• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BAGI SISWA ASRAMA MANIK HARGO PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BAGI SISWA ASRAMA MANIK HARGO PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar "

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BAGI SISWA ASRAMA MANIK HARGO PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh:

VICTORIANUS DIAS ARIANTO NIM: 031424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

BERBASIS MASALAH (PBM) BAGI SISWA ASRAMA MANIK HARGO PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh:

VICTORIANUS DIAS ARIANTO NIM: 031424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada Sesuatu yang Besar

yang Pernah Diterima

Tanpa Adanya

Kesungguhan Hati

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapak dan Make Mangtuk, Mangduk, dan Tino Almamater Tercinta

(6)
(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Maret 2008

Victorianus Dias Arianto

(8)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN TEKANAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BAGI SISWA ASRAMA MANIK HARGO PAROKI SANTO ISIDORUS SUKOREJO

V. Dias Arianto, “Efektivitas Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan Udara dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) bagi Siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo”. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlibatan; (2) peningkatan pengetahuan; (3) minat; (4) kesulitan belajar siswa selama mengikuti pembelajaran fisika pada pokok bahasan tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

Penelitian dilaksanakan di Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo pada tanggal 7-20 Januari 2008. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Argokiloso Sukorejo yang tinggal di asrama tersebut. Peneliti memberikan treatment melalui pembelajaran di kelas. Data keterlibatan siswa diperoleh dari pengamatan langsung pada selama proses pembelajaran; data peningkatan pengetahuan siswa tentang tekanan udara diperoleh dari soal pretest dan posttest; data minat siswa diperoleh dari kuesioner; dan data kesulitan belajar siswa diperoleh dari kuesioner dan pengamatan langsung oleh peneliti. Data keterlibatan dan minat siswa dianalisis secara kuantitatif; data peningkatan pengetahuan siswa tentang tekanan udara dianalisis secara statistik dengan uji Test-t; dan data kesulitan siswa dianalisis secara diskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) siswa terlibat di dalam pembelajaran dengan prosentase sebesar 69,3 %; (2) ada peningkatan pengetahuan tentang tekanan udara yang ditunjukkan│ treal │ > │ tcritical │; (3) siswa berminat dengan

prosentase 80,26 %; (4) siswa masih merasa kesulitan dalam beberapa kegiatan selama mengikuti pembelajaran fisika pada pokok bahasan tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

(9)

ABSTRACT

PHYSICS LEARNING EFECTIVITY ON THE AIR PRESSURE SUBJECT USING PBOBLEM BASED LEARNING METHOD FOR THE STUDENT

OF MANIK HARGO DORMITORY IN ST. ISIDORUS SUKOREJO PARISH

By:

Victorianus Dias Arianto

Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, The Faculty of Education and Teacher Training, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2008

This research was aimed to know the students’ (1) involvement; (2) knowledge development; (3) interest; and (4) learning problem during following the physics course on the air pressure subject using problem based learning.

This research was held in Manik Hargo dormitory St. Isidorus Sukorejo parish on January 7th - 20 th, 2008. This research samples were the VIII grade students of Kanisius Argokiloso Sukorejo junior high school who live in that dormitory. The researcher gave the treatment through the class learning activity. The students’ involvement data were got from the direct observation during involvement the learning process; the improvement of student’ knowledge about the air pressure was taken from the result of pretest and posttest; the student’ interest data were got from the questioners; and the students’ learning problem was got from the questioners and direct observation by the observer. The students’ involvement and interest data were analyzed quantitatively; the students’ improvement data about the air pressure subject were analyzed statistically by dependent Test-t; and the students’ learning problem data were analyzed quantitatively.

The result shows that (1) 69,3 % of students were involved in the learning process; (2) there was knowledge improvement about the air pressure subject which was shown on the significancy the pretest and posttest differences; (3) 80,26 % of students were interested in the subject: and (4) the students still had some difficulties during following the physics learning on the air pressure subject using Problem Based Learning.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas

Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan Udara dengan Menggunakan

Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) bagi Siswa Asrama Manik Hargo

Gereja Santo Isidorus Sukorejo”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan tulisan ini peneliti didukung oleh banyak pihak, oleh

karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dengan baik dan sabar, dan sebagai pembimbing

akademik pada beberapa semester akhir ini.

2. Bp. R. Rohandi, M.Ed., selaku dosen pembimbing akademik, Bp. T. Sarkim,

Ph.D., Bp. Drs. Domi S, M.Si, Bp. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd, Bp. A.

Atmadi, M.Si., Ibu Maslichah Asy’ari, M.Pd. dan Bp. Drs. F. Sinaradi,

M.Pd. selaku dosen program studi Pendidikan Fisika USD yang telah

membimbing penulis selama melaksanakan pendidikan di Universitas

Sanata Dharma ini.

3. Romo Stephanus Winarto, S. J., selaku Kepala Asrama Manik Hargo Gereja

Santo Isidorus Sukorejo yang telah memberikan izin dan dukungan sehingga

penelitian dapat berjalan dengan baik.

(11)

4. Pak Narjo & Pak Sugeng, Matur nuwun kagem sedaya Pak.... terimakasih

juga atas bantuan dan kesabarannya melayani kami sebagai mahasiswa.

Bapak Gito dan mas Agus, terimakasih atas bantuannya, sehingga

membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan kuliah.

5. Romo Roni, S. J., selaku Romo kepala Gereja Paroki Gereja Santo Isidorus

Sukorejo yang telah memberikan bantuan moril dan materiil sehingga

penulis dapat menyelesaikan kuliah di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

6. Mba Mirah, selaku pembimbing siswa Asrama Manik Hargo yang telah

mendukung dan membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Terima

kasih juga atas doanya. Kapan kita bisa main lagi mbak?

7. Siswa-siswa Asrama Manik Hargo, terimakasih atas segala dukungan dan

bantuannya. Kapan-kapan kita percobaan lagi ya.

8. Bapak dan Make tercinta, FX. Surahman dan Yuliana Rumiyati atas

bimbingan, cinta, kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang diberikan

kepada penulis dari kecil sampai akhirnya penulis bisa menyelesaikan kuliah

di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Make terimakasih atas

perjuangan yang begitu gigih untuk keluarga. Make orang tertangguh yang

pernah Antok miliki. Tidak mungkin antok seperti ini tanpa Bapak dan

Make, terimakasih sekali.

9. Kakak-kakakku, C. Ketut Subiyanto (Mangtuk), R. Herman S (Mangduk)

dan adikku, Agustinus Wahyu A tercinta atas segala rasa persaudaraan

dukungan dan doanya. Terimakasih pula atas canda, tawa dan

sharing-sharingnya yang mengisi hari-hari Antok. Antok bangga punya saudara

seperti kalian. Kapan kita bisa touring bareng? Kita adalah satu dan satu

adalah kita KHAT (Ketut, Herman, Antok, Tino).

10. Kepada Alm Simbah Margaretha Painem, atas segala bimbingan doa dan

dukungannya. Maturnuwun Mbah.

11. Keluarga di Salaman, Pak Tuwo, Wo Tukiman sekeluarga terimakasih atas

doa dan dukungannya dan penerimaan selama ini.

(12)

12. Keluarga “Griya Biru” Mas Mano dan Mba Tina, atas segala bantuan dan

bimbingan yang diberikan selama ini. Tanpa panjenengan kabeh Antok tidak

mungkin seperti ini. Terimaksih pula atas canda, perhatian yang selalu

Antok terima. Lintang dan si kecil Elang terimakasih atas canda dan

kelucuannya.

13. Keluarga Kedung, Alm Bpk Setyawan, Ibu Fatima. terima kasih atas doa

dukungan, dan bantuannya selama ini. Mba Cici, terima kasih atas segala

bimbingan sharing, dan bantuannya. Tanpa njenengan Antok idak bisa

seperti ini.

14. Aniiisku yang ada di hati,Veronica Lilis Srimurni, makasih atas segala

pengertian, cinta, kasih sayang dan dukungan yang senantiasa diberikan

selama ini. Semoga kita berdua bisa melewati hari ke depan dengan bahagia.

“I Love You”

15. Kelompok Skripsi Bersama (KSB Club: Jose, Eko, Lilis, Ciwi, Sinta), berkat

kalian semua akirnya dias bisa lulus..Thanks for all... Ayo segera kurangi

anggota (susul kami).

16. Sahabat-sahabatku, Jose (makasih Ce atas semua bantuannya baik moril dan

materiil, makasih juga pinjaman komputernya), Eko (mbul makasih atas

saran-saran dan kepolosanmu), Siwi (Iwik.. makasih telah menemani

penelitian dan makasih juga jambunya he..he), Sinta (Cin.. ayo jalan-jalan

Kapan kita kemana? Semangat!!), Dewi (De ayo bangkit kamu pasti bisa)

Lucia (Cia..Akhirnya aku lulus.. Huh lega.. makasih juga atas

sharing-sharingnya banyak hal yang bisa kupelajari bersamamu), Dimas (Pakde ayo

semangat!!!), Thomas (Wah kamu mendahului aku, ayo buruan cari kerja),

Andre (makasih Coy.. atas bantuan dan dukungannya, Tetep semangat!!!),

Endar (makasih juga atas sharing dan doanya). Suster makasih atas segala

(13)

xi

doa dan dukungannya (selamat berjuang Suster..), Rosa (makasih atas

bimbingannya). Icha (ayo semangat!!!!Jangan lupa jaga angel dengan baik).

Tica (makasih ya... Kapan kita bangun Temanggung?)

17. Teman-teman P. Fis 03: Boni, Loren, Cornel, Alphon,Wahyu (Exs), Romo

Dion (Kemana Dikau), Ervan, Agatha, Gita, Simfrosa, Ely, Juni, Siska,

Nana, Gilang, Eka, Mei, Titis, Dewi, Ningsih (Exs), Ipus, Yeni, makasih

atas segala kerjasama yang diberikan selama kuliah.. Eh kapan-kapan kita

reuni ya... Ayo Tetap Berjuang!!!!

18. Temanku Teguh PBI’06, makasih atas bantuan dan dukungannya. Kru P3W

(Tami, Melan, Melati, si Jo), Teman-temanku (Lia-feri, Ina-Teguh, Iin-Toto,

Fany, Yulis dkk) terima kasih atas semua canda dan tawa dan semangatnya

selama ini.

19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan, terima kasih atas segala bantuan,

doa dan dukungannya.

Demikianlah tulisan ini dapat diselesaikan. Peneliti memohon maaf apabila

terdapat kesalahan dalam penyusunan tulisan ini. Tulisan ini jauh dari sempurna,

oleh karena itu peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi pengembangan

tulisan ini. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 8 Maret 2008

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. DASAR TEORI A. Kegiatan Belajar Mengajar ... 8

B. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)... 10

1. Pengertian... 10

(15)

2. Elemen-elemn dalam PBM ... 11

3. Karakteristik PBM ... 12

4. Tujuan PBM ... 14

5. Prosedur PBM ... 15

6. Penilaian dalam PBM... 16

C. Pembelajaran yang Efektif ... 17

D. Hasil Belajar Siswa ... 19

E. Keterlibatan Siswa ... 20

F. Minat Belajar Siswa ... 21

G. Kesulitan Belajar... 22

H. Materi Pelajaran ... 24

1. Pemuaian a. Pemuaian pada zat cair... 25

b. Pemuaian pada udara/ gas ... 26

2. Perubahan Wujud Zat... 27

a. Mendidih ... 28

b. Menguap... 28

c. Mengembun ... 28

3. Pengertian Tekanan... 29

4. Tekanan Udara a. Tekanan Atmosfer... 30

b. Satuan Tekanan Udara ... 31

c. Barometer air raksa ... 32

d. Barometer Aneroid (Barometer logam) ... 34

(16)

e. Hubungan tekanan atmosfer dan ketinggian tempat ... 35

I. Kaitan Teori dengan Penelitian... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Ubahan 1. Jenis Ubahan ... 41

2. Definisi Operasional Ubahan ... 41

E. Treatment ... 43

F. Instrumen 1. Lembar Pengamatan... 48

2. Soal Pretest dan Posttest ... 48

3. Kuisoner Minat ... 50

4. Kuesioner Kesulitan Siswa ... 52

G. Validitas Instrumen ... 53

H. Metode Analisis Data 1. Keterlibatan siswa dalam mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah ... 54

2. Peningkatan pemahaman siswa tentang konsep Tekanan udara melalui PBM... 57

3. Minat siswa terhadap pelajaran fisika melalui PBM... 60

4. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa ... 62

(17)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Penelitian ... 64

B. Hasil Penelitian 1. Sejauh mana keterlibatan siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo dalam Mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Tekanan Udara ... 67

2. Ada Tidaknya Peningkatan Pemahaman Siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo tentang Tekanan Udara dengan Pembelajaran Berbasis Masalah... 69

3. Minat Siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo Selama Mengikuti Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan Udara Melalui PBM... 71

4. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo SelamA Mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Tekanan Udara ... 73

C. Pembahasan... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran... 91

C. Keterbatasan Penelitian... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN... 95

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan izin Penelitian ... 96

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 97

Lampiran 3.a Petunjuk Percobaan I... 98

Lampiran 3.b Petunjuk Percobaan II ... 99

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 100

Lampiran 5 Soal Pretest... 106

Lampiran 6 Soal Posttest ... 108

Lampiran 7 Lembar Pengamatan... 110

Lampiran 8 Kuesioner Minat... 112

Lampiran 9 Kuesioner Kesulitan Belajar... 114

Lampiran 10 Jawaban Pretest dan Posttest ... 116

Lampiran 11 Data Skor Keterlibatan Siswa secara Keseluruhan 119 Lampiran 12 Skor Pretest dan Posttest secara keseluruhan... 120

Lampiran 13 Data Skor Kuesioner Minat... 121

Lampiran 14 Data Kesulitan Belajar Siswa ... 122

Lampiran 15 Jadwal Penelitian... 124

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perubahan Wujud ... 27

Tabel 2 Distribusi soal pretest dan posttest menurut sub pokok bahasan dan aspek yang ingin diukur... 49

Tabel 3. Distribusi butir soal berdasarkan indikator minat... 51

Tabel 4 Tingkat keterlibatan ... 54

Tabel 5 Contoh tabel distribusi skor keterlibatan siswa ... 55

Tabel 6 Kesungguhan Siswa yang Terlibat Sesuai tingkat Keterlibatan 56 Tabel 7 Kriteria Keterlibatan ... 56

Tabel 8 Distribusi skor soal pretest dan posttest ... 57

Tabel 9 Penskoran per item setiap jawaban soal kuesioner minat .... 60

Tabel 10 Contoh tabel skor jawaban kuesiner minat... 61

Tabel 11 Kriteria Minat ... 61

Tabel 12 Kriteria Keterlibatan Siswa Selama Pembelajaran ... 67

Tabel 13 Jumlah Presentase Siswa Dalam Kriteria Keterlibatan Tertentu ... 68

Tabel 14 Jumlah Siswa yang Terlibat sesuai dengan Kesungguhan dalam Setiap Kegiatan Selama Proses Pembelajaran ... 68

Tabel 15 Analisis Nilai Pretest dan Posttest dengan Uji Test-T ... 70

Tabel 16 Kriteria minat Siswa selama Pembelajaran ... 72

Tabel 17 Kriteria Minat Siswa menurut Kriteria Minat ... 73

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1a Susunan partikel zat sebelum suhunya dinaikkan ... 25

Gambar 1b Susunan partikel zat sesudah suhunya dinaikkan... 25

Gambar 2 Proses pemuaian udara dari bejana kaca berisi udara yang ujungnya tercelup air pada bejana yang besar dipanaskan ... 26

Gambar 3 Barometer Sederhana dari Pipa Terbuka Berisi Air Raksa ... 32

Gambar 4 Barometer Aneroid ... 34

Gambar 5 Alat Suntik... 37

Gambar 6 Menghisap air dengan sedotan ... 38

Gambar 7 Siswa Melakukan Percobaan... 78

Gambar 8 Siswa Mengamati Percobaan ... 80

Gambar 9 Siswa bergerombol ingin mencoba percobaan di depan... 84

(21)

xix

DAFTAR GRAFIK

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar-mengajar melibatkan dua pihak, yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai yang dididik. Dengan demikian suatu kegiatan dinamakan kegiatan belajar mengajar jika ada guru, siswa dan interaksi antara keduanya.

Membangun lingkungan belajar yang mendukung merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru agar para siswanya berhasil. Memang guru tidak dapat mengatur semua faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar. Akan tetapi para guru dapat mengusahakan lingkungan belajar yang mereka bangun memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar para siswanya.

Dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat merasakan keberhasilan belajarnya secara langsung maka diperlukan keterlibatan siswa dalam kegiatan tersebut. Untuk itu guru harus dapat mengusahakan agar kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan benar-benar melibatkan siswa untuk aktif mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa bukan hanya wadah yang setiap saat dapat diisi, tetapi siswa juga harus dapat mengerti dan memahami bagaimana penemuan konsep, prinsip dan hukum yang dipelajari itu terjadi. Dengan demikian dalam diri siswa tertanam sikap keilmuan yaitu sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan dan menemukan hasil keilmuannya.

(23)

Kompentensi guru sangat diperlukan untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Dengan demikian para siswa akan termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga dapat memahami dan menguasai dengan baik mata pelajaran yang dipelajari.

Seorang guru harus bisa mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan baik. Menurut Paul Suparno (1996) seorang guru atau pengajar berperan sebagai mediator dan fasilisator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilisator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut :

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Oleh karena itu, jelas ceramah bukanlah tugas utama seorang guru. 2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watts & Pope dalam Suparno, 1996). Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik (Tobin, Tippins. & gallard, 1994 dalam Suparno, 1996: 4).

(24)

baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan.

Agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai maka guru harus cermat dan tepat dalam menggunakan metode pengajaran yang akan digunakan. Metode pengajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sebuah teknik pengajaran untuk menyampaikan pengetahuan agar dapat diterima siswa dengan baik sehingga efektivitas pembelajaran dapat dioptimalkan.

Salah satu contoh metode pembelajaran yang digunakan untuk dapat melibatkan siswa secara aktif di dalamnya adalah dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). PBM adalah suatu model pembelajaran, dimana proses pembelajarannya diawali oleh suatu masalah nyata yang cukup kompleks, yang sudah ditentukan sebelumnya dengan melibatkan berbagai konsep atau topik. Dalam memecahkan masalah siswa harus banyak dimotivasi agar masalah itu dapat terpecahkan dengan baik. Berdasarkan masalah itu, siswa dalam kelompok-kelompok kecil, menentukan apa yang harus diketahui dan dilaksanakan serta bagaimana cara mengetahuinya, agar masalah itu dapat terselesaikan. Di dalam PBM siswa menentukan sendiri proses belajarnya.

Masalah yang akan disajikan harus bisa membangun motivasi siswa guna menemukan pemecahan masalahnya. Masalah-masalah yang diberikan tidak harus mempunyai jawaban yang tunggal artinya, jawaban bisa kompleks.

(25)

siswa. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing. Jika diskusi siswa dalam kelompok berhenti karena mengalami kesulitan, guru harus bisa memancing dan menggugah pemikiran siswa agar siswa mampu mengatasi sendiri kesulitan yang dihadapi.

Selain metode pembelajaran yang digunakan, lingkungan atau tempat tinggal siswa belajar juga berperan penting dalam pencapaian hasil belajar yang baik. Tempat tinggal itu antara lain rumah, asrama, rumah kos atau kontrak. Semua tempat tinggal tersebut akan sangat mendukung siswa dalam pencapaian hasil belajar yang baik apabila dikelola dengan baik. Salah satu contohnya adalah asrama. Di asrama siswa sudah dibiasakan untuk hidup teratur dari mulai bangun pagi sampai tidur malam. Para siswanya juga sudah dibiasakan secara teratur dan tertib untuk mengerjakan tugas-tugas asrama lebih-lebih untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Para siswa yang tinggal di asrama diberi waktu untuk belajar setiap hari. Belajar di asrama sudah menjadi suatu kewajiban dan rutinitas yang harus dilakukan. Dalam keadaan seperti ini siswa lebih banyak mendapatkan waktu untuk belajar, sehingga tidak jarang siswa yang tinggal di asrama prestasinya bisa meningkat, tapi tidak menutup kemungkinan kalau prestasinya juga bisa menurun meskipun siswa tersebut tinggal di asrama

(26)

Efektifitas pembelajaran dapat diukur dari segi keterlibatan, prestasi, dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya siswa aktif terlibat, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran tinggi dan hasil belajar (prestasi) yang dicapai baik.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana keterlibatan siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo dalam mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada topik tekanan udara?

2. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo tentang tekanan udara dengan Pembelajaran Berbasis Masalah?

3. Apakah siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo berminat mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah pada topik tekanan udara?

(27)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa Asrama Manik Hargo Paroki Santo Isidorus Sukorejo dalam mengikuti pembelajaran fisika pada topik tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah:

1. menjadi terlibat

2. pemahamannya meningkat 3. menjadi berminat belajar

4. mengalami beberapa kesulitan belajar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain: 1. Bagi guru dan calon guru Fisika

Memperoleh gambaran tentang model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang diharapkan bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengefektifkan pembelajaran fisika, sehingga hasil belajar yang dicapai lebih optimal.

2. Bagi siswa

(28)

3. Bagi Penelitian

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya mampu untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003).

Suparno (1997) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mengkontruksi struktur pengetahuan baru dan membentuk hubungan baru di antara struktur. Implikasi prinsip ini untuk pembelajaran adalah bahwa pemahaman harus dikonstruksi secara bertahap dari pengalaman dan komunikasi. Pengetahuan tidak dapat ditansfer langsung dari satu individu ke individu yang lain. Setiap struktur pengetahuan individual mencerminkan pengalaman uniknya. Pengetahuan yang kaya tidak dapat dikonstruksi secara sekejap. Pemahaman harus dikembangkan secara bertahap melalui penyusunan langkah demi langkah struktur pengetahuan.

Sedangkan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan peserta didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa (Lilis S & Uzer Usman, 1993).

(30)

Menurut kaum konstruktivis, seperti yang diungkapkan Betencourt (1989) dalam Suparno (1997: 65) mengajar bukan merupakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.

Berdasarkan pengertian di atas, seorang guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator dan fasilitator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas.

Agar peran dan tugas tersebut dapat berjalan secara optimal, diperlukan kegiatan yang perlu dikerjakan dan beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar (Suparno, 1997):

1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.

2. Tujuan yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.

3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah pelajar.

(31)

5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

B. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) 1. Pengertian

Severinus (2004), mengutip dua pendapat para ahli tentang Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM):

a. PBM adalah pembelajaran yang berpusat pada suatu masalah nyata yang cukup kompleks. Dalam PBM, siswa akan lebih banyak belajar mengidentifikasi suatu masalah bersama dengan kelompoknya, saling membantu satu sama lain dan kemudian menerapkan pengetahuan baru yang berkaitan dengan masalah tersebut (Pirpic dan Roger, 1999).

b. PBM adalah suatu pembelajaran di mana masalah mendorong pembelajaran. Jadi sebelum siswa mendapat pengetahuan tertentu, mereka terlebih dahulu diberikan sebuah masalah. Masalah tersebut diangkat, sehingga para siswa menyadari bahwa mereka perlu memiliki pengetahuan baru, sebelum mereka memecahkan masalah.

(32)

pembelajarannya diawali dengan suatu masalah yang nyata dan cukup kompeks, yang sudah ditentukan sebelumnya dengan melibatkan berbagai konsep atau topik. Permasalahan yang diajukan oleh guru harus bisa memotivasi siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar.

Disamping untuk menciptakan pembelajaran sains yang menyenangkan, penggunaaan metode PBM ini juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa, seperti: kemampuan berpikir kritis, membangun kerjasama dalam kelompok, membangun kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah.

2. Elemen-elemen dalam PBM

Terdapat tiga elemen penting yang dipertimbangkan di dalam pengembangan kurikulum yang menganut PBM (Peggy & Jonathan, 2003), yaitu:

a. Masalah

• Masalah yang akan disajikan dalam pembelajaran harus bisa membangun motivasi siswa guna menemukan pemecahan masalahnya.

(33)

• Pemecahan masalah-masalah tidak harus menghasilkan jawaban yang benar dan dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Yang terpenting di sini adalah proses belajarnya.

b. Guru

• Guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau tutor yang mendampingi siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

• Guru dapat menyediakan informasi-informasi tambahan yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kelompok masing-masing.

c. Siswa

• Siswa adalah pusat pembelajaran. Maka siswa harus terus berusaha sendiri untuk memahami masalah yang diajukan guru.

• Siswa harus bertanggung jawab untuk mencari penyelesaian masalah dalam kelompok dengan merancang dan melaksanakan sendiri proses belajarnya.

3. Karakteristik PBM

PBM memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Severinus, 2004):

(34)

b. Masalah yang dipilih dalam PBM adalah masalah dunia nyata (real world problem) yang cukup kompleks, sehingga memerlukan pendekatan interdisipliner dalam penyelesaiannya.

c. Pembelajaran berpusat pada siswa. Mula-mula siswa berusaha memahami masalah yang diajukan guru. Selanjutnya siswa dalam kelompok-kelompok kecil, mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilam yang sudah dimiliki, untuk menyelesaikan masalah itu. Siswa merancang dan melaksanakan sendiri proses belajarnya untuk menyelesaikan masalah itu (self regulated learning). Guru atau team bertindak sebagai tutor, mendampingi siswa dalam penyelesaian masalah itu.

d. Secara terjadwal setiap kelompok melaksanakan kegiatan tutorial yang dipimpin oleh guru sebagai tutor. Dalam kegiatan tutorial siswa menyampaikan perkembangan proses penyelesaian masalah, hasil yang sudah dicapai, rencana tindak lanjut, kesulitan yang dihadapi. Tutor dapat menggunakan kesempatan tutorial ini untuk memberi masukan kepada siswa, menggali pemahaman siswa, sekaligus melakukan assesment.

(35)

4. Tujuan PBM

Tujuan dari PBM adalah pencapaian kompetensi. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Beberapa kompetensi yang hendak dicapai melalui pembelajaran dengan pendekatan PBM adalah sebagai berikut:

a. Siswa memperoleh pengetahuan baru dalam konteks masalah yang bersangkutan. Pengetahuan baru itu diharapkan mampu bertahan lama, karena merupakan hasil dari proses membangun sendiri pengetahuan, bukan transfer pengetahuan.

b. Siswa mampu mengidentifikasi masalah dan merancang alternatif penyelesaian masalah itu.

c. Siswa mampu mengakses, mengevaluasi dan menggunakan data dan informasi dari berbagai sumber belajar.

d. Siswa mampu berpikir dan bertindak secara proaktif dan kritis. e. Siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dan hasil belajarnya

baik secara lisan maupun tertulis.

f. Siswa mampu bekerjasama dalam kelompok.

(36)

5. Prosedur PBM Tahap persiapan

Pada tahap ini, guru mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Menentukan kompetensi yang akan dicapai siswa. Kompetensi ini

meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran ini.

2) Merancang dan merumuskan masalah yang dikenal sebagai skenario.

3) Menentukan kemungkinan pilihan kegiatan pokok penyelesaian masalah.

4) Mempertimbangkan ketersediaan sumber-sumber belajar dan sarana belajar.

5) Membentuk kelompok-kelompok siswa dan guru sebagai tutor. 6) Merancang jadwal kegiatan.

Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan tiga langkah utama dalam pembelajaran, yaitu 1) identifikasi masalah, 2) proses percobaan, 3) penyelesaian masalah.

Kegiatan-kegiatan identifikasi masalah meliputi:

• Memahami masalah.

(37)

• Mencoba atau menguji hipotesis, sampai akhirnya menemukan hipotesis yang benar.

• Menyimpulkan jawaban.

Kegiatan siswa pada langkah proses belajar meliputi:

• Siswa menentukan sumber-sumber belajar seperti bahan bacaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

• Siswa merancang hal-hal teknis dalam belajar seperti persiapan-persiapan teknis pelaksanaan lainnya.

• Siswa melaksanakan proses belajar mengikuti tahap-tahap yang sudah ditentukan.

Kegiatan penyelesaian masalah meliputi :

• Mediskusikan hasil penyelesaian masalah kepada kelompok, yang relevan baik secara lisan maupun tertulis (Severinus, 2004).

6. Penilaian dalam PBM

(38)

dilakukan selama proses belajar berlangsung, secara khusus dilakukan pada waktu kegiatan percobaan. Penilaian formatif dapat dilakukan oleh guru, teman kelompok dan diri siswa (http:/www. Samford.edu/pbl).

C. Pembelajaran yang Efektif

Menurut Davis (1981) dalam Budi (2001) efektivitas mengacu pada apa yang dikerjakan, sedangkan efisiensi mengacu pada cara mengerjakan. Suatu pembelajaran fisika disebut efektif bila apa yang dikerjakan benar, dan efisien bila cara mengerjakan benar sesuai dengan materi dan tujuan. Kegiatan belajar mengajar akan efektif jika interaksi komponen-komponen kegiatan belajar berjalan dengan baik, bermula dan bermuara pada tujuan. Menurut Moedjiono dan Moh Dimyanti (1992: 1-2) komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar tersebut adalah: 1. Siswa, adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima,

dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru, adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan

belajar mengajar, katalisator kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

(39)

mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4. Isi pelajaran, adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode, adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain, dimana informasi tersebut dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan.

6. Media, adalah peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

7. Evaluasi, adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasil. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar mengajar.

(40)

prasarana yang tersedia, serta kondisi siswa yang akan belajar. Agar siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu harus diusahakan agar siswa berminat mengikuti proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar berminat belajar yang kemudian ikut aktif terlibat dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik.

D. Hasil Belajar Siswa

Suparno (1997: 61) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat secara langsung tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar (Winkel, 1996: 52). Hasil belajar yang baik menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dikenal sebagai prestasi belajar. Pada umumnya prestasi belajar siswa diwujudkan dengan nilai sebagai simbol yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

(41)

pencapaiannya dapat dilihat dari aspek pemahaman, ingatan, penerapan, dan analisis. Aspek pemahamaan ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa dapat memahami dan mengerti materi yang dipelajari. Aspek ingatan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat materi pelajaran, mendefinisikan dan mampu mengungkap kembali konsep atau hukum yag telah dipelajari. Aspek penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau hukum dalam mengerjakan soal dan dalam memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan aspek analisis ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep atau hukum dengan tepat, misalnya dalam langkah penyelesaian soal (Winkel, 1996: 188).

Agar hasil belajar yang dicapai siswa baik, maka guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang memungkinkan siswa tertarik untuk mengikutinya dengan sungguh-sungguh.

E. Keterlibatan Siswa

(42)

merangkumkannya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa-apa (Suparno, 2006: 9).

Dari pengertian di atas keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sangat penting, karena dengan terlibat aktif siswa akan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

F. Minat Belajar Fisika

Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di dalam kelas berlangsung efektif adalah minat. Winkel (1986) mengemukakan bahwa minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya. Terlihat bahwa minat berhubungan dengan perasaan. Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat dan gairah belajar dan akan mengadakan penilaian terhadap pengalaman belajar. Penilaian yang positif akan menimbulkan perasaan senang dan diperkuat dengan munculnya sikap positif.

(43)

terhadap semangat dan gairah belajar dan akan mengadakan penilaian terhadap pengalaman belajar. Penilaian yang positif akan menimbulkan perasaan senang dan diperkuat dengan munculnya sikap positif (Winkel, 1986). Dari pengertian di atas dapat diketahui indikator dari seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

• rasa senang /gairah melakukan sesuatu

• rasa tertarik melakukan sesuatu

• keseriusan dan rasa semangat

• rasa puas setelah melakukan sesuatu

• berpartisiapasi aktif dan merasa tertantang dalam melakukan sesuatu.

Siswa bisa dikatakan berminat terhadap sesuatu apabila sikapnya memenuhi indikator-indikator minat di atas. Apabila siswa telah berminat untuk belajar fisika, maka siswa tersebut akan mempelajarinya sesuai dengan hakikatnya. Minat untuk belajar fisika adalah modal yang baik sebagai motivasi bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika.

G. Kesulitan Belajar

(44)

belajar disini merupakan kendala-kendala yang dihadapi siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Ada dua faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa, meliputi faktor jasmaniah (fisiologi) dan faktor psikologis. Yang termasuk faktor jasmaniah adalah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. Sedangkan yang termasuk faktor psikologis adalah faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata. Faktor nonintelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

(45)

H. Materi Pelajaran

Materi yang diajarkan dengan metode PBM adalah tekanan udara, dan serta perubahan wujud benda yang digunakan sebagai prasyarat materi tekanan udara.

1. Pemuaian

Hampir setiap zat, baik zat padat, zat cair maupun gas, apabila suhunya dinaikkan akan memuai dan sebaliknya apabila suhunya diturunkan akan menyusut. Teori partikel zat menyatakan bahwa semua zat tersusun atas bagian yang sangat kecil dan tidak kasat mata (yang disebut partikel) yang selalu bergerak dan akan bergerak makin cepat jika suhunya dinaikkan. Perhatikan gambar 1, pada gambar 1(a) dilukiskan susunan partikel-partikel zat teratur dan berdekatan ketika suhunya belum dinaikkan. Selanjutnya, pada gambar 1(b) jika suhu itu dinaikkan, susunan partikel-partikel zat tersebut berubah dan jarak antar partikel menjadi renggang sehingga volum zat bertambah besar. Dengan kata lain, zat telah mengalami pemuaian. Sebaliknya jika suhu zat itu turun, gerak partikel-partikelnya semakin lambat dan jarak antar partikel semakin dekat sehingga volum zat mengecil. Dengan kata lain zat telah mengalami penyusutan. Gejala inilah yang dialami oleh berbagai zat, yaitu akan memuai apabila suhunya dinaikkan dan akan menyusut apabila suhunya diturunkan.

(46)

Gambar 1(a) : Susunan partikel zat sebelum Gambar 1(b): Susunan partikel zat sebelum

suhunya dinaikkan suhunya dinaikkan

(Humizar, 2005: 12)

Ada tiga jenis pemuaian, yaitu: pemuaian pada zat padat, pemuaian pada zat cair dan pemuaian pada zat udara/gas. Pemuaian yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pemuaian pada zat cair dan udara saja.

a. Pemuaian pada zat cair

Zat cair akan mengalami pemuaian jika suhunya dinaikkan, tetapi karena bentuk zat cair tidak tetap, maka ketika zat cair dipanaskan pemuaian yang terjadi bukanlah muai panjang melainkan muai volum. Selain itu, pemuaian zat cair lebih besar jika dibandingkan pemuaian pada zat padat. Hal ini dapat dibuktikan dengan memanaskan minyak kelapa.

(47)

b. Pemuaian pada udara/gas

Seperti halnya zat padat dan zat cair, gas juga akan memuai bila dipanaskan. Untuk menunjukkan adanya pemuaian pada gas, ikuti penjelasan berikut ini.

Gambar 2: Proses pemuaian udara dari bejana kaca berisi udara yang ujungnya tercelup air pada

bejana yang besar dipanaskan

Bejana kaca berisi udara

Air

Pipa Kaca

Lampu Spiritus

Gelembung udara

(Humizar, 2005: 16)

(48)

2. Perubahan Wujud Zat

Wujud zat bersifat tidak tetap, artinya bisa berubah-ubah tergantung pada suhu zat tersebut, seperti yang telah disebutkan dalam teori kinetik, semakin tinggi suhu zat, semakin cepat pergerakkan partikel zat. Pada suatu saat, ketika suhunya mencapai nilai tertentu, partikel-partikel zat mulai tidak mampu mengatasi gaya tarik menarik antar partikel zat, dan zat pun mulai berubah wujud. Jadi, secara umum bisa disebutkan bahwa wujud zat berubah ketika zat dipanaskan atau didinginkan.

Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan wujud yang terjadi pada zat ketika dipanaskan atau pun didinginkan beserta contohnya. Tabel 1 : Perubahan Wujud

Perubahan

perubahan Contoh

Padat Cair Melebur Coklat yang tidak diletakkan di kulkas, atau dipanaskan

Cair Padat Membeku Air yang dimasukkan ke kulkas berubah menjadi es

Cair Gas Menguap Air yang direbus terus-menerus, lama-lama

habis karena air berubah menjadi uap air Gas Cair Mengembun Uap air di udara menjadi titik-titik air di gelas

Padat Gas Menyublim Kapur barus berubah menjadi gas

Gas Padat Menyublim Proses pemurnian yodium

(49)

Sebelum membahas tentang proses penguapan dan pengembunan perlu diketahui pengertian mendidih terlebih dahulu.

a. Mendidih

Jika air yang terdapat di dalam panci terbuka dipanaskan, pada suhu tertentu terlihat gelembung-gelembung uap air. Gelembung-gelembung uap ini tidak hanya terdapat di permukaan zat cair melainkan di seluruh zat cair. Jadi zat cair dikatakan mendidih jika gelembung-gelembung uap terjadi di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair tersebut.

b. Menguap

Pada saat air yang dipanaskan sudah mendidih, maka gelembung-gelembung uap air ini akan keluar dari permukaan air. Gelembung-gelembung ini akan hilang ke permukaan udara. Jadi zat cair dikatakan menguap jika ada pergerakan dari gelembung-gelembung uap air meninggalkan permukaan zat cair setelah terjadi proses mendidih.

c. Mengembun

(50)

udara. Peristiwa pengembunan yang lain dapat diamati jika uap air yang keluar dari ketel (tempat masak air) mengenai kaca. Tampak bahwa kaca yang semula kering dipenuhi oleh tetes-tetes air yang berasal dari pengembunan uap air.

3. Pengertian Tekanan

Dalam pengertian sehari-hari, kata tekanan sering dicampuradukkan dengan pengertian gaya. Dalam sains, kata tekanan (preassure dalam bahasa Inggris) adalah besarnya persebaran suatu gaya yang bekerja gaya persatuan luas. Dengan demikian, jika gaya tersebut bekerja pada daerah yang sempit, maka kekuatan gaya tersebut menjadi terpusat. Itu berarti tekanannya besar. Namun jika gaya bekerja pada daerah yang luas, maka gaya tersebar ke semua bagian permukaan. Karena itu tekanannya kecil. Dengan demikian tekanan adalah gaya persatuan luas. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana, P : tekanan (N/m2) F : gaya (N)

A : luas penampang (m2)

Dengan demikian, dapatlah didefinisikan bahwa tekanan adalah gaya persatuan luas. Tekanan dinyatakan dalam satuan N/m, atau disebut Pascal (Pa), sesuai dengan nama seseorang ilmuwan

(51)

Perancis Blaise Pascal (1623-1662). Satu pascal setara dengan gaya 1 Newton yang bekerja pada suatu permukaaan luas 1 meter persegi.

Tekanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, tekanan oleh benda padat, tekanan pada fluida dan tekanan udara (tekanan atmosfer). Namun materi tekanan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tekanan udara (atmosfer)

4. Tekanan Udara a. Tekanan Atmosfir

Bumi kita diselimuti oleh lapisan udara yang disebut dengan atmosfer. Udara tersebut merupakan campuran dari berbagai gas, yaitu :

1) Nitrogen (78 %) 2) Oksigen (21%)

3) Satu persen lainya terdiri atas:

(52)

dalam tubuh manusia terdapat udara yang jumlahnya telah diatur sedemikian sehingga tekanan di dalam dan di luar tubuh manusia (tekanan atmosfir) sama.

Tekanan udara yang ada di bumi ini cukup besar. Besar tekanan udara menurut pengukuran yang dilakukan oleh Torricelli (1608-1647) adalah 760 mmHg (76 cmHg).

Besaran tekanan udara di setiap tempat bervariasi, tergantung ketinggian tempat. Tekanan udara di pantai (dataran rendah) berbeda dengan tekanan udara di pegunungan (dataran tinggi). Hal ini bisa terjadi karena lapisan Atmosfer yang ada di bumi ini bagaikan lautan air saja. Tekanan dalam air makin besar jika makin dalam dari permukaan air. Misalkan saja permukaan bumi ini sebagai dasar lautan tersebut (bagian terdalam). Jadi analogi dari lautan tadi, makin ke atas dari permukaan bumi, maka tekanan udaranya juga akan berkurang.

b. Satuan tekanan udara

Tekanan udara biasa dinyatakan dalm satuan atmosfer (disingkat atm). Namun demikian, tekanan udara dapat juga dinyatakan dengan satuan lain, yaitu pascal (Pa) dan bar. Hubungan antara ketiga satuan tersebut adalah sebagai berikut :

(53)

c. Barometer air raksa

Cara mengukur tekanan atmosfer menggunakan cairan raksa ini ditemukan oleh Evangelista Torrielli (1608-1647). Ia membuat barometer sederhana dengan cara mengisikan air raksa ke dalam tabung kecil yang tebal dan panjangnya 1 meter dengan satu ujungnya terbuka dan ujung lainnya tertutup. Setelah hampir semua penuh, ujung terbuka tabung tersebut disumbat. Pipa lalu dibalikkan dan ujung terbuka yang disumbat tersebut dicelupkan ke dalam suatu wadah yang berisi cairan raksa pula.

Gambar 3: Barometer Sederhana dari Pipa Terbuka Berisi Air Raksa

(Foster, 2004: 137)

(54)

Bumi yang sejajar dengan permukaan laut. Besar tekanan atmosfer itu dinyatakan dengan 760 mmHg.

Bagian tabung di atas kolom cairan raksa tersebut menjadi hampa karena sebelumnya diisi cairan raksa tersebut. Ruang hampa tersebut memungkinkan kolom cairan raksa untuk naik lagi jikalau besar tekanan atmosfer juga meningkat. Semakin tinggi tekanan atmosfer, semakin tinggi kolom air raksanya. Di permukaan laut, tekanan atmosfer yang standar adalah 760 mmHg. Tetapi, seperti disebutkan sebelumnya bahwa tekanan atmosfer juga dipengaruhi cuaca. Karena itu, tekanan atmosfer bisa bervariasi dari 730 sampa 770 mmHg.

Besar tekanan atmosfer dalam satuan Pascal dapat dihitung dengan persamaan p = ρgh. Kita tinggal menghitung berat air raksa dalam tabung dibagi dengan luas daerah yang ditekan oleh berat air raksa, yaitu sama dengan luas penampang lingkaran bagian dalam tabung. Data yang dibutuhkan adalah ketinggian kolom yaitu 760 mm atau 0,76 m, massa jenis air raksa 13600 kg/m3, dan nilai percepatan gravitasi 9,8 m/s2 atau 9,8 N/kg. Persamaannya adalah:

1 atm = h x ρx g (pascal)

= 0,76 m x 13600 kg/m3x 9,8 N/kg = 101300 N/m2

(55)

Barometer air raksa tidak praktis karena memerlukan tempat yang cukup besar dan melibatkan zat cair yang perlu penanganan khusus. Paling tidak, memerlukan pipa yang panjangnya 1 m. Disamping itu, cairan raksa berbahaya bagi kulit manusia dan juga mengahasilkan uap raksa yang beracun. Oleh karena itu, para ilmuwan berusaha mencari cara yang lebih aman dan mudah untuk mengukur tekanan atmosfer.

d. Barometer Aneroid (Barometer logam)

Barometer aneroid lebih praktis, mudah dan lebih aman digunakan dibandingkan dengan barometer air raksa, karena barometer aneroid tidak menggunakan cairan raksa.

Gambar 4 : Barometer Aneroid

(Kanginan, 2004: 55)

(56)

diteruskan dengan sebuah lengan dan rantai yang terhubung ke sebuah jarum penunjuk. Daerah gerakan jarum tersebut diberi skala melengkung. Skala tersebut tentu saja telah disesuaikan dengan tekanan yang ditunjukkan oleh jarum.

Barometer aneroid digunakan sebagai pengukur tekanan dan pengukur ketinggian (altimeter) pada pesawat terbang. Mengapa demikian? Karena tekanan atmosfer berkurang jika ketinggian bertambah.

e. Hubungan Tekanan Atmosfer dan Ketinggian Tempat

Tekanan atmosfer berubah terhadap ketinggian. Atmosfer kita bagaikan lautan air. Tekanan dalam air semakin besar jika semakin dalam permukaan air. Misalkan permukaan bumi kita sebagai dasar lautan tersebut (bagian terdalam). Jadi, semakin ke atas dari permukaan bumi, maka tekanan atmosfer juga akan semakin berkurang.

(57)

Grafik : Hubungan antara Ketinggian Tempat dengan Tekanan Atmosfer

Gra fik Hubunga n Ketinggian terha dap Be sar Te ka na n Atmosfe r

Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan tekanan udara.

a. Sewaktu berpergian ke tempat-tempat di ketinggian, mungkin kita akan merasakan telinga kita seperti tersumbat. Kita tahu bahwa semakin tinggi suatu tempat di bumi ini, tekanan udara semakin rendah. Padahal, dalam tubuh kita selalu terdapat udara yang bertekanan normal. Di tempat yang tinggi itu, tekanan udara luar biasa rendah daripada tekanan udara dalam tubuh kita. Karena itu udara yang terdapat dalam tubuh kita mendesak keluar, salah satunya melalui lubang telinga.

(58)

penghalang untuk berubah wujud menjadi uap. Akibatnya air membutuhkan energi yang panas yang lebih banyak. Jikalau tekanan itu lebih rendah, tentu saja energi panas yang dibutuhkan lebih sedikit.

c. Alat suntik terdiri atas sebuah pengisap kecil yang ada dalam sebuah tabung plastik silinder. Bagaimanakah cairan obat dimasukkan ke dalam tabung alat suntik? Coba perhatikan gambar 4! Mula-mula mulut suntik dimasukkan ke dalam cairan obat, kemudian pengisap ditarik ke atas sehingga tekanan udara di bawah pengisap berkurang. Tekanan udara luar pada permukaan cairan obat yang lebih besar daripada tekanan udara di bawah pengisap memaksa cairan obat ke atas memasuki tabung silider.

Gambar 5 : Alat Suntik

(Kanginan, 2004: 48)

(59)

anda mengembang sehingga anda memindahkan sebagian udara dari dalam sedotan

Hal ini menyebabkan tekanan udara di dalam sedotan berkurang (lihat gambar 5), tekanan udara luar di dalam minuman sekarang menjadi lebih besar dari pada tekanan udara di dalam sedotan. Perbedaan tekanan udara ini memaksa air pada permukaan gelas naik melalui sedotan ke mulut anda

Gambar 6 : Menghisap air dengan sedotan

(Kanginan, 2004: 48)

I. Kaitan Teori dengan Penelitian

(60)

tentang kesulitan belajar siswa mendasari pembuatan kuesioner kesulitan siswa.

Treatment dibuat berdasarkan teori tentang PBM dan materi tentang tekanan udara. Di dalam treatment sampel diminta untuk memecahkan masalah tentang materi tekanan udara. Di dalam proses pemecahan masalah, siswa berdiskusi dan melakukan percobaan untuk memahami konsep tekanan udara, yaitu percobaan kaleng penyok.

(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif kualitatif, gabungan dari penelitian kuantitatif dan kualitatif dimana dalam penelitian ini terdapat data yang dianalisis secara kuantitatif dan ada juga yang dianalisis secara kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Sedangkan penelitian kualitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan dengan meneliti gejala-gejala atau suatu keadaan yang untuk memahaminya tidak mudah dilakukan menggunakan alat ukur melainkan dengan naluri dan perasaan perasaan (Nasoetion, 1992: 81-82). Data yang akan dianalisis secara kuantitatif adalah data tentang keterlibatan, peningkatan pemahaman terhadap materi tekanan udara dan minat siswa selama mengikuti proses Pembelajaran Berbasis Masalah. Sedangkan data yang akan dianalisis secara kualitatif adalah data tentang kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian : 7-20 Januari 2007

Tempat Penelitian : Asrama (SLTP) ST Isidorus Sukorejo

(62)

C. Populasi dan Sampel

Populasi Penelitian : Siswa-siswi yang tinggal di Asrama ST Isidorus Sukorejo

Sampel Penelitian : Siswa-siswi kelas VIII SMP K Argokiloso yang tinggal di Asrama Manik Hargo gereja Santo Isidorus Sukorejo yang berjumlah 17 siswa.

Siswa-siswa yang tinggal di asrama mempunyai jam belajar yang teratur setiap harinya. Siswa belajar bersama dalam suatu ruangan dan bahkan sering didampingi oleh seorang pendamping. Siswa-siswi yang tinggal di asrama tersebut adalah siswa-siswi yang sekolah di SMP Kanisius Argokiloso Sukorejo-Kendal. Peneliti ingin menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa-siswi yang tinggal di Asrama santo Isidorus Sukorejo bukan di sekolahnya. Peneliti mengambil sampel siswa arsama dengan alasan peneliti ingin melihat sejauhmana efektivitas pembelajaran jika dilakukan di luar jam sekolah dan dalam suasana belajar yang berbeda dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

D. Ubahan

1. Jenis Ubahan

Penelitian ini memiliki empat ubahan, yaitu:

(63)

2. Pengetahuan siswa tentang konsep tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

3. Minat siswa terhadap pelajaran fisika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

4. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar fisika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Definisi Operasional Ubahan

1. Keterlibatan siswa adalah tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah. Tingkat keterlibatan siswa diukur dari jumlah skor keaktifan siswa yang menunjukkan sejauh mana keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan PBM. Jumlah skor keterlibatan diperoleh melalui pengamatan tiap-tiap aspek keterlibatan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Pengetahuan diukur dari skor yang diperoleh siswa dari soal pretest yang diberikan sebelum proses pembelajaran dan soal postest yang diberikan setelah pembelajaran berlangsung.

3. Minat siswa terhadap pelajaran fisika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah diungkapkan oleh skor yang diperoleh siswa dari jawaban kuesioner tentang minat.

(64)

belajar berlangsung, yaitu kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam setiap kegiatan dan proses Pembelajaran Berbasis Masalah.

E. Treatment

Treatment yang dilakukan pada sampel adalah dengan melibatkan sampel pada proses pembelajaran dengan model PBM terbimbing, karena masih ada campur tangan peneliti di dalam pembelajaran seperti pada pemberian Lembar Kerja Siswa (LKS) dan dalam diskusi Treatment yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sebelum Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pada tahap ini peneliti memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

b. Peneliti mengajarkan materi yang menjadi materi prasyarat sebelum pembelajaran dengan metode berbasis masalah. Materi yang diajarkan antara lain tentang gaya, pemuaian dan perubahan wujud zat.

2. Tahap Proses Pembelajaran

a. Peneliti memulai Pembelajaran Berbasis Masalah dengan menerangkan kepada siswa bahwa topik yang akan dibahas tentang tekanan udara, kemudian menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan agar proses pembelajaran berjalan lancar.

(65)

c. Peneliti menerangkan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan dan menerangkan langkah-langkahnya sebelum permasalahan diberikan.

Percobaan 1

Tujuan dari percobaan ini adalah 1. Mengetahui proses penguapan 2. Mengetahui proses pemuaian udara

• Alat dan Bahan

1 kaleng (sprite/fanta/ sejenisnya) bekas, kawat kecil secukupnya, 4 buah lilin, korek api, balon, gunting, dan air secukupnya.

Langkah percobaannya

1. Kawat dililitkan pada kaleng yakni pada bagian tengahnya sebagai penjepit agar bisa untuk pegangan.

(66)

3. Pasanglah balon bagian bawah (bukan ujung balon) pada mulut kaleng yang tidak berisi air, kemudian panaskan dia atas api.

4. Amati yang terjadi pada balon!

5. Ulangi percobaan dia atas hanya sekarang kaleng diisi dengan air sedikit saja. Amati pula apa yag terjadi pada balon!

Percobaan 2

Tujuan percobaan untuk mengetahui:

1. Adanya tekanan udara di sekitar kita 2. Sifat-sifat tekanan udara

3. Pengaruh tekanan udar terhadap lingkungan

• Alat dan Bahan

™ 1 kaleng (sprite/fanta/ sejenisnya) bekas ™ Kawat kecil secukupnya

™ 4 buah lilin ™ Korek api

(67)

• Langkah percobaannya

1. Melilitkan kawat pada ujung atas kaleng untuk pegangan.

2. Mengisi kaleng dengan air + 5 ml. Mengisi juga piring atau wadah dengan air secukupnya.

3. Menyalakan semua lilin lalu memanaskan air yang ada di dalam kaleng di atas api lilin sampai mendidih dan terlihat ada proses penguapan.

(68)

5. Mengamati fenomena yang terjadi setelah kaleng dibalik dalam piring atau wadah

d. Setelah semua dijelaskan pada siswa, peneliti mengutarakan permasalahan yang akan diteliti, sambil menunjukkan alat kepada siswa. Masalah yang akan diteliti adalah

“Mengapa pada saat kaleng berisi air mendidih dibalik di atas piring yang berisi air, kaleng bisa penyok?” Dan

“Mengapa pada saat kaleng diangkat, air yang ada di dalam kaleng bisa bertambah?”

Siswa diharapkan bisa merangkai alat percobaan bersama kelompoknya.

e. Siswa diminta memecahkan permasalahan yang telah diberikan pada point di dalam kelompok. Pada tahap ini kelompok menentukan sendiri proses atau bentuk belajar yang akan dilakukan agar permasalahan dapat terpecahkan.

(69)

g. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, permasalahan yang diberikan dibahas di kelas secara bersama-sama.

F. Instrument

1. Lembar pengamatan

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa selama mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah.jenis keterlibatan yang diamati antara lain membuat/mengajukan/merumuskasn hipotesis, merancang/merangkai alat percobaan, mengamati peristiwa dari percobaan yang dilakukan, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mencari informasi di buku sumber atau lainnya, menarik kesimpulan, kerjasama dengan kelompok, dan berdiskusi dalam kelompok.

Lembar pengamatan ini diisi oleh observer, yaitu teman dari peneliti. Observer ini membantu peneliti untuk mengamati siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observer mencatat keterlibatan apa saja yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan metode berbasis masalah.

Lembar pengamatan ini dapat dilihat pada lampiran 7. 2. Soal pretest dan Postest

(70)

Postest digunakan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Postest ini juga berisi soal-soal uraian seperti pretest namun diberikan setelah proses pembelajaran

Distribusi soal pretest dan posttest menurut sub pokok bahasan dan aspek yang ingin diukur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2: Distribusi soal pretest dan posttest menurut sub pokok bahasan dan aspek yang ingin diukur

Sub Materi Pokok

Indikator hasil

Belajar Aspek yang ingin dicapai No Soal Siswa dapat :

1.Menjelaskan apakah

udara mempunyai tekanan beserta contohnya

Ingatan

Aplikasi/penerapan 1 2.Menjelaskan pengertian

tekanan udara dan

sifat-sifat tekanan udara.

Pemahaman 2

3.Mampu menyebutkan

alat-alat pengukur

tekanan udara

Ingatan 3

4.Menjelaskan pengaruh

ketinggian terhadap

tekanan udara.

Pemahaman 3

5. Menjelaskan pengaruh

tekanan udara terhadap

lingkungan khususnya ba

gi tubuh manusia.

Analisis 4 Tekanan

Udara

6. Menerapkan konsep

tekanan udara pada

kehidupan sehari-hari

(71)

Contoh soal:

Soal No. 6

Perhatikan gambar di bawah ini! 1

2

1. Kertas Karton 2. Gelas berisi air

Apabila kertas diletakkan di atas bibir gelas yang berisi air penuh, kemudian gelas dibalik dengan cepat (kertas sambil dipegangi), Setelah itu kertas dilepaskan.

Apakah karton akan jatuh dan air akan tumpah? Jelaskan jawabanmu!

Aspek yang ingin dicapai pada contoh soal no.6 di atas adalah aspek analisis. Siswa harus bisa menggunakan konsep tekanan udara untuk bisa menjawab soal tersebut.

Soal pretest dan posttest dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6. 3. Kuesioner Minat

(72)

Ada empat (4) pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

Kuisioner ini berisi 26 butir soal. Butir- butir soal kuesioner ini dibuat berdasarkan indikator-indikator minat, yaitu : (a) rasa senang /gairah melakukan sesuatu, (b) rasa tertarik melakukan sesuatu, (c) keseriusan dan rasa semangat, (d) rasa puas setalah melakukan sesuatu, (e) berpartisiapasi aktif dan merasa tertantang dalam melakukan sesuatu.

Distribusi butir soal berdasarkan indikator minat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3: Distribusi butir soal berdasarkan indikator minat Komponen Minat Indikator Minat No Soal

Senang terhadap PBM 2, 6

Rasa senang, rasa gairah

Bergairah terhadap PBM 8

Ketertarikan Tertarik terhadap PBM 1,7

Keseriusan Serius mengikuti PBM 3

Semangat Semangat dalam mengikuti PBM 4

Kepuasan terhadap memahami

sesuatu

20,21, Rasa puas

Kepuasan terhadap tanggapan guru 22

Persetujuan terhadap

sesuatu Setuju terhadap metode PBM

5,9,12,13,14

Aktif mengikuti PBM 19,23,24,25

Aktif berpikir 11

Partisipasi aktif

Aktif berdiskusi 26

Tertantang berpikir kreatif 10,15

Rasa tertantang

Tertantang untuk mengerjakan

sesuatu

(73)

Di bawah ini contoh pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner minat.

No Keterangan SS S TS STS

1 Pembelajaran Berbasis Masalah dalam fisika menarik

2 Pembelajaran Berbasis Masalah dalam fisika menyenangkan

3 Ketika pembelajaran fisika dilakukan dengan metode pembelajaran

Berbasis masalah, saya melakukannya dengan serius

Kuesioner minat yang lengkap dapat dilihat pada lampiran 8. 4. Kuesioner Kesulitan Siswa

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa selama belajar tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner ini adalah dari mulai siswa melakukan percobaan, mengamati, berdiskusi sampai akhirnya siswa menyimpulkan gagasannya, apakah siswa mengalami kesulitan? Bagimana kesulitan yang dialami siswa? Sebagai contoh, apakah siswa mengalami kesulitan pada saat merancang percobaan atau melakukan percobaan? Bagaimana kesulitannya? Atau pada saat diskusi apa yang menjadi kesulitan siswa? Kuesioner ini berisi soal-soal uraian yang diisi langsung oleh siswa setelah proses pembelajaran sudah selesai. Kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 9.

(74)

akan sambil mengamati siswa. Dengan cara ini peneliti bisa mengetahui lebih jelas kesulitan apa yang dirasakan siswa.

G. Validitas Instrumen

Semua insntrumen yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi lembar pengamatan, soal-soal pretest dan posttest, kuesioner minat, dan kuesioner kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti PBM akan dilihat validitas isinya.

(75)

H. Metode Analisis Data

1. Keterlibatan siswa dalam mengikuti Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa selama pembelajaran berlangsung dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dinyatakan pada lembar pengamatan. Keterlibatan yang diamati antara lain membuat/mengajukan/merumuskan hipotesis, merancang/merangkai alat percobaan, mengamati peristiwa dari percobaan yang dilakukan, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mencari informasi di buku sumber atau lainnya, menarik kesimpulan, kerjasama dengan kelompok, dan berdiskusi dalam kelompok.

Setiap keterlibatan siswa diberi skor antara 1-4. Kriteria pemberian skornya sebagai berikut:

Tabel 4: Tingkat keterlibatan Tingkat keterlibatan Skor Sangat sungguh-sungguh 4

Sungguh-sungguh 3 Kurang sungguh-sungguh 2

Tidak sungguh-sungguh 1

Gambar

Grafik  Hubungan antara Ketinggian Tempat dengan Tekanan Atmosfer
Gambar 1(a) : Susunan partikel zat sebelum
Gambar  2: Proses pemuaian udara dari bejana kaca berisi udara  yang ujungnya tercelup air pada
Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan wujud yang terjadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Based pre-test data and post-test data means that Problem Based Learning with social media assistance is more effective to teach statistics than

tidak dapat ditanggulangi panitia dan dapat menyebabkan tertundanya/ kegagalan pelelangan, maka tahapan proses pelelangan berikutnya akan dilakukan dengan cara manual

Example: body { background-color: #FFCC66; background-image: url("butterfly.gif"); background-repeat: no-repeat; } h1 { color: #990000; background-color: #FC9804; }

Akuntansi dilaksanakan baik dalam perusahaan yang berorientasi mencari laba maupun dalam organisasi nirlaba. Salah satu penyebabnya adalah karena hal

Sesuai dengan hasil keputusan Panitia Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Tahun Anggaran 2017, maka

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pasar modal di Indonesia adalah Indeks Harga Saham

Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan luas permukaan atau menggunakan peredam panas yang mempunyai kapasitas penyimpanan kalor yang besar sehingga dapat menjaga

Desa Parbubu II sebagai penenun kain ulos, terdapat 83 orang yang menjadi. penenun ulos dimana 10 diantaranya bekerja pada kilang ulos di Desa