• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

2. Ada Tidaknya Peningkatan Pemahaman Siswa Asrama

Pembelajaran Berbasis Masalah

Peningkatan pemahaman siswa diketahui melalui hasil pretest dan posttest yang dilaksanakan siswa. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan statistik, yaitu dengan uji Test-T. Berikut ini adalah hasil analisis statistik untuk nilai pretest dan posttest. Hasil pretest dan posttest secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 12.

Tabel 15: Analisis Nilai Pretest dan Posttest dengan Uji Test-T Kode Siswa Nilai Pretest (X1) Nilai Posttest (X2) D = (X1 - X2) D2 1 49.5 5 44.5 1980.25 2 59 61 -2 4 3 40 48 -8 64 4 53 53 0 0 5 43 59 -16 256 6 40 63 -23 529 7 43 46 -3 9 8 29.5 41 -11.5 132.25 9 49 58 -9 81 10 36.5 63 -26.5 702.25 11 36 39 -3 9 12 30 38 -8 64 13 58 95 -37 1369 14 23 42 -19 361 15 34 61 -27 729 16 69.5 79.5 -10 100 17 54 91 -37 1369 Jumlah 747 942.5 -195.5 7758.75 Rata-rata 43.94 55.44 Keterangan : 94 . 43 17 747 1 = = X 44 . 55 17 5 . 942 2 = = X (∑D)2= 38220.25 ∑(D2) = 7758.75 N = 17

( )

( )

(

1

)

2 2 1 2 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ∑ − = N N N D D X X Treal Keterangan: X1 = skor pretest X2 = skor posttest

D = perbedaan antara skor tiap subjek (X1 – X2) N = jumlah pasangan skor

Df = N – 1

Dengan memasukkan harga setiap variabel pada persamaan di atas, maka diperoleh treal = 5.007. Sedangkan untuk memperoleh tcritical dilihat dari tabel-t dengan level signifikan α = 0,05. Untuk Df = 16 diperoleh tcritical = 1.746.

Karena |treal| lebih besar dari pada |tcritical| maka dapat dikatakan perbedaan pretest dan posttest signifikan, hal ini berarti siswa mengalami peningkatan pemahaman tentang konsep tekanan udara selama proses pembelajaran fisika berlangsung dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah.

3. Minat Siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo Selama Mengikuti Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan Udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Minat siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo diketahui dari jawaban kuesioner minat yang diisi oleh siswa sendiri Data mengenai minat siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13. Berikut ini adalah rangkuman dari hasil analisis kuesioner minat..

Tabel 16: Kriteria Minat Siswa selama Pembelajaran Kode Siswa Jumlah Skor Skor (%) Kriteria Minat 1 76 73.077 Positif 2 75 72.115 Positif 3 75 72.115 Positif 4 89 85.577 Sangat Positif 5 89 85.577 Sangat Positif 6 89 85.577 Sangat Positif 7 82 78.846 Positif 8 78 75 Positif 9 77 74.038 Positif 10 77 74.038 Positif 11 87 83.654 Positif 12 84 80.769 Positif 13 90 86.538 Sangat Positif 14 87 83.654 Sangat Positif 15 87 83.654 Sangat Positif 16 100 96.154 Sangat Positif 17 77 74.038 Positif Total Keseluruhan 1419 80.26 Positif

Selain itu di bawah ini juga disajikan tabel mengenai jumlah siswa menurut kriteria minat tertentu.

Tabel 17: Kriteria Minat Siswa Selama Pembelajaran Interval (%) Kriteria Jumlah Siswa Jumlah (%) 81 - 100 Sangat Positif 7 41.18 61 - 80 Positif 10 58.82 41 - 60 Sedang 0 0 21 - 40 Rendah 0 0 < 20 Sangat Rendah 0 0

Hasil yang diperoleh sebanyak 41,18 % siswa termasuk dalam kriteria minat sangat positif dan 58,82 % siswa temasuk dalam kriteria minat positif dalam mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah. Untuk minat keseluruhan siswa dalam satu kelas diperoleh hasil sebesar 80.26 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa berminat dalam mengikuti pembelajaran fisika berbasis masalah.

4. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo selama Mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Tekanan Udara

Kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar fisika selama mengikuti proses pembelajaran diketahui dari jawaban kuesioner tentang kesulitan belajar yang diisi langsung oleh siswa dan hasil pengamatan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung.

Berikut ini adalah rangkuman kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah yang diperoleh dari kuesioner maupun dari pengamatan langsung oleh peneliti. Data kesulitan siswa

selengkapnya terdapat pada lampiran 14. Kesulitan-kesulitan di bawah ini adalah yang paling banyak dirasakan oleh siswa.

a. Merangkai dan Menggunakan Alat untuk Percobaan

Kesulitan merangkai dan menggunakan alat untuk percobaan ini hanya dirasakan oleh sebagian siswa saja. Hal ini dapat dibuktikan dari jawaban kuesioner hanya dua (11,76 %) siswa saja yang merasa kesulitan untuk merangkai dan menggunakan alat. Sebagian siswa merasa kesulitan karena tidak terbiasa menggunakannya dan merasa alat-alat percobaan asing bagi siswa. Namun kesulitan ini tidak menghambat mereka untuk memecahkan masalah karena mereka berkerjasama dengan anggota kelompok yang tidak merasa kesulitan sehingga proses pemecahan masalah dalam kelompok bisa dilanjutkan.

b. Melaksanakan Percobaan

Kesulitan ini terlihat pada saat siswa berusaha untuk membuat kaleng menjadi penyok. Siswa mencoba sampai beberapa kali sampai pada akhirnya kaleng bisa menjadi penyok. Dari jawaban kuesioner terdapat lima (29,41%) siswa yang merasa kesulitan dalam melaksanakan percobaan terutama dalam membuat kaleng menjadi penyok. Dari pengamatan peneliti, ada satu kelompok yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat kaleng menjadi penyok. Kesulitan ini tidak membuat patah semangat para siswa justru siswa semakin merasa penasaran untuk terus mencobanya. Bagi siswa percobaannya adalah sesuatu yang baru.

c. Menganalisis dan Menjelaskan Fenomena Kaleng Penyok

Kesulitan ini banyak dirasakan oleh siswa. Hampir keseluruhan siswa merasa kesulitan untuk menganalisis dan menjelaskan fenomena yang terjadi. Dari jawaban kuesioner terhitung ada 10 siswa atau 58,82 % yang merasa kesulitan untuk menganalisis dan menjelaskan fenomena yang terjadi meskipun siswa telah dibantu dengan lembar kerja siswa. Dari pengamatan peneliti, memang kesulitan ini banyak dirasakan oleh sebagian besar siswa. Siswa cenderung menyerah pada keadaan pada saat mereka tidak bisa menjelaskan. Kesulitan ini juga bisa dilihat dari jawaban lembar kerja siswa yang menunjukkan sebagian besar jawaban mereka hanya asal-asalan saja.

d. Menghubungkan Konsep Fisika dengan Fenomena Kaleng Penyok

Kesulitan ini juga muncul pada saat para siswa mulai berdiskusi untuk memecahkan permasalahan secara kelompok. Dari pengamatan peneliti, siswa cenderung menjelaskan fenomena hanya dengan pengalaman mereka tanpa melihat konsep fisika apa yang sebenarnya bisa untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Siswa tetap pada jawaban masing-masing tanpa melihat fenomena secara fisika, tanpa menghubungkan konsep-konsep fisika dengan fenomena yang terjadi. Kesulitan ini tidak dirasakan oleh seluruh siswa, namun hanya beberapa siswa saja. Berdasarkan kuesioner, siswa yang mengalami kesulitan ini sebesar sembilan (52 %) siswa.

C. Pembahasan

Berikut ini pembahasan dari hasil analisis data yang telah disajikan di atas.

1. Sejauh mana Keterlibatan Siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo dalam Mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Tekanan Udara.

Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran fisika yang dilakukan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengamatan dan hasil analisis lembar pengamatan yang menunjukkan bahwa sebesar 69,12 % dari keseluruhan siswa terlibat utuk mengikuti pembelajaran fisika berbasis masalah. Dari keseluruhan siswa yang berjumlah 17 siswa, 3 (17,65 %) siswa termasuk dalam kriteria keterlibatan yang sangat tinggi, 11 (64,70 %) siswa termasuk dalam kriteria keterlibatan yang tinggi, dan 3 (17,65 %) siswa termasuk dalam kriteria keterlibatan yang cukup. Keterlibatan yang dilakukan siswa sangat beragam antara lain membuat hipotesis, merancang atau merangkai alat percobaan, melaksanakan dan mengamati percobaan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, dan menarik kesimpulan. Hampir secara keseluruhan siswa terlibat di dalam setiap kegiatan dalam pembelajaran.. Keterlibatan yang dilakukan siswa dalam setiap kegiatan selama pembelajaran bervariasi, ada siswa yang terlibat secara sangat sungguh-sungguh terhitung sebesar 35.29 %, terlibat secara sungguh-sungguh-sungguh-sungguh sebesar 46 %, terlibat secara cukup sungguh-sungguh sebesar 19,6 %, dan terlibat namun tidak secara sungguh-sungguh terhitung sebesar 1,3 % dari

keseluruhan siswa (tabel 14). Di bawah ini dibahas setiap keterlibatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

a Membuat atau Mengajukan Hipotesis

Kegiatan ini jarang dilakukan siswa. Hanya sebagian siswa saja yang membuat atau mengajukan hipotesis. Hipotesis yang diajukan pun hanya sebatas pada kemampuan siswa dalam melihat fenomena saja. Misalnya saja pada saat siswa melakukan percobaan untuk memanaskan air di dalam kaleng dimana mulut kaleng dipasang balon sebagai penutup. Sebagian siswa berhipotesis bahwa balon akan menggembung, namun beberapa siswa tidak melakukan hipotesis, melainkan hanya diam saja. Dari analisis hasil pengamatan tentang keterlibatan siswa menujukkan empat (23,53 %) siswa terlibat secara sungguh-sungguh, empat (23,52 %) siswa terlibat secara cukup sunggguh–sungguh dan satu (5,88 %) siswa untuk membuat dan mengajukan hipotesis.

Kegiatan berhipotesis masih jarang dilakukan siswa karena siswa jarang sekali dihadapkan pada peristiwa yang memungkinkan mereka untuk berhipotesis, misalnya percobaan. Menurut penuturan beberapa siswa di sela-sela pembelajaran, para siswa jarang sekali dihadapkan pada percobaan oleh guru di sekolah sehingga siswa sulit untuk melakukan hipotesis.

b Merancang atau Merangkai Alat dan Melaksanakan Percobaan

Hampir secara keseluruhan siswa terlibat dalam kegiatan merancang alat percobaan dan melaksanakan percobaan. Para siswa sangat antusias dan bersemangat dalam merancang alat dan kemudian melaksanakan percobaan. Pada saat merangkai alat percobaan siswa saling bekerjasama satu sama lain agar alat yang diinginkan dalam percobaan bisa terangkai dengan benar. Dari hasil pengamatan keseluruhan anggota kelompok terlibat dalam merangkai alat percobaan, meskipun tidak semua siswa terlibat secara sungguh-sungguh. Distribusi kesungguhan siswa dalam merangkai alat dan melaksanakan percobaan dapat dilihat pada tabel 14.

Gambar 7: Siswa Melakukan Percobaan

Sikap yang antusias dan semangat juga ditunjukkan siswa saat melakukan percobaan. Siswa saling berebut alat untuk bisa mencoba dan merasakan percobaaan. Sikap ingin mencoba percobaan yang dilakukan ini membuat situasi kelas menjadi ramai, karena siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri untuk mencoba percobaan. Bahkan

ada siswa yang meminta alat lagi kepada peneliti karena siswa ingin melakukan percobaan sekali lagi.

Siswa terlihat bersemangat dalam merangkai dan melakukan percobaan karena alat-alat yang digunakan sangat sederhana dan percobaan yang dilakukan juga menyenangkan. Menurut penuturan beberapa siswa di akhir percobaan, siswa jarang sekali dihadapkan pada percobaan-percobaan di sekolah. Apalagi percobaan sederhana yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu pada saat siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan, siswa aktif terlibat dalam melakukannya.

c Mengamati Fenomena yang Terjadi pada Percobaan

Rasa semangat siswa tidak hanya ditunjukkan pada saat melakukan percobaan, namun sikap itu juga ditunjukkan siswa saat mengamati fenomena yang terjadi pada saat percobaan. Secara keseluruhan siswa terlibat dalam mengamati fenomena yang terjadi dalam percobaan. Setiap siswa mengamati fenomena yang terjadi karena terdorong rasa penasaran siswa terhadap percobaan dan juga keinginan untuk memecahkan dua permasalaan yang diberikan pada awal pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis lembar pengamatan keterlibatan siswa selama pembelajaran ditunjukkan 13 (74,47 %) siswa terlibat secara sangat sungguh-sungguh dan empat (23,52 %) siswa terlibat secara sungguh-sungguh dalam mengamati fenomena yang terjadi selama percobaan.

Gambar 8: Siswa Mengamati Percobaan

Keterlibatan siswa dalam mengamati fenomena yang terjadi tidak hanya dilakukan siswa pada saat diskusi kecil dalam kelompok saja, melainkan juga pada saat diskusi kelas karena peneliti juga melakukan beberapa demonstrasi tentang tekanan udara pada saat diskusi kelas.

d Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan

Aktivitas ini banyak dilakukan siswa pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok kecil. Siswa saling bertanya dan menjawab satu sama lain. Pertanyaan yang diajukan siswa dalam kelompok juga bervariasi, ada yang bertanya terkait dengan percobaan yang dilakukan dan ada pula yang hanya bertanya asal-asalan saja. Dalam hal menjawab pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya. Ada siswa yang menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh tapi ada pula yang menjawab hanya asal-asalan saja. Ada pula siswa yang bertanya kepada para pengamat. Menyikapi pertanyaan siswa, pengamat hanya menjawab pertanyaan yang tidak

terkait dengan permasalahan yang diberikan peneliti. Pada prinsipnya pengamat hanya membantu siswa sebatas pada prosedur percobaan saja. Secara keseluruhan siswa banyak melakukan aktivitas untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam diskusi dalam kelompok. Aktivitas ini dilakukan siswa agar permasalahan yang diberikan di awal pembelajaran bisa terpecahkan.

Pada saat diskusi kelas, antusias siswa untuk bertanya menurun, hanya beberapa siswa saja yang mau bertanya. Dalam hal menjawab pertanyaan siswa masih merasa kurang percaya diri dan merasa takut. Hal ini membuat siswa diam saja dan diskusi kelas tidak lancar. Untuk lebih menghidupkan diskusi kelas, peneliti sebagai moderator banyak memberikan pertanyaan pancingan terkait dengan percobaan yang telah dilakukan. Pertanyaan pancingan ini ditanggapi secara positif oleh siswa. Secara serempak siswa menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diberikan peneliti. Untuk memberi kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan secara mandiri, peneliti menunjuk beberapa siswa secara bergantian untuk menjawab pertanyaan. Hal ini dilakukan peneliti untuk melatih para siswa agar berani mengemukakan pendapatnya di kelas. Hal ini dilakukan peneliti juga untuk membantu kesulitan siswa dalam menganalisis dan menjelaskan fenomena kaleng penyok.

e Menarik Kesimpulan

Keterlibatan siswa selam proses pembelajaran dalam menarik kesimpulan tentang konsep maupun peristiwa yang dialami terkait dengan permasalahan yang diberikan banyak dilakukan siswa. Keterlibatan ini bisa terlihat dari kesimpulan-kesimpulan yang ditulis siswa dalam lembar kerja siswa. Memang kesimpulan yang dibuat siswa tidak selamanya benar namun siswa telah melakukannya sebagai sebuah proses untuk membangun pemahamannya masing-masing, karena dengan menarik kesimpulan siswa merangkum semua konsep atau hal-hal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan khususnya materi tentang tekanan udara.

Aktivitas dalam menarik kesimpulan ini juga dilakukan siswa pada saat diskusi kelas. Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompok kecil dan dalam diskusi kelas kemudian hasil rangkuman tersebut dikemukakan di kelas sebagai jawaban dari dua permasalahan yang diberikan di awal pembelajaran.

2. Ada Tidaknya Peningkatan Pemahaman Siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo tentang Tekanan Udara dengan Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasarkan hasil analisis statistik dari jawaban pretest dan posttest siswa menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman tentang

konsep tekanan udara siswa-siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo. Peningkatan pemahaman siswa dapat terlihat dari peningkatan hasil pretest dan posttest. Hasil yang diperoleh dari analisis data (tabel 15) diperoleh treal = 5.007 dan tcritical = 1.746. Hal ini menujukkan, │ treal │ > │ tcritical │ dengan level signifikan α = 0.05 sehingga dapat dikatakan ada peningkatan antara hasil pretest dan posttest.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika pada pokok bahasan tekanan udara menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah mampu meningkatkan pengetahuan siswa-siswa Asrama Manik hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo tentang tekanan udara.

.

3. Minat Siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo Selama Mengikuti Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan Udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Meskipun pembelajaran dilaksanakan pada malam hari, namun siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Semangat siswa ini menunjukkan bahwa siswa berminat mengikuti pembelajaran fisika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Minat siswa ini ditunjukkan dari analisis jawaban kuesioner minat yang menunjukkan bahwa sebesar 41.18 % atau tujuh siswa mempunyai minat yang sangat positif dan 52,82 % atau 10 orang mempunyai minat yang positif terhadap pembelajaran fisika berbasis masalah. Secara keseluruhan 80,26 % siswa berminat mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah.

Menurut pengamatan peneliti dan beberapa pengamat selama proses pembelajaran, siswa merasa senang karena tidak ada siswa terlihat tegang dalam mengikuti pembelajaran. Menurut penuturan beberapa siswa setelah mengikuti pembelajaran, siswa merasa senang karena ada pengalaman baru dan metode yang digunakan mengasyikkan karena siswa dibiarkan untuk berpikir dan berkreasi tanpa diselimuti rasa tegang. Meskipun terkadang rasa senang siswa membuat peneliti untuk mengendalikan keadaan kelas, namun menurut peneliti justru dengan rasa senang siswa akan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Ketertarikan lain yang menunjukkan siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran adalah pada saat peneliti menunjukkan demonstrasi tentang pengaruh tekanan udara yaitu dengan gelas berisi dan ditutup kertas, kemudian gelas tersebut dibalik serta percobaan untuk menggembungkan balon. Hampir semua siswa mendekat melingkari peneliti. Setelah itu para siswa ingin mencobanya sendiri. Pada saat mencoba percobaan, siswa saling berebutan karena pada saat itu alat yang disediakan hanya terbatas.

Bukti lain yang menunjukkan minat siswa dalam mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pada saat percobaan kaleng penyok. Suasana pada saat itu ramai sekali, semua anak ingin mencoba untuk memenyokkan kaleng. Bahkan ada satu kelompok yang harus mencoba terus menerus sampai bisa memenyokkan kaleng. Meskipun bagi siswa ini sulit namun siswa tetap mencobanya karena menurut mereka percobaan yang dilakukan menyenangkan. Ada pula siswa yang sampai meminta kaleng lagi kepada peneliti.

Semua sikap-sikap siswa di atas menujukkan bahwa siswa berminat mengikuti pembelajaran fisika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

4. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo Selama Mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Tekanan Udara

Meskipun siswa berminat dalam mengikuti serangkaian pembelajaran Berbasis Masalah namun siswa masih merasakan kesulitan-kesulitan selama pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir. Hal ini terbukti dari hasil analisis jawaban kuesioner dan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan para pengamat yang lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam beberapa kegiatan selama proses pembelajaran antara lain dalam merangkai dan

menggunakan alat utuk percobaan, melaksanakan percobaan, menganalisis dan menjelaskan fenomena yang terjadi, dan dalam menghubungkan konsep-konsep fisika dengan fenomena kaleng penyok. Berikut ini pembahasan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran:

a. Merangkai dan Menggunakan Alat-alat untuk Percobaan

Kesulitan ini hanya dirasakan oleh sebagian siswa saja khusunya siswa putri, hanya dua (11,76 %) siswa. Siswa merasa kesulitan menggunakan dan merangkai alat karena belum terbiasa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penuturan siswa, hal yang paling tersulit adalah pada saat membuat pegangan kaleng dengan kawat. Kesulitan ini bisa teratasi karena anggota kelompok membantunya khususnya siswa putra.

b. Melaksanakan Percobaan

Meskipun percobaan yang dilakukan sederhana, namun masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan untuk melakukan percobaan. Kesulitan dalam melaksanakan percobaan dirasakan oleh lima (29,41 %) siswa. Sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam hal membuat kaleng menjadi penyok sesuai dengan prosedur yang diharapkan. Alasan yang diutarakan siswa karena percobaan yang dilakukan adalah sesuatu yang baru sehingga siswa belum terbiasa. Dari keempat kelompok, hanya satu kelompok yang kesulitan dalam memenyokkan kaleng. Kesulitan yang dirasakan siswa ini justru membuat rasa

penasaran siswa menjadi lebih besar sehingga siswa terus-menerus melakukan percobaaan untuk memenyokkan kaleng. Kesulitan ini bisa teratasi karena siswa mengulangi percobaan berulang kali dengan bantuan anggota kelompok yang lain.

Secara umum kesulitan dalam melaksanakan percobaan disebabkan karena siswa tidak terbiasa dihadapkan pada percobaan-percobaan dalam pembelajaran. Ketidakbiasaan ini membuat siswa merasa canggung dan takut untuk melakukan percobaan.

c. Menganalisis dan Menjelaskan Fenomena Kaleng Penyok

Dalam memecahkan dua permasalahan yang diberikan pada awal pembelajaran memang siswa dibebaskan untuk berkreasi sendiri-sendiri, terserah dengan cara bagaimana siswa ingin memecahkan permasalahan yang diberikan. Hal ini membuat siswa merasa kesulitan dalam menganalisis dan menjelaskan fenomena yang terjadi khususnya pada percobaan kaleng penyok. Kesulitan ini dirasakan oleh sebagian besar siswa, yakni 10 (58,82 %) siswa. Hal ini terbukti dari jawaban lembar kerja siswa untuk kelompok dan dari jawaban atas masalah yang diberikan di awal pembelajaran. Siswa hanya menjawab secara sederhana tanpa menganalis fenomena dengan sungguh-sungguh. Banyak siswa yang cenderung menyerah pada keadaan karena merasa kesulitan. Sebagian besar siswa beralasan bahwa percobaannya terlalu sulit dan kompleks. Disamping itu juga siswa belum pernah melihat fenomena kaleng penyok.

Kesulitan ini juga terlihat pada saat diskusi kelas, banyak siswa yang diam pada saat diberi pertanyaan oleh moderator (peneliti). Banyak siswa yang tidak bisa menjelaskan dan menganalisis fenomena kaleng penyok. Untuk mengatasi kesulitan ini, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan supaya siswa mampu menganalisis dan menjelaskan fenomena kaleng penyok. Hal ini cukup membantu siswa dalam menganalisis dan menjelaskan fenomena kaleng penyok, terbukti siswa bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan termasuk dua permasalahan yang diberikan di awal pembelajaran. d. Menghubungkan Konsep-konsep Fisika dengan Fenomena Kaleng

Penyok

Pada awal pembelajaran peneliti telah mengajarkan beberapa materi prasyarat, yaitu tentang pemuaian, perubahan wujud dan gaya. Tujuan materi diberikan di awal pembelajaran adalah untuk membantu siswa dalam menganalisis dan menjelaskan fenomena tentang kaleng penyok. Konsep yang ada di dalam materi prasyarat sangat diperlukan untuk memecahkan dua permasalahan yang diberikan namun pada saat siswa dihadapkan pada fenomena kaleng penyok, siswa cenderung terheran-heran dan takjub terhadap fenomena yang terjadi tanpa berpikir sebenarnya mengapa kaleng bisa penyok dan mengapa air dingin yang ada di dalam piring bisa masuk ke kaleng pada saat kaleng penyok.

Siswa merasa kesulitan untuk menghubungkan konsep-konsep fisika yang ada dengan fenomena kaleng penyok yang terjadi. Kesulitan ini dibuktikan dari jawaban-jawaban yang diberikan cenderung sederhana hanya sedikit saja konsep fisika yang diterapkan. Padahal sebenarnya banyak konsep fisika yang bisa digunakan untuk memecahkan dua permasalahan yang diberikan seperti pemuaian, perubahan wujud, gaya, dan tekanan udara.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis, dapat disimpulkan:

1. Keterlibatan siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo dalam mengikuti pembelajaran fisika pada pokok bahasan tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah tinggi.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah mampu meningkatkan pemahaman tentang konsep tekanan udara pada siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo.

3. Minat siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo

Dokumen terkait