Tahun 1951 Rp. 538.537,53 + Str. —,— 1952 „ 934.971,14 + „ —,— 1953 „ 3.722.894,81 + „ —,— 1954 „ 7.217.941,70 + „ —,— 1955 „ 12.516.600,60 + „ 73,30 1956 „ 11.354.987,73 + „ 2.509,90 1957 „ 7.404.261,92 + „ 5.712,50 1958 „ 7.385.412,96 + „ 11.818,19 Djumlah : Rp. 51.075.628,39 + Str. $ 20.113,89 g. Kesulitankesulitan koperasi : 1. Gedunggedung dan peralatan jang diperlukan Djawatan Koperasi sangat kurang. 2. Melihat djenisdjenis koperasi jang ada sekarang, karena koperasi simpanpindjam dan koperasi desa jang terbanjak (± 10.000 dari 14.000), maka kedudukan koperasi didalam struktur perekonomi an sekarang lemah. 2559
3. Penghargaan instansiinstansi pemerintah sendiri terhadap koperasi pada umumnja kurang.
Misalnja didalam fungsinja sebagai penjalur barang sandangpa ngan,ia harus bersaingan dengan perusahaanperusahaan swasta, bahkan seringsering persaingan itu kurang sehat; karena jang mendapat „voorrang” dalam pelajanan adalah djustru fihak swas ta.
4. Dalam kenjataan sekarang didalam perkembangan koperasi tim bulnja dualisme, semakin mendjadi kuat, semakin djauh dari tu djuannja dan semakin dekat dengan praktekpraktek usaha swasta biasa. h. Tjatatan. Masalah koperasi harus dibitjarakan dahulu dalam bidang policy. Apabila Pemerintah mempunjai rentjana jang buiat dan ketegasan jang tegas, dengan sendirinja pertumibuhan koperasi akan meluap dan demi kian pula sumbangan koperasi kepada pembangunan semesta akan le bih besar. Maka didalam menjusun pola pembangunan semesta kope rasi harus diberi tugas setjara tegas bahwa koperasi akan diberi tem pat dalam menjusun pola pembangunan semesta itu. Didalam koperasi pendidikan mesti disempurnakan, diuraikan dan ditjotjokkan dengan isi djiwa dari pada haluan Negara. Tafsiran Undangundang Dasar 1945 pasal 33, terdapat 2 matjam tafsiran. 1. ekonomi disusun atas usaha bersama berdasarkan kekeluargaan ; itu belum tentu koperasi. 2. tegastegas jang dimaksudkan koperasi. § 1159. Pengerahan Tenaga Rakjat
a. Dasar pengerahan tenaga rakjat ditetapkan dalam surat kepu tusan Menterimenteri Muda. Petera No. 3/Ment./Petera/59 tanggal 3 Oktober 1959 pasal 1 adalah :
1. Peraturan Nasional untuk menggalang kekuatan nasional.
2. Demokrasi untuk rakjat. Untuk mentjapai kekuatan Nasional tersebut perlu :
(a) ditumbuhkan, dikembangkan dan dipelihara kesadaran sosial bae gotongrojong dan swadaja Rakjat, baik jang berupa daja tjipta perseorangan, maupun daja tjipta gotong rojong dengan tudjuan mendjadikan gotongrojong sebagai sistim bekerdja rakjat Indo nesia.
(b) diperpadu'kan segenap potensi rakjat dalam sate kekuatan guna melaksanakan aksiaksi masa revolusioner disegaila bidang kegi atan dan usaha Pemerintah dan masjarakat.
Tjaranja ialah bahwa dalam tiaptiap melaksanakan objek jang ti dak merupakan objek dari Patera sendiri, melainkan objek dari instan siinstansi lain harus :
(1) ada musjawarah lebih dahulu dengan fihakfihak jang berkepen tingan.
(2) mengikut sertakan sebanjak mungkin golongan karja sesuai de ngan kemampuan sumbangannja.
(3) mengadakan kordinasi antara instansi4nstansi pernerintah jang bersangkutan.
(4) ada pengorganisasian. tenaga dan pengorganisasian kerdja.
(5). ada persiapan mental/penanaman pengerian dengan djalan mem beri penerangan seluasluasnja.
(6) ada balas djasa, jang bersifat penghargaan materii atau moreel untuk memelihara kegembiraan kerdja.
(7) ada kompetisi untuk mentjapai prestasi jang lebih tinggi. (8) ada rekreasi untuk menghimpun kekuatan baru.
b. Organisasi.
Melalui organisasiorganisasi golongan karja dan panitiapanitia rakjat sebagai tenaga penggerak untuk memutar roda pengerahan te naga rakjat ini.
c. Hasil usaha dan biaja jang dikeluarkan.
Karena Departemen Petera tidak mempunjai projekprojek sen diri, tetapi hanja mengintroduksi sistim bekerdja dipelbagai bidang kegiatan pembangunan, maka basil usahanja,tidak dapat dikemukakan.
Dengan mengadakan beberapa pilotpilot projek, kini sedang dite liti dan dipeladjari hasilhasilnja. Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa sistim pengerahan tenaga .rakjat ini mempertjepat waktu pelak sanaan pembangunan sesuatu objek dan menimbuikan hasrat dan ke banggaan dikalangan mereka jang turut bekerdja, serta mempermudah pemeliharaannja, karena dapat dianggap sebagai milik bersama oleh rakjat. Sementara itu dari kalangan lain diperoleh keterangan bahwa tjara pengerahan ini djustru merugikan dan memperlambat penjelesai an suatu objek, mungkin karena tjaratjaranja jang kurang tepat. § 1160. Perundangundangan Republik Indonesia a. Keadaan peraturanperaturan sekarang: 1. Undangundang Dasar. ,,Untuk membentuk Pemerintah Negara Indonesia jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan un 2561
tuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan dkut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan ke merdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam satu Undangundang Dasar Negara Indonesia, jang rterbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia jang berkedaulatan Rakjat dengan berdasarkan ke pada : Ketuhanan Jang Maha Esa. Kemanusiaan jang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam per musjawaratan/perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu Ke adilan Sosial bagi seluruh Rakjat Indonesia".
Demikianlah bunji sebahagian dari Preambule Undangundang Da sar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undangundang Dasar itu dengan Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertang gal 5 Djuli 1959 dinjatakan dengan chidmat, berlaku kembali untuk Indonesia.
Pokokpokok pikiran jang tersebut dalam Preambule itu mewu djudkan tjitatjita hukum (Rechtsidee) jang menguasai hukum dasar Negara, baik hukum jang tertulis (Undangundang Dasar), maupun jang tidak tertulis.
Qua sistim Undangundang Dasar 1945 sungguhsungguh tjotjok dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Undangundang Dasar 1945 itu berdasarkan Kepribadian dan ke murnian perdjoangan kita, berdasarkan idee persatuan, dan idee go tongrojong.
Pasalpasal dari Undangundang dasar itu dirumuskan alas dasar dasar tersebut, sehingga didalamnja tidak ada tempat untuk tjuriga mentjurigai dan tidak ada pula tempat untuk berselisih (conflicten).
Dengan demikian maka pasalpasal perumusannja sederhana dan djumlahnja sedikit sekali (jakni 37 pasal ditambah 4 pasal Peraturan Peralihan).
Soalsoal pelaksanaan selandjutnja diserahkan kepada Pembentuk Undangundang (wetgever). Djadi betuhbetui hanja dasardasarnja sa dja jang diatur dalam Undangundang Dasar.
Undangundang Dasar itu berdasarkan sosialisme ala Indonesia dan menghendaki demokrasi terpimpin serta ekonomi terpimpin, sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia sendiri (USDEK). Dalam alam demokrasi terpimpin, para Menteri tidak menentukan policyhja sendiri. Hanja dalam pelaksanaan pekerdjaan bidangnja, pa ra Menteri boleh mengambil kebidjaksanaan. 2562
Unsur lain daripada demokrasi terpimpin adalah : musjawarah. Sebagaimana disebutkan diatas, karena berpokokpangkal pada pertjajamempertjajai jang murni, didalam Undangundang Dasar ti dak ada. tempat untuk mengadu tenaga (kraehtmeting).
Dalam pertjajamempertjajai, didalam alam kekeluargaan dan go tongrojong tidak ada tempat untuk mengatur pengaduan kekuatan antara instansi jang satu dengan jang lain. Oleh sebab itu dalam Un dangundang Dasar tidak diatur tentang pengontrolan Dewan Perwa kilan Rakjat terhadap Pemerintah, seperti misalnja enquete.
Hak mengemukakan pendapat adalah sudah dengan sendirinja. Eenilaian Undangundang Dasar harus didjalankan dalam alam pertja jamempertjajai, kekeluargaan dan gotongrojong itu. Kalau menilai dari alam lain (liberal), tentu banjak kekurangankekurangannja. Hal ini tidak berarti bahwa Undangundang Dasar 1945 sudah sempurna dan tidak dapat ditambah. Dalam halhal jang betulbetul dirasakan kurang, oleh Madjelis Permusjawaratan Rakjat dapat. diadakan tam bahan, tetapi diluar batang tubuhnja (vide pidato P.J.M. Presiden, „Res Publica” ! Sekali lagi Res Publica).
2. Peraturanperaturan lainnja.
Mengenai Undangundang dan peraturan lainnja dapat dikatakan : Mengenai pembagian pekerdjaan perundangundangan antara De partemendepartemen (dulu Kementeridnkementerian) hingga seka rang tiaptiap Departemen memelihara perundangundangan jang ter masuk pekerdjaan bidangnja masingmasing. Djadi tidaklah Departe men Kehakiman itu memelihara segala perundangundangan.
Hanja didalam praktek, jang sekarang rupanja sudah tidak diturut lagi. suatu peraturan jang mengandung antjaman hukuman, selalu di mintakan pendapat Departemen Kehakiman.
Peraturanperaturan jang harus dimuat dalam Lembaran Negara atau Berita Negara, Departemen Kehakimanlah jang mengurus penem patannja, akan tetapi tentang isi peraturanperaturan itu tidaklah ter masuk urusan Departemen Kehakiman.
Inventaris perundangundangan R.I. dewasa ini sungguh merupa kan petugaspetugas Negara suatu labyrinth, dimana tidak sadja chala jak ramai, bahkan petugaspetugas Negarapun mudah tersesat. Disam ping peraturanperaturan hukum kolonial dari masa pendjadjahan, ter dapat perundangundangan semendjak Kemerdekaan, jang dibentuk oleh Departemen masingmasing jang bersangkutan, jang tidak selalu dil'akukan dalam rangka keseluruhan, baik mengenai materi jang dulu sudah diatur, maupun jang belum, berhubung Pemerintah harus me ngedjar keperluan.
Sudah lama terasa, bahwa keadaan seperti ini tidak dapat berlang sung terus.
b. 1. Peraturan mengenai susunan dan lingkungan pekerdjaan De partemenDepartemen.
Peraturan Pemerintah No. 20/1952 tentang susunan dan pimpinan KementerianKementerian sudah tidak dapat memadai lagi.
Untuk mempertinggi efisiensi DepartemenDepartemen dan untuk mentjegah simpang.siurnja tugas dan wewenang, perlu segera diben tuk peraturan jang mengatur lingkungan pekerdjaan, tanggung djawab serta hubungan dan kedudukan MenteriMenteri.
Didalam peraturan ini perlu ditentukan djuga, bahwa Menteri Per tama mendapat penjerahan untuk mendjalankan kordinasi. Menteri Pertama dapat menjerahkan tugas ini kepada Wakil Menteri Pertama, jang diperlengkapi dengan aparatur chusus.
2. Peraturan Pemerintah No. 68/1958 tentang Peremadjaan alatalat Negara, menegaskan bahwa pegawai tetap atau sementara jang telah berusia 55 tahun dan telah berhak atas pensiun, diberhentikan dari djabatan Negeri/djabatannja dengan hak atas pensiun dalam waktu satu tahun setelah mereka mentjapai usia 55 tahun.
Peraturan Peremadjaan jang didjalankan dengan konsekwen, dju ga terhadap tenaga ahli kedokteran dan ahli hukum berpengalaman, dirasakan berat dan menimbulkan vacuum, berhubung kaderkader mu da belum banjak tersedia.
Depernas dan djuga Lembaga Administrasi Negara berpendapat, bahwa Peraturan Pemerintah No. 68/1958 sejogjanja ditindjau kem bali.
Pembuatan peraturanperaturan baru jang lebih sederhana akan tetapi lebih efektif untuk mendjamin/kelantjaran/djangka pandjang dapat mitsalnja ditugaskan kepada Lembaga Administrasi Negara.
3. Penetapan Prdsiden No. 7/1957 tentang sjaratsjarat dan penje derhanaan kepartaian.
Dalam tahun 1962 kits akan menjelenggarakan pemilihan umum lagi. Karepa itu Penetapan Presiden ini harus segera dilaksanakan. Peraturan pelaksanaannja harus setjepat mungkin diadakan.
4. Peraturan Penguasa Perang Pusat No. Prt/Peperpu/013/1958.
Dalam tahun 1958 Penguasa Perang Pusat mengeluarkan Peratur an tersebut guna Memberantas korupsi dalam public administration di Pusat maupun. daerah, jang merupakan penghalang pembangunan ma sjarakat jangadil dan makmur.
5. Pemerintah Daerah.
Mengenai perundangundangan tentang Pemerintah Daerah ter tjantum dalain keterangan mengenai keadaan sekarang tentang Peme rintah Daerah.
Sebagai landjutan dari Peraturan Pemerintah tersebut telah ter hentuk Dewan Pertimbangan Transmigrasi jang bertugas melengkapi rentjanarentjana transmigrasi.
Keterangan lebih landjut tentang keadaan transmigrasi sekarang, tertjantum dalam keterangan.
6. Peraturan tentang Transmigrasi.
Dalam tahun 1958 dibentuk Peraturan Pemerintah No. 56 1958 tentang Pokdkpokok Penjelenggaraan Transmigrasi.
Sebagai landjutan dari Peraturan Pemerintah tersebut telah di bentuk Dewan Pertimbangan Transmigrasi jang bertugas melengkapi rentjanarentjananja transmigrasi.
Keterangan lebih landjut tentang keadaan transmigrasi sekarang tertjantum dalam keterangan.
7. Peraturanperaturan tentang Koperasi.
Undangundang No. 7W1959 mengatur perkumpulanperkumpul an Koperasi.
Pelaksanaan Undangundang tersebut diatur dalam Peraturan Pe merintah No. 60/1959 tentang perkembangan. Gerakan Koperasi;
Peraturanperaturan ini jang menggantikan peraturan zaman ko lonial bermaksud untuk menumbuhkan, mendorong, membimbing, me lindungi dan mengawasi perkembangan gerakan koperasi, sebagai sa lah satu slat untuk melaksanakan Ekonomi Terpimpin berdasarkan sosialisme a'la Indonesia.
Kekurangan jang masih dirasakan oleh chalajak ramai adalah: prosedure untuk memperol'eh rechtpersoonlijkheid perkumpulanko perasi agak sulit dan memakan waktu. Soal ini sebaiknja ditindjau oleh Djawatan Koperasi.
8. Peraturan tentang pembangunan Masjarakat Desa.
Untuk memberi dasar hukum dalam pelaksanaan program nasio nal Pembangunan Masjarakat Desa, telah dikeluarkan Peraturan Peme rintah No. 2 tahun 1957 jang mengatur organisasi penjelenggaraan pembangunan masjarakat desa. Rangka organisasi P.M.D. dibuat sederhana sekali dengan maksud mendekatkan masjarakat desa dan Pemerintah Pusat dan mengurangi birokrasi jang menghambat pelajanan kepada masjarakat serta mengi ngat pula akan masih kurangnja tenagatenaga terdidik dan berpenga laman. 9. Peraturan tentang Pengerahan Tenaga Rakjat.
Dengan Keputusan Presiden No. 157 tahun 1957 telah dibentuk Kementerian Urusan Pengerahan Tenaga Rakjat untuk Pembangunan. Telah diatur pula tugas dan lapangan pekerdjaan dari Kementerian Urusan Pengerahan Tenaga Rakjat tersebut.
Pada dasarnja Departemen Patera dapat terus bekerdja dengan berdasarkan peraturan ketentuanketentuan itu, sambil menunggu per aturan baru jang mengatur tugas, susunan dan. lapangan pekerdjaan DepartemenDepartemen. Jang panting sekarang adalah inplementasi, pelaksanaan dari tu gas membimbing dan menggerakkan rakjat untuk pembangunan semes ta berentjana. 2565
10. Perundangundangan Agraria.
Domain beginsel sebagai dasar daripada hukum agraria sudah ti dak sesuai lagi dengan alam merdeka kini. Demikian djuga harus di hapuskan agrarise Wet dan agraris Besluit jang djuga bersifat kolo nial.
Dualisme dalam hukum agraria jakni dengan adanja hakhak Ba rat disamping hakhak adat, harus pula ditiadakan.
Kita harus menudju kepada hukum agraria nasional dan unifikasi dari hakhak atas tanah agar supaja rakjat dapat menikmati manfaat tanah dan dapat mengusahakannja untuk pembangunan. Pemerintah harus setjara radikal mengatur hak milik dan pengusahaan atas tanah, serta menettukan. batas maximum dan minimumnja. Pemerintah hendaknja dengan segera membentuk Undangundang Pokok Agraria, jang memuat dasardasar dan ketentuan.ketentuan po kok mengenai agraria reform dan landreform. Pelaksanaan landreform selandjutnja dapat diatur dalam Undang undang Landreform. c. Halhal lain jang dianggap perlu : Untuk dapat lebih memahami bentuk Peraturanperaturan Negara
setelah berlakunja kembali Undangundang Dasar 1945, diminta per hatian atas surat P.J.M. Presiden kepada Ketua D.P.R. tertanggal 26 Nopember 1959 No. 3639/HK/59 perihal pendjelasan Peraturanper aturan Negara, jang berbunji sebagai berikut :
Undangundang Dasar, baik Undangundang Dasar 1945 maupun Konstitusi R.I.S. atau Undangundang Dasar 1950, memberi wewenang kepada beberapa instansi untuk mengatur atau menetapkan sesuatu atau wewenang jang tersimpul didalamnja kekuasaan mengatur atau menetapkan, akan tetapi tidak memberikan nama pada semua peratur an atau penetapan itu.
Undangundang dasar 1945 hanja memberi nama kepada :
1. peraturan jang dibuat oleh Presiden bersamasama dengan Dewan Perwakilan Rakjat (Undangundang) ;
2. peraturan jang dibuat oleh Presiden untuk melaksanakan par aturan jang dibuat bersamasama oleh Presiden dan Dewan Per wakilan Rakjat (Peraturan Pemerintah).
3. Peraturan jang oleh Presiden dibuat dalam keadaan genting jang memaksa jang sesuatu seharusnja dibuat oleh Presiden bersama sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat (Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang).
Undangundang Dasar 1945 tidak memberi nama kepada :
(a) peraturanperaturan jang dibuat atau tindakantindakan jang di ambil oleh Presiden sebelum Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Dewan Perwakilan Rakjat atau Dewan Pertimbangan Agung di bentuk, sebagaimana dimaksud dalam pasal IV Aturan Peralihan Undangundang Dasar ;
(b) peraturanperaturan atau tindakantindakan Presiden berdasarkan pawl 4 atau pasal lain dari Undangundang Dasar ; (c) Peraturanperaturan atau tindakantindakan Menteri sebagai Pembantu Presiden atau sebagai Kepala Departemen. Undangundang Dasar 1945 tidak mengatur hak Negara untuk ber tindak djika Negara berada dalam keadaan darurat (subjectief Staats noodrecht).
Selain dari kekuasaankekuasaan mengatur/bertindak jang ter muat dalam Undangundang Dasar, pelbagai peraturan bawahan mem beri kekuasaan mengatur/bertindak kepada instansiinstansi jang su dah mempunjai wewenang mengatur/bertindak ex Undangundang Da sar, maupun kepada instansiinstansi lain, dan tidak memberi nama pula kepada peraturanperaturan atau tindakantindakan itu.
Peraturanperaturan bawahan jang dibuat setelah berlakunja kem bali Undangundang Dasar 1945 baru sedikit djumlahnja.
Kebanjakan aturanaturan ltu dibuat dalam kekuasaan Undang undang Dasar Sementara 1950. dan kini terus berlaku dengan penje suada.n seperlunja (dan sekedar tidak bertentangan dengan dasardasar Negara ex Undangundang Dasar 1945).
Karena tidak diberi nama itu, maka masingmasing instansi mein beri nama sendiri kepada peraturan atau tindakannja.
Menterimenteri memberi nama sendiri misalnja Peraturan Men teri, Keputusan Menteri, Penetapan Menteri dsb.Pemerintah memberi nama Peraturan Pemerintah kepada semua Peraturan itu dan djuga kepada peraturanperaturan jang bukan merupakan pelaksanaan Un dangundang jang ditanda tangani oleh Presiden. Demikin djuga kepada peraturanperaturan jang tak perlu ditanda tangani oleh Presiden. (Dalam sistim Undangundang Dasar sementara 1950, Pemerintah berarti kadangkadang Menteri (menteri) tanpa Pre siden). Apabila Dewan Menteri mengambil suatu tindakan maka tindakan itu diberi bentuk Keputusan Presiden atau Keputusankepuusan Per dana Menteri.
Akan tetapi, apabila Dewan Menteri melaksanakan wewenangnja untuk mengatur sesuatu (misalnja ex Undangundang Keadaan Bahaja) maka peraturannja itu dinamakan Peraturan Pemerintah (dan ditanda tangani oleh Presiden). Untuk menghentikan ketidakseragaman dan ketidaktepatan da lam „nomenclatuur” ini, maka telah disampaikan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakjat surat tertanggal 20 Agustus 1959 No. 2262/HK/59 hal „Bentuk Peraturanperaturan Negara”, djenisdjenis peraturan de ngan kemudian disusul dengan tjontohtjontoh jang dilampirkan pada surat tertanggal 22 September 1959 No. 27775/HK/59.
Selain daripada 3 djenis peraturan jang disebut dalam Undang undang Dasar itu bukan wewenangmengatur jang barn bagi Pemerin tah, melainkan namanama dari berbagai djenis peraturan jang dikelu arkan atau tindakan jang diambil oleh Presiden/Pemerintah atan se orang Menteri berdasarkan wewenangwewenang jang telah ada.
Sebelum mendjelaskan namanama peraturan itu, berhubung de ngan berlakunja kembali Undangundang Dasar, 1945 perlu diperhati kan Dula pergeseran wewenang mengatur/bertindak dari instansiins tansi, jaitu :
(1). Wewenang GouverneurGeneraal dalam peraturanperaturan za man pendjadjahan, kini masih berlaku. Sekarang dilakukan oleh Presiden..Dibawah kekuasaan Undangundang Dasar. Sementara 1950 wewenang itu sebagian besar dilakukan oleh Menteri jang bersangkutan.
(2). Wewenang seorang Menteri menurut suatu peraturan dibawah kekuasaan Undangundang Dasar 1945 sebelum R.I.S. setelah Men terimenteri mendjadi penanggung djawab politis, dan wewenang seorang Menteri menurut suatu peraturan dibawah kekuasaan konstitusi R.I.S. dan Undangundang Dasar Sementara 1950, se bagian beralih kepada Presiden, jaitu apabila jang dimaksud dalam peraturan, itu wewenang politis dan bersifat insidentil, djadi bu kan pelaksanaan kebidjaksanaan politik umum, misalnja wewe nang memutus permohonan mendjadi warga negara Indonesia, me ngenjahkan orang asing dan lain sebagainja.
Lain halnja dengan memperpandjang atau tidak memperpandjang waktu idjin bertempat tinggal di Indonesia, jang merupakan pelak sanaan kebidjaksanaan Politik Umum.
(3). Wewenang Dewan Menteri, misalnja sebagai penguasa tertinggi didalam.keadaan Darurat/perang, beralih kepada Presiden.
(4). Wewenang Perdana menteri boat sebagian beralih kepada Presi den, apabila mengenai wewenang pemimpin pemerintah, Iainnja kepada Menteri Pertama.
Pergeseran wewenang tersebut diatas tidak diatur dalam suatu peraturan. Kita telah mengalami beberapa kali peralihan ketatanegaraan dan setjara dasar tidak mengatur pergeseran wewenang itu, dengan keper tjajaan bahwa praktek tentu akan mengaturnja sendiri. Kalau pergeseran itu harus ditentukan satu demi satu, maka ada kemungkinan ada jang ketinggalan tidak diatur.
Untuk mentjapai keseragaman dan kepastian dalam namanama jang diberikan pada suatu peraturan atau tindakan, maka Pemerintah menjarankan sebagai berikut :
a). Dewan Perwakilan Rakjat bersamasama Presiden membentuk Undangundang.
Dapat dipertimbangkan, apakah persetudjuan jang diberikan oleh Dewan Perwakilan Rakjat kepada Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang menurut pasal 22 Undangundang Dasar berbentuk Undangundang seperti pengesahan Undangundang Darurat, atau ber bentuk suatu Keputusan Dewan Perwakilan Rakjat. Ini sesungguhnja terserah kepada Dewan Perwakilan Rakjat sendiri.
b). Presiden.
Wewenang Presiden untuk mengatur/bertindak bersumber: a. pada Undangundang Dasar dan peraturanperaturan bawahan. b. diluar Undangundang Dasar dan peraturan lainnja.
Ad. (a) Wewenang jang bersumber pada pasal IV Aturan Peralih an Undangundang Dasar ada jang merupakan wewenang luar biasa, jaitu sebeium Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Dewan Perwakilan Rakjat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk. Peraturan jang di bust dengan mempergunakan wewenang ini dinamakan Penetapan Presiden.
Peraturanperaturan jang bersumber pada pasal 4 ajat (1) Un dangundang Dasar dan peraturanperaturan lain (misalnja Penetapan Presiden) sebaiknja,dinamakan Peraturan Presiden, ketjuali peraturan untuk melaksanakan Undangundang jang bernama Peraturan Peme rintah dan peraturan jang mendahului Undangundang, jang bernama Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang.
Tindakantindakan lain hendaknja dinamakan Keputusan Presiden.
Ad. (b) Apabila Negara dalam keadaan darurat, Kepala Negara dapat bertindak dengan mengenjampingkan semua peraturan, baik jang termuat dalam Undangundang Dasar, maupun jang termuat da lam Undangundang biasa, kiranja sudah lazim dimengerti.
Apa jang diperbuat pada tanggal 5 Djuii 1959 dengan Keputusan Presiden No. 150 tahun 1959 jang terkenal dengan Dekrit Presiden, dengan aklamasi diterima Dewan Perwakilan Rakjat dan Pemerintah jang pada waktu itu bersama,sama melakukan kedaulatan jang ada di tangan rakjat.
Pengakuan adanja kekuasaan Presiden jang luar biasa ini adalah terlepas dari Undangundang Dasar. Dengan diakuinja kekuasaan Pre siden jang luar biasa maka harus diakui pula adanja kekuasaan Presiden untuk mengatur segala sesuatu jang sangat erat hubungannja dan sesungguhnja sedjalan dengan tindakan jang diambil dengan we wenang luar biasa itu. Pengembalian susunan kenegaraan dari suasana Undangundang Dasar Sementara 1950 kesuasana Undangundang Da sar 1945 harus segera disusul dengan tindakantindakan landjutan jang