• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Kepemilikan Identitas Anak di LPKA

6. Kementerian Kesehatan

Dalam melaksanakan pemenuhan hak kesehatan pada Anak Berhadapan dengan Hukum, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan: a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kewajiban

Pemberi Layanan Kesehatan Untuk Memberikan Informasi Atas Adanya Dugaan Kekerasan terhadap Anak

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak;

c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 77 tahun 2015 tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2016 tentang Pelatihan dan Penyelenggaraan Pelayanan Aborsi atas Indikasi Kedaruratan Medis dan Kehamilan akibat Perkosaan

e. Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis;

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;

g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis;

h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Pada Bidang Kesehatan;

Untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak (PP KtP/A), Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan jejaring profesi

92

Kegiatan PKPR di puskesmas berupa pelayanan klinis medis termasuk rujukan medis, sosial dan hukum; pemberian KIE dan konseling permasalahan kesehatan remaja; serta edukasi kecakapan hidup/Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Sedangkan kegiatan luar gedung antara lain:

a) pelaksanaan model sekolah sehat dimana trias UKS (Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat) dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar, seperti optimalisasi jam olahraga, literasi kesehatan melalui pemanfaatan Buku Rapor Kesehatanku dimana terdapat materi salah satunya keterampilan psikososial/Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) yang dapat membentengi anak usia sekolah dan remaja dari perilaku berisiko (merokok, kekerasan, pernikahan dini dan lain sebagainya); pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan penyakit infeksi menular seksual, penerapan Kawasan Tanpa Rokok, Kawasan Tanpa Kekerasan dan Kawasan Tanpa Napza di sekolah, kesehatan jiwa dan lain sebagainya;

b) pelaksanaan posyandu remaja dimana sasaran utamanya adalah anak yang berada di luar sekolah termasuk di anak binaan di LPKA/LPAS. Kegiatan di posyandu remaja meliputi pemantauan kesehatan secara berkala, skrining kesehatan jiwa, konseling dan edukasi kesehatan terkait isu-isu yang khas pada remaja seperti life skills/PKHS, pencegahan kekerasan, NAPZA, kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko lainnya.

antara lain Himpunan Psikologi Indonesia, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia, melalui kegiatan:

a. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtPA) dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) bagi Tenaga Kesehatan;

b. Training of Trainer (ToT) Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtPA) dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO);

c. Training of Trainer (ToT) Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah Dan Remaja; d. Training of Trainer (ToT) Keterampilan Sosial Kecakapan Hidup Anak Remaja (life skill) kesehatan jiwa bagi tenaga pelatih (Psikiater, Psikolog, Dokter Umum dan Widya Iswara) di 34 Provinsi (tahun 2017-2019) untuk melatih guru tingkat SMP dan SMA agar proses belajar mengajar lebih kondusif dan nyaman.

Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 melanjutkan kerja sama dengan jejaring profesi yaitu Himpunan Psikologi Indonesia, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Anak, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dan Ikatan Dokter Indonesia untuk meningkatkan pembinaan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja termasuk pada anak berhadapan dengan hukum. Kegiatan tersebut dalam bentuk:

a. Upaya Promotif meliputi:

1) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dilaksanakan melalui kegiatan di Puskesmas dan di luar gedung Puskesmas.

Kegiatan PKPR di puskesmas berupa pelayanan klinis medis termasuk rujukan medis, sosial dan hukum; pemberian KIE dan konseling permasalahan kesehatan remaja; serta edukasi kecakapan hidup/Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Sedangkan kegiatan luar gedung antara lain:

a) pelaksanaan model sekolah sehat dimana trias UKS (Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat) dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar, seperti optimalisasi jam olahraga, literasi kesehatan melalui pemanfaatan Buku Rapor Kesehatanku dimana terdapat materi salah satunya keterampilan psikososial/Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) yang dapat membentengi anak usia sekolah dan remaja dari perilaku berisiko (merokok, kekerasan, pernikahan dini dan lain sebagainya); pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan penyakit infeksi menular seksual, penerapan Kawasan Tanpa Rokok, Kawasan Tanpa Kekerasan dan Kawasan Tanpa Napza di sekolah, kesehatan jiwa dan lain sebagainya;

b) pelaksanaan posyandu remaja dimana sasaran utamanya adalah anak yang berada di luar sekolah termasuk di anak binaan di LPKA/LPAS. Kegiatan di posyandu remaja meliputi pemantauan kesehatan secara berkala, skrining kesehatan jiwa, konseling dan edukasi kesehatan terkait isu-isu yang khas pada remaja seperti life skills/PKHS, pencegahan kekerasan, NAPZA, kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko lainnya.

antara lain Himpunan Psikologi Indonesia, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Ikatan Dokter Indonesia, melalui kegiatan:

a. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtPA) dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) bagi Tenaga Kesehatan;

b. Training of Trainer (ToT) Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtPA) dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO);

c. Training of Trainer (ToT) Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah Dan Remaja; d. Training of Trainer (ToT) Keterampilan Sosial Kecakapan Hidup Anak Remaja (life skill) kesehatan jiwa bagi tenaga pelatih (Psikiater, Psikolog, Dokter Umum dan Widya Iswara) di 34 Provinsi (tahun 2017-2019) untuk melatih guru tingkat SMP dan SMA agar proses belajar mengajar lebih kondusif dan nyaman.

Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 melanjutkan kerja sama dengan jejaring profesi yaitu Himpunan Psikologi Indonesia, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Anak, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dan Ikatan Dokter Indonesia untuk meningkatkan pembinaan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja termasuk pada anak berhadapan dengan hukum. Kegiatan tersebut dalam bentuk:

a. Upaya Promotif meliputi:

1) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dilaksanakan melalui kegiatan di Puskesmas dan di luar gedung Puskesmas.

94

9) Orientasi PKPR secara daring;

10) Orientasi Posyandu Remaja secara daring. b. Upaya preventif meliputi:

1) melaksanakan pemeriksaan penapisan (screening) awal anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) baru;

2) melaksanakan pemeriksaan penapisan berkala pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) lama;

3) isolasi anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) yang menderita penyakit menular baik ANDIKPAS baru maupun lama;

4) pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) dan tablet besi pada ANDIKPAS perempuan;

5) pemantauan dan pembinaan penyelenggaraan pemberian makanan bagi ANDIKPAS agar sesuai dengan persyaratan hygiene dan sanitasi makanan maupun dengan kebutuhan energi dan nutrisi ANDIKPAS;

6) pencegahan penyakit menular dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA;

7) pemantauan dan surveillance kejadian penyakit menular; 8) pemantauan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;

9) pemberian KIE, deteksi dini/penapisan dan konseling permasalahan kesehatan (fisik dan jiwa) remaja oleh tenaga kesehatan di Puskesmas PKPR maupun konselor sebaya yang terlatih.

c. Upaya Kuratif meliputi:

1) pelayanan kesehatan fisik dan psikis dasar perorangan, termasuk pelayanan kesehatan gigi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki; 2) mendistribusikan kumpulan paket media KIE (berisi CD, poster dan

buku juknis pelaksanaan keswa di sekolah) kesehatan jiwa anak remaja ke 30% SMA dan sederajat di 34 provinsi (2017 – 2019) sebagai media penyuluhan, pelaksanaan pemeriksaan dan konseling kesehatan jiwa di sekolah;

3) pemantauan dan pemeliharaan sanitasi dan hygiene perorangan; 4) olahraga rutin dan kompetisi;

5) memasukkan materi pencegahan dan upaya yang harus dilakukan orang tua atau keluarga apabila anak mendapatkan kekerasan di dalam Buku KIA yang dibagikan kepada semua ibu hamil dan digunakan sampai anak berusia 6 tahun;

6) Pelatihan Keterampilan Sosial Kecakapan Hidup Anak Remaja (life skill) kesehatan jiwa bagi Guru (tahun 2017-2020) di 33 provinsi. Keterampilan sosial kecakapan hidup ini adalah untuk meningkatkan ketahanan mental anak remaja agar terhindar dari perilaku negatif seperti penggunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, perilaku kekerasan (kekerasan seksual, perundungan) kebut-kebutan, mencegah depresi dan bunuh diri, meningkatkan prestasi akademik dengan menanamkan sepuluh konsep tentang harga diri, empati, mengatasi dan mengelola stress, mengambil keputusan, pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif, komunikasi efektif, dan hubungan interpersonal;

7) Pengadaan masker kain untuk anak di luar sekolah; 8) Webinar kesehatan remaja;

9) Orientasi PKPR secara daring;

10) Orientasi Posyandu Remaja secara daring. b. Upaya preventif meliputi:

1) melaksanakan pemeriksaan penapisan (screening) awal anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) baru;

2) melaksanakan pemeriksaan penapisan berkala pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) lama;

3) isolasi anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) yang menderita penyakit menular baik ANDIKPAS baru maupun lama;

4) pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) dan tablet besi pada ANDIKPAS perempuan;

5) pemantauan dan pembinaan penyelenggaraan pemberian makanan bagi ANDIKPAS agar sesuai dengan persyaratan hygiene dan sanitasi makanan maupun dengan kebutuhan energi dan nutrisi ANDIKPAS;

6) pencegahan penyakit menular dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA;

7) pemantauan dan surveillance kejadian penyakit menular; 8) pemantauan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;

9) pemberian KIE, deteksi dini/penapisan dan konseling permasalahan kesehatan (fisik dan jiwa) remaja oleh tenaga kesehatan di Puskesmas PKPR maupun konselor sebaya yang terlatih.

c. Upaya Kuratif meliputi:

1) pelayanan kesehatan fisik dan psikis dasar perorangan, termasuk pelayanan kesehatan gigi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki; 2) mendistribusikan kumpulan paket media KIE (berisi CD, poster dan

buku juknis pelaksanaan keswa di sekolah) kesehatan jiwa anak remaja ke 30% SMA dan sederajat di 34 provinsi (2017 – 2019) sebagai media penyuluhan, pelaksanaan pemeriksaan dan konseling kesehatan jiwa di sekolah;

3) pemantauan dan pemeliharaan sanitasi dan hygiene perorangan; 4) olahraga rutin dan kompetisi;

5) memasukkan materi pencegahan dan upaya yang harus dilakukan orang tua atau keluarga apabila anak mendapatkan kekerasan di dalam Buku KIA yang dibagikan kepada semua ibu hamil dan digunakan sampai anak berusia 6 tahun;

6) Pelatihan Keterampilan Sosial Kecakapan Hidup Anak Remaja (life skill) kesehatan jiwa bagi Guru (tahun 2017-2020) di 33 provinsi. Keterampilan sosial kecakapan hidup ini adalah untuk meningkatkan ketahanan mental anak remaja agar terhindar dari perilaku negatif seperti penggunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, perilaku kekerasan (kekerasan seksual, perundungan) kebut-kebutan, mencegah depresi dan bunuh diri, meningkatkan prestasi akademik dengan menanamkan sepuluh konsep tentang harga diri, empati, mengatasi dan mengelola stress, mengambil keputusan, pemecahan masalah, berpikir kritis dan kreatif, komunikasi efektif, dan hubungan interpersonal;

7) Pengadaan masker kain untuk anak di luar sekolah; 8) Webinar kesehatan remaja;

96

a. Buku KIA, media yang diberikan kepada ibu hamil dan dipergunakan s/d anak berusia 6 tahun. Dalam buku ini terdapat materi untuk pencegahan kekerasan fisik dan kejahatan seksual pada anak serta tindakan bila anak menjadi korban kekerasan;

b. Buku Rapor Kesehatanku yang terdiri dari informasi kesehatan dan catatan kesehatan bagi peserta didik tingkat SD/MI maupun peserta didik tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Dalam buku informasi kesehatan telah dimasukkan materi mencegah terjadinya kekerasan seperti pelecehan atau kekerasan seksual;

c. Buku Pemantauan Kesehatan bagi Anak Usia Sekolah dan Remaja yang tidak mengakses sekolah, sebagai media pencatatan hasil pemeriksaan sekaligus bahan edukasi kesehatan secara mandiri;

d. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja untuk mendekatkan akses remaja terhadap informasi dan pelayanan kesehatan dasar, diantaranya pemantauan kesehatan secara berkala, skrining kesehatan jiwa, edukasi berbagai topik kesehatan pada remaja termasuk edukasi kecakapan hidup/life skills;

e. Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja sebagai panduan bagi remaja yang dibina untuk berpartisipasi sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan dalam pelaksanaan posyandu remaja;

f. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah terintegrasi Program Usaha Kesehatan Sekolah;

g. Instrumen deteksi dini pornografi yang digunakan untuk mengukur masalah perilaku remaja terkait pornografi, yang bertujuan untuk membantu anak dan remaja agar perkembangan dirinya tidak terhambat karena masalah pornografi;

2) pelayanan pengobatan penyakit khusus seperti tuberkulosis, malaria, infeksi saluran reproduksi, dan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS;

3) pelayanan rujukan sesuai dengan kebutuhan ANDIKPAS;

4) pelayanan Kesehatan bagi korban kekerasan terhadap anak di Puskesmas dan di Rumah Sakit;

5) pelayanan Kesehatan Jiwa bagi korban kekerasan terhadap anak di RS Jiwa.

d. Upaya kesehatan rehabilitatif, yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan Rumah Sakit dan pusat-pusat rehabilitasi terkait, meliputi: 1) pelayanan rehabilitasi fisik bagi ANDIKPAS yang mengalami

gangguan fisik akibat trauma dan kekerasan;

2) pelayanan rehabilitasi mental bagi ANDIKPAS yang mengalami masalah kesehatan jiwa dan perilaku;

3) pelayanan rehabilitasi fisik dan mental terhadap ANDIKPAS yang terlibat penyalahgunaan napza;

4) pelayanan rehabilitasi mental terhadap ANDIKPAS dengan perilaku seksual beresiko;

5) menerbitkan surat keterangan kesehatan bagi ANDIKPAS yang akan keluar dari lapas; dan

6) menerbitkan berbagai keterangan medis lainnya seperti visum et repertum, surat keterangan kematian bagi ANDIKPAS yang meninggal di dalam LAPAS, dan surat keterangan dispensasi akibat sakit.

Kementerian Kesehatan mempunyai materi terkait pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam buku-buku pedoman/program dan instrumen yang diterbitkan antara lain:

a. Buku KIA, media yang diberikan kepada ibu hamil dan dipergunakan s/d anak berusia 6 tahun. Dalam buku ini terdapat materi untuk pencegahan kekerasan fisik dan kejahatan seksual pada anak serta tindakan bila anak menjadi korban kekerasan;

b. Buku Rapor Kesehatanku yang terdiri dari informasi kesehatan dan catatan kesehatan bagi peserta didik tingkat SD/MI maupun peserta didik tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Dalam buku informasi kesehatan telah dimasukkan materi mencegah terjadinya kekerasan seperti pelecehan atau kekerasan seksual;

c. Buku Pemantauan Kesehatan bagi Anak Usia Sekolah dan Remaja yang tidak mengakses sekolah, sebagai media pencatatan hasil pemeriksaan sekaligus bahan edukasi kesehatan secara mandiri;

d. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja untuk mendekatkan akses remaja terhadap informasi dan pelayanan kesehatan dasar, diantaranya pemantauan kesehatan secara berkala, skrining kesehatan jiwa, edukasi berbagai topik kesehatan pada remaja termasuk edukasi kecakapan hidup/life skills;

e. Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja sebagai panduan bagi remaja yang dibina untuk berpartisipasi sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan dalam pelaksanaan posyandu remaja;

f. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah terintegrasi Program Usaha Kesehatan Sekolah;

g. Instrumen deteksi dini pornografi yang digunakan untuk mengukur masalah perilaku remaja terkait pornografi, yang bertujuan untuk membantu anak dan remaja agar perkembangan dirinya tidak terhambat karena masalah pornografi;

2) pelayanan pengobatan penyakit khusus seperti tuberkulosis, malaria, infeksi saluran reproduksi, dan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS;

3) pelayanan rujukan sesuai dengan kebutuhan ANDIKPAS;

4) pelayanan Kesehatan bagi korban kekerasan terhadap anak di Puskesmas dan di Rumah Sakit;

5) pelayanan Kesehatan Jiwa bagi korban kekerasan terhadap anak di RS Jiwa.

d. Upaya kesehatan rehabilitatif, yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan Rumah Sakit dan pusat-pusat rehabilitasi terkait, meliputi: 1) pelayanan rehabilitasi fisik bagi ANDIKPAS yang mengalami

gangguan fisik akibat trauma dan kekerasan;

2) pelayanan rehabilitasi mental bagi ANDIKPAS yang mengalami masalah kesehatan jiwa dan perilaku;

3) pelayanan rehabilitasi fisik dan mental terhadap ANDIKPAS yang terlibat penyalahgunaan napza;

4) pelayanan rehabilitasi mental terhadap ANDIKPAS dengan perilaku seksual beresiko;

5) menerbitkan surat keterangan kesehatan bagi ANDIKPAS yang akan keluar dari lapas; dan

6) menerbitkan berbagai keterangan medis lainnya seperti visum et repertum, surat keterangan kematian bagi ANDIKPAS yang meninggal di dalam LAPAS, dan surat keterangan dispensasi akibat sakit.

Kementerian Kesehatan mempunyai materi terkait pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam buku-buku pedoman/program dan instrumen yang diterbitkan antara lain:

98

serta pengobatan yang dapat diberikan kepada Anak yang berhadapan dengan Hukum di seluruh Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Dokter umum;

b. Dokter spesialis penyakit dalam; c. Dokter spesialis anak;

d. Dokter spesialis forensik

e. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi; f. Dokter spesialis bedah anak;

g. Dokter spesialis rehabilitasi medik; h. Dokter spesialis kulit dan kelamin;

i. Dokter spesialis kesehatan fisik dan rehabilitasi; j. Dokter spesialis kedokteran jiwa; dan

k. Psikolog klinis.

Kementerian Kesehatan dalam rangka memberikan layanan kepada Anak berhadapan dengan hukum telah menyediakan rumah sakit, sumber daya manusia, sarana dan prasarana dengan data sebagai berikut:

a. 2.758 (dua ribu tujuh ratus lima puluh delapan) Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A di 34 provinsi;

b. 466 (empat ratus enam puluh enam) Rumah Sakit Mampu Tatalaksana KtP/A di 34 provinsi termasuk di dalamnya 232 (dua ratus tiga puluh dua) Rumah Sakit yang memiliki Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan Pusat Krisis Terpadu (PKT);

c. 25 (dua puluh lima) Rumah Sakit dan 18 Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai Pelayanan Kesehatan Rujukan TKI Bermasalah dari Luar Negeri (TPPO); dan

d. 6.650 Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli remaja (PKPR) di 34 provinsi.

h. Instrumen deteksi dini masalah emosi, perilaku, hiperaktif, teman sebaya, prososial dan kesulitan bagi anak, remaja dan dewasa; i. Instrumen deteksi dini rentan dan adiksi gadget/gawai yang dapat

diunduh melalui internet KDAI_kuesioner dan SKAI_kuesioner;

j. Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Panduan Bagi Guru SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan kesehatan reproduksi;

k. Teknik Konseling bagi tenaga kesehatan dan konselor sebaya, yang salah satu materi konseling adalah tentang Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), kekerasan, dampak dan pencegahannya; l. Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) di

Puskesmas, sebagai panduan petugas kesehatan dalam menatalaksana remaja yang datang ke puskesmas secara komprehensif;

m. Pedoman Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja di Masa Pandemi sebagai panduan penyesuaian pelaksanaan program kesehatan bagi usia sekolah dan remaja, termasuk anak berhadapan dengan hukum, dalam masa pandemi COVID-19;

n. Pedoman Pelayanan dan Rujukan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Bagi Tenaga Kesehatan;

o. Panduan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Dalam Situasi Pandemi Covid-19;

p. Panduan Pelaksanaan Program Kesehatan di Desa Migran Produktif sudah dimasukkan materi tentang KtP/A termasuk TPPO.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jumlah SDM Kesehatan yang terdiri dari Tenaga Medis dan Psikolog Klinis untuk melakukan pemeriksaan fisik dan mental

serta pengobatan yang dapat diberikan kepada Anak yang berhadapan dengan Hukum di seluruh Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Dokter umum;

b. Dokter spesialis penyakit dalam; c. Dokter spesialis anak;

d. Dokter spesialis forensik

e. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi; f. Dokter spesialis bedah anak;

g. Dokter spesialis rehabilitasi medik; h. Dokter spesialis kulit dan kelamin;

i. Dokter spesialis kesehatan fisik dan rehabilitasi; j. Dokter spesialis kedokteran jiwa; dan

k. Psikolog klinis.

Kementerian Kesehatan dalam rangka memberikan layanan kepada Anak berhadapan dengan hukum telah menyediakan rumah sakit, sumber daya manusia, sarana dan prasarana dengan data sebagai berikut:

a. 2.758 (dua ribu tujuh ratus lima puluh delapan) Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A di 34 provinsi;

b. 466 (empat ratus enam puluh enam) Rumah Sakit Mampu Tatalaksana KtP/A di 34 provinsi termasuk di dalamnya 232 (dua ratus tiga puluh dua) Rumah Sakit yang memiliki Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan Pusat Krisis Terpadu (PKT);

c. 25 (dua puluh lima) Rumah Sakit dan 18 Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai Pelayanan Kesehatan Rujukan TKI Bermasalah dari Luar Negeri (TPPO); dan

d. 6.650 Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli remaja (PKPR) di 34 provinsi.

h. Instrumen deteksi dini masalah emosi, perilaku, hiperaktif, teman sebaya, prososial dan kesulitan bagi anak, remaja dan dewasa; i. Instrumen deteksi dini rentan dan adiksi gadget/gawai yang dapat

diunduh melalui internet KDAI_kuesioner dan SKAI_kuesioner;

j. Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Panduan Bagi Guru SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan kesehatan reproduksi;

k. Teknik Konseling bagi tenaga kesehatan dan konselor sebaya, yang salah satu materi konseling adalah tentang Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), kekerasan, dampak dan pencegahannya; l. Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) di

Puskesmas, sebagai panduan petugas kesehatan dalam menatalaksana remaja yang datang ke puskesmas secara komprehensif;

m. Pedoman Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja di Masa Pandemi sebagai panduan penyesuaian pelaksanaan program kesehatan bagi usia sekolah dan remaja, termasuk anak berhadapan dengan hukum, dalam masa pandemi COVID-19;

n. Pedoman Pelayanan dan Rujukan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Bagi Tenaga Kesehatan;

o. Panduan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Dalam Situasi Pandemi Covid-19;

p. Panduan Pelaksanaan Program Kesehatan di Desa Migran Produktif sudah dimasukkan materi tentang KtP/A termasuk TPPO.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jumlah SDM Kesehatan yang terdiri dari Tenaga Medis dan Psikolog Klinis untuk melakukan pemeriksaan fisik dan mental

100 101

Tabel 35. Jumlah SDM Kesehatan (Tenaga Medis dan Psikologi Klinis)

yang Memberikan Layanan Bagi Anak Berhadapan dengan Hukum di Seluruh Indonesia, Tahun 2019

Selain itu Kementerian Kesehatan memiliki sumber daya manusia yaitu tenaga medis dan psikologis klinis dan Puskesmas yang dapat memberikan layanan bagi anak berhadapan dengan hukum dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 34. Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Penyelenggara dan Provinsi di Seluruh Indonesia, Tahun 2019

Tabel 35. Jumlah SDM Kesehatan (Tenaga Medis dan Psikologi Klinis)

yang Memberikan Layanan Bagi Anak Berhadapan dengan Hukum di Seluruh Indonesia, Tahun 2019

Selain itu Kementerian Kesehatan memiliki sumber daya manusia yaitu tenaga medis dan psikologis klinis dan Puskesmas yang dapat memberikan layanan bagi anak berhadapan dengan hukum dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 34. Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Penyelenggara dan Provinsi di Seluruh Indonesia, Tahun 2019