• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Kepemilikan Identitas Anak di LPKA

3) Acara Puncak SBA

Acara dilakukan secara virtual zoom meeting Bersama dengan Menteri Sosia RI. Anak-anak yang mengikuti SBA sebanyak 7000 anak yang merupakan perwakilan dari seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai latar belakang seperti anak komunitas adat terpencil, penyanyi jalanan, anak nelayan, anak pemulung, anak disabilitas, anak pedagang pasar, anak generasi mas, anak laskar baca, anak Ahmadiyah, anak buruh tani, anak pojok baca, anak saku gara, anak backpacker, anak cinta Al-Qurán, anak komunitas tari, dan anak komunitas korban konflik perang antar suku.

Kementerian Sosial juga telah memberikan layanan kepada anak saksi, anak korban, dan anak berkonflik dengan hukum melalui pendampingan respon kasus yang dilaksanakan oleh Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos). Data ABH yang ditangani pada periode 2018-2020 sbb:

tahun 2019 sebanyak 8.000 anak dan pada tahun 2020 sebanyak 12.117).

g. Program ATENSI Anak

Program rehabilitasi sosial anak dilaksanakan melalui pelayanan langsung dan tidak langsung. Pelayanan langsung dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak sedangkan pelayanan langsung dilakukan oleh Balai/Loka Rehabilitasi Sosial AMPK. Seluruh bentuk pelayanan dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian / Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, LKSA, komunitas dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuan program ini yaitu meningkatkan kemampuan anak, keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosial, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya.

Model Atensi Anak berfokus pada 3 pendekatan : 1) Pendekatan Berbasis Keluarga

2) Pendekatan Berbasis Komunitas 3) Pendekatan Berbasis Lembaga h. Program Sehari Bersama Anak (SBA)

Pada bulan Agustus tahun 2019, Kementerian Sosial telah melibatkan anak-anak yang ada di LPKA Bandung dan LPKA Tangerang yang berjumlah 300 anak binaan untuk diberikan penguatan psikososial melalui program Sehari Bersama Anak. Media yang digunakan adalah Forum Group Disscusion (FGD) dan role play. Program ini terlaksana berkat dukungan dan kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM.

85

Pada Tahun 2020, Program Sehari Anak (SBA) dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan. Rangkaian kegiatan dimaksud yakni: 1) Peksos Go To School (PGTS)

PGTS dilaksanakan dengan melibatkan siswa SMP dan SMA dari wilayah provinsi, kabupaten/kota khususnya yang mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di 39 sekolah sebanyak 9500 anak.

2) Peksos Go To Community (PGTC)

PGTC dilaksanakan oleh 700 Pekerja Sosial yang tersebar di 34 provinsi. Setiap Sakti Peksos menjangkau 10 orang anak, utamanya PPKS di lingkungan komunitas dengan total anak sebanyak 7000 anak.

3) Acara Puncak SBA

Acara dilakukan secara virtual zoom meeting Bersama dengan Menteri Sosia RI. Anak-anak yang mengikuti SBA sebanyak 7000 anak yang merupakan perwakilan dari seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai latar belakang seperti anak komunitas adat terpencil, penyanyi jalanan, anak nelayan, anak pemulung, anak disabilitas, anak pedagang pasar, anak generasi mas, anak laskar baca, anak Ahmadiyah, anak buruh tani, anak pojok baca, anak saku gara, anak backpacker, anak cinta Al-Qurán, anak komunitas tari, dan anak komunitas korban konflik perang antar suku.

Kementerian Sosial juga telah memberikan layanan kepada anak saksi, anak korban, dan anak berkonflik dengan hukum melalui pendampingan respon kasus yang dilaksanakan oleh Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos). Data ABH yang ditangani pada periode 2018-2020 sbb:

tahun 2019 sebanyak 8.000 anak dan pada tahun 2020 sebanyak 12.117).

g. Program ATENSI Anak

Program rehabilitasi sosial anak dilaksanakan melalui pelayanan langsung dan tidak langsung. Pelayanan langsung dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak sedangkan pelayanan langsung dilakukan oleh Balai/Loka Rehabilitasi Sosial AMPK. Seluruh bentuk pelayanan dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian / Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, LKSA, komunitas dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuan program ini yaitu meningkatkan kemampuan anak, keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosial, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya.

Model Atensi Anak berfokus pada 3 pendekatan : 1) Pendekatan Berbasis Keluarga

2) Pendekatan Berbasis Komunitas 3) Pendekatan Berbasis Lembaga h. Program Sehari Bersama Anak (SBA)

Pada bulan Agustus tahun 2019, Kementerian Sosial telah melibatkan anak-anak yang ada di LPKA Bandung dan LPKA Tangerang yang berjumlah 300 anak binaan untuk diberikan penguatan psikososial melalui program Sehari Bersama Anak. Media yang digunakan adalah Forum Group Disscusion (FGD) dan role play. Program ini terlaksana berkat dukungan dan kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM.

Gambar 4. Data Penanganan ABH Kemensos RI / September 2020

Sumber: Kementerian Sosial,Tahun 2020

Gambar 5. Data Penanganan ABH per Kategori ABH (Pelaku, Korban, Saksi)

Sumber: Kementerian Sosial, Tahun 2020

2870 4979 1278 2821 6431 1357 2187 2565 1238 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Pelaku Korban Saksi

2018 2019 Nov-20

Tabel 31. Jumlah Respon Kasus yang ditangani oleh Sakti Peksos Periode 2018-2020

No Respon Kasus Jumlah

2018 2019 2020

(1) (2) (3) (3) (4)

1 Rehabilitasi sosial kepada anak saksi 1.184 1.530 1.238 2 Rehabilitasi sosial kepada anak korban 5.169 5.984 2.565 3 Rehabilitasi sosial kepada anak pelaku 2.588 3.507 2.187

J u m l a h 8.941 11.021 6.990

Sumber: Kementerian Sosial, Tahun 2018-2020

Dari tabel 31 di atas, nampak kecenderungan/fluktuatif respon kasus ABH yang ditangani oleh Sakti Peksos pada periode 2018-2020. Peran Sakti Peksos sudah mulai terlihat dan dibutuhkan dalam melakukan penanganan respon kasus ABH dalam pelaksanaan SPPA. Disamping itu nampak bahwa pemahaman yang meningkat dari para APH untuk melibatkan peran serta Sakti Peksos dalam pendampingan dan penanganan ABH. Hal ini disebabkan adanya penyamaan persepsi yang didapatkan dari Pendidikan dan Pelatihan Terpadu SPPA.

Respon kasus pada tahun 2019 sebanyak 11.021, ditahun 2020 menurun menjadi 6.990 Hal ini disebabkan:

a. Adanya dampak wabah Covid-19;

b. Mengutamakan penempatan Anak yang Berkonflik dengan Hukum di keluarga;

87

Gambar 4. Data Penanganan ABH Kemensos RI / September 2020

Sumber: Kementerian Sosial,Tahun 2020

Gambar 5. Data Penanganan ABH per Kategori ABH (Pelaku, Korban, Saksi)

Sumber: Kementerian Sosial, Tahun 2020

2870 4979 1278 2821 6431 1357 2187 2565 1238 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Pelaku Korban Saksi

2018 2019 Nov-20

Tabel 31. Jumlah Respon Kasus yang ditangani oleh Sakti Peksos Periode 2018-2020

No Respon Kasus Jumlah

2018 2019 2020

(1) (2) (3) (3) (4)

1 Rehabilitasi sosial kepada anak saksi 1.184 1.530 1.238 2 Rehabilitasi sosial kepada anak korban 5.169 5.984 2.565 3 Rehabilitasi sosial kepada anak pelaku 2.588 3.507 2.187

J u m l a h 8.941 11.021 6.990

Sumber: Kementerian Sosial, Tahun 2018-2020

Dari tabel 31 di atas, nampak kecenderungan/fluktuatif respon kasus ABH yang ditangani oleh Sakti Peksos pada periode 2018-2020. Peran Sakti Peksos sudah mulai terlihat dan dibutuhkan dalam melakukan penanganan respon kasus ABH dalam pelaksanaan SPPA. Disamping itu nampak bahwa pemahaman yang meningkat dari para APH untuk melibatkan peran serta Sakti Peksos dalam pendampingan dan penanganan ABH. Hal ini disebabkan adanya penyamaan persepsi yang didapatkan dari Pendidikan dan Pelatihan Terpadu SPPA.

Respon kasus pada tahun 2019 sebanyak 11.021, ditahun 2020 menurun menjadi 6.990 Hal ini disebabkan:

a. Adanya dampak wabah Covid-19;

b. Mengutamakan penempatan Anak yang Berkonflik dengan Hukum di keluarga;

Tahun 2020 sesuai tabel 32 jumlah LPKS masih sejumlah 98, yang terakreditasi 31 LPKS. Sampai saat ini masih ada 67 LPKS yang belum terakreditasi. Kategori LPKS paling banyak milik masyarakat 25 LPKS, milik pemerintah 8 LPKS, dan milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masing-masing 3 LPKS. Demikian halnya LPKS yang terakreditasi didominasi milik masyarakat sejumlah 19 LPKS, dari 8 LPKS milik pemerintah, seluruhnya sudah terakreditasi.

Dalam Tabel 32 diatas juga menunjukkan distribusi keberadaan Rumah Perlindungan Sosial di Indonesia tahun 2020. Terdapat 39 RPS, namun yang terakreditasi sebanyak 15 RPS. Dari sejumlah 39 RPS paling banyak adalah milik masyarakat 25 RPS, yang milik pemerintah pusat sebanyak 8 RPS dan telah terakreditasi semuanya.

Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak keberadaan LPKS seharusnya ada di setiap provinsi dan kabupaten/kota, namun sampai sekarang LPKS belum merata di setiap provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu LPKS ada yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah dan ada pula yang tidak. LPKS yang ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah yaitu di Provinsi Lampung dan Subang Provinsi Jawa Barat.

LPKS ada yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah dan ada pula yang dibentuk oleh masyarakat yang kemudian ditetapkan sebagai Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dibiayai oleh pemerintah daerah seperti LPKS di Padang Lawas, Sumatera Utara.

Sebagai upaya peningkatan layanan rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia menyediakan: 1. Pekerja Sosial ASN Kementerian Sosial sejumlah 700 termasuk Tabel 32. Rekapitulasi Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS)

dan Rumah Perlindungan Sosial (RPS) di Indonesia, Tahun 2020

Rekapitulasi LPKS

No. Kategori LPKS Jumlah Jumlah Terakreditasi

(1) (2) (3) (4)

1 LPKS Milik Pemerintah Pusat 8 8 2 LPKS Milik Pemerintah Provinsi 24 2 3 LPKS Milik Pemerintah Kabupaten/Kota 7 2 4 LPKS Milik Masyarakat 59 19 Jumlah 98 31 Rekapitulasi RPS

No. Kategori RPS Jumlah Jumlah Terakreditasi

(1) (2) (3) (4)

1 LPKS Milik Pemerintah Pusat 8 8 2 LPKS Milik Pemerintah Provinsi 3 1 3 LPKS Milik Pemerintah Kabupaten/Kota 3 1 4 LPKS Milik Masyarakat 25 5 Jumlah 39 15 Sumber: Kemensos, 2020

Dalam rangka memberikan layanan rehabilitasi sosial untuk kesejahteraan sosial bagi anak berhadapan dengan hukum, Kementerian Sosial pada tahun 2018 telah menetapkan 78 (tujuh puluh delapan) Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) di 29 (dua puluh sembilan) Provinsi. Pada tahun 2019 meningkat menjadi 98 (sembilan puluh delapan) Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) di 30 (tiga puluh) Provinsi, 39 (tiga puluh sembilan) Rumah Perlindungan Sosial (RPS) di 17 (tujuh belas) Provinsi. Selanjutnya pada

89

Tahun 2020 sesuai tabel 32 jumlah LPKS masih sejumlah 98, yang terakreditasi 31 LPKS. Sampai saat ini masih ada 67 LPKS yang belum terakreditasi. Kategori LPKS paling banyak milik masyarakat 25 LPKS, milik pemerintah 8 LPKS, dan milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masing-masing 3 LPKS. Demikian halnya LPKS yang terakreditasi didominasi milik masyarakat sejumlah 19 LPKS, dari 8 LPKS milik pemerintah, seluruhnya sudah terakreditasi.

Dalam Tabel 32 diatas juga menunjukkan distribusi keberadaan Rumah Perlindungan Sosial di Indonesia tahun 2020. Terdapat 39 RPS, namun yang terakreditasi sebanyak 15 RPS. Dari sejumlah 39 RPS paling banyak adalah milik masyarakat 25 RPS, yang milik pemerintah pusat sebanyak 8 RPS dan telah terakreditasi semuanya.

Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak keberadaan LPKS seharusnya ada di setiap provinsi dan kabupaten/kota, namun sampai sekarang LPKS belum merata di setiap provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu LPKS ada yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah dan ada pula yang tidak. LPKS yang ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah yaitu di Provinsi Lampung dan Subang Provinsi Jawa Barat.

LPKS ada yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah dan ada pula yang dibentuk oleh masyarakat yang kemudian ditetapkan sebagai Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dibiayai oleh pemerintah daerah seperti LPKS di Padang Lawas, Sumatera Utara.

Sebagai upaya peningkatan layanan rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia menyediakan: 1. Pekerja Sosial ASN Kementerian Sosial sejumlah 700 termasuk Tabel 32. Rekapitulasi Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS)

dan Rumah Perlindungan Sosial (RPS) di Indonesia, Tahun 2020

Rekapitulasi LPKS

No. Kategori LPKS Jumlah Jumlah Terakreditasi

(1) (2) (3) (4)

1 LPKS Milik Pemerintah Pusat 8 8 2 LPKS Milik Pemerintah Provinsi 24 2 3 LPKS Milik Pemerintah Kabupaten/Kota 7 2 4 LPKS Milik Masyarakat 59 19 Jumlah 98 31 Rekapitulasi RPS

No. Kategori RPS Jumlah Jumlah Terakreditasi

(1) (2) (3) (4)

1 LPKS Milik Pemerintah Pusat 8 8 2 LPKS Milik Pemerintah Provinsi 3 1 3 LPKS Milik Pemerintah Kabupaten/Kota 3 1 4 LPKS Milik Masyarakat 25 5 Jumlah 39 15 Sumber: Kemensos, 2020

Dalam rangka memberikan layanan rehabilitasi sosial untuk kesejahteraan sosial bagi anak berhadapan dengan hukum, Kementerian Sosial pada tahun 2018 telah menetapkan 78 (tujuh puluh delapan) Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) di 29 (dua puluh sembilan) Provinsi. Pada tahun 2019 meningkat menjadi 98 (sembilan puluh delapan) Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) di 30 (tiga puluh) Provinsi, 39 (tiga puluh sembilan) Rumah Perlindungan Sosial (RPS) di 17 (tujuh belas) Provinsi. Selanjutnya pada

Pekerja Sosial Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus

2. Pekerja Sosial yang tersertifikasi sejumlah 1.500 seluruh Indonesia 3. Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) sejumlah 731

per-desember 2020

Tabel 33. Data ASN Fungsional Kementerian Sosial

NO JABATAN JUMLAH DEFINITIF CALON JF

1 Analis Kebijakan 3 5 2 Analis Kepegawaian 18 3 3 Arsiparis 59 - 4 Auditor 57 20 5 Dokter 5 - 6 Dokter Gigi 4 - 7 Dosen 87 10 8 Fisioterapis 6 2 9 Instruktur 23 6 10 Okupasi Terapis 2 3 11 Ortosis Prostesis 4 6 12 Pekerja Sosial 369 183 13 Peneliti 51 5 14 Penerjemah 1 - 15 Penyuluh Sosial 81 33 16 Perancang Peraturan 5 16 17 Perawat 33 18 18 Perawat Gigi 2 - 19 Perencana 35 7

20 Pranata Hubungan Masyarakat 10 12

21 Pranata Komputer 54 9 22 Pustakawan 5 1 23 Statistisi 1 5 24 Teknisi Litkayasa 6 - 25 Terapis Wicara 1 - 26 Widyaiswara 79 13 27 Psikolog Klinis - 5 Jumlah Keseluruhan 1001 363 Sumber: Kemensos, 2020

91

Pekerja Sosial Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus

2. Pekerja Sosial yang tersertifikasi sejumlah 1.500 seluruh Indonesia 3. Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) sejumlah 731

per-desember 2020

Tabel 33. Data ASN Fungsional Kementerian Sosial

NO JABATAN JUMLAH DEFINITIF CALON JF

1 Analis Kebijakan 3 5 2 Analis Kepegawaian 18 3 3 Arsiparis 59 - 4 Auditor 57 20 5 Dokter 5 - 6 Dokter Gigi 4 - 7 Dosen 87 10 8 Fisioterapis 6 2 9 Instruktur 23 6 10 Okupasi Terapis 2 3 11 Ortosis Prostesis 4 6 12 Pekerja Sosial 369 183 13 Peneliti 51 5 14 Penerjemah 1 - 15 Penyuluh Sosial 81 33 16 Perancang Peraturan 5 16 17 Perawat 33 18 18 Perawat Gigi 2 - 19 Perencana 35 7

20 Pranata Hubungan Masyarakat 10 12

21 Pranata Komputer 54 9 22 Pustakawan 5 1 23 Statistisi 1 5 24 Teknisi Litkayasa 6 - 25 Terapis Wicara 1 - 26 Widyaiswara 79 13 27 Psikolog Klinis - 5 Jumlah Keseluruhan 1001 363 Sumber: Kemensos, 2020