• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH LITERATUR

2.3 Agresivitas Pajak

Agresivitas Pajak sering kali terjadi di beberapa perusahaan baik perusahaan nasional maupun internasional. Tindakan agresivitas pajak ini dilakukan dengan adanya tujuan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak. Tindakan agresivitas ini salah satunya dirancang sebagai tindakan manajerial untuk meminimalkan pembayaran pajak perusahaan melalui kegiatan agresif. Dengan melakukan agresivitas pajak, dampak langsung adalah terhadap penerimaan negara yang menjadi berkurang dari jumlah yang seharusnya. Salah satu cara untuk dapat

31 melakukan penghematan pajak adalah dengan melakukan manajemen pajak melalui perencanaan pajak (tax planning). Menurut Pohan (2013), manajemen pajak adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan. Sedangkan perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan (Suandy, 2016).

Tujuan utama Tax Planning adalah mencari berbagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan, agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimal. Menurut Pohan (2013), dalam tax planning ada 3 macam cara yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yakni: 1. Tax Avoidance adalah strategi dan teknik penghindaran pajak dilakukan secara

legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.

2. Tax Evasion adalah startegi dan teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara illegal dan tidak aman bagi wajib pajak, cara penyelundupan pajak kini bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena metode dan teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor undang-undang dan peraturan perpajakan.

32 3. Tax Saving adalah suatu tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tanpa bertentangan denagn ketentuan perpajakan.

Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan penghematan pajak melalui tax planning yang dapat membuat perusahaan membayar pajak kepada negara akan seminimal mungkin yang merupakan tindakan pajak agresif. Menurut Luke dan Zulaikha (2016), agresivitas pajak adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajaknya. Sementara menurut Zuber (2007) dalam Jesica dan Toly (2014) menyatakan:

β€œBetween tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of

aggressiveness. This gray area exists because there are taxshelters beyond what is specifically allowed by the tax law and the tax law does not specifically address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all transactions. Therefore, aggressive transactions and decision-making may potentially become either tax avoidance or tax evasion issues.”

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan pajak agresif atau keputusan agresivitas pajak secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran pajak maupun masalah penggelapan pajak. Sehingga perusahaan mempunyai strategi dan perencanaan pajak yang baik dan tentu saja harus sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku serta untuk mendorong perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain.

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer atau perusahaan untuk pengambilan keputusan pasti akan memperhitungkan dampak baik dan buruknya atas tindakan yang dilakukan. Menurut Fahriani dan Priyadi (2016) terdapat keuntungan

33 dan kerugian dari tindakan agresivitas pajak. Ada tiga keuntungan dari agresivitas pajak, yaitu:

1. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar.

2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung) yang mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham perusahaan atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya.

3. Keuntungan bagi manajer adalah mempunyai kesempatan untuk melakukan rent

extraction. Rent extraction adalah tindakan manajer yang dilakukan tidak untuk

memaksimalkan kepentingan pemilik atau pemegang saham, melainkan untuk kepentingan pribadi (Kamila, 2014).

Sedangkan kerugian dari agresivitas pajak diantaranya adalah:

1. Kemungkinan adanya penalty atau sanksi administrasi yang dikenakan oleh petugas pajak.

2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.

3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui tindakan agresivitas pajak yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent

extraction.

Ada berbagai macam proksi yang digunakan untuk mengukur agresivitas pajak, antara lain Effective Tax Rate (ETR), Book Tax Differences, Discretionary Permanent BTDs (DTAX), Unrecognize Tax Benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate.

34 Pengukuran agresivitas pajak ini dilakukan oleh peneliti terdahulu banyak menggunakan pengukuran agresivitas pajak ini dengan ETR. Effective Tax Rate adalah ukuran beban pajak perusahaan yang menunjukkan tingkat pajak yang dibayarkan atas laba perusahaan. ETR yang rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut melakukan tindakan yang agresif terhadap pajak karena untuk meminimalkan pembayaran pajak yang terutang. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Beberapa peneliti seperti Hadi dan Mangoting (2014) dan peneliti lain seperti Sari (2017) menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas pajak karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini (Kuriah dan Asyik, 2016):

Menurut IAI (2016), beban pajak (penghasilan pajak) adalah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode. Beban pajak penghasilan diungkapakan di income statement. Sedangkan pendapatan sebelum pajak untuk menghitung Effective Tax Rate (ETR) merupakan laba akuntansi. Menurut IAI (2016), laba akuntansi adalah laba atau rugi selama suatu periode sebelum dikurangi beban pajak. Pendapatan sebelum pajak diungkapkan

𝐸𝑇𝑅 = π΅π‘’π‘π‘Žπ‘› π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜ π‘ƒπ‘’π‘›π‘”β„Žπ‘Žπ‘ π‘–π‘™π‘Žπ‘› π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘†π‘’π‘π‘’π‘™π‘’π‘š π‘ƒπ‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜

35 dibagian income statement. Menurut Kieso et al. (2014) β€œincome before income tax is

the total income before income tax” yang berarti laba sebelum pajak penghasilan

adalah total pendapatan sebelum pajak penghasilan. Untuk mencari income before

income tax yaitu sales or revenue dikurangi dengan cost of goods sold akan

mendapatkan gross profit. Gross profit dikurangi dengan selling expenses,

administrative or general expenses, dan other income and expense.

Dokumen terkait