SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
Arfan B.
10536502215
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2021
ii
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ARFAN B
Nim : 10536 5022 16
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari Adversity Quotient pada Siswa Kelas X IPA SMA Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Kota Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyatan ini tidak benar.
Makassar, Februari 2021 Yang membuat pernyataan,
Arfan B
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ARFAN B
Nim : 10536 5022 15
Jurusan : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Februari 2021 Yang Membuat Perjanjian
Arfan B
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, Kecuali bagi orang-orang yang khusyu’."
(Q.S Al-Baqarah: 45)
Kupersembahkan karya ini untuk Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Baharuddin dan Ibunda St. Aisyah Serta Saudara(i)ku yang senang tiasa mendukung serta mendoakan Keberhasilanku
vii ABSTRAK
Arfan B. 2021, Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari Adversity Quotient pada Siswa Kelas X IPA SMA Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Kota Makassar. Skripsi, Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Alimuddin dan Pembimbing II Ma’rup.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari adversity quotient yaitu tipe climbers, campers, quitters. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 3 peserta didik kelas X IPA SMA Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan tes, teknik keabsahan data yang digunakan dipenelitian ini triangulasi waktu, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (i) Peserta didik dengan AQ tipe climbers mampu memenuhi 5 indikator bepikir kritis dan pada saat pengerjaan soal peserta didik sangat semangat sekali dalam mengerjakan soal, berusaha mencari jawaban soal tersebut dan sering kali bertanya pada peneliti mengenai penyelesaian yang ia kerjakan. (ii) Peserta didik dengan AQ tipe campers mampu memenuhi 4 indikator kemampuan berpikir kritis dan peserta didik cukup semangat dan memiliki sejumlah inisiatif dalam mengerjakan soal, dan masih mau berusaha mengerjakan soal untuk mendapatkan jawabannya. (iii) Peserta didik dengan AQ tipe quitters hanya mampu memenuhi 1 indikator kemampuan berpikir kritis dan peserta didik tidak semangat dalam mengerjakan soal karena tidak suka dengan matematika, tidak mau mengambil resiko sehingga tidak mengerjakan dengan baik dan benar, memiliki sedikit sekali ambisi dalam mengerjakan soal.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Adversity Quotient, Climber, Campers, Quitters.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik, sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sholawat serta salam tetap tercurah kepada keharibaan pemimpin sang Ilahi Rabbi Nabi Besar Muhammad SAW, Sang revolusioner sejati, sosok pemimpin yang terpercaya, jujur, dan berakhlak karimah yang telah bersusah payah mengeluarkan manusia dari kungkungan kebiadaban, sehingga sampai saat ini manusia mampu memposisikan diri sebagai insan yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis, skripsi ini lahir dan tampil sebagai manifestasi dari suatu usaha yang tak mengenal lelah dan pantang menyerah, mulai dari tahap observasi, sampai selesai skripsi ini ditulis. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa mulai dari penyusunan hingga selesainya skripsi ini ditulis, tidak sedikit hambatan dan tantangan yang dialami penulis. Namun, hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan dari berbagai pihak.
Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ayah dan Ibu tercinta dan saudaraku sekalian yang telah memberi doa restu dan segala pengorbanan yang begitu besar untuk keberhasilan penulis dalam menuntut
ix
ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Serta seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan doa restu, dorongan dan semangat untuk mendambakan keberhasilan saya. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang di kehidupan dunia dan akhirat. Banyak hambatan yang dilalui penulis dalam penyusunan skripsi ini, namun karena berkat kehendak Nyalah sehingga penulis berhasi menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1) Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2) Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3) Mukhlis, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4) Dr. Alimuddin, M.Si. sebagai Pembimbing I dan Ma’rup, S.Pd., M.Pd. sebagai Pembimbing II atas segala kesediaan dan kesabarannya meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan skripsi ini sampai pada tahap penyelesaian.
5) Dr. Ilham Minggi, M.Si. Sebagai Validator I dan Prof. Dr. Usman Mulbar, M.Pd. Sebagai Validator II atas segala bimbingan, motivasi dan dorongan yang diberikan dalam penyusunan instrumen penelitian.
x
6) Andi Adam, S. Pd., M.Pd. selaku Penasihat Akademik atas bimbingan dan nasihat yang sangat berharga selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
7) Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai dalam lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
8) Bapak Guru serta Staf Tata Usaha SMA Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Kota Makassar atas perhatian dan kerja samanya serta dengan senang hati menerima dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
9) Saudara-saudariku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika khususnya Geometri 2015 A atas dukungan dan kerjasamanaya.
10) Siswa SMA Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Kota Makassar Khususnya Kelas X IPA, atas partisipasi dan kesediaanya membantu selama proses penelitian.
11) Sahabat yang senantiasa mendukung dan mensupport segala kegiatan dalam penyusunan skripsi ini
12) Serta semua pihak yang tidak sempat dituliskan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung, semoga menjadi amal ibadah di sisi-Nya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas amal ibadah dan bantuan yang diberikan dengan tulus ikhlas serta limpahan rahmat dan karunia-Nya senantiasa tercurah kepada kita semua. Aamiin.
xi
Sebagai seorang yang masih dalam tahap belajar, tentu saja skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis dengan hati terbuka menerima segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif, guna perbaikan dan peningkatan kualitas penulis dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Makassar, Februari 2021
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Batasan Masalah... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Kajian teori ... 9
1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 10
2. Adversity Quotient ... 15
xiii
a. Bentuk Dan Tipe Adversity Quotient ... 15
b. Aspek Atau Dimensi Adversity Quotient ... 16
BAB III METODE PENELITIAN... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Tempat Penelitian... 19
C. Fokus Penelitian ... 19
D. Subyek Penelitian ... 19
E. Prosedur Penelitian... 20
F. Instrument Penelitian ... 20
G. Teknik Pengumpulan Data ... 20
H. Uji Keabsahan Data... 21
I. Teknik Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Hasil penelitian... 24
B. Deskripsi Hasil Adversity Response Profile ARP ... 25
C. Deskripsi Pemilihan Subyek Penelitian ... 26
D. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis Wawancara 27 E. Triangulasi Data ... 60
F. Pembahasan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xiv LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator Kemampuan Berpikir kritis ... 8
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir kritis Menurut Ennis ... 10
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir kritis Yang Dipakai Peneliti ... 13
Tabel 4.1. Pengelompokan Tipe Adversity Quotient (AQ) ... 23
Tabel 4.2 Daftar Nama Subyek Penelitian ... 25
Tabel 4.3 Triangulasi Data Subyek I (MF) pada Tes Berbasis Wawancara I dan II ... 60
Tabel 4.4 Triangulasi Data Subyek 2 (AJ) pada Tes Berbasis Wawancara I dan II ... 62
Tabel 4.5 Triangulasi Data Subyek 3 (AK) pada Tes Berbasis Wawancara I dan II ... 64
Tabel 4.6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Adversity Quoatient Tipe Climbers, Campers, Quitters ... 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF Tipe Climbers ... 27 Gambar 4.2 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 29 Gambar 4.3 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 30 Gambar 4.4 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 31 Gambar 4.5 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 32 Gambar 4.6 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 33 Gambar 4.7 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 34 Gambar 4.8 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 35 Gambar 4.9 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 36 Gambar 4.10 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF
Tipe Climbers ... 37 Gambar 4.11 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 39 Gambar 4.12 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 40 Gambar 4.13 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 41 Gambar 4.14 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 42 Gambar 4.15 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 43
xvii
Gambar 4.16 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ Tipe Campers ... 44 Gambar 4.17 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 46 Gambar 4.18 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 47 Gambar 4.19 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 48 Gambar 4.20 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AJ
Tipe Campers ... 49 Gambar 4.21 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 50 Gambar 4.22 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 51 Gambar 4.23 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 52 Gambar 4.24 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 53 Gambar 4.25 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 54 Gambar 4.26 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 55 Gambar 4.27 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 56 Gambar 4.28 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 57 Gambar 4.29 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 58 Gambar 4.30 Lembar Jawaban Tes II Kemampuan Berpikir Kritis Subjek AK
Tipe Quitters ... 59
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Siswa atau yang biasa disebut pembelajar merupakan salah satu muatan pendidikan yang tidak boleh dilepaskan, karena tanpa siswa maka proses pembelajaran tidak akan berjalan. Siswa merupakan bagian integral dari manusia dan menempati posisi sentral dalam proses pengajaran. Dalam proses pengajaran, siswa sebagai pihak yang ingin menggapai kesuksesan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berupaya mengembangkan potensinya melalui jalur, tingkatan, dan jenis proses belajar mengajar tertentu.
Pendidikan merupakan studi tentang pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang, melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian, sehingga dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan biasanya dilakukan di bawah bimbingan orang lain, tetapi dapat juga dilakukan atas dasar pembelajaran mandiri.
Sejalan dengan tujuan nasional pendidikan Indonesia yaitu mengembangkan potensi peserta didik menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat dan sadar, kompeten, kreatif, mandiri dan warga negara yang kompeten, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan harus diselenggarakan dalam sistem pendidikan yang menitikberatkan pada
bagaimana mendidik peserta didik yang mampu berpikir kritis dan kreatif serta menemukan ilmu baru.
Matematika memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan.
dalam arti memiliki logika berpikir yang baik dan pemahaman dasar matematika yang memadai, seseorang dapat dengan lebih baik menghadapi berbagai fenomena dan permasalahan yang dihadapinya. Bagaimana seseorang dapat dengan cepat dan baik menangani masalah yang dihadapi setiap hari, membuat keputusan yang wajar dan menentukan prioritas dari berbagai pilihan yang tersedia, hampir semua pilihan melibatkan analisis matematika dan keterampilan logika. Pengambilan keputusan yang salah, merasa diprioritaskan daripada logika (di bagian tertentu) atau kesalahan penentuan prioritas dapat menyebabkan hasil yang sama sekali berbeda dari yang kita harapkan.
Berpikir kritis merupakan aktivitas mental yang penting, yang melibatkan kerja otak, seperti memecahkan masalah, membuat keputusan, menganalisis hipotesis, dan melakukan penelitian ilmiah. Ketika seorang anak bertanya kepada orang lain dalam kata "apa warna pelangi", tidak ada bentuk pemikiran kritis. Akan tetapi, jika anak bertanya dengan kata-kata: “Mengapa pelangi berwarna-warni?” Ini menunjukkan bahwa anak telah memikirkannya dengan serius.
Berdasarkan hasil penelitian Hidayanti (2016) pada skripsi “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX Pada Materi Kesebangunan”
Berdasarkan hasil yang temukan disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMP masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan kurang
3
dari 50% siswa yang memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis. Apalagi dari segi analisis, evaluasi dan analisis indikator inferensi masih sangat rendah.
Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya konsep kese-bangunan siswa, dan siswa sangat ingin mengambil kesimpulan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Menurut Ketut Samsur Rohman (2018) dalam skripsinya berjudul
“Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Garis Dan Sudut Di Kelas Vii-D SMP Negeri 7 Kendari” dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan di BAB sebelumnya, dapat disimpulkan hasil tes kemampuan berpikir kritis materi garis dan sudut SMP Negeri 7 Kendari oleh siswa kelas VII d menunjukkan bahwa 3 siswa (12%) termasuk pada kriteria sangat kritis, 8 siswa (32%) dalam kriteria kritis, 10 siswa (40%) dalam kriteria tidak kritis, dan 3 siswa (12%) dalam kriteria sangat kurang kritis. Menurut Retno Wulan Dari (2020) pada skripsi yang berjudul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMAN 8 Muaro Jambi” Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa siswa SMAN 8 Muaro Jambi kelas XI MIPA memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Hal tersebut dibuktikan dari persentasi yang ditunjukkan oleh data. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. Salah satu penyebanya adalah kurang memahami konsep dan terjadinya miskonsepsi pada materi suhu dan kalor. Ini merupakan faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan soal tes. Penyebab-penyebab kesulitan siswa tersebut mempengaruhi hasil belajarnya. Dari 3 penelitian terdahulu diatas dapat dilihat
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih sangat kurang dan butuh beberapa perhatian oleh guru.
Dan Kemampuan seseorang dalam mengubah dan menghadapi masalah dalam hidup, mengubahnya menjadi tantangan yang harus diselesaikan semaksimal mungkin disebut Adversity Quotient (AQ).
Kecerdasan manusia yang diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz pada tahun 1997 yaitu Adversity Quotient (AQ). Pada bukunya, The Adversity Quotient of Converting Obstacles into Opportunities. Adversity dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan. Menurut Stoltz Adversity Quotient (AQ), adalah kecerdasan seseorang untuk secara teratur mengatasi rintangan atau kesulitan. Kecerdasan ini membantu seseorang memperkuat kemampuan dan ketekunan mereka untuk mengatasi tantangan sehari-hari.
Dalam AQ, sekelompok atau tipe orang dibedakan jadi tiga jenis, yaitu quitters, campers, dan climbers. Quitters adalah kelompok orang yang berhenti di tengah-tengah pendakian. Mereka mudah menyerah, mudah patah semangat, cenderung pasif, dan tidak berkeinginan untuk mencapai puncak kesuksesan.
Campers setidaknya sudah merespon tantangan. Para Campers tidak mencapai puncak dan mudah berpuas diri dengan apa yang telah dicapai. Mereka masih berusaha memenuhi kebutuhannya akan keamanan, kenyamanan, kebersamaan, masih bisa melihat dan merasakan tantangan. Climbers adalah sekumpulan orang yang selalu berusaha untuk menggapai puncak kesuksesan, mampu menghadapi segala rintangan, dan selalu mengangkat diri menuju keberhasilan. Climbers melakukan perubahan tantangan dan akan terus
5
berjuang agar sukses tidak memandang latar belakang, untung, rugi, kesialan serta keberuntungan.
Selain itu, berdasarkan obsevasi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah Kelas X IPA terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang aktif bertanya dan menyampaikan argumennya, ada yang hanya duduk memperhatikan dan ada pula yang hanya bermain dengan teman sebangku. Pada saat guru memberikan soal untuk dikerjakan, siswa yang aktif sering kali memberikan pertanyaan kepada guru terkait soal yang dikerjakan dan mempertimbangkan metode- metode penyelesaian sehingga ia dapat menjawab soal tersebut dengan benar, siswa yang tadinya hanya memperhatikan ia hanya mengerjakan soal seadanya dan sekedar coba-coba tanpa memperdulikan apakah ada metode penyelesaian yang lain, sedangkan siswa yang bermain di kelas kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut dan hanya menulis kembali soal yang diberikan.
Beberapa siswa menyelesaikan masalah yang ada dengan metode yang benar tapi tidak dapat menemukan penyelesaiannya. Adapula siswa lainnya tidak dapat menyelesaikan masalah dengan benar pada materi tersebut dikarenakan Siswa tidak dapat mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan cara coba- coba, bukan menggunakan metode yang sesuai. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika meskipun mereka sudah mempelajari materi tersebut.
Di sini terlihat bahwa ada beberapa siswa yang berpikir secara kritis dalam mengerjakan soal yang diberikan dengan memperhatikan metode- metode yang akan digunakan dan ada pula yang mengerjakan seadanya.
Untuk mengetahui lebih lanjut maka perlu diteliti bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah ditinjau dari Adversity Quotient. Tujuan penelitian ini adalah untuk bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah dari masing-masing tipe AQ.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka adapun rumusan masalah yang diperoleh yaitu,
1. Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa SMA tipe climber?
2. Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa SMA tipe camper?
3. Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa SMA tipe quitter?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMA tipe climber 2. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMA tipe camper 3. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMA tipe quitter
7
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang diharapkan dari hasil penelitian ini agar dapat bermanfaat sebagai berikut;
1. Secara teori
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pemahaman tentang kemampuan berpikir kritis, serta menambah dan mengembangkan pengetahuan tentang Adversity Quotient yang ada pada masing-masing siswa.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar guru dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai nantinya, dilihat dari masing- masing Adversity Quotient siswa.
E. Batasan Masalah
Untuk memastikan bahwa penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula yang direncanakan, sehingga memudahkan dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Kemampuan berpikir kritis salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif
2. Indikator kemampuan berpikir kritis
Tabel 1.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis No. Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator 1. Memberikan
penjelasan sederhana
- Siswa Mampu menentukan dan menjelaskan mengenai masalah apa yang ditemukan dari soal yang diberikan.
2. Membangun ketrampilan dasar
- Siswa dapat menuliskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan
- Siswa mampu mempertimbangkan metode atau cara yang tepat untuk menyelesaikan soal, serta kemampuan memberikan alasan.
3. Membuat kesimpulan
- Siswa mampu menyimpulkan hasil akhir dari soal yang telah diberikan 4. Memberikan
penjelasan lebih lanjut
- Siswa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hasil yang didapatkan sesuai dengan permasalahan yang disediakan.
5. Mengatur strategi dan taktik
- Siswa dapat menentukan suatu tindakan untuk menyelesaikan soal dan merumuskan solusi alternatif.
3. Adversity Quotient merupakan kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan dan kesulitan secara teratur.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Santrock (2014) menyatakan dalam bukunya Berpikir merupakan manipulasi dan mengubah informasi dalam memori. Berpikir bertujuan membangun konsep, alasan, berpikir kritis, pengambilan keputusan, berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Dalam berpikir siswa akan melakukan proses berpikir, sehingga siswa dapat mengemukakan gagasannya dalam memecahkan masalah. Beberapa perkembangan berpikir kritis diakibatkan adanya perubahan kognitif pada remaja, seperti peningkatan kecepatan, otomatisasi, dan kemampuan pemrosesan informasi membebaskan sumber daya kognitif untuk tujuan lain. Kemampuan untuk membentuk kombinasi pengetahuan baru di berbagai bidang atau pengetahuan lain ditingkatkan, dengan cakupan lebih luas, menggunakan strategi atau prosedur yang lebih spontan, seperti merencanakan, mempertimbangkan alternatif, serta pemantauan kognitif. Ennis (1993) Mengungkapkan berpikir kritis berarti berpikir secara wajar dengan menekankan pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Ada tiga tingkatan berpikir kritis, yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi. Berpikir kritis yang dikemukakan Ennis lebih menitikberatkan pada pengambilan keputusan siswa
sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menganalisis, menyintesis dan mengevaluasi.
Ennis mengatakan ada dua belas keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan siswa untuk fokus pada pertanyaan, termasuk ide merumuskan pertanyaan, menentukan atau merumuskan kemungkinan jawaban, dan mempertanggujawabkan argumen mereka. Keterampilan yang ditunjukkan Ennis yakni:
Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis NO. Kelompok Indikator Sub Indikator 1. Memberikan
penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan
pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan kemungkinan jawaban
Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis argumen Mengidentifikasi kesimpulan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan
Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidaktepatan
Melihat struktur dari suatu argumen
Membuat ringkasan
11
NO. Kelompok Indikator Sub Indikator Bertanya dan
menjawab pertanyaan
Memberikan
penjelasan sederhana
Menyebutkan contoh 2. Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
Mempertimbangkan keahlian
Mempertimbangkan kemenarikan konflik
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Mempertimbangkan reputasi
Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat
Mempertimbangkan risiko untuk reputasi
Kemampuan untuk memberikan alasan
Kebiasaan berhati- hati
Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
Melibatkan sedikit dugaan
Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
Melaporkan hasil observasi
Merekam hasil observasi
Menggunakan bukti- bukti yang benar
Menggunakan akses yang baik
Menggunakan teknologi
Mempertanggungjaw abkan hasil observasi 3. Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
Siklus logika Euler
Mengkondisikan logika
Menyatakan tafsiran
NO. Kelompok Indikator Sub Indikator Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
Mengemukakan hal yang umum
Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
mengemukakan hipotesis
merancang eksperimen
menarik kesimpulan sesuai fakta
menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki Membuat dan
menentukan hasil pertimbangan
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah
4. Memberikan penjelasan lanjut
Mendefinisikan istilah danmempertimbangkan suatu definisi
Membuat bentuk definisi
Strategi membuat definisi
bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut
mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yg disengaja
Membuat isi definisi
13
NO. Kelompok Indikator Sub Indikator Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
Penjelasan bukan pernyataan
Mengonstruksi argumen 5. Mengatur
strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
Mengungkap masalah
Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
Merumuskan solusi alternatif
Menentukan tindakan sementara
Mengulang kembali
Mengamati penerapannya Berinteraksi dengan
orang lain
Menggunakan argumen
Menggunakan strategi logika
Menggunakan strategi retorika
Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan Berdasarkan penjelasan indikator keterampilan berpikir kritis di atas, maka keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Yang Dipakai Peneliti No. Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator 1. Memberikan
penjelasan sederhana
- Siswa Mampu menentukan dan menjelaskan mengenai masalah apa yang ditemukan dari soal yang diberikan.
No. Keterampilan Berpikir
Kritis
Indikator 2. Membangun
ketrampilan dasar
- Siswa dapat menuliskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan
- Siswa mampu mempertimbangkan metode atau cara yang tepat untuk menyelesaikan soal, serta kemampuan memberikan alasan 3. Membuat
kesimpulan
- Siswa mampu menyimpulkan hasil akhir dari soal yang telah diberikan
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut
- Siswa menjelaskan lebih lanjut mengenai hasil yang didapatkan sesuai dengan permasalahan yang disediakan.
5. Mengatur strategi dan taktik
- Siswa dapat menentukan tindakan untuk menyelesaikan soal dan menemukan solusi alternatif.
Bobbi De Porter. dkk (2013:298) mengungkapkan bahwa berpikir kritis bukan hanya keterampilan berpikir kreatif, tetapi juga salah satu keterampilan lanjutan terpenting yang diajarkan kepada siswa. Dalam berpikir kritis, kita mempraktikkan atau membuat penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti mengevaluasi kelayakan ide atau produk.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang berpikir kritis, dapat dijelaskan bahwa berpikir kritis adalah suatu pemikiran yang teratur dan sistematis, pemahaman yang mendalam tentang proses aktif dan cara berpikir suatu informasi, kemudian membentuk suatu keyakinan akan ketepatan informasi yang diperoleh dan pendapat yang dikomunikasikan. Proses yang positif memperlihatkan keinginan dan motivasi untuk mendapatkan jawaban sehingga mencapai pemahaman (Hendra Surya, 2013:159).
15
2. Adversity Quotient
AQ atau Adversity quotient, merupakan istilah baru untuk kecerdasan seseorang yang dikenalkan dalam buku Paul G. Stoltz tahun 1997 dengan berjudul Adversity Quotient: Transforming Obstacles into Opportunities.
Adversity dari bahasa Inggris berarti kegagalan atau kemalangan. Menurut Stolz, AQ merupakan kecerdasan seseorang yang mampu melawan kendala atau kesulitan dengan teratur. AQ dapat membantu seseorang meningkatkan kemampuan dan ketekunannya untuk menghadapi tantangan sehari-hari dalam hidup.
Intelligence (IQ) dan Emotional Intelligence (EQ) yang dulunya dianggap sebagai faktor utama keberhasilan seseorang, tidak lagi dijadikan pijakan. Pasalnya, ternyata banyak orang telah menemukan kenyataan yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan IQ dan EQ tinggi pun bisa gagal.
Namun, ia tak memungkiri bahwa kedua jenis kecerdasan itu bermanfaat.
Tetapi dia bertanya kenapa beberapa orang bisa bertahan dan terus maju, disaat banyak orang pingsan dalam pukulan yang sulit, bahkan jika mereka berdua pintar dan mudah bergaul. Menurut Stolz, adversity quotient menjadi pembeda di antara keduanya.
a. Bentuk dan Tipe Adversity Quotient
Stoltz mengkategorikan 3 tipe orang dimisalkan melakukan perjalanan menaiki gunung, yaitu quitters, campers, serta climbers.
Berikut penjelasan bentuk dan jenis adversity quotient;
1) Quitters (mereka yang berhenti). Inilah orang-orang yang berhenti mendaki (analogi mendaki gunung seperti yang disebutkan di atas).
Orang yang berhenti, bertindak lurus, menunjukkan ambisi rendah, kurang antusias dan kualitas rendah. Tipe orang seperti ini berhenti di tengah proses pendakian, mereka mudah menyerah.
2) Campers (berkemah) adalah orang-orang yang cukup termotivasi dan berusaha, tetapi tidak cukup serius untuk mencapai tujuan mereka, sehingga mereka sering memilih untuk berhenti sebentar saat merasa lelah atau jenuh dengan tantangan.
3) Climbers (pendaki) adalah orang-orang yang diharapkan berhasil.
Mereka tidak mau menyerah pada kesulitan. Tetap berjuang untuk suatu tujuan, kreatif, bersemangat dan percaya diri. mereka merupakan pemikir yang terus memikirkan kemungkinan serta tidak akan membiarkan usia, jenis kelamin, ras, kecacatan fisik atau mental atau halangan lainnya menghalangi pendakian mereka.
b. Aspek atau Dimensi Adversity Quotient
Stoltz membagi aspek atau dimensi dasar menjadi empat, yang mampu menghasilkan kapabilitas adversity quotient yang tinggi yang disingkat menjadi CO2RE (Control, Origin, Ownership, Reach and Endurance) diuraikan sebagai berikut (Stoltz: 140-162):
1) Control (kendali)
Pengendalian atau kontrol merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol serta mengatur kejadian yang akan memunculkan
17
kesulitan di kemudian hari. Pengendalian diri semacam ini akan mempengaruhi tindakan balasan dari individu tersebut sepanjang tujuan dan cita-cita individu tersebut, bahkan jika situasi saat ini sulit, kita harus terus bekerja keras untuk mewujudkan keinginan kita.
2) Origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)
Dimana mana seseorang berdebat dengan dirinya sendiri ketika dia mengetahui bahwa kesalahan itu bermula dari dirinya, atau sejauh mana berdebat dengan seseorang atau dengan lingkungan sekitar yang menjadi faktor kesulitan atau kegagalannya. Jenis rasa bersalah yang tepat akan menginspirasi seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan rasa bersalah yang terlalu besar akan menyebabkan kelumpuhan. Poin ini adalah pembukaan poin Ownership mengungkapkan tingkat penerimaan seseorang atas konsekuensi kesulitan dan kesediaan untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan.
3) Reach (jangkauan)
Sejauh mana kesulitan mampu menembus kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana masalah tersebut mengganggu kegiatan lain, meskipun tidak terkait masalah langsung. Jika adversity quotient seseorang rendah, sehingga sulit untuk menembus aspek kehidupan lainnya.
4) Endurance (daya tahan)
Daya tahan merupakan aspek ketahanan individu. Kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan masalah. Jadi dalam dimensi ini anda bisa melihat kesulitan akan bertahan berapa lama dan penyebab kesulitan akan bertahan berapa lama. Hal ini mengacu pada pandangan sesorang tentang keabadian dari kerumitan yang sedang berlangsung. Aspek ini mempengaruhi ekspektasi kondisi masa depan yang baik atau buruk. Semakin tinggi ketahanan seseorang, semakin ia dapat melawan berbagai kesulitan yang temuinya.
19 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
B. Lokasi Penelitian
SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah yang bertempat di Jl. Antang Raya No. 48 Kec. Manggala, Kota Makassar. Alasan peneliti memilihan lokasi penelitian ini yaitu;
1. Sekolah tersebut memiliki data dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.
2. Pada sekolah tersebut penelitian serupa belum pernah dilakukan.
C. Fokus Penelitian
Difokuskan pada deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa yang ditinjau dari adversity quotient yaitu quitter, camper dan climber.
D. Subjek Penelitian
Subjek merupakan 3 siswa kelas X IPA SMA Islam Terpadu Wahda Islamiyah Kota Makassar yang peneliti pilih berdasarkan AQ (Climber, Camper, Quitter). Pada penelitian ini subjek ditentukan tidak secara acak, tetapi dengan meminta pertimbangan dari guru dan beberapa pertimbangan lainnya seperti hasil ulangan semester, keaktifan siswa saat belajar,
kemampuan siswa saat belajar. Mengungkapkan argumen atau cara berpikir mereka baik secara lisan maupun tulisan, serta siswa kelas X IPA sudah mempelajari materi tentang sistem persamaan linear.
E. Prosedur Penelitian 1. Tahapan Persiapan
a. Meminta persetujuan dipihak sekolah untuk melakukan observasi dan akan ditindak lanjuti dengan penelitian
b. Bertemu dengan guru mata pelajaran matematika (guru Pamong) c. Melakukan observasi dikelas dan menelaah kuriulum
d. Menyusun dan membuat instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan angket untuk mengetahui tipe AQ siswa.
b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai tipe AQ.
c. Memberikan lembar tes kepada siswa (dilakukan 2 kali dalam waktu yang berbeda).
d. Melakukan wawancara kepada siswa setelah mengerjakan tes.
3. Tahap Analisis
Ditahap ini data yang dikumpulkan akan dianalisis
F. Instrumen Penelitian
Penggolongan tipe AQ (Quitters, Campers dan Climbers), lembar soal kemampuan berpikir kritis serta pedoman wawancara dan peneliti itu sendiri.
21
1) Adversity Respon Profil (ARP)
KISI –KISI ARP (ADVERSITY RESPONSE PROFILE) PADA ADVERSITY QUOTIENT
Keterangan : soal terdiri dari 20 kasus pertanyaan.
Indikator (Dimensi Adversity
Quotient : Pengukuran Indikator Butir Soal Jumlah CO2RE)
1. Control (Kendali) tingkat kendali yang dirasakan terhadap peristiwa yang menimbulkan kesulitan
Kontrol dari peserta didik saat merasakan adanya kesulitan
1, 7, 13, 15, 17 5
2. Origin (asal usul dan Ownership (pengakuan)
Or : Pengakuan terhadap asal usul adanya kesulitan
2, 6, 11, 16, 18 5 Ow : Pengakuan terhadap
terjadinya kesulitan 3. Reach (Jangkauan)
sejauh mana kesulitan dianggap dapat menjangkau kebagian bagian lain dari kehidupan
Pengakuan peserta didik akan sejauh mana kesulitan
dianggap dapat menjangkau kebagian-bagian lain dari kehidupan
3, 5, 9, 12, 20 5
4. Endurance (Daya Tahan) Anggapan peserta didik akan berapa lama kesulitan itu akan berlangsung dan berapa
lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung
4, 8, 10, 14, 19 5
Jumlah 20
Angket Adversity Quotient (AQ)
Nama : No/Kelas : Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan dibawah ini dengan baik.
2. Ini bukan tes. Setiap butir pernyataan bertujuan memberi pemahaman- pemahaman baru mengenai aspek penting tentang cara anda berfikir, belajar dan bekerja.
3. Ada 20 peristiwa yang mengandung hambatan/kesulitan. Selesaikan pernyataan-pernyataan untuk setiap peristiea dengan cara sebagai berikut:
a. Bayangkan setiap pernyataan sebagai suatu peristiwa yang hidup, seolah-olah sedang terjadi meskipun tampaknya tidak realistis.
b. Untuk kedua pertanyaan yang mengikuti setiap peristiwa, lingkarilah salah satu angka 1, 2, 3, 4, 5 yang merupakan jawaban anda.
Contoh:
Saya merasa takut apabila ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan di kelas a. Penyebab saya merasa takut karena:
Kemampuan saya
(semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Hanya suatu kebetulan saja
b. Peristiwa tersebut:
Akan selalu saya raakan 1 2 3 4 5 Tidak pernah saya rasakan
23
1. Nilai saya yang paling rendah diantara semua teman kelas saya Penyebab nilai saya paling rendah diantara semua teman kelas saya : Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi
2. Teman-teman satu kelas saya tidak mau menerima ide dan pendapat saya saat diskusi dan tanya jawab dalam kelompok
Penyebab teman-teman tidak menerima ide dan pendapat saya karena:
Saya sendiri 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
3. Saya dikritik tema-teman saat presentasi didepan kelas Konsekuensi dari situasi ini akan:
Mempengaruhi semua aspek
1 2 3 4 5 Hanya terjadi pada situasi ini
4. Pada saat presentasi di depan kelas, teman-teman saya tidak memperhatikan
Hal tersebut :
Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi
5. Saran saya tidak didengarkan oleh teman-teman saya Konsekuensi dari situasi ini akan:
Mempengaruhi semua aspek
1 2 3 4 5 Hanya terjadi pada situasi ini
6. Hubungan saya dengan guru tidak baik (harmonis)
Sejauh mana anda merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini?
Bukan tanggung jawab saya
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
7. Saya mengikuti ekstrakulikuler yang pembinanya jarang masuk Penyebab pembina ekstrakulikuler jarang masuk:
Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi
8. Nilai UTS saya di bawah KKM, sehingga saya harus melakukan remidi semua mata pelajaran
Hal tersebut :
Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi
9. Saya mendapat nilai baik saat ulangan pada mata pelajaran yang paling saya anggap sulit
Saya mendapat nilai baik karena :
Kemampuan saya 1 2 3 4 5 Hanya suatu kebetulan
10. Saya tidak dipercaya oleh sahabat dekat saya Hal tersebut :
Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi
11. Saya ditunjuk guru untuk mewakili sekolah Saya ditunjuk guru karena :
Kemampuan saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
25
12. Nilai raport saya ada angka merah Penyebab raport saya ada angka merahnya karena:
Saya 1 2 3 4 5 Hanya suatu kebetulan
13. Saya terlambat tiba di sekolah Penyebab saya terlambat :
Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi
14. Saya tidak lulus UTS Peristiwa tersebut :
Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi
15. Pagi ini ada ulangan tapi saya bangun kesiangan Penyebab bangun kesiangan :
Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi
16. Saya terpilih menjadi ketua kelas Penyebab saya terpilih :
Kemampuan saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
17. Saya terpilih untuk memimpin teman satu kelas Penyebab saya terpilih :
Tidak dapat saya atasi 1 2 3 4 5 Dapat saya atasi
18. Saat nilai saya turun, guru memperingatkan saya Peristiwa tersebut :
Bukan tanggung jawab saya
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
19. Saya tidak naik kelas Peristiwa tersebut :
Akan terus terjadi 1 2 3 4 5 Tidak akan terjadi lagi
20. Saya tidak dipilih teman menjadi kapten tim sepak bola Peristiwa tersebut
Mempengaruhi segala aspek
1 2 3 4 5 Hanya terjadi pada situasi ini saja
PENILAIAN THE ARP QUICKTAKE
LANGKAH SATU: Masukkan nomor yang Anda lingkari untuk masing-masing pertanyaan di atas ke dalam kotak yang sesuai di bawah ini. Misalnya, jika Anda melingkari 4 untuk pertanyaan nomor 2, Anda akan memasukkan angka "4" di sebelah pertanyaan nomor 2 di bawah ini.
C O R E
1. 2. 3. 4.
7. 6. 5. 8.
13. 11. 9. 10.
15. 16. 12. 14.
17. 18. 20. 19.
LANGKAH DUA : Masukkan total untuk setiap kolom di tabel di bawah ini.
Total C + Total O +
Total R + Total E
=
Total from
CORE
27
LANGKAH KETIGA: Tambahkan keempat total dari Langkah Dua, lalu kalikan angka itu dengan 2.
X 2 = Total from
CORE
Tabel Kategori AQ berdasarkan skor ARP
No. Skor Kategori Siswa
1. 0 - 177 Quitter (QT)
2. 118 - 134 Peralihan quitter menuju
camper (QT-CP)
3. 135 - 160 Camper (CP)
4. 161 - 177 Peralihan camper
menuju climber (CP-CB)
5. 178 - 200 Climber (CB)
The Adversity Response Profile (ARP) was developed by Paul G.
Stoltz, the originator of the Adversity Quotient (AQ) and Peak Learning (www.peaklearning.com).
2) Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas/Semester : X/II
Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua variabel Waktu : 2 x 40 menit
Nama : ...
AQ
YOUR AQ QUICKTAKE™ SCORE
Nis : ...
Kelas : ...
PETUNJUK PENGERJAAN SOAL :
Selesaikan soal berikut untuk menjawab pertanyaan di bawah!
Patin ingin melakukan lompat tali. Misalnya, tali yang dipakai oleh Patin mempunyai panjang 70 cm lebih pendek dari tinggi Patin. Supaya tali tidak tersangkut di tubuh Patin, maka setidaknya tali yang digunakan harus mempunya panjang dua kali lebih panjang dari ukuran sebelumnya. Sehingga, jika diukur kembali, maka ukuran dua kali panjang tali akan 30 cm lebih panjang dari tinggi Patin. Tentukan berapa ukuran panjang tali yang digunakan serta tinggi badan Patin! Dan berapakah panjang tali yang di butuhkan agar tidak tersangkut di badan patin?
1. Apa yang kamu ketahui dari soal diatas?
2. Metode apakah yang kamu gunakan untuk menyelesaikan soal diatas?
3. Jelaskan jawabanmu diatas menggunakan kata-katamu sendiri!
4. Apakah ada metode atau cara lain untuk menyelesaikan soal diatas? Jika ada coba tunjukkan!
NO. JAWABAN
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS 1. Diketahui :
Langkah pertama yang bisa kita lakukan yaitu dengan cara mengganti seluruh besaran yang terdapat di dalam soal dengan variabel. Disini kita misalkan seperti:
x = panjang tali (dalam cm) dan y = tinggi badan (dalam cm)
Siswa Mampu menentukan dan menjelaskan mengenai masalah apa yang
ditemukan dari soal yang diberikan
1. Tulis Nama, NIS dan Kelas pada lembar jawaban anda!
2. Baca dan pahami soal sebelum menjawab!
3. Kerjakan soal dengan menuliskan langkah-langkah secara jelas!
29
NO. JAWABAN
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Ditanyakan :
- Panjang tali yang
digunakan...?
- Tinggi badan patin ...?
- Panjang tali yang di butuhkan agar tidak tersangkut ...?
Membuat model Matematika dari permasalahan soal.
Panjang tali 70 cm lebih pendek dari tinggi Patin → x = y – 70 atau -x + y = 70 Dua kali panjang tali 30 cm lebih panjang dari tinggi Patin → 2x = 30 + y atau 2x – y = 30
Sehingga, model Matematika dari soal di atas yaitu:
1) Persamaan I : -x + y = 70 2) Persamaan II : 2x – y = 30
Siswa dapat menuliskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan
a. Menggunakan metode Eliminasi Diketahui:
1) Persamaan I : -x + y = 70 2) Persamaan II : 2x – y = 30 Untuk mencari nila x, samakan koefisien y
-x + y = 70 2x – y = 30
Sebab koefisien y dari kedua persamaan tersebut sudah sama, maka bisa langsung kita selesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai y.
-x + y = 70 2x – y = 30 +
Siswa mampu mempertimbangkan metode atau cara yang tepat untuk
menyelesaikan soal, serta kemampuan memberikan alasan
Siswa mampu
menyimpulkan hasil akhir dari soal yang telah diberikan
NO. JAWABAN
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS x =100
Untuk mencari nilai y, samakan koefisien x
-x + y = 70 |x2|
2x – y = 30 |x1|
Agar koefisien x dari kedua persamaan sama, maka kalikan persamaan I dengan II dan kalikan persamaan II dengan I.
Kemudian, selesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai x.
-2x + 2y = 140 2x – y = 30 + y = 170
Berdasarkan metode Eliminasi, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170.
Sehingga, bisa kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm.
b. Metode Subtitusi Diketahui:
1) Persamaan I : -x + y = 70 2) Persamaan II : 2x – y = 30 Untuk mencari nilai x, maka cari nila y terlebih dahulu.
Dari persamaan I: -x + y = 70 → y = 70 + x
Kemudian, subsitusi nilai y ke dalam persamaan II:
2x – y = 30
→ 2x-(70+x) = 30
→ 2x-70-x = 30
Siswa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hasil yang didapatkan sesuai dengan permasalahan yang disediakan.
Siswa dapat menentukan suatu tindakan untuk menyelesaikan soal dan merumuskan solusi alternatif.
31
NO. JAWABAN
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
→ x-70 = 30
→ x= 100
Setelah itu, subsitusikan nilai x ke persamaan y = 70 + x
y = 70 + x
→ y = 70 + 100
→ y= 170
Berdasarkan metode substitusi, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170.
Sehingga, bisa kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm.
c. Metode Gabungan Diketahui:
1) Persamaan I : -x + y = 70 2) Persamaan II : 2x – y = 30 Misalkan, kita akan mencari nilai x terlebih dahulu dengan menggunakan metode eliminasi.
Maka untuk menentukan nilai x samakan koefisien y.
-x + y = 70 2x – y = 30
Karena koesifisien y dari kedua persamaan sudah ada, maka dapat langsung diselesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai y.
x + y = 70 2x – y = 30 + x =100
Setelah diperoleh nilai x, subsitusikan nilai x ke salah satu
NO. JAWABAN
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS persamaan untuk memperoleh nilai
y.
Misalnya, dilakukan subtitusi nilai x ke dalam persamaan I, maka:
-x + y = 70
→ 100 + y = 70
→ y = 70 + 100
→ y = 170
Berdasarkan metode Gabungan, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170.
Sehingga, bisa kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm.
Jadi panjang tali yang di butuhkan agar tidak tersangkut yaitu 2 x 100 cm = 200 cm karena agar tali tidak tersangkut dibutuhkan setidaknya dua kali dari panjan sebelumnya.
33
KISI-KISI SOAL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X IPA / Ganjil
Bentuk Soal : Uraian
Alokasi Waktu : 80 Menit
NO. Keterampilan Berpikir Indikator 1. Memberikan Penjelasan
Dasar
- Siswa Mampu menentukan dan menjelaskan mengenai masalah apa yang ditemukan dari soal yang diberikan
2. Membangun
Keterampilan Dasar
- Siswa dapat menuliskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan
- Siswa mampu mempertimbangkan metode atau cara yang tepat untuk menyelesaikan soal, serta kemampuan memberikan alasan 3. Membuat Kesimpulan - Siswa mampu menyimpulkan hasil
akhir dari soal yang telah diberikan 4. Memberikan Penjelasan
Lebih Lanjut
- Siswa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hasil yang didapatkan sesuai dengan permasalahan yang disediakan.
5. Mengatur Strategi Dan Taktik
- Siswa dapat menentukan suatu tindakan untuk menyelesaikan soal dan merumuskan solusi alternatif.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian digunakan teknik angket Advesty Respon Profil (ARP) merupakan angket yang dikembangkan oleh Paul G. Stoltz yang kemudian telah dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, tes berbasis soal serta wawancara untuk mengumpulkan data.
H. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data atau kredibilitas data hasil penelitian menggunakan triangulasi waktu dan menggunakan tes berbasis soal yang dilaksanakan 2 kali dalam waktu yang beda untuk tiap subjek penelitian.
I. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Adversity Response Profile
Teknik analisis data yang digunakan untuk Adversity Response Profile (ARP) adalah analisis statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adaya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016:207).
Data yang diperoleh pada angket disajikan dalam bentuk tabel sehingga mudah dipahami dan dapat disimpulkan.
2. Teknik Analisis Data Tes Berbasis Wawancara
Dari data yang di dapatkan dari hasil tes siswa berdasarkan tipe AQ, yang dilakukan 2 kali pada waktu yang beda sesuai uji kredibilitas yang diterapkan yaitu triangulasi waktu. Kemudian data tersebut akan di analisis.
Konsep Miles dan Huberman adalah teknik analisis data yang digunakan (Sugiyono, 2016:337), Kegiatan analisis data dilakukan melalui tahap di bawah ini;
35
a) Mereduksi Data (Data Reduction )
Mereduksi data yakni meringkas, memilih konten utama, fokus pada konten penting, menemukan tema serta pola, dan menghilangkan konten yang tidak diperlukan. Pertama dilakukan wawancara terhadap siswa saat mengerjakan soal. Dari hasil wawancara kemudian diketahui bagaimana karakteristik berpikir siswa dalam memcahkan masalah matematika dan data tidak penting dalam penelitian akan ditiadakan. Setelah data direduksi akan memudahkan melakukan pengumpulan dan pencarian informasi lebih lanjut bila dibutuhkan.
2. Menyajikan Data (Data Display)
Data yang telah diperoleh dapat disajikan dalam bentuk uraian, diagram, diagram alir, dll. Penyajian data tersebut akan lebih mudah untuk dipahami dan mengatur pekerjaan selanjutnya sesuai dengan yang diketahui dan disajikan dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)
Membuat kesimpulan atau verifikasi adalah langkah ketiga dalam menganalisis data ini. Menurut Sugiyono, jika simpulan yang diambil ditahap awal disertai oleh bukti yang andal dan konsisten, oleh karena itu, ketika peneliti kembali untuk mengumpulkan data, kesimpulannya adalah kesimpulan yang akurat. Dalam studi ini, menarik kesimpulan dengan melihat atau mengikuti transkrip hasil wawancara untuk menemukan proses berpikir subjek penelitian berdasarkan tipe AQ.
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian di SMA Islam Terpadu Wahdah Islmaiyah Kota Makassar pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini merupakan siswa kelas X IPA dengan jumlah siswa 21 orang. Demi mendapatkan data penelitian diawali dengan konsultasi dengan guru mata pelajaran, memperhatikan nilai semester serta hasil tes Adversity Response Profile (ARP) untuk menetukan AQ tiap siswa. Hasil dari mengelompokkan sesuai tipe AQ siswa kelas X IPA dapat dilihat di bawah ini;
Tabel 4.1. Pengelompokan Tipe Adversity Quotient (AQ)
No. Tipe Adversity Quotient (AQ) Jumlah Peserta Didik
1 Quitters 1
2 Peralihan antara Quitters dan Campers 2
3 Campers 15
4 Peralihan antara Campers dan Climbers 1
5 Climbers 2
Dapat dilihat bahwa 1 siswa dengan AQ tipe quitters, 2 siswa dengan AQ tipe peralihan quitters dan campers, 15 siswa dengan AQ tipe Campers, 1 siswa dengan AQ tipe Peralihan campers dan climbers, dan 2 siswa dengan AQ tipe climbers. Kemudian tiap siswa pada masing-masing tipe dipilih 1 siswa secara purposive sampling dari hasil tes ARP, saran guru dan saran lainnya,
37
antara lain nilai semester, motivasi belajar siswa, kemampuan siswa mengutarakan pendapat atau pemikiran secara lisan dan tulisan, serta siswa X IPA telah mempelajari materi persamaan linear.
Setelah pengambilan secara purposive sampling dipilih 3 orang siswa yang kemudian diberikan tes kemampuan berpikir kritis dan wawancara.
Ketiga siswa tersebut adalah 1 orang tipe climbers, 1 orang tipe campers dan 1 orang tipe quitters. Penentuan waktu penelitian dilakukan sesuai dengan kesepakatan peneliti, guru dengan siswa. Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa direkam menggunakan handphone.
B. Deskripsi Hasil Adversity Response Profile (ARP)
Adversity Response Profile merupakan tes yang dipakai mengelompokkan siswa sesuai dengan tipe Adversity Quotient (AQ). ARP dibagikan pada semua siswa kelas X IPA. Pengerjaan ARP ini dilakukan pada tanggal 06 Januari 2020 yang di ikuti 21 siswa. Pada hasil ARP terlihat beberapa siswa termasuk tipe quitters, campers, dan climbers. Berikut penjelasan jumlah siswa dari tiap tipe AQ:
Terlihat di tabel 4.1 siswa yang masuk dalam tipe quitters 1 orang yaitu siswa yang memperoleh skor AQ antara 0 – 117. Yang termasuk tipe peralihan quitters dan campers 2 orang siswa yang memperoleh skor AQ antara 118 - 134. Termasuk ke dalam tipe campers 15 orang siswa yang memperoleh skor AQ antara 135 – 160, termasuk tipe peralihan antara campers dan climbers 1 orang siswa yang memperoleh skor AQ antara 161 – 177, dan termasuk tipe climbers 2 orang yang memperoleh skor AQ antara 178 – 200.
Hasil ARP tiap siswa kelas X IPA terlampir. Penjelasan hasil ARP oleh siswa menunjukkan bahwa kelas tersebut sebagian besar adalah siswa AQ campers.
C. Deskripsi Pemilihan Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek ditentukan tidak secara acak, tetapi dengan meminta pertimbangan dari guru dan beberapa pertimbangan lainnya seperti hasil ulangan semester, keaktifan siswa saat belajar, kemampuan siswa saat belajar. Mengungkapkan argumen atau cara berpikir mereka baik secara lisan maupun tulisan, serta siswa kelas X IPA sudah mempelajari materi tentang sistem persamaan linear.
Subjek ini dirancang untuk fokus pada informan terpilih. Subjek diambil dengan sengaja berdasarkan tujuan peneliti dan persyaratan pengambilan subjek yang diperlukan. Artinya, peneliti memilih bahwa subjek yang mereka ambil berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu subjek yang dipilih oleh peneliti dapat mewakili tipe AQ, baik itu tipe quitters, campers, dan climbers. Dari 21 calon siswa tersebut, terdapat 3 siswa X IPA yang di pilih. Rincian informasi tiap kelompok meliputi 1 siswa quitters, 1 siswa campers dan 1 siswa climbers. Tabel berikut mencantumkan tiga siswa dalam penelitian ini:
Tabel 4.2 Daftar Nama Subyek Penelitian
No. Inisial Kelompok Kode Subyek
1 MF Climbers Subyek 1 MF
39
No. Inisial Kelompok Kode Subyek
2 AJ Campers Subyek 2 AJ
3 AK Quitters Subyek 3 AK
Subjek 1 (MF) adalah subjek tipe climbers mendapatkan skor AQ 178 (dapat dilihat dilampiran), subjek 2 (AJ) adalah subjek tipe campers mendapatkan skor AQ 158 (dapat dilihat dilampiran), subjek 3 (AK) subjek tipe quitters mendapatkan skor AQ 114 (dapat dilihat dilampiran).
Ketiga subjek yang terpilih, selanjutnya diberikan soal tes kemampuan berpikir kritis. Mereka diberi waktu 40 menit untuk mengerakan soal. Agar mendapatkan data yang terkait kemampuan berpikir kritis siswa maka dilakukan wawancara pada ketiga subjek yang selanjutnya akan dianalisis
D. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis Wawancara Pengambilan data pengujian instrumen tes soal berpikir kritis I pada hari Senin tanggal 13 Januari 2020 di ruangan kelas X IPA pukul 07.50 sampai dengan 08.30 WITA. Pengumpulan data wawancara I dilakukan setelah tes pukul 08.30 sampai dengan 09.00 WITA. Pengambilan data dan pengujian instrumen tes soal berpikir kritis II dilakukan hari Senin, 14 Januari 2020 di kelas X IPA pukul 09.45 sampai 10.30 WITA. Pengambilan data wawancara II dilakukan setelah tes pukul 10.30 sampai 11.00 WITA.
Agar memudahkan peneliti untuk menganalisis data penelitian, maka peneliti memberi kode dicatatan wawancara. Berikut penjelasan tentang pengkodean yang dilakukan;
1. “P” Peneliti.
2. “MF” subjek 1 climbers.
3. “AJ” subjek 2 campers.
4. “AK” subjek 3 quitters.
Berikut deskripsi data 3 siswa dalam menyelesaikan soal;
1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis Wawancara Subjek 1 (MF) Tipe Climbers
a. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berbasis Wawancara I Berikut ini adalah uraian hasil tes serta uraian percakapan peneliti dengan subjek 1 (MF) pada tes kemampuan berpikir kritis berbasis wawancara I
1) Memberikan Penjelasan Dasar
Tujuan pada tahap ini untuk menggali proses berpikir siswa dalam menentukan dan menjelaskan mengenai masalah apa yang ditemukan dari soal yang diberikan.
Gambar 4.1 Lembar Jawaban Tes I Kemampuan Berpikir Kritis Subjek MF Tipe Climbers
41
Dari lembar penyelesaian diatas terlihat bahwa subjek 1 (MF) mampu mengidentifikasi masalah yang terdapat pada soal. Berikut petikan dialog antara peneliti dan Subjek 1 (MF) saat Wawancara Keterampilan Berpikir Kritis sebagai berikut:
P : “Apa yang diketahui dari soal ini?”
MF : “Eee.. Talinya lebih pendek 70 cm lebih pendek dari tinggi patin. Berarti ini tingginya patin terus ini talinya, lebih pendek 70 cm, berarti sama dengan jika patin dilambangkan x ini dilambangkan x, tingginya x-y karena tinggi ini seperti tali maka 70 cm. terus ada lagi pernyataan 2x panjang tali lebih panjang dari tingginya patin. Jadi anggap ini tingginya patin ini talinya terus lebih panjang ki 30 cm, berarti x - 2y = -30.
Karnakan begini toh?”. (Menunjukkan lembar jawaban sambil mempraktekkan menggunakan pulpen dan spidol).
Dari cuplikan wawancara di atas dapat dilihat subjek 1 (MF) dapat menjelaskan masalah apa yang ia temukan ssesuai dengan lembar jawaban dengan lancar. Jadi, pada tahap indikator memberikan penjelasan dasar bahwa siswa MF mampu menentukan dan menjelaskan masalah yang terdapat pada soal tersebut.
2) Membangun keterampilan dasar
Tujuan pada tahap ini untuk mengetahui apakah siswa dapat menuliskan dan menjelaskan keterangan simbol atau model matematika dari soal yang telah ditentukan, dan siswa mampu mempertimbangkan metode atau cara yang tepat untuk menyelesaikan soal.