• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK LAPORAN TAHUN 2020 KOMINFO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK LAPORAN TAHUN 2020 KOMINFO"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN

PIDANA ANAK

SISTEM PERADILAN

LAPORAN

TAHUN 2020

KOMINFO

(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Komitmen Negara untuk menjamin seluruh anak Indonesia mendapatkan perlindungan dan pemenuhan hak-haknya melalui Undang-Undang Perlindungan Anak telah terpetakan jelas, dengan prinsip penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum harus memperhatikan konsistensi dalam upaya mewujudkan kehormatan dan harga diri anak, menegakkan penghormatan terhadap hak Anak Berhadapan dengan Hukum dan kebebasan dasar lainnya, serta mengasumsikan Anak memiliki peran yang konstruktif di masa yang akan datang. Oleh karena itu, SPPA ditujukan untuk membangun sistem peradilan yang adil dan ramah terhadap Anak dengan berlandaskan hak Anak, menerapkan prinsip keadilan restoratif, menempatkan kepentingan terbaik bagi Anak sebagai acuan pertama dan utama, fokus pada pencegahan sebagai tujuan utama, menjadikan sanksi pidana penjara sebagai alternatif terakhir dan, jika memungkinkan, pidana penjara dilakukan dengan waktu sesingkat-singkatnya, serta pelayanan rehabilitasi dan reintegrasi.

Laporan ini mencatat keberhasilan dan hambatan dalam Pelaksanaan SPPA

Tahun 2020 sebagai berikut: keberhasilan yang telah ditorehkan dalam perspektif: 1) kebijakan adanya Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan

Hak Anak Korban dan Anak Saksi; dan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Kebiri Kimia, Pemasangan Alat Pendeteksi Elektronik, Rehabilitasi, dan Pengumuman Identitas Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak; 2) kelembagaan, sampai dengan tahun 2020 Jumlah Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial menjadi 98 (sembilan puluh delapan) LPKS, dengan kategori milik Pemerintah Pusat 8 LPK, milik Pemerintah Provinsi sebanyak 24 (dua puluh empat), milik Pemerintah Kabupaten/Kota 7 LPKS, dan milik masyarakat 59 LPKS. Dari 98 LPKS yang terakreditasi sebanyak 31 LPKS; 3) Sumber Daya Manusia; tahun 2020 terdapat 271 (dua ratus tujuh puluh satu) apparat penegak hukum yang

(3)

ii

diberikan Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak, sehingga tahun 2014 sampai tahun 2020 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah memberikan Pelatihan Terpadu kepada Aparat Penegak Hukum yang berjumlah 1.772 (seribu tujuh ratus tujuh puluh dua) orang; dan adanya peningkatan jumlah Sumber Daya Manusia Pembimbing Pemasyarakatan menjadi 2.238 (dua ribu dua ratus tiga puluh delapan).

Disamping keberhasilan, tercatat juga hambatan dari perspektif kebijakan, kelembagaan, sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan terpadu SPPA, dan sarana prasarana. Rekomendasi yang segera untuk ditindaklanjuti adalah penyelesaian peraturan pelaksanaan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak yakni Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tindakan, yang merupakan perintah Pasal 82 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Beberapa catatan hasil fasilitasi koordinasi dan pemantaun pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerah telah memperoleh permintaan dan harapan dari Pemerintah Daerah, diantaranya: 1) Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia diharapkan dalam memberikan pembinaan kepada Anak berhadapan dengan Hukum di Lembaga Pembinaan Anak tidak hanya memberikan pembinaan dari sisi keagamaannya saja namun juga memberikan pembinaan guna mendorong, memotivasi dan memberikan semangat agar anak berkonflik dengan hukum dapat menjalani hidup yang lebih baik, merubah sikap dan perilaku kearah yang lebih baik, melihat pada masa depan yang masih panjang bagi anak untuk memperbaiki hidup. 2) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia diharapkan membentuk Lembaga Penempatan Anak Sementara untuk penempatan Anak yang berkonflik dengan hukum yang masih dalam proses penuntutan peradilan; 3) Kementerian Sosial diharapkan membantu memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang telah dibentuk di daerah; 4) Kejaksaan Republik Indonesia diharapkan segera mensosialisasikan SOP penanganan Anak

(4)

5) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia cq Dirjen. Pemasyarakatan diharapkan mensosialisasikan Pedoman dan SOP Perlakuan Anak di LPKA kepada Petugas LPKA di daerah; 6) Kementerian Kesehatan dapat memberikan arahan kepada Dinas Kesehatan daerah untuk memberikan layanan visum et repertum dan visum etrepertum secara cuma-cuma kepada anak korban kekerasan, dinas kesehatan tidak dapat

memberikan layanan secara Cuma karena tidak ada petunjuk dan arahan dari pusat; 7) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak diminta untuk

segera menyusun pedoman bantuan hukum bagi petugas UPTD PPA atau P2TP2A di daerah dalam memberikan bantuan hukum berupa advokasi hukum konsultasi hukum dan pendampingan hukum; 8) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia diminta segera menenyelesaikan penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Bentuk Dan Tata Cara Pelaksanaan Pidana dan Tindakan; 9) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bila ingin merevisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, ketentuan tentang penyusunan penelitian kemasyarakatan oleh Petugas Bapas dapat diperpanjang lebih dari 3 x 24 jam; 10) Kementerian Komunikasi dan Informatika diharapkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap media yang menginformasikan konten yang mengandung kekerasan, pornografi, radikalisme serta memblokirnya; 11) Kepolisan diharapkan tidak segera melakukan mutasi bagi penyidik yang telah diberikan pelatihan SPPA ke unit kerja lainnya; 11) Kementerian agama diharapkan untuk meningkatkan fasilitasi daerah dalam pembentukan pencegahan dan penanganan pornografi; 12) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) diharapkan mensosialisasikan keberadaannya ke daerah karena sebagian besar daerah belum tahu ada LPSK yang melindungi korban dan saksi; dan 13) Perhimpunan Advokat Indonesia diharapkan dapat berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis daerah perlindungan perempuan dan anak untuk dapat memberikan bantuan hukum kepada perempuan dan anak.

(5)
(6)

pornografi; 12) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) diharapkan mensosialisasikan keberadaannya ke daerah karena sebagian besar daerah belum tahu ada LPSK yang melindungi korban dan saksi; dan 13) Perhimpunan Advokat Indonesia diharapkan dapat berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis daerah perlindungan perempuan dan anak untuk dapat memberikan bantuan hukum kepada perempuan dan anak.

KATA PENGANTAR

Komitmen negara untuk menjamin seluruh anak Indonesia mendapatkan pelindungan dan pemenuhan hak-haknya melalui Undang-Undang Perlindungan Anak telah terpetakan jelas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024. Khusus terkait Anak Berhadapan dengan Hukum, komitmen ini selanjutnya dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) yang mengamanatkan Pemerintah untuk menerapkan praktik-praktik Peradilan Pidana Anak yang berbeda sesuai dengan tingkat usia dan kematangan Anak secara moral, kognitif, psikologi dan emosional.

Selanjutnya, prinsip penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum harus memperhatikan konsistensi dalam upaya mewujudkan kehormatan dan harga diri anak, menegakkan penghormatan terhadap hak Anak Berhadapan dengan Hukum dan kebebasan dasar lainnya, serta mengasumsikan Anak memiliki peran yang konstruktif di masa yang akan datang. Oleh karena itu, SPPA ditujukan untuk membangun sistem peradilan yang adil dan ramah terhadap Anak dengan berlandaskan hak Anak, menerapkan prinsip keadilan restoratif, menempatkan kepentingan terbaik bagi Anak sebagai acuan pertama dan utama, fokus pada pencegahan sebagai tujuan utama, menjadikan sanksi pidana penjara sebagai alternatif terakhir, dan jika memungkinkan, pidana penjara dilakukan dengan waktu sesingkat-singkatnya, serta pelayanan rehabilitasi dan reintegrasi.

SPPA agar dapat menjamin pemenuhan dan pelindungan Anak Berhadapan dengan Hukum juga perlu didukung oleh substansi hukum, struktur hukum, dan mekanisme hukum yang jelas, terstruktur, dan terintegrasi. Guna memastikan ketiga pilar ini terlaksana sinergis dan terintegrasi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan melaporkan

(7)

vi

pelaksanaan SPPA Tahun 2020 sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2017. Dalam pelaksanaan UU SPPA diperlukan sinergitas dan penyediaan sumber daya manusia yang professional, sarana prasarana dan kelembagaan yang mendukung untuk memberikan layanan, serta mekanisme standar layanan sebagai pegangan bagi petugas atau aparat yang melayani Anak.

Jakarta, Mei 2021

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

GUSTI AYU BINTANG DARMAWATI

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ... i

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 4 C. Mekanisme Penyusunan ... 4 D. Ruang Lingkup ... 5

BAB II CAPAIAN YANG TELAH DILAKUKAN ... 6

1. Mahkamah Agung ... 7

2. Kepolisian ... 31

3. Kejaksaan Republik Indonesia ... 43

4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia ... 54

5. Kementerian Sosial ... 74

6. Kementerian Kesehatan ... 91

7. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ... 114

8. Kementerian Agama ... 119

9. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 123 10. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) ... 130

11. Kementerian Komunikasi dan Informatika ... 134

12. Komisi Perlindungan Anak Indonesia ... 136

13. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ... 152

BAB III KEBERHASILAN DAN HAMBATAN ... 155

A. Keberhasilan ... 155

B. Hambatan ... 156

BAB IV HARAPAN ... 163

BAB V REKOMENDASI ... 166

DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY) ... 167

(8)

pelaksanaan SPPA Tahun 2020 sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2017. Dalam pelaksanaan UU SPPA diperlukan sinergitas dan penyediaan sumber daya manusia yang professional, sarana prasarana dan kelembagaan yang mendukung untuk memberikan layanan, serta mekanisme standar layanan sebagai pegangan bagi petugas atau aparat yang melayani Anak.

Jakarta, Mei 2021

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

GUSTI AYU BINTANG DARMAWATI

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ... i

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 4 C. Mekanisme Penyusunan ... 4 D. Ruang Lingkup ... 5

BAB II CAPAIAN YANG TELAH DILAKUKAN ... 6

1. Mahkamah Agung ... 7

2. Kepolisian ... 31

3. Kejaksaan Republik Indonesia ... 43

4. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia ... 54

5. Kementerian Sosial ... 74

6. Kementerian Kesehatan ... 91

7. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ... 114

8. Kementerian Agama ... 119

9. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 123 10. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) ... 130

11. Kementerian Komunikasi dan Informatika ... 134

12. Komisi Perlindungan Anak Indonesia ... 136

13. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ... 152

BAB III KEBERHASILAN DAN HAMBATAN ... 155

A. Keberhasilan ... 155

B. Hambatan ... 156

BAB IV HARAPAN ... 163

BAB V REKOMENDASI ... 166

DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY) ... 167

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Hakim di Pengadilan Seluruh Indonesia Tahun 2019-2020 7 Tabel 2. Jumlah Hakim yang telah Diberikan Pelatihan Terpadu SPPA

Tahun 2019-2020 8

Tabel 3. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Negeri di

Indonesia Periode Januari - Desember 2020 10 Tabel 4. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Tinggi Periode

Januari - Desember 2020 27

Tabel 5. Jumlah Perkara Pidana Khusus Anak Dalam Satuan Kerja 28 Tabel 6. Jumlah Perkara Jinayat dengan terdakwa Anak-Anak (Dibawah 19

Tahun) Pada Mahkamah 29

Tabel 7. Jumlah Pelaku Tindak Pidana Anak 29

Tabel 8. Jumlah Perkara Pidana Anak yang diselesaikan secara diversi 29 Tabel 9. Rerata Waktu Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Anak 30 Tabel 10. Jumlah Anak Berhadapan dengan Hukum yang Ditangani Polri,

Menurut 34

Tabel 11. Jumlah Anak Berhadapan dengan Hukum yang Ditangani POLRI

menurut Kesatuan Dalam 35

Tabel 12. Data Jumlah Kasus Perempuan dan Anak periode Tahun 2017

s.d. 2020 38

Tabel 13. Data Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang Periode

Tahun 2017 s.d 2020 38

Tabel 14. Jumlah UPPA, RPK, Kanit Polwan, Kanit Polki, dan Anggota

Polwan dan Polki 39

Tabel 15. Jumlah Anggota yang Telah dan Belum Mengikuti

Pelatihan/Kejuruan PPA/SPPA 40

Tabel 16. Rekapitulasi Data Perkara Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum

Tahun 2020 48

Tabel 16a. Rekapitulasi Data Perkara Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum,

Berdasarkan Kejaksaan Tinggi, Tahun 2020 48 Tabel 17. Rekapitulasi Data Anak Korban Tahun 2020 49

Tabel 18. Rekapitulasi Data Anak Korban, Berdasarkan Kejaksaan Tinggi,

Tahun 2020 50

Tabel 19. Rekapitulasi Jaksa Anak, Tahun 2019 51 Tabel 20. Perkara Tindak Pidana Perlindungan Anak Tindak Pidana Umum

(KAMNEGTIBUM & TPUL) Periode 2019-2020 52 Tabel 21. Data Prioritas Tumbuh Kembang Anak Yang Baik Dan Seimbang

Di LPKA Untuk Pemenuhan Renstra Ditjenpas Prioritas 61 Tabel 22. Pembinaan Anak Berkonflik dengan Hukum Seluruh Indonesia

Tahun 2018-2020 62

Tabel 23. Data Anak yang Mengikuti Pelatihan Keterampilan Bulan

Januari-November 2020 64

Tabel 24. Jumlah Klien Anak Tahun 2020 68

Tabel 25. Jumlah SDM Pembimbing Pemasyarakatan Tahun 2018-2020 70 Tabel 26. Jumlah Sumber Daya Manusia di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Tahun 2018-2020 70

Tabel 27. Upaya Pendampingan Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Periode 2014-2020 yang dilakukan 71

Tabel 28. Upaya Pendampingan Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Periode 2014-2020 yang dilakukan 73

Tabel 29. Rekapitulasi Peserta Diklat Terpadu Sistem Peradilan Pidana

Anak, Periode 2014-2020 76

Tabel 30. Data Kasus yang Masuk Melalui TePSA, Periode Jan-Nov Tahun

2020 82

Tabel 31. Jumlah Respon Kasus yang ditangani oleh Sakti Peksos Periode

2018-2020 86

Tabel 32. Rekapitulasi Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) dan Rumah Perlindungan Sosial (RPS) di Indonesia, Tahun 2020

88 Tabel 33. Data ASN Fungsional Kementerian Sosial 90 Tabel 34. Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Penyelenggara dan

Provinsi di Seluruh Indonesia, Tahun 2019 100 Tabel 35. Jumlah SDM Kesehatan (Tenaga Medis dan Psikologi Klinis) yang

Memberikan Layanan Bagi Anak Berhadapan dengan Hukum di Seluruh

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Hakim di Pengadilan Seluruh Indonesia Tahun 2019-2020 7 Tabel 2. Jumlah Hakim yang telah Diberikan Pelatihan Terpadu SPPA

Tahun 2019-2020 8

Tabel 3. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Negeri di

Indonesia Periode Januari - Desember 2020 10 Tabel 4. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Tinggi Periode

Januari - Desember 2020 27

Tabel 5. Jumlah Perkara Pidana Khusus Anak Dalam Satuan Kerja 28 Tabel 6. Jumlah Perkara Jinayat dengan terdakwa Anak-Anak (Dibawah 19

Tahun) Pada Mahkamah 29

Tabel 7. Jumlah Pelaku Tindak Pidana Anak 29

Tabel 8. Jumlah Perkara Pidana Anak yang diselesaikan secara diversi 29 Tabel 9. Rerata Waktu Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Anak 30 Tabel 10. Jumlah Anak Berhadapan dengan Hukum yang Ditangani Polri,

Menurut 34

Tabel 11. Jumlah Anak Berhadapan dengan Hukum yang Ditangani POLRI

menurut Kesatuan Dalam 35

Tabel 12. Data Jumlah Kasus Perempuan dan Anak periode Tahun 2017

s.d. 2020 38

Tabel 13. Data Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang Periode

Tahun 2017 s.d 2020 38

Tabel 14. Jumlah UPPA, RPK, Kanit Polwan, Kanit Polki, dan Anggota

Polwan dan Polki 39

Tabel 15. Jumlah Anggota yang Telah dan Belum Mengikuti

Pelatihan/Kejuruan PPA/SPPA 40

Tabel 16. Rekapitulasi Data Perkara Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum

Tahun 2020 48

Tabel 16a. Rekapitulasi Data Perkara Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum,

Berdasarkan Kejaksaan Tinggi, Tahun 2020 48 Tabel 17. Rekapitulasi Data Anak Korban Tahun 2020 49

Tabel 18. Rekapitulasi Data Anak Korban, Berdasarkan Kejaksaan Tinggi,

Tahun 2020 50

Tabel 19. Rekapitulasi Jaksa Anak, Tahun 2019 51 Tabel 20. Perkara Tindak Pidana Perlindungan Anak Tindak Pidana Umum

(KAMNEGTIBUM & TPUL) Periode 2019-2020 52 Tabel 21. Data Prioritas Tumbuh Kembang Anak Yang Baik Dan Seimbang

Di LPKA Untuk Pemenuhan Renstra Ditjenpas Prioritas 61 Tabel 22. Pembinaan Anak Berkonflik dengan Hukum Seluruh Indonesia

Tahun 2018-2020 62

Tabel 23. Data Anak yang Mengikuti Pelatihan Keterampilan Bulan

Januari-November 2020 64

Tabel 24. Jumlah Klien Anak Tahun 2020 68

Tabel 25. Jumlah SDM Pembimbing Pemasyarakatan Tahun 2018-2020 70 Tabel 26. Jumlah Sumber Daya Manusia di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Tahun 2018-2020 70

Tabel 27. Upaya Pendampingan Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Periode 2014-2020 yang dilakukan 71

Tabel 28. Upaya Pendampingan Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Periode 2014-2020 yang dilakukan 73

Tabel 29. Rekapitulasi Peserta Diklat Terpadu Sistem Peradilan Pidana

Anak, Periode 2014-2020 76

Tabel 30. Data Kasus yang Masuk Melalui TePSA, Periode Jan-Nov Tahun

2020 82

Tabel 31. Jumlah Respon Kasus yang ditangani oleh Sakti Peksos Periode

2018-2020 86

Tabel 32. Rekapitulasi Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) dan Rumah Perlindungan Sosial (RPS) di Indonesia, Tahun 2020

88 Tabel 33. Data ASN Fungsional Kementerian Sosial 90 Tabel 34. Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Penyelenggara dan

Provinsi di Seluruh Indonesia, Tahun 2019 100 Tabel 35. Jumlah SDM Kesehatan (Tenaga Medis dan Psikologi Klinis) yang

Memberikan Layanan Bagi Anak Berhadapan dengan Hukum di Seluruh

(11)

x

Tabel 36. Jumlah Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2019 102 Tabel 37. Rekap Puskesmas Mampu Tatalaksana KTP/A 103 Tabel 38. Rekap Rumah Sakit Mampu Tatalaksana Kekerasan terhadap

Perempuan dan Anak 104

Tabel 39. Data Rumah Sakit yang memiliki Pusat Pelayanan Terpadu

(PPT)/Pusat Krisis Terpadu (PKT) 106

Tabel 40. Kegiatan Sosialisai GTP3 Kementerian Agama Tahun 2019 120 Tabel 41. Kegiatan Sosialisai GTP3 Kementerian Agama secara daring

Tahun 2019 121

Tabel 42. Jumlah Lembaga Keagamaan Tahun 2019 121 Tabel 43. Jumlah Sumber Daya Manusia (Penyuluh Agama dan Guru) di

lingkungan Kementerian Agama Tahun 2020 122 Tabel 44. Bantuan Bagi Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Lembaga

Penyelenggara 128

Tabel 45. Data Anak Dalam Perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan

Korban Tahun 2019 Dan 2020 152

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemenuhan Kartu Identitas Anak di LPKA, Juni 2020 66 Gambar 2. Jumlah Anak yang Berkonflik dengan Hukum 67

Gambar 3. Skema Lokakarya Daerah 78

Gambar 4. Data Penanganan ABH Kemensos RI / September 2020 87 Gambar 5. Data Penanganan ABH per Kategori ABH (Pelaku, Korban, Saksi) 87 Gambar 6. Peta Lokasi Gerakan PATBM 2016-2020 129 Gambar 7. Data Kasus Bidang ABH Tahun 2018 - Oktober 2020 142

(12)

Tabel 36. Jumlah Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2019 102 Tabel 37. Rekap Puskesmas Mampu Tatalaksana KTP/A 103 Tabel 38. Rekap Rumah Sakit Mampu Tatalaksana Kekerasan terhadap

Perempuan dan Anak 104

Tabel 39. Data Rumah Sakit yang memiliki Pusat Pelayanan Terpadu

(PPT)/Pusat Krisis Terpadu (PKT) 106

Tabel 40. Kegiatan Sosialisai GTP3 Kementerian Agama Tahun 2019 120 Tabel 41. Kegiatan Sosialisai GTP3 Kementerian Agama secara daring

Tahun 2019 121

Tabel 42. Jumlah Lembaga Keagamaan Tahun 2019 121 Tabel 43. Jumlah Sumber Daya Manusia (Penyuluh Agama dan Guru) di

lingkungan Kementerian Agama Tahun 2020 122 Tabel 44. Bantuan Bagi Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Lembaga

Penyelenggara 128

Tabel 45. Data Anak Dalam Perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan

Korban Tahun 2019 Dan 2020 152

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemenuhan Kartu Identitas Anak di LPKA, Juni 2020 66 Gambar 2. Jumlah Anak yang Berkonflik dengan Hukum 67

Gambar 3. Skema Lokakarya Daerah 78

Gambar 4. Data Penanganan ABH Kemensos RI / September 2020 87 Gambar 5. Data Penanganan ABH per Kategori ABH (Pelaku, Korban, Saksi) 87 Gambar 6. Peta Lokasi Gerakan PATBM 2016-2020 129 Gambar 7. Data Kasus Bidang ABH Tahun 2018 - Oktober 2020 142

(13)
(14)
(15)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kelangsungan hidup manusia dan keberlangsungan hidup Bangsa dan Negara. Dalam Konstitusi Negara Indonesia Anak memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan dalam Pasal 28B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia bahwa Negara menjamin Hak setiap Anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu kepentingan terbaik bagi anak harus dimaknai sebagai kepentingan yang terbaik bagi kelangsungan hidup manusia.

Prinsip pelindungan Anak Berhadapan dengan Hukum harus sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) sebagaimana telah diratifikasi oleh Pemerintah R.I. dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 yang dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi Anak Berhadapan dengan Hukum, agar dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang serta memberikan kesempatan kepada Anak Berhadapan dengan Hukum melalui pembinaan agar diperoleh jati dirinya menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi dirinya sendiri, orang tua, keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

memberikan hak terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum yaitu: a). perlakuan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kelangsungan hidup manusia dan keberlangsungan hidup Bangsa dan Negara. Dalam Konstitusi Negara Indonesia Anak memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan dalam Pasal 28B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia bahwa Negara menjamin Hak setiap Anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu kepentingan terbaik bagi anak harus dimaknai sebagai kepentingan yang terbaik bagi kelangsungan hidup manusia.

Prinsip pelindungan Anak Berhadapan dengan Hukum harus sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) sebagaimana telah diratifikasi oleh Pemerintah R.I. dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 yang dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi Anak Berhadapan dengan Hukum, agar dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang serta memberikan kesempatan kepada Anak Berhadapan dengan Hukum melalui pembinaan agar diperoleh jati dirinya menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi dirinya sendiri, orang tua, keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

memberikan hak terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum yaitu: a). perlakuan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai

(17)

2

dengan umurnya; b). pemisahan dari orang dewasa; c). pemberian bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif; d). pemberlakuan kegiatan rekreasional; e). pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi serta merendahkan martabat dan derajatnya; f). penghindaran dari penjatuhan pidana mati dan/atau pidana seumur hidup; g). penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat; h). pemberian keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum; i). penghindaran dari publikasi atas identitasnya; j). pemberian pendampingan Orang Tua/Wali dan orang yang dipercaya oleh Anak; k). pemberian advokasi sosial; l). pemberian kehidupan pribadi; m). pemberian aksesibilitas, terutama bagi Anak Penyandang Disabilitas; n). pemberian pendidikan; o). pemberian pelayanan kesehatan; dan p). pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak-hak Anak Berhadapan dengan Hukum tersebut harus dipenuhi dan menjadi tanggung jawab Pemerintah untuk melaksanakannya.

Selain itu Sistem Peradilan Pidana Anak tidak hanya dimaknai hanya sekedar penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum semata di tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan, sampai pembinaan dalam lembaga dan pemulangannya di masyarakat, namun juga harus dimaknai akar permasalahannya, mengapa Anak melakukan tindak pidana dan upaya pencegahannya. karena sekarang ini sebagai dampak negatif pembangunan yang cepat diantaranya arus globalisasi dibidang informasi dan komunikasi, kemajuan pengetahuan dan teknologi, perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua yang kurang kasih sayang, bimbingan, menyebabkan anak menjadi berhadapan dengan hukum.

Sistem Peradilan Pidana Anak adalah suatu sistem yang harus didukung oleh berbagai sub-sistem dan antara satu sub-sistem dengan yang lainnya harus saling mendukung dan kuat, bila satu sub-sistem lemah atau tidak ada, akan mengganggu pelaksanaan dari sistem itu sendiri. Sistem Peradilan Pidana Anak harus didukung oleh sub-sistem seperti Substansi Hukum (kebijakan dan peraturan pelaksanaannya), Struktur Hukum (sumber daya manusia, sarana dan prasarana kelembagaan) dan Mekanisme Layanan. Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah dan pemerintah daerah, namun peran serta masyarakat sangat dibutuhkan terutama dalam upaya pencegahan agar anak tidak berhadapan dengan hukum, menciptakan lingkungan yang peduli terhadap anak berhadapan dengan hukum, terlibat dalam upaya rehabilitasi, pembinaan agar anak berkonflik dengan hukum tidak lagi melakukan tindak pidana, berpartisipasi dalam penyelesaian perkara anak berhadapan dengan hukum melalui upaya diversi, melakukan pemantauan kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara anak berkonflik dengan hukum, bahkan sampai masyarakat menerima anak berhadapan hukum dikembalikan di lingkungannya. Oleh karena itu kementerian/lembaga dan pemerintah daerah perlu melakukan upaya penyuluhan advokasi dan sosialisasi agar masyarakat berperan serta untuk melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sekarang ini Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak, masih terdapat kendala karena Sistem Peradilan Pidana Anak belum didukung oleh substansi hukum, struktur hukum dan mekanisme layanan yang memadai . Hal ini berdampak pada upaya memberikan pelindungan dan pemenuhan Hak Anak Berhadapan dengan Hukum. Selain itu upaya pencegahan agar Anak tidak Berhadapan dengan Hukum belum dilakukan secara optimal, belum semua Pemerintah Daerah mengoordinasikan pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerahnya, masyarakat belum banyak berperan untuk

(18)

dengan umurnya; b). pemisahan dari orang dewasa; c). pemberian bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif; d). pemberlakuan kegiatan rekreasional; e). pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi serta merendahkan martabat dan derajatnya; f). penghindaran dari penjatuhan pidana mati dan/atau pidana seumur hidup; g). penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat; h). pemberian keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum; i). penghindaran dari publikasi atas identitasnya; j). pemberian pendampingan Orang Tua/Wali dan orang yang dipercaya oleh Anak; k). pemberian advokasi sosial; l). pemberian kehidupan pribadi; m). pemberian aksesibilitas, terutama bagi Anak Penyandang Disabilitas; n). pemberian pendidikan; o). pemberian pelayanan kesehatan; dan p). pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak-hak Anak Berhadapan dengan Hukum tersebut harus dipenuhi dan menjadi tanggung jawab Pemerintah untuk melaksanakannya.

Selain itu Sistem Peradilan Pidana Anak tidak hanya dimaknai hanya sekedar penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum semata di tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan, sampai pembinaan dalam lembaga dan pemulangannya di masyarakat, namun juga harus dimaknai akar permasalahannya, mengapa Anak melakukan tindak pidana dan upaya pencegahannya. karena sekarang ini sebagai dampak negatif pembangunan yang cepat diantaranya arus globalisasi dibidang informasi dan komunikasi, kemajuan pengetahuan dan teknologi, perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua yang kurang kasih sayang, bimbingan, menyebabkan anak menjadi berhadapan dengan hukum.

Sistem Peradilan Pidana Anak adalah suatu sistem yang harus didukung oleh berbagai sub-sistem dan antara satu sub-sistem dengan yang lainnya harus saling mendukung dan kuat, bila satu sub-sistem lemah atau tidak ada, akan mengganggu pelaksanaan dari sistem itu sendiri. Sistem Peradilan Pidana Anak harus didukung oleh sub-sistem seperti Substansi Hukum (kebijakan dan peraturan pelaksanaannya), Struktur Hukum (sumber daya manusia, sarana dan prasarana kelembagaan) dan Mekanisme Layanan. Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah dan pemerintah daerah, namun peran serta masyarakat sangat dibutuhkan terutama dalam upaya pencegahan agar anak tidak berhadapan dengan hukum, menciptakan lingkungan yang peduli terhadap anak berhadapan dengan hukum, terlibat dalam upaya rehabilitasi, pembinaan agar anak berkonflik dengan hukum tidak lagi melakukan tindak pidana, berpartisipasi dalam penyelesaian perkara anak berhadapan dengan hukum melalui upaya diversi, melakukan pemantauan kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara anak berkonflik dengan hukum, bahkan sampai masyarakat menerima anak berhadapan hukum dikembalikan di lingkungannya. Oleh karena itu kementerian/lembaga dan pemerintah daerah perlu melakukan upaya penyuluhan advokasi dan sosialisasi agar masyarakat berperan serta untuk melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sekarang ini Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak, masih terdapat kendala karena Sistem Peradilan Pidana Anak belum didukung oleh substansi hukum, struktur hukum dan mekanisme layanan yang memadai . Hal ini berdampak pada upaya memberikan pelindungan dan pemenuhan Hak Anak Berhadapan dengan Hukum. Selain itu upaya pencegahan agar Anak tidak Berhadapan dengan Hukum belum dilakukan secara optimal, belum semua Pemerintah Daerah mengoordinasikan pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerahnya, masyarakat belum banyak berperan untuk

(19)

4

mencegah agar Anak tidak berhadapan dengan hukum, atau terlibat dalam upaya diversi, tidak dilakukan upaya intervensi dini agar tidak terjadi anak berhadapan dengan hukum, dan bila sudah terjadi Anak berhadapan dengan hukum belum memperhatikan pada akar masalah mengapa Anak itu menjadi Anak berhadapan dengan hukum.

Dalam upaya mengetahui Kementerian/Lembaga terkait pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak yang didukung oleh substansi hukum, struktur hukum dan mekanisme layanan, serta program Kementerian/Lembaga terkait untuk mengatasi permasalahan atau hambatan pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 maka disusun Laporan Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 ini.

B. Tujuan

Penyusunan Laporan Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 ini bertujuan sebagai:

1. pertanggungjawaban atas hasil pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait; dan

2. pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak pada tahun berikutnya, guna meningkatkan upaya pelindungan dan pemenuhan hak anak berhadapan dengan hukum.

C. Mekanisme Penyusunan

Laporan Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 ini disusun berdasarkan masukan dari anggota Tim Koordinasi SPPA tingkat pusat, dan hasil pemantauan yang dilakukan di lembaga yang menangani anak

berhadapan dengan hukum untuk mengetahui layanan yang diberikan kepada anak berhadapan dengan hukum, fasilitasi pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerah untuk mengetahui kendala dan hambatan, permasalahan yang dihadapi pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerah.

D. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Laporan pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 memuat tentang upaya Kementerian/Lembaga terkait dalam melakukan langkah-langkah:

1. penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undang Undang Sistem Peradilan Pidana Anak;

2. program dan kegiatan kementerian/lembaga terkait tentang pencegahan dan penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum;

3. pembentukan dan penguatan kelembagaan yang menangani Anak Berhadapan dengan Hukum;

4. penyediaan sumber daya manusia yang menangani Anak Berhadapan dengan Hukum;

5. penyediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan Lembaga yang menangani Anak berhadapan dengan hukum;

6. mekanisme layanan yang telah disusun; 7. Kendala dan Hambatan;

(20)

mencegah agar Anak tidak berhadapan dengan hukum, atau terlibat dalam upaya diversi, tidak dilakukan upaya intervensi dini agar tidak terjadi anak berhadapan dengan hukum, dan bila sudah terjadi Anak berhadapan dengan hukum belum memperhatikan pada akar masalah mengapa Anak itu menjadi Anak berhadapan dengan hukum.

Dalam upaya mengetahui Kementerian/Lembaga terkait pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak yang didukung oleh substansi hukum, struktur hukum dan mekanisme layanan, serta program Kementerian/Lembaga terkait untuk mengatasi permasalahan atau hambatan pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 maka disusun Laporan Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 ini.

B. Tujuan

Penyusunan Laporan Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 ini bertujuan sebagai:

1. pertanggungjawaban atas hasil pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait; dan

2. pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak pada tahun berikutnya, guna meningkatkan upaya pelindungan dan pemenuhan hak anak berhadapan dengan hukum.

C. Mekanisme Penyusunan

Laporan Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 ini disusun berdasarkan masukan dari anggota Tim Koordinasi SPPA tingkat pusat, dan hasil pemantauan yang dilakukan di lembaga yang menangani anak

berhadapan dengan hukum untuk mengetahui layanan yang diberikan kepada anak berhadapan dengan hukum, fasilitasi pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerah untuk mengetahui kendala dan hambatan, permasalahan yang dihadapi pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak di daerah.

D. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Laporan pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2020 memuat tentang upaya Kementerian/Lembaga terkait dalam melakukan langkah-langkah:

1. penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undang Undang Sistem Peradilan Pidana Anak;

2. program dan kegiatan kementerian/lembaga terkait tentang pencegahan dan penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum;

3. pembentukan dan penguatan kelembagaan yang menangani Anak Berhadapan dengan Hukum;

4. penyediaan sumber daya manusia yang menangani Anak Berhadapan dengan Hukum;

5. penyediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan Lembaga yang menangani Anak berhadapan dengan hukum;

6. mekanisme layanan yang telah disusun; 7. Kendala dan Hambatan;

(21)
(22)
(23)
(24)

BAB II

CAPAIAN YANG TELAH DILAKUKAN

Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak telah melakukan upaya pencegahan, agar anak tidak melakukan tindak pidana atau tidak mengulangi perbuatan pidananya, serta penanganan anak baik di tingkat penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan maupun pembinaan setelah putusan pengadilan, dan reintegrasi sosial dan pemulangan ke masyarakat Upaya tersebut dilakukan dengan membuat kebijakan, program dan kegiatan dan layanan, penyediaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan memperkuat kelembagaan layanan terhadap anak serta mekanisme layanan. Adapun upaya yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dapat disampaikan sebagai berikut:

(25)

7

BAB II

CAPAIAN YANG TELAH DILAKUKAN

Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak telah melakukan upaya pencegahan, agar anak tidak melakukan tindak pidana atau tidak mengulangi perbuatan pidananya, serta penanganan anak baik di tingkat penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan maupun pembinaan setelah putusan pengadilan, dan reintegrasi sosial dan pemulangan ke masyarakat Upaya tersebut dilakukan dengan membuat kebijakan, program dan kegiatan dan layanan, penyediaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan memperkuat kelembagaan layanan terhadap anak serta mekanisme layanan. Adapun upaya yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dapat disampaikan sebagai berikut:

(26)
(27)
(28)

1. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung dalam melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak telah menyusun kebijakan tentang:

a. SOP Nomor 1193/DJU/OT.01.3/12/2018 tentang Proses Penyelesaian Perkara Pidana Anak Diversi Berhasil;

b. SOP Nomor 1194/DJU/OT.O1.3/12/2018 tentang Proses Penyelesaian Perkara Pidana Anak Diversi Gagal;

c. SOP Nomor 1210/DJU/OT.O1.3/12/2018 tentang Proses Penyelesaian Permohonan Diversi.

Selain itu Mahkamah Agung sedang menyiapkan Rancangan Peraturan Mahkamah Agung tentang Diversi dan Penanganan Perkara Anak Berhadapan dengan Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. Dengan adanya peraturan ini maka mencabut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Anak.

Selain itu Mahkamah Agung dalam melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak pada tahun 2020 ini telah menyediakan Hakim di tingkat Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia berjumlah 4.414 (empat ribu empat ratus empat belas) Hakim, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Hakim di Pengadilan Seluruh Indonesia Tahun 2019-2020

No Satuan Kerja 2019 Jumlah Hakim 2020

(1) (2) (3) (4)

1. Pengadilan Tinggi 731 753 2. Pengadilan Negeri 2.824 3.661

Jumlah 3.555 4.414

(29)

8

Standar Minimal Sarana dan Prasarana Pengadilan Ramah Anak, Mahkamah Agung berupaya untuk menyediakan sarana prasarana untuk menangani anak berhadapan dengan hukum dengan menyediakan:

a. Ruang sidang ramah anak, sebanyak 376 (tiga ratus tujuh puluh enam) pengadilan yang memiliki ruang sidang ramah anak tersendiri. Dengan demikian tinggal 6 (enam) pengadilan yang belum memiliki ruang sidang ramah anak tersendiri.

b. Ruang diversi, yaitu:

1) 302 (tiga ratus dua) pengadilan memiliki ruang diversi tersendiri;

2) 16 (enam belas) Pengadilan memiliki ruang diversi tergabung dengan ruang lainnya seperti mediasi, teleconference, PK Bapas, Peksos, dan Penasihat Hukum;

3) 64 (enam puluh empat) Pengadilan tidak memiliki ruang diversi. 4) Ruang tunggu ramah anak untuk anak yang tidak ditahan, yaitu:

5) 287 (dua ratus delapan puluh tujuh) pengadilan memiliki ruang tersendiri; 6) 95 (sembilan puluh lima) pengadilan tidak memiliki ruang tunggu ramah

anak yang tidak ditahan.

c. Ruang tunggu ramah anak untuk anak yang ditahan,yaitu:

1) 276 (dua ratus tujuh puluh enam) pengadilan memiliki ruang tersendiri; 2) 106 (seratus enam) pengadilan tidak memiliki ruang ramah anak untuk

anak yang ditahan. d. Ruang teleconference, yaitu:

Seluruh pengadilan (pengadilan tinggi dan pengadilan negeri) telah memiliki ruang dan fasilitas teleconference

Dari jumlah keseluruhan Hakim Tinggi dan Hakim Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia tersebut, sampai dengan tahun 2020 Mahkamah Agung telah memberikan Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak sebanyak 2.240 (dua ribu dua ratus empat puluh) hakim, dengan demikian yang belum diberikan pelatihan terpadu SPPA sebanyak 2.174 (dua ribu seratus tujuh puluh empat) hakim. Rincian hakim yang telah diberikan pelatihan terpadu SPPA sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Hakim yang telah Diberikan Pelatihan Terpadu SPPA Tahun 2019-2020

No Satuan Kerja

Jumlah Hakim yang telah Diberikan Pelatihan Terpadu SPPA

2019 2020

(1) (2) (3) (4)

1. Pengadilan Tinggi 135 163 2. Pengadilan Negeri 1.077 2.077

Jumlah 1.212 2.240

Sumber: Mahkamah Agung RI, 2020

Selain itu Mahkamah Agung juga telah membentuk Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di Indonesia, dengan rincian:

a. Pengadilan Tinggi sebanyak 30 (tiga puluh) pengadilan;

b. Pengadilan Negeri sebanyak 382 (tiga ratus delapan puluh dua) pengadilan, dengan rincian sebagai berikut:

1) Pengadilan Negeri Kelas IA khusus sebanyak 15 (lima belas) pengadilan; 2) Pengadilan Negeri Kelas IA sebanyak 45 (empat puluh lima) pengadilan; 3) Pengadilan Negeri Kelas IB sebanyak 105 (seratus lima) pengadilan; 4) Pengadilan Negeri Kelas II sebanyak 217 (dua ratus tujuh belas)

pengadilan.

Dalam rangka melaksanakan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 2176/DJU/SK/PS01/12/2017 tentang Pedoman

(30)

Standar Minimal Sarana dan Prasarana Pengadilan Ramah Anak, Mahkamah Agung berupaya untuk menyediakan sarana prasarana untuk menangani anak berhadapan dengan hukum dengan menyediakan:

a. Ruang sidang ramah anak, sebanyak 376 (tiga ratus tujuh puluh enam) pengadilan yang memiliki ruang sidang ramah anak tersendiri. Dengan demikian tinggal 6 (enam) pengadilan yang belum memiliki ruang sidang ramah anak tersendiri.

b. Ruang diversi, yaitu:

1) 302 (tiga ratus dua) pengadilan memiliki ruang diversi tersendiri;

2) 16 (enam belas) Pengadilan memiliki ruang diversi tergabung dengan ruang lainnya seperti mediasi, teleconference, PK Bapas, Peksos, dan Penasihat Hukum;

3) 64 (enam puluh empat) Pengadilan tidak memiliki ruang diversi. 4) Ruang tunggu ramah anak untuk anak yang tidak ditahan, yaitu:

5) 287 (dua ratus delapan puluh tujuh) pengadilan memiliki ruang tersendiri; 6) 95 (sembilan puluh lima) pengadilan tidak memiliki ruang tunggu ramah

anak yang tidak ditahan.

c. Ruang tunggu ramah anak untuk anak yang ditahan,yaitu:

1) 276 (dua ratus tujuh puluh enam) pengadilan memiliki ruang tersendiri; 2) 106 (seratus enam) pengadilan tidak memiliki ruang ramah anak untuk

anak yang ditahan. d. Ruang teleconference, yaitu:

Seluruh pengadilan (pengadilan tinggi dan pengadilan negeri) telah memiliki ruang dan fasilitas teleconference

Dari jumlah keseluruhan Hakim Tinggi dan Hakim Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia tersebut, sampai dengan tahun 2020 Mahkamah Agung telah memberikan Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak sebanyak 2.240 (dua ribu dua ratus empat puluh) hakim, dengan demikian yang belum diberikan pelatihan terpadu SPPA sebanyak 2.174 (dua ribu seratus tujuh puluh empat) hakim. Rincian hakim yang telah diberikan pelatihan terpadu SPPA sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Hakim yang telah Diberikan Pelatihan Terpadu SPPA Tahun 2019-2020

No Satuan Kerja

Jumlah Hakim yang telah Diberikan Pelatihan Terpadu SPPA

2019 2020

(1) (2) (3) (4)

1. Pengadilan Tinggi 135 163 2. Pengadilan Negeri 1.077 2.077

Jumlah 1.212 2.240

Sumber: Mahkamah Agung RI, 2020

Selain itu Mahkamah Agung juga telah membentuk Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di Indonesia, dengan rincian:

a. Pengadilan Tinggi sebanyak 30 (tiga puluh) pengadilan;

b. Pengadilan Negeri sebanyak 382 (tiga ratus delapan puluh dua) pengadilan, dengan rincian sebagai berikut:

1) Pengadilan Negeri Kelas IA khusus sebanyak 15 (lima belas) pengadilan; 2) Pengadilan Negeri Kelas IA sebanyak 45 (empat puluh lima) pengadilan; 3) Pengadilan Negeri Kelas IB sebanyak 105 (seratus lima) pengadilan; 4) Pengadilan Negeri Kelas II sebanyak 217 (dua ratus tujuh belas)

pengadilan.

Dalam rangka melaksanakan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 2176/DJU/SK/PS01/12/2017 tentang Pedoman

(31)

10

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 3 PENGADILAN NEGERI SIGLI 0 9 9 0 0 0 0 0 4 PENGADILAN NEGERI BIREUEN 0 2 2 0 0 0 0 0 5 PENGADILAN NEGERI LHOKSUKON 0 6 6 0 0 0 0 0 6 PENGADILAN NEGERI LHOKSEUMAWE 25 3 3 25 0 0 0 0 7 PENGADILAN NEGERI TAKENGON 1 10 11 0 1 1 0 0 8 PENGADILAN NEGERI LANGSA 9 5 6 8 1 0 0 0 9 PENGADILAN NEGERI IDI 0 8 7 1 0 0 0 0 10 PENGADILAN NEGERI KUALA SIMPANG 3 10 10 3 1 0 0 0 11 PENGADILAN NEGERI BLANGKEJEREN 1 2 2 1 0 0 0 0 12 PENGADILAN NEGERI KUTACANE 1 9 9 1 1 1 0 0 13 PENGADILAN NEGERI MEULABOH 0 0 0 0 0 0 0 0 14 PENGADILAN NEGERI CALANG 0 1 1 0 0 0 0 0 15 PENGADILAN NEGERI SINABANG 0 3 3 0 0 0 0 0 16 PENGADILAN NEGERI TAPAKTUAN 2 3 4 1 1 1 0 0 17 PENGADILAN NEGERI SINGKIL 0 1 1 0 0 0 0 0 18 PENGADILAN NEGERI JANTHO 0 7 7 0 0 0 0 0 19 PENGADILAN NEGERI SIMPANG TIGA REDELONG 1 0 1 0 0 0 0 0 20 PENGADILAN NEGERI BLANGPIDIE 0 1 1 0 0 0 0 0 21 PENGADILAN NEGERI MEUREUDU 1 1 2 0 0 0 0 0 22 PENGADILAN NEGERI SUKA MAKMUE 0 2 2 0 0 0 0 0 23 PENGADILAN NEGERI MEDAN 10 76 76 10 0 0 0 0 24 PENGADILAN NEGERI BINJAI 8 18 18 8 1 1 0 0 25 PENGADILAN NEGERI TANJUNG BALAI ASAHAN 5 3 3 5 0 0 0 0 26 PENGADILAN NEGERI SIDIKALANG 1 7 8 0 0 0 0 0

e. Ruang tunggu PK Bapas, Pekerja Sosial dan Penasihat Hukum, yaitu 1) 280 (dua ratus delapan puluh) pengadilan telah memiliki ruang tunggu

PK Bapas, Pekerja Sosial dan Penasihat Hukum tersendiri;

2) 6 (enam) pengadilan memiliki ruang tunggu PK Bapas, Pekerja Sosial dan Penasihat Hukum yang tergabung dengan ruangan lain;

3) 96 (sembilan puluh enam) pengadilan tidak memiliki ruang tunggu PK Bapas, Peksos, dan Penasihat Hukum.

Mahkamah Agung dalam rangka melaksanakan penyelesaian administrasi perkara juga telah melakukan:

a. Pencetakan Register Pidana Anak sebanyak 3.619 (tiga ribu enam ratus sembilan belas) register, dengan 11 (sebelas) jenis register;

b. Pemberlakuan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 2176/DJU/SK/PSO1/12/2017 tentang Pedoman Standar Minimal Sarana dan Prasarana Pengadilan Ramah Anak;

c. Penyusunan Data Statistik Perkara dan Pencetakan Buku Statistik Perkara tahun 2018 diantaranya statistik perkara anak.

Mahkamah Agung juga telah menangani perkara Anak Berhadapan dengan Hukum dengan rincian:

Tabel 3. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Negeri di Indonesia Periode Januari - Desember 2020

17 FEBRUARI 2021

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 PENGADILAN NEGERI

BANDA ACEH 6 14 16 4 4 0 0 0 2 PENGADILAN NEGERI

(32)

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 3 PENGADILAN NEGERI SIGLI 0 9 9 0 0 0 0 0 4 PENGADILAN NEGERI BIREUEN 0 2 2 0 0 0 0 0 5 PENGADILAN NEGERI LHOKSUKON 0 6 6 0 0 0 0 0 6 PENGADILAN NEGERI LHOKSEUMAWE 25 3 3 25 0 0 0 0 7 PENGADILAN NEGERI TAKENGON 1 10 11 0 1 1 0 0 8 PENGADILAN NEGERI LANGSA 9 5 6 8 1 0 0 0 9 PENGADILAN NEGERI IDI 0 8 7 1 0 0 0 0 10 PENGADILAN NEGERI KUALA SIMPANG 3 10 10 3 1 0 0 0 11 PENGADILAN NEGERI BLANGKEJEREN 1 2 2 1 0 0 0 0 12 PENGADILAN NEGERI KUTACANE 1 9 9 1 1 1 0 0 13 PENGADILAN NEGERI MEULABOH 0 0 0 0 0 0 0 0 14 PENGADILAN NEGERI CALANG 0 1 1 0 0 0 0 0 15 PENGADILAN NEGERI SINABANG 0 3 3 0 0 0 0 0 16 PENGADILAN NEGERI TAPAKTUAN 2 3 4 1 1 1 0 0 17 PENGADILAN NEGERI SINGKIL 0 1 1 0 0 0 0 0 18 PENGADILAN NEGERI JANTHO 0 7 7 0 0 0 0 0 19 PENGADILAN NEGERI SIMPANG TIGA REDELONG 1 0 1 0 0 0 0 0 20 PENGADILAN NEGERI BLANGPIDIE 0 1 1 0 0 0 0 0 21 PENGADILAN NEGERI MEUREUDU 1 1 2 0 0 0 0 0 22 PENGADILAN NEGERI SUKA MAKMUE 0 2 2 0 0 0 0 0 23 PENGADILAN NEGERI MEDAN 10 76 76 10 0 0 0 0 24 PENGADILAN NEGERI BINJAI 8 18 18 8 1 1 0 0 25 PENGADILAN NEGERI TANJUNG BALAI ASAHAN 5 3 3 5 0 0 0 0 26 PENGADILAN NEGERI SIDIKALANG 1 7 8 0 0 0 0 0

e. Ruang tunggu PK Bapas, Pekerja Sosial dan Penasihat Hukum, yaitu 1) 280 (dua ratus delapan puluh) pengadilan telah memiliki ruang tunggu

PK Bapas, Pekerja Sosial dan Penasihat Hukum tersendiri;

2) 6 (enam) pengadilan memiliki ruang tunggu PK Bapas, Pekerja Sosial dan Penasihat Hukum yang tergabung dengan ruangan lain;

3) 96 (sembilan puluh enam) pengadilan tidak memiliki ruang tunggu PK Bapas, Peksos, dan Penasihat Hukum.

Mahkamah Agung dalam rangka melaksanakan penyelesaian administrasi perkara juga telah melakukan:

a. Pencetakan Register Pidana Anak sebanyak 3.619 (tiga ribu enam ratus sembilan belas) register, dengan 11 (sebelas) jenis register;

b. Pemberlakuan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 2176/DJU/SK/PSO1/12/2017 tentang Pedoman Standar Minimal Sarana dan Prasarana Pengadilan Ramah Anak;

c. Penyusunan Data Statistik Perkara dan Pencetakan Buku Statistik Perkara tahun 2018 diantaranya statistik perkara anak.

Mahkamah Agung juga telah menangani perkara Anak Berhadapan dengan Hukum dengan rincian:

Tabel 3. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Negeri di Indonesia Periode Januari - Desember 2020

17 FEBRUARI 2021

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 PENGADILAN NEGERI

BANDA ACEH 6 14 16 4 4 0 0 0 2 PENGADILAN NEGERI

(33)

12

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 51 PENGADILAN NEGERI PAYAKUMBUH 1 7 8 0 1 1 0 0 52 PENGADILAN NEGERI PADANG PANJANG 0 6 6 0 1 0 0 0 53 PENGADILAN NEGERI LUBUK BASUNG 0 11 11 0 0 0 0 0 54 PENGADILAN NEGERI TANJUNG PATI 3 5 5 3 0 0 0 0 55 PENGADILAN NEGERI KOTOBARU 0 11 9 2 0 0 0 0 56 PENGADILAN NEGERI MUARO 1 2 2 1 0 0 0 0 57 PENGADILAN NEGERI PASAMAN BARAT 0 6 5 1 1 0 0 0 58 PENGADILAN NEGERI PULAU PUNJUNG 0 2 2 0 1 0 0 0 59 PENGADILAN NEGERI PEKANBARU 6 72 71 7 2 2 0 0 60 PENGADILAN NEGERI BENGKALIS 2 29 29 2 1 0 0 0 61 PENGADILAN NEGERI RENGAT/INDRAGIRI 1 6 6 1 2 2 0 0 62 PENGADILAN NEGERI TEMBILAHAN 0 23 23 0 7 0 0 0 63 PENGADILAN NEGERI BANGKINANG 0 25 24 1 3 3 0 0 64 PENGADILAN NEGERI DUMAI 3 24 24 3 5 2 0 0 65 PENGADILAN NEGERI PELALAWAN 3 21 21 3 0 0 0 0 66 PENGADILAN NEGERI ROKAN HILIR 2 19 19 2 0 0 0 0 67 PENGADILAN NEGERI

SIAK SRI INDRAPURA 1 28 28 1 1 1 0 0 68 PENGADILAN NEGERI PASIR PENGARAIAN 1 14 14 1 1 0 0 0 69 PENGADILAN NEGERI TANJUNG PINANG 0 36 35 1 0 0 0 0 70 PENGADILAN NEGERI BATAM 0 49 46 3 1 2 0 0 71 PENGADILAN NEGERI TANJUNG BALAI KARIMUN 1 17 17 1 0 0 0 0 72 PENGADILAN NEGERI RANAI 0 5 5 0 0 0 0 0 73 PENGADILAN NEGERI TELUK KUANTAN 0 4 3 1 2 1 0 0 74 PENGADILAN NEGERI JAMBI 7 29 26 10 3 2 0 0

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 27 PENGADILAN NEGERI KABANJAHE 7 5 6 6 1 1 0 0 28 PENGADILAN NEGERI RANTAU PRAPAT 2 21 19 4 5 1 0 0 29 PENGADILAN NEGERI TEBING TINGGI 3 12 12 3 2 3 0 0 30 PENGADILAN NEGERI GUNUNG SITOLI 0 9 8 1 2 2 0 0 31 PENGADILAN NEGERI PEMATANG SIANTAR 1 19 18 2 3 3 0 0 32 PENGADILAN NEGERI TARUTUNG 0 7 7 0 2 1 0 0 33 PENGADILAN NEGERI PADANG SIDEMPUAN 2 8 8 2 0 0 0 0 34 PENGADILAN NEGERI SIBOLGA 1 14 13 2 1 0 0 0 35 PENGADILAN NEGERI STABAT 2 32 33 1 2 0 0 0 36 PENGADILAN NEGERI SIMALUNGUN 3 14 14 3 1 0 0 0 37 PENGADILAN NEGERI KISARAN 2 45 46 1 6 1 0 0 38 PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM 3 92 89 6 5 3 0 0 39 PENGADILAN NEGERI MANDAILING NATAL 0 10 10 0 1 1 0 0 40 PENGADILAN NEGERI BALIGE 2 19 20 1 1 2 0 0 41 PENGADILAN NEGERI SEI RAMPAH 0 17 17 0 1 1 0 0 42 PENGADILAN NEGERI SIBUHUAN 0 0 0 0 0 0 0 0 43 PENGADILAN NEGERI PADANG 7 43 46 4 1 0 0 0 44 PENGADILAN NEGERI SAWAHLUNTO 1 14 14 1 0 0 0 0 45 PENGADILAN NEGERI BATUSANGKAR 0 18 18 0 1 1 0 0 46 PENGADILAN NEGERI SOLOK 1 6 7 0 0 0 0 0 47 PENGADILAN NEGERI PARIAMAN 1 16 16 1 0 0 0 0 48 PENGADILAN NEGERI PAINAN 0 10 9 1 0 0 0 0 49 PENGADILAN NEGERI BUKITTINGGI 0 13 8 5 0 0 0 0 50 PENGADILAN NEGERI LUBUK SIKAPING 0 8 8 0 2 0 0 0

(34)

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 51 PENGADILAN NEGERI PAYAKUMBUH 1 7 8 0 1 1 0 0 52 PENGADILAN NEGERI PADANG PANJANG 0 6 6 0 1 0 0 0 53 PENGADILAN NEGERI LUBUK BASUNG 0 11 11 0 0 0 0 0 54 PENGADILAN NEGERI TANJUNG PATI 3 5 5 3 0 0 0 0 55 PENGADILAN NEGERI KOTOBARU 0 11 9 2 0 0 0 0 56 PENGADILAN NEGERI MUARO 1 2 2 1 0 0 0 0 57 PENGADILAN NEGERI PASAMAN BARAT 0 6 5 1 1 0 0 0 58 PENGADILAN NEGERI PULAU PUNJUNG 0 2 2 0 1 0 0 0 59 PENGADILAN NEGERI PEKANBARU 6 72 71 7 2 2 0 0 60 PENGADILAN NEGERI BENGKALIS 2 29 29 2 1 0 0 0 61 PENGADILAN NEGERI RENGAT/INDRAGIRI 1 6 6 1 2 2 0 0 62 PENGADILAN NEGERI TEMBILAHAN 0 23 23 0 7 0 0 0 63 PENGADILAN NEGERI BANGKINANG 0 25 24 1 3 3 0 0 64 PENGADILAN NEGERI DUMAI 3 24 24 3 5 2 0 0 65 PENGADILAN NEGERI PELALAWAN 3 21 21 3 0 0 0 0 66 PENGADILAN NEGERI ROKAN HILIR 2 19 19 2 0 0 0 0 67 PENGADILAN NEGERI

SIAK SRI INDRAPURA 1 28 28 1 1 1 0 0 68 PENGADILAN NEGERI PASIR PENGARAIAN 1 14 14 1 1 0 0 0 69 PENGADILAN NEGERI TANJUNG PINANG 0 36 35 1 0 0 0 0 70 PENGADILAN NEGERI BATAM 0 49 46 3 1 2 0 0 71 PENGADILAN NEGERI TANJUNG BALAI KARIMUN 1 17 17 1 0 0 0 0 72 PENGADILAN NEGERI RANAI 0 5 5 0 0 0 0 0 73 PENGADILAN NEGERI TELUK KUANTAN 0 4 3 1 2 1 0 0 74 PENGADILAN NEGERI JAMBI 7 29 26 10 3 2 0 0

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 27 PENGADILAN NEGERI KABANJAHE 7 5 6 6 1 1 0 0 28 PENGADILAN NEGERI RANTAU PRAPAT 2 21 19 4 5 1 0 0 29 PENGADILAN NEGERI TEBING TINGGI 3 12 12 3 2 3 0 0 30 PENGADILAN NEGERI GUNUNG SITOLI 0 9 8 1 2 2 0 0 31 PENGADILAN NEGERI PEMATANG SIANTAR 1 19 18 2 3 3 0 0 32 PENGADILAN NEGERI TARUTUNG 0 7 7 0 2 1 0 0 33 PENGADILAN NEGERI PADANG SIDEMPUAN 2 8 8 2 0 0 0 0 34 PENGADILAN NEGERI SIBOLGA 1 14 13 2 1 0 0 0 35 PENGADILAN NEGERI STABAT 2 32 33 1 2 0 0 0 36 PENGADILAN NEGERI SIMALUNGUN 3 14 14 3 1 0 0 0 37 PENGADILAN NEGERI KISARAN 2 45 46 1 6 1 0 0 38 PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM 3 92 89 6 5 3 0 0 39 PENGADILAN NEGERI MANDAILING NATAL 0 10 10 0 1 1 0 0 40 PENGADILAN NEGERI BALIGE 2 19 20 1 1 2 0 0 41 PENGADILAN NEGERI SEI RAMPAH 0 17 17 0 1 1 0 0 42 PENGADILAN NEGERI SIBUHUAN 0 0 0 0 0 0 0 0 43 PENGADILAN NEGERI PADANG 7 43 46 4 1 0 0 0 44 PENGADILAN NEGERI SAWAHLUNTO 1 14 14 1 0 0 0 0 45 PENGADILAN NEGERI BATUSANGKAR 0 18 18 0 1 1 0 0 46 PENGADILAN NEGERI SOLOK 1 6 7 0 0 0 0 0 47 PENGADILAN NEGERI PARIAMAN 1 16 16 1 0 0 0 0 48 PENGADILAN NEGERI PAINAN 0 10 9 1 0 0 0 0 49 PENGADILAN NEGERI BUKITTINGGI 0 13 8 5 0 0 0 0 50 PENGADILAN NEGERI LUBUK SIKAPING 0 8 8 0 2 0 0 0

(35)

14

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 99 PENGADILAN NEGERI KEPAHIANG 0 14 13 1 0 0 0 0 100 PENGADILAN NEGERI TAIS 0 10 10 0 0 0 0 0 101 PENGADILAN NEGERI TUBEI 0 13 13 0 2 2 0 0 102 PENGADILAN NEGERI MUKOMUKO 0 1 1 0 0 0 0 0 103 PENGADILAN NEGERI KALIANDA 6 33 33 6 1 0 0 0 104 PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG 6 63 60 9 0 0 0 0 105 PENGADILAN NEGERI METRO 1 20 20 1 0 0 0 0 106 PENGADILAN NEGERI KOTABUMI 1 36 37 0 12 10 0 0 107 PENGADILAN NEGERI KOTA AGUNG 0 39 39 0 2 1 0 0 108 PENGADILAN NEGERI LIWA KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1 20 21 0 0 0 0 0 109 PENGADILAN NEGERI MENGGALA 1 32 32 1 5 1 0 0 110 PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH 0 35 35 0 1 0 0 0 111 PENGADILAN NEGERI SUKADANA 3 39 37 5 0 0 0 0 112 PENGADILAN NEGERI BLAMBANGAN UMPU 1 22 22 1 0 0 0 0 113 PENGADILAN NEGERI GEDONG TATAAN 1 24 25 0 1 0 0 0 114 PENGADILAN NEGERI PANGKALPINANG 3 19 21 1 1 0 0 0 115 PENGADILAN NEGERI SUNGAI LIAT 2 22 22 2 1 1 0 0 116 PENGADILAN NEGERI TANJUNG PANDAN 2 4 6 0 2 1 0 0 117 PENGADILAN NEGERI KOBA 0 5 5 0 0 0 0 0 118 PENGADILAN NEGERI MENTOK 1 16 17 0 0 0 0 0 119 PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT 1 34 35 0 2 3 0 0 120 PENGADILAN NEGERI JAKARTA BARAT 1 37 37 1 1 2 0 0 121 PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR 1 24 23 2 3 0 0 0 122 PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN 0 19 19 0 3 2 0 0

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 75 PENGADILAN NEGERI MUARA BUNGO 0 12 12 0 1 0 0 0 76 PENGADILAN NEGERI KUALA TUNGKAL 0 3 3 0 0 0 0 0 77 PENGADILAN NEGERI SUNGAI PENUH 1 8 8 1 1 0 0 0 78 PENGADILAN NEGERI BANGKO 2 17 18 1 1 1 0 0 79 PENGADILAN NEGERI MUARA BULIAN 1 8 8 1 3 3 0 0 80 PENGADILAN NEGERI TEBO 0 5 5 0 0 0 0 0 81 PENGADILAN NEGERI SAROLANGUN 4 6 6 4 0 0 0 0 82 PENGADILAN NEGERI TANJUNG JABUNG TIMUR 0 3 3 0 1 0 0 0 83 PENGADILAN NEGERI SENGETI 0 13 13 0 0 0 0 0 84 PENGADILAN NEGERI PALEMBANG 9 100 99 10 2 0 0 0 85 PENGADILAN NEGERI KAYUAGUNG 0 34 33 1 0 0 0 0 86 PENGADILAN NEGERI BATURAJA 2 64 64 2 1 0 0 0 87 PENGADILAN NEGERI LUBUK LINGGAU 5 58 60 3 0 0 0 0 88 PENGADILAN NEGERI LAHAT 5 26 26 5 1 0 0 0 89 PENGADILAN NEGERI MUARA ENIM 4 39 40 3 1 0 0 0 90 PENGADILAN NEGERI SEKAYU 4 25 23 6 1 1 0 0 91 PENGADILAN NEGERI PAGAR ALAM 0 15 15 0 1 1 0 0 92 PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH 3 12 14 1 1 1 0 0 93 PENGADILAN NEGERI PANGKALAN BALAI 1 31 32 0 2 0 0 0 94 PENGADILAN NEGERI BENGKULU 2 52 53 1 4 1 0 0 95 PENGADILAN NEGERI CURUP 3 14 14 3 1 1 0 0 96 PENGADILAN NEGERI MANNA 4 27 27 4 2 0 0 0 97 PENGADILAN NEGERI ARGA MAKMUR 0 26 25 1 1 1 0 0 98 PENGADILAN NEGERI BINTUHAN 0 24 24 0 1 0 0 0

(36)

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 99 PENGADILAN NEGERI KEPAHIANG 0 14 13 1 0 0 0 0 100 PENGADILAN NEGERI TAIS 0 10 10 0 0 0 0 0 101 PENGADILAN NEGERI TUBEI 0 13 13 0 2 2 0 0 102 PENGADILAN NEGERI MUKOMUKO 0 1 1 0 0 0 0 0 103 PENGADILAN NEGERI KALIANDA 6 33 33 6 1 0 0 0 104 PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG 6 63 60 9 0 0 0 0 105 PENGADILAN NEGERI METRO 1 20 20 1 0 0 0 0 106 PENGADILAN NEGERI KOTABUMI 1 36 37 0 12 10 0 0 107 PENGADILAN NEGERI KOTA AGUNG 0 39 39 0 2 1 0 0 108 PENGADILAN NEGERI LIWA KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1 20 21 0 0 0 0 0 109 PENGADILAN NEGERI MENGGALA 1 32 32 1 5 1 0 0 110 PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH 0 35 35 0 1 0 0 0 111 PENGADILAN NEGERI SUKADANA 3 39 37 5 0 0 0 0 112 PENGADILAN NEGERI BLAMBANGAN UMPU 1 22 22 1 0 0 0 0 113 PENGADILAN NEGERI GEDONG TATAAN 1 24 25 0 1 0 0 0 114 PENGADILAN NEGERI PANGKALPINANG 3 19 21 1 1 0 0 0 115 PENGADILAN NEGERI SUNGAI LIAT 2 22 22 2 1 1 0 0 116 PENGADILAN NEGERI TANJUNG PANDAN 2 4 6 0 2 1 0 0 117 PENGADILAN NEGERI KOBA 0 5 5 0 0 0 0 0 118 PENGADILAN NEGERI MENTOK 1 16 17 0 0 0 0 0 119 PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT 1 34 35 0 2 3 0 0 120 PENGADILAN NEGERI JAKARTA BARAT 1 37 37 1 1 2 0 0 121 PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR 1 24 23 2 3 0 0 0 122 PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN 0 19 19 0 3 2 0 0

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 75 PENGADILAN NEGERI MUARA BUNGO 0 12 12 0 1 0 0 0 76 PENGADILAN NEGERI KUALA TUNGKAL 0 3 3 0 0 0 0 0 77 PENGADILAN NEGERI SUNGAI PENUH 1 8 8 1 1 0 0 0 78 PENGADILAN NEGERI BANGKO 2 17 18 1 1 1 0 0 79 PENGADILAN NEGERI MUARA BULIAN 1 8 8 1 3 3 0 0 80 PENGADILAN NEGERI TEBO 0 5 5 0 0 0 0 0 81 PENGADILAN NEGERI SAROLANGUN 4 6 6 4 0 0 0 0 82 PENGADILAN NEGERI TANJUNG JABUNG TIMUR 0 3 3 0 1 0 0 0 83 PENGADILAN NEGERI SENGETI 0 13 13 0 0 0 0 0 84 PENGADILAN NEGERI PALEMBANG 9 100 99 10 2 0 0 0 85 PENGADILAN NEGERI KAYUAGUNG 0 34 33 1 0 0 0 0 86 PENGADILAN NEGERI BATURAJA 2 64 64 2 1 0 0 0 87 PENGADILAN NEGERI LUBUK LINGGAU 5 58 60 3 0 0 0 0 88 PENGADILAN NEGERI LAHAT 5 26 26 5 1 0 0 0 89 PENGADILAN NEGERI MUARA ENIM 4 39 40 3 1 0 0 0 90 PENGADILAN NEGERI SEKAYU 4 25 23 6 1 1 0 0 91 PENGADILAN NEGERI PAGAR ALAM 0 15 15 0 1 1 0 0 92 PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH 3 12 14 1 1 1 0 0 93 PENGADILAN NEGERI PANGKALAN BALAI 1 31 32 0 2 0 0 0 94 PENGADILAN NEGERI BENGKULU 2 52 53 1 4 1 0 0 95 PENGADILAN NEGERI CURUP 3 14 14 3 1 1 0 0 96 PENGADILAN NEGERI MANNA 4 27 27 4 2 0 0 0 97 PENGADILAN NEGERI ARGA MAKMUR 0 26 25 1 1 1 0 0 98 PENGADILAN NEGERI BINTUHAN 0 24 24 0 1 0 0 0

(37)

16

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 147 PENGADILAN NEGERI SEMARANG 4 28 32 0 2 0 0 1 148 PENGADILAN NEGERI TEGAL 0 7 7 0 0 0 0 0 149 PENGADILAN NEGERI PEKALONGAN 1 21 18 4 3 2 0 0 150 PENGADILAN NEGERI KUDUS 0 2 2 0 0 0 1 0 151 PENGADILAN NEGERI PATI 1 3 3 1 0 0 0 0 152 PENGADILAN NEGERI BREBES 0 6 6 0 0 0 0 0 153 PENGADILAN NEGERI PEMALANG 0 7 7 0 1 1 0 0 154 PENGADILAN NEGERI KENDAL 1 8 8 1 0 0 0 0 155 PENGADILAN NEGERI DEMAK 11 19 19 11 3 0 0 0 156 PENGADILAN NEGERI PURWODADI 2 14 16 0 0 0 0 0 157 PENGADILAN NEGERI SALATIGA 0 4 4 0 1 1 0 0 158 PENGADILAN NEGERI KABUPATEN SEMARANG DI UNGARAN 0 12 12 0 0 0 0 0 159 PENGADILAN NEGERI JEPARA 0 8 8 0 0 0 0 0 160 PENGADILAN NEGERI BLORA 2 8 8 2 2 0 0 0 161 PENGADILAN NEGERI REMBANG 1 2 3 0 0 0 0 0 162 PENGADILAN NEGERI BATANG 0 9 9 0 3 0 0 0 163 PENGADILAN NEGERI PURWOREJO 0 14 13 1 2 0 0 0 164 PENGADILAN NEGERI MAGELANG 1 1 2 0 0 0 0 0 165 PENGADILAN NEGERI KEBUMEN 0 15 15 0 1 0 0 0 166 PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG 1 7 7 1 0 0 0 0 167 PENGADILAN NEGERI WONOSOBO 1 8 8 1 0 0 0 0 168 PENGADILAN NEGERI SURAKARTA 0 4 4 0 0 0 0 0 169 PENGADILAN NEGERI SRAGEN 2 3 4 1 1 2 0 0 170 PENGADILAN NEGERI WONOGIRI 2 20 21 1 0 2 0 0

NO PENGADILAN NEGERI SISA AWAL MASUK PUTUS AKHIR BANDING KASASI PK GRASI SISA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 123 PENGADILAN NEGERI JAKARTA UTARA 0 37 37 0 2 1 0 0 124 PENGADILAN NEGERI BANDUNG 9 9 9 9 2 2 0 0 125 PENGADILAN NEGERI SUMEDANG 5 6 10 1 0 0 0 0 126 PENGADILAN NEGERI TASIKMALAYA 3 13 15 1 0 0 0 0 127 PENGADILAN NEGERI GARUT 1 10 11 0 2 0 0 0 128 PENGADILAN NEGERI CIAMIS 0 9 9 0 1 0 0 0 129 PENGADILAN NEGERI PURWAKARTA 3 1 1 3 0 0 0 0 130 PENGADILAN NEGERI BEKASI 1 59 54 6 3 2 0 0 131 PENGADILAN NEGERI KARAWANG 1 11 11 1 0 0 0 0 132 PENGADILAN NEGERI SUBANG 0 7 7 0 0 0 0 0 133 PENGADILAN NEGERI BOGOR 0 8 8 0 2 0 0 0 134 PENGADILAN NEGERI SUKABUMI 2 6 6 2 2 2 0 0 135 PENGADILAN NEGERI CIANJUR 1 18 18 1 0 0 0 0 136 PENGADILAN NEGERI CIREBON 0 13 13 0 0 0 0 0 137 PENGADILAN NEGERI INDRAMAYU 2 20 21 1 0 0 0 0 138 PENGADILAN NEGERI MAJALENGKA 2 4 4 2 0 0 0 0 139 PENGADILAN NEGERI KUNINGAN 1 10 11 0 0 0 0 0 140 PENGADILAN NEGERI CIBADAK 0 10 10 0 0 0 0 0 141 PENGADILAN NEGERI SUMBER 1 17 18 0 0 0 0 0 142 PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG 1 25 24 2 13 2 0 0 143 PENGADILAN NEGERI DEPOK 0 37 37 0 4 2 0 0 144 PENGADILAN NEGERI CIBINONG 2 15 15 2 0 0 0 0 145 PENGADILAN NEGERI BANJAR 0 3 3 0 0 0 0 0 146 PENGADILAN NEGERI CIKARANG 3 30 31 2 4 1 0 0

Gambar

Tabel 1. Jumlah Hakim di Pengadilan Seluruh Indonesia Tahun 2019-2020
Tabel 3. Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Negeri di Indonesia  Periode Januari - Desember 2020
Tabel 4.  Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Tinggi Periode                      Januari - Desember 2020
Tabel 4.  Statistik Perkara Anak Per Wilayah Pengadilan Tinggi Periode                      Januari - Desember 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan yang ada dalam KUHAP lebih banyak melindungi hak asasi si pelaku tindak pidana dari pada hak asasi/kepentingan korban tindak pidana, untuk hal

1) Penanganan anak melalui proses peradilan pidana berdasarkan UU No. 3/1997 dalam praktiknya selalu diakhir dengan putusan penjatuhan sanksi pidana perampasan

(1) Bagaimana pengaturan hukuman mati di Indonesia dalam perspektif Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Hak Asasi Manusia?; (2) Apa faktor–faktor yang melatarbelakangi

Undang-Undang Nomor n Tahun 20 1 2 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (se lanjutnya disebut UU SPPA) menggantikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, tak disebutkan secara rinci tentang lembaga-lembaga apa saja yang terdapat dalam SPPA (Sistem Peradilan Pidana Anak), tetapi

Diversi dan Keadilan Restoratif menjadi dasar dari pembaharuan sistem peradilan pidana dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana anak, yang dapat dilihat di dalam Undang-

11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pasal 60 ayat (3) “Hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan

Sanksi pidana dalam perkara anak menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak perlu diberlakuan dengan tidak melanggar harkat