• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian teori

2. Adversity Quotient

AQ atau Adversity quotient, merupakan istilah baru untuk kecerdasan seseorang yang dikenalkan dalam buku Paul G. Stoltz tahun 1997 dengan berjudul Adversity Quotient: Transforming Obstacles into Opportunities.

Adversity dari bahasa Inggris berarti kegagalan atau kemalangan. Menurut Stolz, AQ merupakan kecerdasan seseorang yang mampu melawan kendala atau kesulitan dengan teratur. AQ dapat membantu seseorang meningkatkan kemampuan dan ketekunannya untuk menghadapi tantangan sehari-hari dalam hidup.

Intelligence (IQ) dan Emotional Intelligence (EQ) yang dulunya dianggap sebagai faktor utama keberhasilan seseorang, tidak lagi dijadikan pijakan. Pasalnya, ternyata banyak orang telah menemukan kenyataan yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan IQ dan EQ tinggi pun bisa gagal.

Namun, ia tak memungkiri bahwa kedua jenis kecerdasan itu bermanfaat.

Tetapi dia bertanya kenapa beberapa orang bisa bertahan dan terus maju, disaat banyak orang pingsan dalam pukulan yang sulit, bahkan jika mereka berdua pintar dan mudah bergaul. Menurut Stolz, adversity quotient menjadi pembeda di antara keduanya.

a. Bentuk dan Tipe Adversity Quotient

Stoltz mengkategorikan 3 tipe orang dimisalkan melakukan perjalanan menaiki gunung, yaitu quitters, campers, serta climbers.

Berikut penjelasan bentuk dan jenis adversity quotient;

1) Quitters (mereka yang berhenti). Inilah orang-orang yang berhenti mendaki (analogi mendaki gunung seperti yang disebutkan di atas).

Orang yang berhenti, bertindak lurus, menunjukkan ambisi rendah, kurang antusias dan kualitas rendah. Tipe orang seperti ini berhenti di tengah proses pendakian, mereka mudah menyerah.

2) Campers (berkemah) adalah orang-orang yang cukup termotivasi dan berusaha, tetapi tidak cukup serius untuk mencapai tujuan mereka, sehingga mereka sering memilih untuk berhenti sebentar saat merasa lelah atau jenuh dengan tantangan.

3) Climbers (pendaki) adalah orang-orang yang diharapkan berhasil.

Mereka tidak mau menyerah pada kesulitan. Tetap berjuang untuk suatu tujuan, kreatif, bersemangat dan percaya diri. mereka merupakan pemikir yang terus memikirkan kemungkinan serta tidak akan membiarkan usia, jenis kelamin, ras, kecacatan fisik atau mental atau halangan lainnya menghalangi pendakian mereka.

b. Aspek atau Dimensi Adversity Quotient

Stoltz membagi aspek atau dimensi dasar menjadi empat, yang mampu menghasilkan kapabilitas adversity quotient yang tinggi yang disingkat menjadi CO2RE (Control, Origin, Ownership, Reach and Endurance) diuraikan sebagai berikut (Stoltz: 140-162):

1) Control (kendali)

Pengendalian atau kontrol merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol serta mengatur kejadian yang akan memunculkan

17

kesulitan di kemudian hari. Pengendalian diri semacam ini akan mempengaruhi tindakan balasan dari individu tersebut sepanjang tujuan dan cita-cita individu tersebut, bahkan jika situasi saat ini sulit, kita harus terus bekerja keras untuk mewujudkan keinginan kita.

2) Origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)

Dimana mana seseorang berdebat dengan dirinya sendiri ketika dia mengetahui bahwa kesalahan itu bermula dari dirinya, atau sejauh mana berdebat dengan seseorang atau dengan lingkungan sekitar yang menjadi faktor kesulitan atau kegagalannya. Jenis rasa bersalah yang tepat akan menginspirasi seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan rasa bersalah yang terlalu besar akan menyebabkan kelumpuhan. Poin ini adalah pembukaan poin Ownership mengungkapkan tingkat penerimaan seseorang atas konsekuensi kesulitan dan kesediaan untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan.

3) Reach (jangkauan)

Sejauh mana kesulitan mampu menembus kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana masalah tersebut mengganggu kegiatan lain, meskipun tidak terkait masalah langsung. Jika adversity quotient seseorang rendah, sehingga sulit untuk menembus aspek kehidupan lainnya.

4) Endurance (daya tahan)

Daya tahan merupakan aspek ketahanan individu. Kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan masalah. Jadi dalam dimensi ini anda bisa melihat kesulitan akan bertahan berapa lama dan penyebab kesulitan akan bertahan berapa lama. Hal ini mengacu pada pandangan sesorang tentang keabadian dari kerumitan yang sedang berlangsung. Aspek ini mempengaruhi ekspektasi kondisi masa depan yang baik atau buruk. Semakin tinggi ketahanan seseorang, semakin ia dapat melawan berbagai kesulitan yang temuinya.

19 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

B. Lokasi Penelitian

SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah yang bertempat di Jl. Antang Raya No. 48 Kec. Manggala, Kota Makassar. Alasan peneliti memilihan lokasi penelitian ini yaitu;

1. Sekolah tersebut memiliki data dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.

2. Pada sekolah tersebut penelitian serupa belum pernah dilakukan.

C. Fokus Penelitian

Difokuskan pada deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa yang ditinjau dari adversity quotient yaitu quitter, camper dan climber.

D. Subjek Penelitian

Subjek merupakan 3 siswa kelas X IPA SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah Kota Makassar yang peneliti pilih berdasarkan AQ (Climber, Camper, Quitter). Pada penelitian ini subjek ditentukan tidak secara acak, tetapi dengan meminta pertimbangan dari guru dan beberapa pertimbangan lainnya seperti hasil ulangan semester, keaktifan siswa saat belajar,

kemampuan siswa saat belajar. Mengungkapkan argumen atau cara berpikir mereka baik secara lisan maupun tulisan, serta siswa kelas X IPA sudah mempelajari materi tentang sistem persamaan linear.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahapan Persiapan

a. Meminta persetujuan dipihak sekolah untuk melakukan observasi dan akan ditindak lanjuti dengan penelitian

b. Bertemu dengan guru mata pelajaran matematika (guru Pamong) c. Melakukan observasi dikelas dan menelaah kuriulum

d. Menyusun dan membuat instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Membagikan angket untuk mengetahui tipe AQ siswa.

b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai tipe AQ.

c. Memberikan lembar tes kepada siswa (dilakukan 2 kali dalam waktu yang berbeda).

d. Melakukan wawancara kepada siswa setelah mengerjakan tes.

3. Tahap Analisis

Ditahap ini data yang dikumpulkan akan dianalisis

F. Instrumen Penelitian

Penggolongan tipe AQ (Quitters, Campers dan Climbers), lembar soal kemampuan berpikir kritis serta pedoman wawancara dan peneliti itu sendiri.

21

1) Adversity Respon Profil (ARP)

KISI –KISI ARP (ADVERSITY RESPONSE PROFILE) PADA ADVERSITY QUOTIENT

Keterangan : soal terdiri dari 20 kasus pertanyaan.

Indikator (Dimensi Adversity

Quotient : Pengukuran Indikator Butir Soal Jumlah CO2RE)

1. Control (Kendali) tingkat kendali yang dirasakan

Or : Pengakuan terhadap asal usul adanya kesulitan

4. Endurance (Daya Tahan) Anggapan peserta didik akan berapa lama kesulitan itu akan berlangsung dan berapa

lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung

4, 8, 10, 14, 19 5

Jumlah 20

Angket Adversity Quotient (AQ)

Nama : No/Kelas : Petunjuk Pengisian

1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan dibawah ini dengan baik.

2. Ini bukan tes. Setiap butir pernyataan bertujuan memberi pemahaman-pemahaman baru mengenai aspek penting tentang cara anda berfikir, belajar dan bekerja.

3. Ada 20 peristiwa yang mengandung hambatan/kesulitan. Selesaikan pernyataan-pernyataan untuk setiap peristiea dengan cara sebagai berikut:

a. Bayangkan setiap pernyataan sebagai suatu peristiwa yang hidup, seolah-olah sedang terjadi meskipun tampaknya tidak realistis.

b. Untuk kedua pertanyaan yang mengikuti setiap peristiwa, lingkarilah salah satu angka 1, 2, 3, 4, 5 yang merupakan jawaban anda.

Contoh:

Saya merasa takut apabila ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan di kelas a. Penyebab saya merasa takut karena:

Kemampuan saya

(semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Hanya suatu kebetulan saja

b. Peristiwa tersebut:

Akan selalu saya raakan 1 2 3 4 5 Tidak pernah saya rasakan

23

1. Nilai saya yang paling rendah diantara semua teman kelas saya Penyebab nilai saya paling rendah diantara semua teman kelas saya : Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi

2. Teman-teman satu kelas saya tidak mau menerima ide dan pendapat saya saat diskusi dan tanya jawab dalam kelompok

Penyebab teman-teman tidak menerima ide dan pendapat saya karena:

Saya sendiri 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

3. Saya dikritik tema-teman saat presentasi didepan kelas Konsekuensi dari situasi ini akan:

Mempengaruhi semua aspek

1 2 3 4 5 Hanya terjadi pada situasi ini

4. Pada saat presentasi di depan kelas, teman-teman saya tidak memperhatikan

Hal tersebut :

Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi

5. Saran saya tidak didengarkan oleh teman-teman saya Konsekuensi dari situasi ini akan:

Mempengaruhi semua aspek

1 2 3 4 5 Hanya terjadi pada situasi ini

6. Hubungan saya dengan guru tidak baik (harmonis)

Sejauh mana anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?

Bukan tanggung jawab saya

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

7. Saya mengikuti ekstrakulikuler yang pembinanya jarang masuk Penyebab pembina ekstrakulikuler jarang masuk:

Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi

8. Nilai UTS saya di bawah KKM, sehingga saya harus melakukan remidi semua mata pelajaran

Hal tersebut :

Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi

9. Saya mendapat nilai baik saat ulangan pada mata pelajaran yang paling saya anggap sulit

Saya mendapat nilai baik karena :

Kemampuan saya 1 2 3 4 5 Hanya suatu kebetulan

10. Saya tidak dipercaya oleh sahabat dekat saya Hal tersebut :

Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi

11. Saya ditunjuk guru untuk mewakili sekolah Saya ditunjuk guru karena :

Kemampuan saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

25

12. Nilai raport saya ada angka merah Penyebab raport saya ada angka merahnya karena:

Saya 1 2 3 4 5 Hanya suatu kebetulan

13. Saya terlambat tiba di sekolah Penyebab saya terlambat :

Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi

14. Saya tidak lulus UTS Peristiwa tersebut :

Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi

15. Pagi ini ada ulangan tapi saya bangun kesiangan Penyebab bangun kesiangan :

Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi

16. Saya terpilih menjadi ketua kelas Penyebab saya terpilih :

Kemampuan saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

17. Saya terpilih untuk memimpin teman satu kelas Penyebab saya terpilih :

Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi

18. Saat nilai saya turun, guru memperingatkan saya Peristiwa tersebut :

Bukan tanggung jawab

20. Saya tidak dipilih teman menjadi kapten tim sepak bola Peristiwa tersebut

LANGKAH SATU: Masukkan nomor yang Anda lingkari untuk masing-masing pertanyaan di atas ke dalam kotak yang sesuai di bawah ini. Misalnya, jika Anda melingkari 4 untuk pertanyaan nomor 2, Anda akan memasukkan angka "4" di sebelah pertanyaan nomor 2 di bawah ini.

C O R E

LANGKAH DUA : Masukkan total untuk setiap kolom di tabel di bawah ini.

Total C + Total O

27

LANGKAH KETIGA: Tambahkan keempat total dari Langkah Dua, lalu kalikan angka itu dengan 2.

X 2 = Total from

CORE

Tabel Kategori AQ berdasarkan skor ARP

No. Skor Kategori Siswa

1. 0 - 177 Quitter (QT)

2. 118 - 134 Peralihan quitter menuju

camper (QT-CP)

3. 135 - 160 Camper (CP)

4. 161 - 177 Peralihan camper

menuju climber (CP-CB)

5. 178 - 200 Climber (CB)

The Adversity Response Profile (ARP) was developed by Paul G.

Stoltz, the originator of the Adversity Quotient (AQ) and Peak Learning (www.peaklearning.com).

2) Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas/Semester : X/II

Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua variabel Waktu : 2 x 40 menit

Nama : ...

AQ

YOUR AQ QUICKTAKE™ SCORE

Nis : ...

Kelas : ...

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL :

Selesaikan soal berikut untuk menjawab pertanyaan di bawah!

Patin ingin melakukan lompat tali. Misalnya, tali yang dipakai oleh Patin mempunyai panjang 70 cm lebih pendek dari tinggi Patin. Supaya tali tidak tersangkut di tubuh Patin, maka setidaknya tali yang digunakan harus mempunya panjang dua kali lebih panjang dari ukuran sebelumnya. Sehingga, jika diukur kembali, maka ukuran dua kali panjang tali akan 30 cm lebih panjang dari tinggi Patin. Tentukan berapa ukuran panjang tali yang digunakan serta tinggi badan Patin! Dan berapakah panjang tali yang di butuhkan agar tidak tersangkut di badan patin?

1. Apa yang kamu ketahui dari soal diatas?

2. Metode apakah yang kamu gunakan untuk menyelesaikan soal diatas?

3. Jelaskan jawabanmu diatas menggunakan kata-katamu sendiri!

4. Apakah ada metode atau cara lain untuk menyelesaikan soal diatas? Jika ada coba tunjukkan!

Langkah pertama yang bisa kita lakukan yaitu dengan cara mengganti seluruh besaran yang terdapat di dalam soal dengan variabel. Disini kita misalkan seperti:

1. Tulis Nama, NIS dan Kelas pada lembar jawaban anda!

2. Baca dan pahami soal sebelum menjawab!

3. Kerjakan soal dengan menuliskan langkah-langkah secara jelas!

29

Membuat model Matematika dari permasalahan soal.

Panjang tali 70 cm lebih pendek dari tinggi Patin → x = y – 70 atau -x + y = 70 Dua kali panjang tali 30 cm lebih panjang dari tinggi Patin → 2x = 30 + y atau 2x – y = 30

Sehingga, model Matematika dari soal di atas yaitu:

1) Persamaan I : -x + y = 70 2) Persamaan II : 2x – y = 30

Siswa dapat menuliskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan

a. Menggunakan metode Eliminasi Diketahui: persamaan tersebut sudah sama, maka bisa langsung kita selesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai y.

NO. JAWABAN persamaan sama, maka kalikan persamaan I dengan II dan kalikan persamaan II dengan I.

Kemudian, selesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai x.

-2x + 2y = 140 2x – y = 30 + y = 170

Berdasarkan metode Eliminasi, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170.

Sehingga, bisa kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm.

b. Metode Subtitusi Diketahui:

1) Persamaan I : -x + y = 70 2) Persamaan II : 2x – y = 30 Untuk mencari nilai x, maka cari nila y terlebih dahulu.

Dari persamaan I: -x + y = 70 → y = 70 + x

Kemudian, subsitusi nilai y ke dalam persamaan II:

31

Berdasarkan metode substitusi, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170.

Sehingga, bisa kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm. terlebih dahulu dengan menggunakan metode eliminasi.

Maka untuk menentukan nilai x langsung diselesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai y.

NO. JAWABAN

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS persamaan untuk memperoleh nilai

y.

Misalnya, dilakukan subtitusi nilai x ke dalam persamaan I, maka:

-x + y = 70

→ 100 + y = 70

→ y = 70 + 100

→ y = 170

Berdasarkan metode Gabungan, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170.

Sehingga, bisa kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm.

Jadi panjang tali yang di butuhkan agar tidak tersangkut yaitu 2 x 100 cm = 200 cm karena agar tali tidak tersangkut dibutuhkan setidaknya dua kali dari panjan sebelumnya.

33

KISI-KISI SOAL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Mata Pelajaran : Matematika

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas/Semester : X IPA / Ganjil

Bentuk Soal : Uraian

Alokasi Waktu : 80 Menit

NO. Keterampilan Berpikir Indikator 1. Memberikan Penjelasan

- Siswa dapat menuliskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan

- Siswa mampu mempertimbangkan metode atau cara yang tepat untuk menyelesaikan soal, serta kemampuan memberikan alasan 3. Membuat Kesimpulan - Siswa mampu menyimpulkan hasil

akhir dari soal yang telah diberikan 4. Memberikan Penjelasan

Lebih Lanjut

- Siswa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hasil yang didapatkan sesuai dengan permasalahan yang disediakan.

5. Mengatur Strategi Dan Taktik

- Siswa dapat menentukan suatu tindakan untuk menyelesaikan soal dan merumuskan solusi alternatif.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian digunakan teknik angket Advesty Respon Profil (ARP) merupakan angket yang dikembangkan oleh Paul G. Stoltz yang kemudian telah dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, tes berbasis soal serta wawancara untuk mengumpulkan data.

H. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data atau kredibilitas data hasil penelitian menggunakan triangulasi waktu dan menggunakan tes berbasis soal yang dilaksanakan 2 kali dalam waktu yang beda untuk tiap subjek penelitian.

I. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Adversity Response Profile

Teknik analisis data yang digunakan untuk Adversity Response Profile (ARP) adalah analisis statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adaya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016:207).

Data yang diperoleh pada angket disajikan dalam bentuk tabel sehingga mudah dipahami dan dapat disimpulkan.

2. Teknik Analisis Data Tes Berbasis Wawancara

Dari data yang di dapatkan dari hasil tes siswa berdasarkan tipe AQ, yang dilakukan 2 kali pada waktu yang beda sesuai uji kredibilitas yang diterapkan yaitu triangulasi waktu. Kemudian data tersebut akan di analisis.

Konsep Miles dan Huberman adalah teknik analisis data yang digunakan (Sugiyono, 2016:337), Kegiatan analisis data dilakukan melalui tahap di bawah ini;

35

a) Mereduksi Data (Data Reduction )

Mereduksi data yakni meringkas, memilih konten utama, fokus pada konten penting, menemukan tema serta pola, dan menghilangkan konten yang tidak diperlukan. Pertama dilakukan wawancara terhadap siswa saat mengerjakan soal. Dari hasil wawancara kemudian diketahui bagaimana karakteristik berpikir siswa dalam memcahkan masalah matematika dan data tidak penting dalam penelitian akan ditiadakan. Setelah data direduksi akan memudahkan melakukan pengumpulan dan pencarian informasi lebih lanjut bila dibutuhkan.

2. Menyajikan Data (Data Display)

Data yang telah diperoleh dapat disajikan dalam bentuk uraian, diagram, diagram alir, dll. Penyajian data tersebut akan lebih mudah untuk dipahami dan mengatur pekerjaan selanjutnya sesuai dengan yang diketahui dan disajikan dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)

Membuat kesimpulan atau verifikasi adalah langkah ketiga dalam menganalisis data ini. Menurut Sugiyono, jika simpulan yang diambil ditahap awal disertai oleh bukti yang andal dan konsisten, oleh karena itu, ketika peneliti kembali untuk mengumpulkan data, kesimpulannya adalah kesimpulan yang akurat. Dalam studi ini, menarik kesimpulan dengan melihat atau mengikuti transkrip hasil wawancara untuk menemukan proses berpikir subjek penelitian berdasarkan tipe AQ.

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian di SMA Islam Terpadu Wahdah Islmaiyah Kota Makassar pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini merupakan siswa kelas X IPA dengan jumlah siswa 21 orang. Demi mendapatkan data penelitian diawali dengan konsultasi dengan guru mata pelajaran, memperhatikan nilai semester serta hasil tes Adversity Response Profile (ARP) untuk menetukan AQ tiap siswa. Hasil dari mengelompokkan sesuai tipe AQ siswa kelas X IPA dapat dilihat di bawah ini;

Tabel 4.1. Pengelompokan Tipe Adversity Quotient (AQ)

No. Tipe Adversity Quotient (AQ) Jumlah Peserta Didik

1 Quitters 1

2 Peralihan antara Quitters dan Campers 2

3 Campers 15

4 Peralihan antara Campers dan Climbers 1

5 Climbers 2

Dapat dilihat bahwa 1 siswa dengan AQ tipe quitters, 2 siswa dengan AQ tipe peralihan quitters dan campers, 15 siswa dengan AQ tipe Campers, 1 siswa dengan AQ tipe Peralihan campers dan climbers, dan 2 siswa dengan AQ tipe climbers. Kemudian tiap siswa pada masing-masing tipe dipilih 1 siswa secara purposive sampling dari hasil tes ARP, saran guru dan saran lainnya,

37

antara lain nilai semester, motivasi belajar siswa, kemampuan siswa mengutarakan pendapat atau pemikiran secara lisan dan tulisan, serta siswa X IPA telah mempelajari materi persamaan linear.

Setelah pengambilan secara purposive sampling dipilih 3 orang siswa yang kemudian diberikan tes kemampuan berpikir kritis dan wawancara.

Ketiga siswa tersebut adalah 1 orang tipe climbers, 1 orang tipe campers dan 1 orang tipe quitters. Penentuan waktu penelitian dilakukan sesuai dengan kesepakatan peneliti, guru dengan siswa. Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa direkam menggunakan handphone.

B. Deskripsi Hasil Adversity Response Profile (ARP)

Adversity Response Profile merupakan tes yang dipakai mengelompokkan siswa sesuai dengan tipe Adversity Quotient (AQ). ARP dibagikan pada semua siswa kelas X IPA. Pengerjaan ARP ini dilakukan pada tanggal 06 Januari 2020 yang di ikuti 21 siswa. Pada hasil ARP terlihat beberapa siswa termasuk tipe quitters, campers, dan climbers. Berikut penjelasan jumlah siswa dari tiap tipe AQ:

Terlihat di tabel 4.1 siswa yang masuk dalam tipe quitters 1 orang yaitu siswa yang memperoleh skor AQ antara 0 – 117. Yang termasuk tipe peralihan quitters dan campers 2 orang siswa yang memperoleh skor AQ antara 118 - 134. Termasuk ke dalam tipe campers 15 orang siswa yang memperoleh skor AQ antara 135 – 160, termasuk tipe peralihan antara campers dan climbers 1 orang siswa yang memperoleh skor AQ antara 161 – 177, dan termasuk tipe climbers 2 orang yang memperoleh skor AQ antara 178 – 200.

Hasil ARP tiap siswa kelas X IPA terlampir. Penjelasan hasil ARP oleh siswa menunjukkan bahwa kelas tersebut sebagian besar adalah siswa AQ campers.

C. Deskripsi Pemilihan Subjek Penelitian

Pada penelitian ini subjek ditentukan tidak secara acak, tetapi dengan meminta pertimbangan dari guru dan beberapa pertimbangan lainnya seperti hasil ulangan semester, keaktifan siswa saat belajar, kemampuan siswa saat belajar. Mengungkapkan argumen atau cara berpikir mereka baik secara lisan maupun tulisan, serta siswa kelas X IPA sudah mempelajari materi tentang sistem persamaan linear.

Subjek ini dirancang untuk fokus pada informan terpilih. Subjek diambil dengan sengaja berdasarkan tujuan peneliti dan persyaratan pengambilan subjek yang diperlukan. Artinya, peneliti memilih bahwa subjek yang mereka ambil berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu subjek yang dipilih oleh peneliti dapat mewakili tipe AQ, baik itu tipe quitters, campers, dan climbers. Dari 21 calon siswa tersebut, terdapat 3 siswa X IPA yang di pilih. Rincian informasi tiap kelompok meliputi 1 siswa quitters, 1 siswa campers dan 1 siswa climbers. Tabel berikut mencantumkan tiga siswa dalam penelitian ini:

Tabel 4.2 Daftar Nama Subyek Penelitian

No. Inisial Kelompok Kode Subyek

1 MF Climbers Subyek 1 MF

39

No. Inisial Kelompok Kode Subyek

2 AJ Campers Subyek 2 AJ

3 AK Quitters Subyek 3 AK

Subjek 1 (MF) adalah subjek tipe climbers mendapatkan skor AQ 178 (dapat dilihat dilampiran), subjek 2 (AJ) adalah subjek tipe campers mendapatkan skor AQ 158 (dapat dilihat dilampiran), subjek 3 (AK) subjek tipe quitters mendapatkan skor AQ 114 (dapat dilihat dilampiran).

Ketiga subjek yang terpilih, selanjutnya diberikan soal tes kemampuan berpikir kritis. Mereka diberi waktu 40 menit untuk mengerakan soal. Agar mendapatkan data yang terkait kemampuan berpikir kritis siswa maka dilakukan wawancara pada ketiga subjek yang selanjutnya akan dianalisis

D. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis Wawancara Pengambilan data pengujian instrumen tes soal berpikir kritis I pada hari Senin tanggal 13 Januari 2020 di ruangan kelas X IPA pukul 07.50 sampai dengan 08.30 WITA. Pengumpulan data wawancara I dilakukan setelah tes pukul 08.30 sampai dengan 09.00 WITA. Pengambilan data dan pengujian

D. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis Wawancara Pengambilan data pengujian instrumen tes soal berpikir kritis I pada hari Senin tanggal 13 Januari 2020 di ruangan kelas X IPA pukul 07.50 sampai dengan 08.30 WITA. Pengumpulan data wawancara I dilakukan setelah tes pukul 08.30 sampai dengan 09.00 WITA. Pengambilan data dan pengujian

Dokumen terkait