• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPOLOGI KONFLIK, BENTUK-BENTUK, DAN RESOLUSI KONFLIK

Tipe 5 Advokasi, audiensi, manipulasi,

pengaduan/pelaporan, suap, memberi masukan

Kelompok ekstra Pati, kalangan LSM dan

organisasi akar rumput, PT. SMS, pemerintah daerah, masyarakat

Berdasarkan tipe-tipe konflik yang terjadi, aktor konflik yang selalu terlibat dalam setiap tipe bentuk konflik adalah masyarakat, kalangan LSM dan

organisasi akar rumput. Terkecuali pada tipe 4, yaitu pada bentuk konflik perubahan kebijakan dan pembuatan kebijakan, masyarakat, kalangan LSM dan organisasi akar rumput sama sekali tidak terlibat karena ketiga aktor ini tidak memiliki power untuk melibatkan diri ke dalam pembuatan kebijakan. Akan

tetapi, masyarakat sebenarnya memiliki hak untuk dapat memberikan aspirasi dalam pembuatan kebijakan karena hal tersebut merupakan syarat dalam pembuatan kebijakan dan tercantum dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2011. Sedangkan untuk pemerintah hanya bergerak pada konflik tipe 1, 4 dan 5. Tindakan pada tipe 1 seringkali dilakukan oleh para elit lokal kepada masyarakat kontra pabrik semen berupa ancaman dan sindiran bahwa pabrik semen PT. SMS akan tetap berdiri.

Tidak hanya itu, tindakan lainnya juga dilakukan pemerintah seperti perubahan dan pembuatan kebijakan yang disengaja untuk menyukseskan recana pendirian pabrik semen PT. SMS, hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah, khsusnya kebijakan terbaru mengenai surat izin pendirian pabrik semen PT. SMS oleh Badan Lingkungan Hidup Pati pada Desember 2014 lalu. Audiensi juga pernah dilakukan oleh pemerintah daerah (tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi) dalam upaya memenuhi permintaan masyarakat. Namun audiensi ini hanya sebuah formalitas belaka yang tidak pernah ada proses kelanjutannya. Manipulasi dan menerima uang suap terkait pendirian pabrik semen PT. SMS kerap dilakoni beberapa oknum pemerintah, itulah sebabnya mengapa dalam kasus ini pemerintah daerah sangat mendukung rencana pendirian pabrik semen PT. SMS.

Sementara itu tipe konflik berdasarkan dinamika transformasi gerakannya dibagi menjadi empat tipe, yaitu tipe 1 (manifes-dikonstruksi), tipe 2 (laten- dikonstruksi), tipe 3 (laten-natural), dan tipe 4 (manifes-natural). Tipe 1 menandakan bahwa konflik terjadi secara terbuka dan adanya intervensi, tipe 2 menandakan bahwa konflik terjadi secara tertutup dan diintervensi, tipe 3 menandakan bahwa konflik terjadi secara tertutup dan bersifat alamiah, sedangkan tipe 4 menandakan konflik terjadi secara terbuka dengan adanya intervensi. Berdasarkan kronologis yang terjadi, transformasi pergerakan konflik Pegunungan Kendeng Utara terjadi secara dinamis dan fluktuatif. Dinamika transformasi konflik Pegunungan Kendeng Utara digambarkan dalam bagan dibawah ini :

Dinamika konflik Pegunungan Kendeng Utara mengalami tranformasi yang signifikan. Berawal dari fase konflik laten yang terjadi secara natural tanpa intervensi dari pihak mana pun kemudian berubah menjadi fase konflik manifes yang dikonstruksi akibat dari intervensi pihak-pihak yang berkepentingan. Intervensi terhadap masyarakat tampak dari tindakan yang dilakukan oleh para LSM dan organisasi akar rumput, baik yang pro terhadap pabrik semen maupun yang kontra terhadap pabrik semen. Tipe konflik 3 yang dialami masyarakat terjadi ketika PT. SMS melakukan sosialisasi ke Dusun Slening. Intervensi dari kelompok penolak pabrik semen terhadap warga Dusun Slening saat itu belum ada, sampai akhirnya JMPXK datang secara langsung untuk menemui warga dan memberikan informasi terkait dampak buruk dari pabrik semen. Semenjak kehadiran dari JMPXK ke Dusun Slening, tipe konflik berubah menuju tipe konflik 1, ditandai dengan warga yang mulai melakukan aksi penolakan terhadap pabrik semen. Hingga saat ini seluruh warga Dusun Slening menolak adanya pabrik semen di wilayah mereka.

Selama fase tipe 1, banyak pihak yang sengaja melibatkan diri ke dalam konflik Pegunungan Kendeng Utara, seperti LBH, organisasi akar rumput kontra pabrik semen, organisasi pro pabrik semen, LSM hijau, LSM lokal, kelompok agama, para peneliti dan akademisi. Kepentingan dari para aktor tersebut sangat beraneka ragam, seperti LBH, aktor ini sengaja melibatkan diri dengan membantu JMPXK melalui jalur hukum dan advokasi. Sementara dari kalangan LSM ada yang menolak berdirinya pabrik semen karena kesadaran sendiri, adapula yang mendukung pabrik semen karena ada intervensi dari PT. SMS. PT. SMS disinyalir sengaja membuat LSM tandingan terhadap LSM hijau untuk menentang dan menghalau aktivitas LSM hijau. Oleh karena itu, selain intervensi dari LSM hijau kepada masyarakat, adanya intervensi PT. SMS terhadap LSM buatannya (LSM

Laten Manifest Dikonstruksi Natural Tipe I Tipe II Tipe IV Tipe III 2 1

Setelah ada sosialisasi, di tahun 2010 juga, konflik berubah menjadi manifest- dikonstruksi setelah ada intervensi dari kelompok pro-lingkungan kepada masyarakat

Sejak tahun 2012, keterbukaan konflik kian berubah menjadi konflik tertutup yang dikonstruksi seiring dengan pola pergerakan PT. SMS yang ditutup- tutupi oleh beberapa pihak pendukungnya

Terjadi di awal mula PT. SMS melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada tahun 2010

Saat itu masyarakat belum menunjukkan respon penolakan yang berarti, karena masyarakat belum paham dengan keuntungan dan kerugian berdirinya pabrik semen

Pada tipe konflik natural-manifest terjadi pada :

Kalangan LSM dan organisasi akar rumput pro lingkungan (LSM hijau) melawan PT. SMS dan pemerintah daerah

Masyarakat pro melawan masyarakat kontra pabrik semen

tandingan) membuat aktivitas konflik meningkat dan semakin mengemuka (tipe 1).

LSM hijau dan organisasi akar rumput juga melakukan intervensi terhadap kelompok agama yang terdapat di Kecamatan Kayen. Tak hanya itu, untuk memperluas jaringannya, organisasi akar rumput juga membuat kelompok- kelompok baru penolak pabrik semen. Aktor-aktor baru ini kerap kali terlibat dalam konflik Pegunungan Kendeng Utara. Intervensi LSM hijau dan organisasi akar rumput terhadap masyarakat sangat kental terlihat dari setiap aksi-aksi yang dilakukan masyarakat dalam menolak pabrik semen, karena LSM hijau dan organisasi akar rumput selalu mempelopori aksi-aksi tersebut. Intervensi ini menjadi dopping dan semangat bagi masyarakat, karena ketika tidak adanya

intervensi dari LSM hijau dan organisasi akar rumput, masyarakat tidak melakukan pergerakan besar seperti yang biasa dilakukan ketika ada intervensi dari LSM hijau dan organisasi akar rumput.

Dinamika konflik terus berlangsung pada fase konflik manifes yang diintervensi hingga menjelang tahun 2012. Tipe konflik kemudian bergeser menuju tipe 2, yaitu fase konflik laten yang dikonstruksi. PT. SMS dan pemerintah berperan besar dalam membuat perubahan fase konflik menjadi laten, karena PT. SMS dan pemerintah secara bersama melancarkan rencana pendirian pabrik semen dengan strategi yang halus agar tidak ditentang kembali oleh masyarakat, salah satunya adalah melalui jalur penetapan kebijakan.

Resolusi Konflik yang Dilakukan Para Kelompok Kepentingan

Selama konflik berlangsung, aktor-aktor menyampaikan tuntutan kepada pemerintah sebagai aktor pemegang otoritas. Menanggapi tuntutan atas warganya, pemerintah kemudian mengajukan usul bagi warganya, khususnya kepada warga yang menolak berdirinya pabrik semen. Usulan pemerintah tersebut adalah menghimbau warga untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan Pegunungan Kendeng Utara sebagai bukti otentik untuk memperkuat alasan dari penolakan terhadap pabrik semen. Bupati Pati juga meminta warga untuk mencari pakar-pakar yang dapat membantu mereka dalam menguatkan alasan-alasan tersebut.

Pemerintah daerah juga pernah melakukan audiensi beberapa kali terhadap warga Kecamatan Tambakromo dan Kayen, akan tetapi audiensi ini hanya sampai pada titik mendengar aspirasi warga, hasil audiensi tidak disertai aksi nyata sebagai itikad pemerintah menyelesaikan konflik tersebut. Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah daerah adalah forum jajak pendapat yang dipelopori oleh BLH Pati terkait sosialisasi sumur pantau, akan tetapi forum ini tidak berjalan dengan lancar karena warga yang kontra pabrik semen meresponnya dengan aksi demo di Kantor Kecamatan Kayen jika sosialisasi tersebut tetap dilaksanakan. Sementara itu warga yang kontra dengan parbik semen di Kecamatan Tambakromo sempat datang pada forum yang juga diselenggarakan di Kantor Kecamatan Tambakromo. Akan tetapi mereka lebih memilih untuk walkout dan

tidak mendengarkan penjelasan menyeluruh dari pihak pemerintah dan juga PT. SMS.

Tidak hanya pihak pemerintah, PT. SMS juga pernah melakukan sosialisasi dan jajak pendapat terhadap warga Kecamatan Tambakromo dan Kayen mengenai AMDAL yang diwakilkan oleh tim pembuat AMDAL PT. SMS. Hasil dari jajak pendapat ini ternyata membuat kecewa para undangan yang datang saat itu karena aspirasi yang disampaikan warga kepada PT. SMS tidak direalisasikan, justru malah tetap melanjutkan rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Alhasil warga semakin membenci PT. SMS. Sidang AMDAL pada September 2014 juga tidak membuahkan hasil yang menuju pada pemenuhan aspirasi masyarakat.

Upaya-upaya konsolidasi yang telah dilakukan pemerintah tidak pernah berdampak signifikan terhadap konflik. Pada posisinya, pemerintah daerah belum memposisikan diri sebagai penengah, justru pemerintah memposisikan sebagai pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap warganya. Pemerintah daerah dinilai tidak mempedulikan aspirasi warga karena hanya mementingkan pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi. Sikap pemerintah daerah yang pro pembangunan (developmentalism) telah jelas ditetapkan dalam surat izin

pendirian pabrik semen dan penambangan batu gamping dan batu lempung oleh PT. SMS yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Pati.

Ikhtisar

Konflik sumber daya alam yang tak bisa dihindari telah berdampak besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Konflik yang paling intens terjadi adalah dalam rentang waktu tahun 2008-2011, yaitu konflik terjadi secara terbuka. Pada rentang waktu tersebut konflik terjadi begitu hebat karena fase awal rencana pendirian pabrik semen PT. SMS. Saat ini intensitas konflik mulai menurun seiring informasi terkait pendirian pabrik semen yang mulai tidak mengemuka, artinya konflik berada pada tahap konflik laten. Emosi masyarakat memang mudah terpancing apabila berkaitan dengan rencana pendirian pabrik semen, sehingga ketika isu tentang rencana pendirian pabrik semen tersebut sudah tidak terdengar kembali, keadaan bisa tenang. Namun jika isu kembali diangkat akan menimbulkan reaksi yang menegangkan di masyarakat.

Meskipun mengetahui masyarakatnya terlibat dalam konflik yang kompleks, pihak pemerintah nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda menyelesaikan konflik. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan memihak kepada PT. SMS melalui jalur birokrasi hukum. Oleh karena itu hal ini sangat memancing emosi masyarakat. Masyarakat tak segan-segan untuk melakukan demo dan secara terang-terangan memasang tulisan penolakan terhadap pabrik semen sebagi bentuk kebebasan yang diharapkan oleh masyarakat atas kekecewaannya kepada pemerintah.

Dokumen terkait