• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.10. Agency Theory

Teori keagenan (Agency theory) dalam El Qarni (2009: 1) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of contract”. Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan

ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang memadai

dan sebesar-besarnya atas kinerjanya. Principal menilai prestasi Agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden, maka Agen dianggap berhasil/berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi. Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang Agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar target tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif Agen sendiri. Maka terjadilah Creative

Accounting yang menyalahi aturan, misal: adanya piutang yang tidak mungkin

tertagih yang tidak dihapuskan; Kapitalisasi expense yang tidak semestinya; Pengakuan penjualan yang tidak semestinya; yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam Neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income

smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan

perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun.

Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).

Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman 1990 dalam El Qarni (2009: 2), terdapat 3 model hubungan agensi yaitu The Principal-Agent

Model, The Transaction Cost Economics Model, The Rochester Model. Ketiganya

memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan menganalisanya. Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency

theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan

mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“.

Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu: 1. Kontrol pemegang saham kepada manajer.

2. Biaya yang menyertai hubungan agensi.

3. Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi.

Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:

1. Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau kompensasi keuangan.

2. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan.

3. Faktor luar seperti karakteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal.

4. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global.

Ditegaskan oleh Watts (1992) dalam El Qarni (2009: 3) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.

Hubungan agensi tidak dibangun dari akar self-interest, tetapi dengan Pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban akan tetap memberi kemanfaatan materi, saling berbagi dan kebermaknaan hidup. Mudahnya, bila konsep kekayaan hanya dipandang sebagai bentuk ekonomi semata, maka yang terjadi adalah konflik kepentingan di atas hubungan kooperatif. Tetapi bila konsep kekayaan dipandang sebagai bentuk trilogi, maka ada proses trust yang masuk dalam mekanisme hubungan, trust yang didasari oleh cinta dan saling berbagi. Gagasan ini memang mirip seperti model principal-agent yang lebih teoritis dan perlu diuji secara empiris, daripada mendekat pada model positivist yang lebih empiris tetapi akan mereduksi konsep teoritis yang sebenarnya penting seperti juga ditegaskan oleh Eisenhardt (1989) dalam El Qarni (2009: 4).

Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dalam El Qarni (2009: 5) dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi, yaitu:

1. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal. 2. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka

panjang dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para pemegang saham.

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik tersebut, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal.

2. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan adil dan terbuka.

a. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Dhankar dan Boora (1996) dengan judul Cost of Capital, Optimal

Capital Structure and Value of Firm Empirical Study of Indian Companies (Setudi

Empiris Pengaruh Biaya Modal, Struktur Modal yang Optimal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan di India) menemukan adanya hubungan negatif antara struktur modal dengan biaya ekuitas, penemuan ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa penurunan biaya ekuitas disebabkan oleh kenaikan rasio utang dikarenakan biaya utang masih lebih kecil. Dalam penelitiannya mereka juga menemukan tidak ada hubungan dan pengaruh yang signifikan struktur modal terhadap nilai perusahaan secara khusus. Hal ini disebabkan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya risiko reputasi, kondisi ekonomi regional, kondisi politik dan kebijakan pemerintah. Periode penelitian tahun 1981-1982 dan 1990-1991 pada perusahaan yang tidak sejenis di Bombay Stock Exchange dengan 26 sampel. Variabel dependen dalam penelitiannya adalah nilai perusahaan yang diukur

dengan harga pasar perlembar saham terhadap nilai buku ekuitas perlembar saham, sedangkan variabel independen dalam penelitiannya adalah struktur modal yang diukur dengan Debt Equity Ratio dan cost of capital yang diukur dengan menggunakan CAPM (Capital Asset Pricing Model).

Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan di Indonesia, Wahyudi dan Hartini (2004: 11) melakukan penelitian tentang implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Sampel penelitiannya dipilih dengan menggunakan metode

purposive sampling terhadap perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta tahun 2003 dengan tahun 2002 sebagai komperasinya, kecuali untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan yang dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan price book value (harga pasar perlembar saham atas nilai perlembar saham), sedangkan variabel independen terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden. Untuk melihat pola hubungan yang mengungkap pengaruh seperangkat variabel terhadap variabel lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pola hubungan dianalisis dengan menggunakan path analysis. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan tetapi tidak pada kebijakan deviden, Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan

maupun nilai perusahaan, keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi keputusan investasi dan kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan.

Shin dan Stulz (2000: 11) meneliti dengan judul firm value, risk, and growth

opportunities. Penelitian yang dilakukannya membahas tentang perubahan risiko

ekuitas perusahaan terhadap nilai perusahaan. Penelitiannya dimulai dengan perusahaan yang tercatat di COMPUSTAT periode 1965 sampai dengan tahun 1992. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Tobins’Q,

sedangkan variabel independennya adalah risiko yang diukur dengan stock return dan pertumbuhan perusahaan diukur dengan volatilitas equity. Risiko terdiri dari

systematic equity risk dan unsystematic equity risk serta total equity risk dan data

diperolehnya pada CRSP database. Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan

systematic equity risk berhubungan positif terhadap perubahan nilai perusahaan.

Perubahan unsystematic equity risk berhubungan negatif terhadap perubahan nilai perusahaan. Hubungan negatif antara perubahan total equity risk terhadap perubahan nilai perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan pertumbuhan pada perusahaan kecil akan mengurangi dampak yang merugikan dari peningkatan risiko terhadap nilai perusahaan. Hubungan positif antara perubahan total equity risk terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan pertumbuhan pada perusahaan besar maka perusahaan tersebut dapat dengan mudah akses ke pasar modal dan skala ekonomi dari risiko manajemen.

Driffield, et.al (2007: 142) melakukan penelitian dengan judul How Does

Ownership structure affect capital structure and firm value. Periode sampel

penelitian dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998. Variabel dependennya adalah leverage yang diukur dengan debt to asset ratio (DAR) dan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Tobins’Q, sedangkan variabel independennya

adalah stuktur kepemilikan. Dalam penelitiannya menggunakan variabel kontrol yang berfungsi untuk mengontrol hubungan antara variabel dependen terhadap variabel independen, variabel kontrol tersebut terdiri dari ukuran perusahaan (log total asset), umur perusahaan, investasi dan kesempatan pertumbuhan (meliputi pertumbuhan penjualan berdasarkan tahun sebelumnya dan modal yang dikeluarkan untuk saham sebagai investasi perusahaan) dalam melakukan penilaian perusahaan, diversifikasi sebagai pengklasifikasian perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage (DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di Indonesia, Korea, Malaysia. Dan tidak signifikan

di Thailand.

Hasnawati (2005: 78) meneliti dengan judul Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Deviden terhadap Nilai Perusahaan. Penelitiannya bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden) terhadap nilai perusahaan. Periode penelitiannya adalah tahun 2001, dan diperoleh populasinya adalah 259 perusahaan di Jakarta Stock Exchange. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan

keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden. Penelitiannya mengungkapkan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kebijakan deviden secara langsung mempengaruhi nilai perusahaan dan secara tidak langsung keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan deviden dan keputusan pendanaan.

Solihah dan Taswan (2002: 97) meneliti dengan judul pengaruh kebijaksanaan hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang mempengaruhinya. Perusahaan yang menjadi populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang go publik sejak tahun 1993 sampai dengan 1997. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 95 sampel. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan price book value, sedangkan variabel independennya terdiri dari kebijakan hutang, insider ownership, profitabilitas perusahaan dan ukuran perusahaan. Untuk melihat pola hubungan yang mengungkapkan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pemodelan dilakukan dengan

Linear Structural Relations (LISREL) atau Structural Equation Modeling (SEM).

Hasilnya menunjukkan bukti bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Modigliani and Miller pada tahun 1963 bahwa dengan memasukkan pajak

penghasilan perusahaan, maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Insider Ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, temuannya mengindikasikan bahwa insider ownership merupakan insentif bagi peningkatan kinerja perusahaan. Profitabilitas yang meningkat juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Jika terjadi pada perusahaan yang berukuran besar maka menjadi konsisten dalam meningkatkan nilai perusahaan. Namun demikian insider harus diwaspadai sebab akan sangat berani mengambil risiko dalam kebijakan hutang demi tercapainya nilai perusahaan.

Sugihen (2003: 11-112) meneliti dengan judul pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva dan kinerja keuangan serta nilai perusahaan industri manufaktur terbuka di Indonesia. Perusahaan yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000. Sampel dipilih dengan menggunakan kriteria penentuan sampel, jumlah sampel dalam penelitiannya adalah 98 perusahaan. Variabel dependennya terdiri dari produktivitas aktiva yang diukur dengan menggunakan sales to asset ratio (SAR), nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan market to book value of

equity (MVE) dan market to book ratio (MBR), kinerja keuangan diukur dengan

menggunakan return on asset (ROA) dan basic earning power (BEP), sedangkan variabel independennya terdiri dari struktur modal diukur dengan menggunakan

equity to asset ratio (EAR) dan debt to asset ratio (DAR), aktivitas investasi diukur

dengan menggunakan account receveivable turnover (ART) dan inventory turnover (ITO) dan fixed asset turnover (FAT), aktivitas operasi diukur dengan menggunakan

gross profit margin (GPM) dan operating profit margin (OPM) dan net profit margin

(NPM). Untuk melihat pola hubungan yang mengungkapkan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pemodelannya dilakukan dengan Structural Equation Model (SEM) terdiri dari measurement model (model pengukuran) dan structural model (model struktural). Proses analisis jalur dalam penelitiannya menggunakan program aplikasi AMOS versi 4,01. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur modal secara langsung tidak berpengaruh positif terhadap aktivitas investasi, struktur modal secara langsung berpengaruh positif terhadap aktivitas operasi, struktur modal secara tidak langsung berpengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel produktivitas aktiva melalui aktivitas investasi, struktur modal secara tidak langsung berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kinerja keuangan melalui aktivitas operasi, produktivitas aktiva secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, produktivitas aktiva secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kinerja keuangan secara langsung berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal berpengaruh tidak langsung negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini berlawanan dengan prediksi tradeoff

theory.

Sriwardany (2006: 12-87) meneliti dengan judul pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur Tbk. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, sifat dari penelitiannya adalah sensus (semua populasi dijadikan sampel, dengan demikian perusahaan yang diteliti dalam penelitiannya adalah 156 perusahaan. Variabel dependennya adalah perubahan harga saham, variabel independennya adalah pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobins’Q, variabel interveningnya adalah kebijaksanaan

struktur modal yang diukur dengan menggunakan debt to asset ratio (DAR). Untuk melihat pola hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan bantuan program SPSS. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap perubahan harga saham, hal ini berarti bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan akan melakukan pertumbuhan maka manajer akan menetapkan struktur modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas dari pada hutang. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap harga perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka akan terjadi penurunan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perubahan harga saham.

Berger dan Patti (2003) dalam Arifin (2005: 27), yang meneliti hubungan struktur modal dengan kinerja perusahaan pada industri perbankan, mengelompokkan bank berdasarkan struktur kepemilikan saham. Kepemilikan saham dikelompokkan

menjadi tiga yaitu Bank yang dikendalikan oleh dewan pengurus, pemegang saham outsider di atas 5%, dan pemegang saham institusi. Hasil uji menyimpulkan bahwa pemegang saham institusi mempunyai efek pemantauan (monitoring) yang baik yang dapat mengurangi biaya keagenan. Hasil penelitiannya juga konsisten dan berhubungan antara kinerja dengan kepemilikan insider. Ang, Cole, dan Lin (2000) dalam Arifin (2005: 28) menemukan bukti bahwa peningkatan monitoring oleh bank, akibat meningkatnya jumlah hutang, menyebabkan kinerja perusahaan meningkat pula. Hatfield, Cheng, dan Davidson (1994) dalam Arifin (2005: 29) menguji pengaruh struktur modal berdasarkan klasifikasi industri terhadap nilai perusahaan. Klasifikasi industri didasarkan pada “value line industrial classification”, yaitu

perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok perusahaan yang struktur modal perusahaannya (leverage ratio) di atas dan di bawah dari rata-rata leverage ratio industri (rata-rata leverage ratio seluruh sampel).

Tabel 2.1. Theoritical Mapping Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Populasi/Tahun Penelitian Hasil Penelitian Raj S Dhankar dan A jit Boora (1996) Cost of Capital, Optimal Capital Structure and Value of Firm Empirical Study of Indian Companies Independent : Cost of Capital, Capital Structure Dependent : Value of Firm Perusahaan di India tahun 1981 dan 1996 Menemukan adanya hubungan negatif antara struktur modal dengan biaya ekuitas. Dalam peneltian nya mereka juga menemukan tidak ada hubungan dan pengaruh yang signifikan struktur modal terhadap nilai perusahaan secara khusus

Lanjutan Tabel 2.1 Wahyudi dan Hartini (2004) Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan price book value (harga pasar perlembar saham atas nilai perlembar saham), sedangkan variabel independen terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden. Perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2003 dengan tahun 2002 sebagai komperasinya, kecuali untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia

Menunjukkan bahwa Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan tetapi tidak pada kebijakan deviden, Struktur kepemilikan

intitusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan, Keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi keputusan investasi dan kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan. Shin dan Stulz (2000) Firm value, risk, and growth opportunities Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Tobins’Q,

sedangkan variabel independennya adalah risiko yang diukur dengan stock return dan pertumbuhan perusahaan diukur dengan volatilitas equity. Risiko terdiri dari systematic equity risk dan unsystematic equity risk serta total equity risk dan data diperolehnya pada CRSP database Perusahaan yang tercatat di COMPUSTAT periode 1965 sampai dengan tahun 1992. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage (DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di

Indonesia, Korea, Malaysia. Dan tidak signifikan di Thailand.

Lanjutan Tabel 2.1 Solihah dan Taswan (2002) Pengaruh kebijaksanaa n hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang mempengaru hinya. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan price book value, sedangkan variabel independennya terdiri dari kebijakan hutang, insider ownership, profitabilitas perusahaan dan ukuran perusahaan. Seluruh perusahaan manufaktur yang go publik sejak tahun 1993 sampai dengan 1997

Hasilnya menunjukkan bukti bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Modigliani and Miller pada tahun 1963 bahwa dengan

memasukkan pajak

penghasilan perusahaan, maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai

perusahaan. Insider

Ownership berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sugihen (2003) Pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva dan kinerja keuangan serta nilai perusahaan industri manufaktur terbuka di Indonesia. Variabel dependennya terdiri dari produktivitas

Dokumen terkait