yīgè er zi. Wèile dáchéng zhège mùbiāo, wǒ bìxū yǒngyǒu yīshuāng wánměi de xiǎojiǎo, tā xūyào yǒu yǐxià qī gè tèzhēng: Jiāoxiǎo, xiácháng, xiān zhí, jiān xì, húdù, cǐwài hái yào chùgǎn róuruǎn, fāngxiāng. Zài zhèxiē yāoqiú zhōng, chángdù shàng de yāoqiú shì zuì zhì guān zhòngyào de. Qī límǐ zhǎng shì zuìwéi lǐxiǎng de chángdù. Qícì biàn shì jiǎo de xíngzhuàng. Zuì lǐxiǎng de jiǎo xíng yīnggāi wǎnrú yī duǒ liánhuā de bèi lěi. Jiǎogēn yào húnyuán ér qián bù zé yào jiān xì, zhěnggè shēntǐ de zhòngliàng dōu yóu dà jiǎozhǐ lái chéngdān. Zhè yě jiù yìwèizhe qítā de jiǎozhǐ yǐjí jiǎobèi dōu yào bèi shēngshēng zhéduàn, wānqū zhì jiǎogēn. Ér qián jiǎozhǎng hé jiǎogēn zhī jiān de xiá fèng bìxū yǒu yīgè qiánbì de shēndù. Wǒ ruòshì néng dádào yǐshàng de yāoqiú biàn yǒu yuányuán bùduàn de xìngfú zuòwéi kàoshǎng.
‗Semua orang tahu bahwa pengikatan kaki akan membuat diri saya lebih pantas untuk dinikahi. Dengan demikian, mendekatkan saya pada cinta dan kegembiraan terbesar dalam kehidupan seorang wanita, yaitu melahirkan anak-anak laki-laki. Untuk mencapainya, saya harus memiliki sepasang kaki terikat yang sempurna , dengan tujuh ciri utama: Kaki harus kecil, sempit, lurus, runcing, melengkung, tetapi tetap wangi dan lembut. Di antara semua persyaratan ini, ukuran panjang adalah yang utama. Tujuh sentimeter—seukuran ibu jari—adalah ukuran paling ideal. Bentuk menyusul sesudahnya. Kaki sempurna harus berbentuk seperti kuncup bunga teratai. Ia harus penuh dan bulat di tumit, runcing di depan, nantinya berta badan sepenuhnya menummpu pada ibu jari kaki. Itu berarti bahwa jari-jari dan telapak kaki harus dipatahkan dan ditekuk ke bawah hingga ke tumit. Akhirnya, ceruk yang terbentuk dari kaki bagian depan dan tumit harus cukup dalam untuk menyembunyikan uang kertas lebar dan tegak lurus dalam lipatannya. Jika saya dapat mencapai ukuran dan bentuk seperti itu, kebahagiaan imbalannya. Pada pagi hari kedua puluh empat dari bulan purnama kedelapan, kami mempersembahkan bola-bola nasi ketan kepada Dewi Kaki kecil, sementara ibu-ibu kami meletakkan sepatu-sepatu mini buatan mereka didepan patung kecil Guanyin. Sesudah itu, Mama dan Bibi mengambil tawas, astringent, gunting, pemotong kuku khusus, jarum, dan benang. Mereka mengeluarkan perban panjang yang telah mereka siapkan, lebar lima sentimeter, panjang tiga meter, dan telah dikanji tipis. Kemudian, semua wanita ke lantai atas. Kakak perempuan datang paling akhir dengan membawa seember air panas—berisi akar murbei, buah badam yang digiling, air kencing , rempah-rempah dan akar-akaaran – untuk meredam kaki. Sebagai yang tertua dan mendapat giliran pertama, saya bertekad menunjukkan bahwa saya berani. ‗ (See, 2011:,55-56)
Ayah dari Tokoh Baihe merupakan saudara yang lebih tua daripada ayah Bulan Indah, itu
mendorong dirinya lebih keras lagi untuk melakukan segala sesuatu lebih dahulu sebagai sebuah bentuk keteladanan, termasuk dalam tradisi pengikatan kaki. Mengetahui tradisi pengikatan kaki bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Baihe juga merasakan perasaan tidak berani, apalagi harus menjadi seorang yang lebih dahulu melakukannya. Namun sebagai seorang yang tertua, dia harus menjaga wibawanya juga wibawa keluarganya. Meskipun di dalam diri Baihe dia tidak mau menjadi orang yang pertama kali melakukan pengikatan kaki dia harus tetap menunjukkan teladannya.
Ditengah ketidak beranian Baihe, Baihe pun ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa melakukannya pertama kali dan dia berani. Baihe ingin menunjukkan kepada keluarganya, bahwa dia bisa melakukannya dengan mendorong dirinya sendiri. Sebuah proses kerja sama yang terjadi pada keluarga ini yaitu bahwa hal yang paling di inginkan oleh keluarganya adalah terjadinya pengikatan kaki kedua anak perempuan mereka, maka dari itu dimulai dari yang tertua agar sepupunya pun terdorong untuk berani melakukan tradisi pengikatan kaki.
Kerja sama yang baik di lakukan oleh Baihe, dengan tekad yang ditetapkannya sebagi bentuk pengendalian diri yang baik oleh dirinya sendiri, sehingga kepentingan bersama dapat dilakukan dengan baik.
4.1.2 Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan dalam dua bagian yaitu dalam suatu proses dan juga dalam sebuah keadaan.
4.1.2.1 Akomodasi dalam bagian keadaan
Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan (Soekanto, 2003:68)
4.1.2.1.1 Akomodasi Tokoh Utama Baihe dengan Ramalan
Laotong adalah sebuah hubungan pertemanan yang dilakukan para gadis dari kecil sampai dewasa, hubungan laotong lebih dekat dibandingkan dengan saudara kandung, sama sakralnya dengan pernikahan, mereka di sumpah sampai maut memisahkan mereka. Dalam menjalin hubungan laotong harus memperhatikan beberapa syarat seperti harus lahir pada tahun yang sama,memiliki tinggi badan yang sama, bentuk tubuh yang sama, dan mempunyai latar belakang yang sama. Oleh karena itu, para gadis yang menjadi laotong akan bersama-sama seumur hidup, bahkan menjadi lebih dekat dibandingkan dengan hubungan suami istri.
Namun Baihe dan keluarganya tidak menyangka, bahwa Baihe dapat memiliki seorang laotong. Dirinya yang berasal dari keluarga sederhana diramalkan memiliki seorang laotong adalah suatu yang sungguh istimewa. bukan sebuah hal yang boleh di bicarakan di depan kaum laki-laki. Situasinya sedemikian luar biasa sehingga baba yang tampaknya tak mampu lagi menahan diri terdengar berkata, ― Tak ada wanita di keluarga kami yang pernah memiliki seorang laotong.‖
( See, 2011,47-48)
Baihe menjadi anak perempuan yang sanagt mengerti cara dirinya dapat memiliki interaksi yang baik di tengah situasi itu. Dikatakan memiliki seorang laotong, tidak membuat dirinya lepas kendali dengan kegembiraan. Alih-alih kegembiraan, Baihe justru terperangah bersama semua orang di ruangan itu. Nilai dan norma yang ada dalam kehidupan Baihe, sudah sangat mengatur kehidupan Baihe. Menjadi seorang yang mengerti berperilaku membuat Baihe dapat berakomodasi denga baik ditengah-tengah situasi tersebut.
4.1.2.1.2 Akomodasi Tokoh Utama; Baihe dengan Ipar
Kehidupan masyarakat China dahulu sangat dominan diwarnai oleh budaya patriarki yaitu laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan di dalam keluarga maupun masyarakat, tetapi yang paling fundamental mempengaruhi adalah ajaran Konfusianisme. Menurut konfusius, perempuan tidak sama derajatnya dengan laki-laki. Dalam etika konfusian ada lima norma dasar kesopanan tentang hubungan dalam ,asyarakat tersebut menjadi tuntunan hidup bermasyarakat.
Kelima norma dasar tersebut meliput hubungan antara raja dengan rakyatnya yaitu kesetiaan mutlak rakyat kepada penguasa, bakti kepada orangtua (hormat dan patuh) anak kepada ayahnya, cinta kasih dalam hubungan suami dengan istri, rasa hormat adik kepada kakaknya, dan sifat dapat dipercaya dalam hubungan antar teman.
Dalam ajaran Konfusius hubungan suami istri haruslah didasarkan pada sifat-sifat yang baik dan terpuji. Bersikap tunduk dianggap sebagai kebajikan tertinggi kaum wanita. Setelah menikah seorang wanita harus tunduk kepada keluarga suaminya, menjaga hubungan baik dengan iparnya agar tercipta keharmonisan keluarga. Sebagai istri, ia juga harus melayani kedua mertuanya.
Memiliki kaki yang kuat dan amat sempurna, berbentuk bunga lili emas seperti yang telah diramalkan, membawa Baihe kepada pertunangan dan sampailah kepada hari pernikahan..
Baihe menikah dengan suami yang sehat, cerdas, tepelajar, berasal dari keluarga terhormat, kaya, dan dermawan,dan memiliki shio macan, yang merupakan jodoh terbaik baginya menurut horoskop. Pernikahan Baihe diwarnai suara dari rombongan pemusik di pinggiran kota yang mulai terdengar. Baihe pun akan naik ke kursi pengantin. Isak tangis dari keluarga pun menghiasi pernikahan Baihe, karena keluarga itu akan melepas anak perempuannya. Kesedihan yang dalam pun juga dirasakan kembaran hatinya, laotongnya. Pernikahan membuat sebuah ketakutan yang terjadi dalam hubungan laotong mereka. Lewat sebuah surat, laotongnya menyampaikan isi hatinya kepada Baihe.
mandarin. Sekarang semuanya telah berubah. Di hari-hari mendatang, kau akan tahu banyak tentang diriku. Hatiku gelisah dan was-was. Aku menangis dalam hati dan mulutku, aku cemas kau tak akan lagi mencintaiku. Nanti, apa pun pendapatmu tentang diriku, perasaan dan pikiranmu tentang dirimu tak akan pernah berubah. Xuehua.bakal datang. Sungguh menyedihkan bawa kita mewarisi kehidupan yang salah—lahir‘ (See, 2011:221)
Baihe membaca surat itu di dalam perjalanan menuju rumah suaminya. Perasaan cemas yang dirasakannya selama perjalanan membuat dirinya ingin kembali ke rumah untuk meredakan ketakutan yang di alami laotongnya. Namun, Baihe tidak punya daya. Baihe telah berada di melangkahi ambang untuk diperkenalkan kepada para ipar.
―Saya akan mematuhi kalian semua.‖ Kemudian, saya menuangkan teh untuk mereka.‘
(See,2011: 223)
Ajaran dan pemahaman yang sudah melekat erat di dalam kehidupannya, benar-benar di terapkan oleh Baihe. Meskipun saat itu, Baihe dalam kondisi yang tidak baik. Perasaan sedih, khawatir dan cemas yang terjadi dalam diri Baihe, tidak lantas mengubah sikapnya, pada saat masuk ke dalam rumah suaminya. Baihe tetap berlaku sopan dan sesuai dengan ajaran yang di anutnya. Di dalam keadaan itu, Baihe dapat mencapai suatu keseimbangan dalam berinteraksi dengan orang lain dan berlaku sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku.
4.1.2.2 Akomodasi dalam bagian proses
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan